KALIMANTAN BARAT
DISUSUN OLEH:
ARUM NAWANG WULAN 0806453812
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iii
DAFTAR PETA....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1. 1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1. 2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 11
3. 1. Variabel Penelitian ...................................................................................................... 11
3. 2. Pengumpulan Data dan Bahan .................................................................................... 12
3. 3. Pengolahan Data dan Bahan ........................................................................................ 12
3. 4. Analisis Data ............................................................................................................... 13
3. 5. Bagan Alur Kerja Penelitian ....................................................................................... 13
3. 6. Model Builder ............................................................................................................. 14
3. 7. Querry ......................................................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 15
4. 1. Variabel Penelitian ...................................................................................................... 15
4.1. 1. Administrasi ....................................................................................................... 15
4.1. 2. Penggunaan Tanah.............................................................................................. 16
4.1. 3. Hutan Konservasi ............................................................................................... 17
4.1. 4. Ketinggian ........................................................................................................... 19
4.1. 5. Curah Hujan......................................................................................................... 21
4.1. 6. Wilayah Kesesuaian ............................................................................................ 22
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Builder Kesesuaian Wisata Pesisir ………………… . ………………… 14
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran peta 1. Administrasi Provinsi Kalimantan Barat………. . ………………. .……. 25
Lampiran peta 2. Penggunaan Tanah (Landuse) Provinsi Kalimantan Barat.. ……………. 26
Lampiran peta 3. Hutan KonservasiProvinsi Kalimantan Barat…. . . . .. ……………….… 27
Lampiran peta 4. Wilayah Ketinggian Provinsi Kalimantan Barat.... …. . ……………...… 28
Lampiran peta 5. Curah Hujan Provinsi Kalimantan Barat…...………. . ………………… 29
Lampiran peta 6. Wisata Pesisir Provinsi Kalimantan Barat………. . …………………... . 30
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kalimanan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau
Kalimantan, dan beribukotakan Pontianak. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah
146. 807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat
setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sebagian kecil dari Wilayah
Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan
pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat
Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau serta
memiliki Danau Sentarum yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu.
Perairan di Kalimantan Barat memiliki potensi wisata yang cukup tinggi untuk
dikembangkan, seperti di Kepulauan Natuna, pesisir di Kabupaten Sambas dan Kabupaten
Ketapang, serta keberadaan Danau Sentarum. Dari semua lokasi tersebut, masing-masing
memiliki lahan konservasi yang mempunyai potensi alam yang menjadi ciri khas tersendiri.
Oleh karena itu, ciri khas dan keunikan tersebut lah yang mampu menjadi daya tarik wisata
perairan di Kalimantan Barat.
1. 2. Rumusan Masalah
Pada umumnya, perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat diketahui melalui
perkembangan PDRB dan sumbangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut. Model
pengembangan wilayah wisata perairan Kalimantan Barat disusun berdasarkan karakteristik
ekosistem dan segala hal yang berkaitan. Dalam penyusunan model yang sesuai dengan
kemampuan wilayah, diterapkan prinsip-prinsip dan aspek-aspek yang harus dilaksanakan
dalam pengembangan potensi wisata perairan agar kelestarian lansekap tetap terjaga sebagai
sebuah ekosistem yang unik dengan menggunakan dukungan informasi spasial digital.
Dari perumusan masalah diatas, maka muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu wilayah agar dapat tergolong ke
dalam wilayah pariwisata yang baik?
2. Potensi alam apa saja yang dapat menjadi objek wisata dalam wisata perairan di
Kalimantan Barat?
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 1
3. Dimanakah wilayah terbaik yang akan menjadi wilayah wisata perairan di Kalimantan
Barat?
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan pesisir merupakan kawasan yang unik karena kawasan tersebut terdiri dari
komponen daratan dan lautan. Komponen daratannya berubah-ubah tergantung dari pasang
surut demikian juga komponen lautannya. Pada saat ini kita membatasi pada komponen
daratannya (landscape) yang unik bukan komponen lautannya (seascape). Namun demikian,
pembahasan lanskap kawasan wisata pesisir tidak berarti mengabaikan kondisi (ekosistem)
lautannya karena keterkaitan ekosistem yang ada di pesisir. Menurut Rachman (1984)
lanskap (landscape) adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini
dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami ataupun
buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat
menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Wajah, karakter lahan serta
kehidupan pesisir sangat unik. Oleh karena keunikan tersebut, lanskap kawasan pesisir
sangat cocok dikembangkan untuk obyek wisata.
Objek wisata adalah tempat yang paling disukai untuk mencari hiburan bersama keluarga,
kerabat dan teman-teman serta lainnya. Di samping objeknya, kiranya jenis pariwisata perlu
pula dibicarakan di sini demi menyusun statistik dan data- data penelitian dan peninjauan
yang lebih akurat di bidang ini. Kiranya tiap orang telah memaklumi bahwasanya
pembangunan ekonomi modern dewasa ini tanpa penelitian dan peninjauan yang sistematik
akan menemui kegagalan yang mengakibatkan kerugian serta pemborosan yang tidak sedikit.
Justru karenanya pembangunan industri pariwisata di Indonesia juga harus didasarkan atas
prinsip-prinsip ini. Ini berarti jenis-jenis pariwisata kita harus ketahui dan perhitungkan
supaya baginya dapat diberikan pengertian dan tempat wajar dalam pembangunan industri ini
sesuai dengan falsafah ambeg paramarta serta situasi dan kondisi yang ada. Dengan kata lain,
yang paling penting kita dahulukan dan yang kurang penting kemudian. Jenis-jenis wisata
yang telah dikenal dewasa ini, antara lain:
1. Wisata Budaya
Dimaksudkan dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan
serupa ini disatukan dengan kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni atau
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 3
kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya. Jenis wisata budaya ini adalah jenis
yang paling populer bagi Tanah Air kita. Bukti-bukti telah menunjukan bahwa jenis
inilah yang paling banyak utama bagi wisatawan luar negeri yang datang ke negeri ini di
mana mereka ingin mengetahui kebudayaan kita, kesenian kita dan segala sesuatu yang
dihubungkan dengan adat istiadat dan kehidupan seni budaya kita.
2. Wisata Kesehatan
Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan
beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rokhani dengan mengunjungi tempat
peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan,
tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan
fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3. Wisata Olahraga
Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta
olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup,
Uber Cup dan lain-lain. Macam cabang olahraga yang termasuk dalam jenis wisata
olahraga atau games misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang
olahraga dakam air atau di atas pegunungan.
4. Wisata Komersial
Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan
raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.
Pada mulanya banyak orang yang berpendapat bahwa hal ini tidaklah dapat digolongkan
ke dalam dunia kepariwisataan dengan alasan bahwa perjalanan serupa ini, yaitu ke
pameran atau ke pekan raya yang bersifat komersial hanya dilakukan oleh orang-orang
yang khusus mempunyai tujuan tertentu untuk urusan bisnis mereka belaka dalam pecan
raya tersebut. Tetapi pada kenyataannya pada dewasa ini di mana pameran-pameran atau
pekan raya semacam ini diadakan, banyak sekali dikunjungi oleh orang-orang
kebanyakan ingin melihat-lihat yang membutuhkan fasilitas sarana angkutan serta sewa
akomodasi dengan reduksi khusus yang menarik. Dan tidak jarang pameran atau pekan
raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan pertunjukan kesenian.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 4
Karenanya, wisata komersial ini lalu menjadi kenyataam yang sangat menarik dan
menyebabkan kaum pengusaha angkutan dan akomodasi membuat rencana-rencana
istimewa untuk keperluan tersebut.
5. Wisata Industri
Yang ada erat hubungannya dengan wisata komersial adalah apa yang dinamakan
wisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau
orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-
pabrik stsu bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan
peninjauan atau penelitian termasuk dalam golongan wisata industri ini. Hal ini banyak
dilakukan di negeri-negeri yang telah maju perindustriannya di mana masyarakat
berkesempatan mengadakan kunjungan ke daerah-daerah atau kompleks-kompleks pabrik
industri berbagai industri berbagai jenis barang yang dihasilkan secara masal di negeri itu.
6. Wisata Politik
Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil
bagian dengan aktif dalam peristiwa kegiatan politik , hadir dalam peristiwa-pertistiwa
penting seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konvensi politik yang selalu
disertai dengan darmawisata termasuk dalam jenis ini. Sebab pada dewasa ini peristiwa-
peristiwa politik seperti tersebut di atas selalu disertai dengan kegiatan dunia
kepariwisataan.
7. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi.
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan
fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu
konferensi, musyawarah, konfensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional
maupun internasional.
8. Wisata Sosial
Ke dalam jenis ini termasuk pula wisata remaja. Yang dimaksudkan dengan jenis
wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi
kesempatan kepada golongan masyrakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.
Organisasi ini berusaha untuk membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 5
dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan
mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka,
dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka.
9. Wisata Pertanian
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian
perjalanan yang dilakukan ke proyek-proeyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan
dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan
peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya
tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur- mayor dan
palwija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. Tidak jarang pula pusat-pusat pertanian
seperti ini menyediakan pramuwisata guna menjelaskan segala sesuatunya kepada
wisatawan rombongan yang datang berkunjung.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 6
12. Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan
tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau
biro perjalanan wisata. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau
hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 7
memberikan atraksi beraneka ragam, baik yang dimiliki alam sekitar sebagai objek tak
bergerak maupun yang merupakan manifestasi budaya tinggi khas bersifat daerah atau
nasional sebagai objek bergerak, serta dapat memperlihatkan kegiatan kehidupan rakyat di
sekitarnya, tambahan pula memiliki situasi hubungan lalu-lintas baik yang dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas kepariwisataan lainnya.
Di Tanah Air kita penanganan pembangunan wilayah pariwisata untuk dijadikan
daerah tujuan wisata akhir-akhir ini telah nampak menunjukkan adanya kemajuan. Dalam
hubungan ini, pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan kebijaksanaannya di bidang
pariwisata melandaskan pembangunan daerah tujuan wisata ini atas dasar pokok-pokok
pikiran:
1. Tersedianya prasarana, sarana dan fasilitas-fasilitas lainnya, serta besarnya potensi
kepariwisataan di daerah yang bersangkutan, dalam hal ini Kalimantan Barat,
2. Asas pemerataan pembangunan, sehingga pengembangan pariwisata dapat
dilaksanakan serempak tanpa mengabaikan potensi sumber-sumber yang dimiliki tiap-
tiap daerah.
Menurut Kay and Alder(1999), skope perencanaan regional meliputi daerah pesisir
dari beberapa pemerintah lokal (kecamatan). Skala 1:100. 000 hingga 1:25. 000 dan panjang
pantai sebesar 100 – 1000 km. Sifat dan isinya mencakup pola tata guna lahan skala besar,
desain zona-zona pengembangan, jaringan transport, titik-titik rekreasi dan daerah konservasi
utama (taman nasional). Contoh isi perencanaan pesisir regional diperlihatkan pada Kotak 1.
Periode peninjauan rencana regional ini adalah 10 tahun.
Menurut Gunn (1994), ada lima langkah kunci dalam proses pengembangan suatu
rencana wisata regional. Pertama, penentuan tujuan yang dapat memberikan penyelesaian
batasan-batasan / isu-isu, identifikasi zona tujuan dengan potensi terbesar, serta tujuan dan
strategi pelaksanaan. Tujuan seharusnya dinyatakan dalam dokumen maupun forum publik.
Kedua, penelitian yang memanfaatkan data sekunder, misal: laporan, peta-peta dan
pustaka yang ada. Team perencana dapat memanfaatkan dari kegiatan workshop di wilayah
perencanaan atau semacamnya.
Dua faktor yang dipelajari, yaitu faktor-faktor fisik dan faktor-faktor program. Faktor
fisik perlu dipelajari karena (1) penting untuk penentuan zona tujuan potensial, (2)
identifikasi konsep, proyek dan penyelesaian isu, (3) penempatan wilayah dalam konteks
geografi dan kompetitif yang tepat, (4) pembuatan obyek-obyek wisata yang baru maupun
yang diperbaiki, serta (5) penilaian sumberdaya yang mengidentifikasi ancaman yang ada
terhadap lingkungan dan petunjuk untuk batasan perluasan mendatang. Sedangkan faktor
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 8
program dipelajari untuk mendapatkan informasi dasar pada kesenangan/kemauan pasar dan
karakteristik lain untuk menentukan persediaan yang dikembangkan saat ini.
Ketiga, sintesis dan Kesimpulan yang bertujuan untuk memberikan arti dari
penemuan-penemuan pada tahap penelitian. Kesimpulan dapat ditarik dari data program
maupun fisik.
Keempat, konsep merupakan langkah kreativitas dan penemuan ide. Alat utama
untuk pengembangan konsep adalah penemuan zona tujuan dengan potensi terbesar. Daerah
lokal akan beruntung dari penilaian regional ini karena (1) pemetaan sumberdaya alam
maupun budaya, (2) pembobotan dan agregasi peta dengan komputer, (3) interpretasi zona
dengan kualitas dan kuantitas faktor sumberdaya.
Kelima, rekomendasi pada skala regional harus digeneralisasi namun tidak harus
lemah. Semua aktor dalam semua bagian wilayah akan melihat usaha-usaha yang dapat
dibantu untuk keberhasilan semua.
Pengalaman Gunn (1994) menunjukkan bahwa rekomendasi regional dipusatkan
utamanya pada kesempatan untuk pengembangan obyek wisata, seperti yang dilakukan dalam
pemilihan sembilan zona tujuan (destination zone) di Upper Peninsula. Identifikasi zona
didasarkan pada kriteria berikut :
1. Sekumpulan obyek wisata, termasuk yang telah ada maupun yang baru, semua
didasarkan pada aset sumberdaya yang ada.
2. Paling tidak ada satu pusat servis masyarakat, syukur lebih.
3. Hubungan dengan jalan darat, jalan laut, jalan udara diantara dan dengan semua sistem
sirkulasi regional.
4. Suatu kesatuan subregional yang didapatkan dari pengaruh masyarakat, basis sumber
daya alam dan manusia, serta suatu kesatuan tema obyek wisata.
Dalam perencanaan regional lanskap kawasan wisata pesisir harus selaras dengan tata
ruang yang telah dibuat pada tingkat regional kawasan tersebut. Penataan ruang pesisir akan
mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi tiga (Bappeda NTB dan PKSPL,
2000) , yaitu:
(1) zona preservasi
(2) zona konservasi, dan
(3) zona pemanfaatan.
Zona preservasi bertujuan sebagai penyangga antara zona pemanfaatan yang intensif dengan
zona konservasi. Dengan adanya zona preservasi, dampak yang dihasilkan oleh aktivitas di
zona pemanfaatan tidak sampai mengganggu keseimbangan ekologis di zona konservasi.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 9
Kemudian dilakukan penempatan kegiatan secara tepat dalam zona pemanfaatan dan
akhirnya disusun desain /tata letak suatu kegiatan secara berkelanjutan, termasuk di dalamnya
perencanaan lanskap kawasan wisata pesisir.
Umumnya isu-isu yang terkait dengan perencanaan regional adalah jaringan transport,
pengembangan kota, pengembangan wisata, pengembangan pelabuhan maupun industri,
alokasi sumberdaya, dan perencanaan dalam penentuan daerah konservasi. Penanganan isu
perencanaan regional tersebut dapat memanfaatkan kehebatan SIG karena SIG dapat dipakai
untuk analisis spasial maupun temporal.
Tabel 1. Matriks Kesesuaian Wisata Pesisir
Tingkat Kesesuaian
No. Variabel
Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS)
1 Jarak Perairan dari Daratan 100 m 200 m 500 m
2 Penggunaan Lahan - Pemukiman - Perairan Darat - Hutan Tanam Industri
- Lahan Terbuka - Pertanian
- Hutan - Perkebunan
- Industri
3 Daya Tarik Wisata (Hutan Konservasi) - TL. Kepulauan Natuna - CA Muara Kandangan - TN Bukit Baka
- TN Gunung Palung - TW Bukit Kelam
- CA G. Nyiut & Penrisen
- CA G. Raya Pasi
- CA Mandor
- TN Belitung Karibun
- TN Danau Sentarum
- "X"
4 Wilayah Ketinggian - 0-50 mdpl - 101-200 mdpl - 201-400 mdpl
- 51-100 mdpl - 401-600 mdpl
5 Jaringan Jalan 100 m 250 m 500 m
6 Curah Hujan - 2000-2500 mm/thn - 2501-3000 mm/thn - 3001-3500 mm/thn
- 3501-4000 mm/thn
- 4001-4500 mm/thn
Syarat sebuah wilayah dapat dikatakan berpotensi untuk menjadi wilayah wisata
pesisir yang baik adalah: memiliki kehidupan air yang dapat “dijual” seperti halnya
kehidupan air di Kepulauan Natuna yang memiliki keunikan tersendiri, berada di ketinggian
0-50 mdpl, dan merupakan kawasan konservasi yang menyuguhkan atraksi wisata dengan ciri
tersendiri.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 11
6. Curah Hujan (CH_mm_thn):
1. 2000-2500 mm/thn (SS)
2. 2501-3000 mm/thn (S)
3. >3000 mm/thn (TS)
3. 4. Analisis Data
Analisis wilayah potensial wisata pesisir didasarkan atas potensi alam dan
karakteristik lahan (land characteristic) dalam hubungannya dengan kebutuhan fisik
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 12
wilayah pesisir yang cocok untuk dijadikan wilayah wisata. Analisis tersebut dengan
menggunakan metode overlay/super impose.
Peta Gabungan
Syarat Kesesuaian
Wilayah Potensial
Wisata Pesisir
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 13
3.6. Model Builder
3.7. Query
1. SS: "Jarak_1" = '100' AND "landuse" = 'Permukiman' OR "landuse" = 'Lahan
Terbuka' OR "landuse" = 'Hutan' AND "Jenis_Huta" = 'TL. Kepulauan Karimata'
AND "Ketinggian" = '0 - 50' AND "Ketinggian" = '51 - 100' OR "Jarak" = '100' AND
"CH_mm_thn" = '2000-2500'
2. S: "Jarak_1" = '200' AND "landuse" = 'Perairan Darat' AND "Jenis_Huta" = 'CA.
Muara Kendawangan' OR "Jenis_Huta" = 'TN. Gunung Palung' AND "Ketinggian" =
'101 - 200' AND "Jarak" = '250' AND "CH_mm_thn" = '2501-3000'
3. TS: "Jarak_1" = '500' AND "landuse" = 'Hutan Tanam Industri' OR "landuse" =
'Pertanian' OR "landuse" = 'Perkebunan' OR "landuse" = 'Industri' AND "Jenis_Huta"
= 'TN. Bukit Baka' OR "Jenis_Huta" = 'TW. Bukit Kelam' OR "Jenis_Huta" = 'CA.
G. Nyiut & Penrisen' OR "Jenis_Huta" = 'CA. G. Raya Pasi' OR "Jenis_Huta" =
'CA. Mandor' OR "Jenis_Huta" = 'TN. Belitung Keribun' OR "Jenis_Huta" = 'TN.
Danau Sentarum' OR "Jenis_Huta" = 'x' AND "Ketinggian" = '201 - 400' OR
"Ketinggian" = '401 - 600' AND "Jarak" = '500' AND "CH_mm_thn" = '3001-3500'
OR "CH_mm_thn" = '3501-4000' OR "CH_mm_thn" = '4001-4500'
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Administrasi
Data yang penulis butuhkan dari peta wilayah administrasi ini adalah data jaringan
jalan dan garis pantai. Dari jaringan jalan tersebut, penulis membuat jangkauan jalan (buffer)
dengan jarak 100, 250, dan 500 m dari garis jaringan jalan tersebut. Semakin jauh dari jalan,
maka wilayah wisata dikatakan semakin tidak berkompeten untuk dikembangkan ataupun
dirintis. Oleh sebab itu, jarak sebesar 100 m lah yang terbaik dalam hal ini.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 15
Data kedua yang diolah dari peta ini adalah data garis pantai. Dari garis pantai inilah,
penulis membuat jangkauan pesisir. Jarak yang diambil oleh penulis adalah 100, 200, dan 500
meter dari garis pantai tersebut. Seperti halnya jaringan jalan, semakin jauh jarak jangkauan
pesisir, maka wilayah pariwisata tersebut tidak sesuai untuk dikembangkan. Untuk
menentukan wilayah yang sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi wilayah wisata pesisi,
data utama yang dipergunakan adalah jangkauan pesisir ini.
Penutupan lahan kedua di Provinsi Kalimantan Barat adalah berupa padang. Wilayah
yang ditutupi oleh padang berada di wilayah Kalimantan Barat bagian tengah dan sedikit di
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 16
selatan. Ada tiga kabupaten dengan wilayah yang sebagian besar ditutupi oleh padang yaitu
wilayah Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Landak,
dan Kabupaten Bengkayang. Sementara di wilayah Kabupaten Melawi tutupan lahan berupa
padang berada di peringkat kedua setelah hutan.
Penutupan lahan ketiga di Provinsi Kalimantan Barat adalah berupa rawa. Wilayah
yang ditutupi oleh rawa berada di wilayah bagian barat terutama di bagian sepanjang pantai.
Sebagian besar wilayah yang ditutupi oleh rawa berada di wilayah Kabupaten Pontianak dan
Kabupaten Ketapang. Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu juga terdapat penutupan lahan
rawa di bagian tengah. Sementara untuk wilayah dengan tutupan lahan berupa semak
sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Ketapang terutama di bagian selatan.
Untuk penutupan wilayah yang lain seperti permukiman, pertambangan dan sawah
terletak tersebar di setiap kabupaten. Khusus untuk penutupan lahan berupa sawah banyak
terletak di wilayah Kalimantan Barat bagian timur dan barat laut. Sementara wilayah dengan
tutupan lahan berupa hutan mangrove berada di wilayah pesisir pantai timur, terutama di
Kabupaten Pontianak.
Penggunaan tanah yang sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi wilayah wisata
pesisir adalah wilayah dengan penggunaan tanah dengan pemukiman, hutan, dan lahan
terbuka. Selain itu, perairan darat pun dapat menjadi wilayah yang sesuai untuk
dikembangkan.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 17
Disini merupakan wilayah perlindungan dari anggrek, orang utan, beruang madu, dan macan
dahan. Hutan konservasi yang kedua adalah Taman Nasional Danau Sentarum, di wilayah ini
terdapat perlindungan terhadap ekosistem danau air tawar yang hidup di sekitar Danau
Sentarum.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 18
4.1.4 Wilayah Ketinggian
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 20
kabupaten tersebut. Kelas ketinggian wilayah ini juga tersebar tidak merata pada kabupaten/
kota yang ada kecuali pada Kabupaten dan Kota Pontianak serta Kota Singkawang.
3. Kelas Wilayah Ketinggian 101 – 200 mdpl, tersebar tidak merata pada Provinsi
Kalimantan Barat. Kelas wilayah ketinggian 101 – 200 mdpl hanya dimiliki oleh 8
kabupaten yang ada di provinsi ini. Kelas wilayah ketinggian ini tersebar dengan didominasi
pada bagian utara, timur dan selatan Kab. Kapuas Hulu, sebelah timur Kab. Sintang, sebelah
selatan dan barat Kab. Melawai, sebelah Timur Kab. Ketapang dan Kab. Bengkayang, dan
berada di sebelah utara Kab. Sambas dan Kab. Landak.
4. Kelas Wilayah Ketinggian 201 – 400 mdpl, tersebar tidak merata pada tujuh kabupaten
yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Pada Kab. Kapuas Hulu, Kab. Sintang dan Kab.
Landak dan Kab. Sambas kelas wilayah ketinggian ini lebih mendominasi di sebelah utara.
Sedangkan pada Kab. Melawai dan Kab. Sekadau terletak dominan menyebar pada bagain
selatan kabupaten ini. Hal ini berbeda dengan Kab. Bengkayang yang dominan tersebar
pada bagian timur dan pada perbatasan Kab. Ketapang dengan Kab. Melawai dan Kab.
Sintang di utaranya.
5. Kelas Wilayah Ketinggian 401 – 600 mdpl, tersebar tidak merata pada tiga kabupaten
yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dengan topografi yang bergunung-gunung. Pada Kab.
Kapuas Hulu dominan tersebar pada bagain utara, sedangkan pada Kab. Sintang dan Kab.
Bengkayang terletak di sebelah timur wilayah kabupaten ini.
Ketinggian yang sangat sesuai untuk menjadi kawasan wilayah wisata pesisir adalah
dengan wilayah ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut. Semakin tinggi wilayah, maka
semakin tidak sesuai wilayah tersebut untuk dijadikan wilayah wisata pesisir.
Tabel 4. Wilayah Ketinggian Kalimantan Barat
Ketinggian
Luas (km2) Persentase )%)
(mdpl)
0 - 50 98464 66.90
50 - 100 37297 25.34
100 - 200 9875 6.70
200 - 400 1373 0.93
400 - 600 162 0.11
Total 147171 100
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 21
4.1.5 Curah Hujan
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 22
4. Wilayah daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun:
(Warna biru agak tua) bagian ini terdapat di bagian timur laut Kalimantan barat. Wilayah
cakupannya adalah sebagian dari kabupaten Kapuas hulu dan Sintang.
5. Wilayah daerah dengan curah hujan 4000-4500 mm/tahun:
(Warna biru tua) bagian ini merupakan bagian paling sedikit di kalimantan barat,terdapat di
bagian timur laut. Wilayah cakupannya adalah sebgian dari wilayah kabupaten Kapuas Hulu.
Data curah hujan digunakan karena selain faktor topografi yang diperhitungkan dalam
melakukan perjalanan wisata, faktor iklim pun menjadi pertimbangan. Dalam hal ini,
wisatawan cenderung mencari lokasi wisata yang tidak terlalu sering terjadi hujan ataupun
wilayah yang kurang mendapatkan curahan air hujan di wilayah tujuan wisata mereka. 2000-
2500 mm/tahun menjadi pertimbangan terbaik dalam mengembangkan wilayah wisata pesisir
disini.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 23
Dari hasil penggabungan variabel-variabel yang telah disebutkan sebelumnya, dapat
dilihat bahwa ada tiga jenis kesesuaian wilayah wisata pesisir. Antara lain:
1. Sangat sesuai untuk dijadikan wisata pesisir di Kalimantan Barat adalah, wilayah
yang mempunya jarak 100 meter dari garis pantai, memilki potensi (daya tarik wisata
yang tinggi dengan keberadaan hutan konservasi di wilayah terkait, penggunaan lahan
yang mampu untuk dikelola sebagai wisata pesisir, dengan ketinggian kuran dari 100
meter dari permukaan laut, curah hujan yang tidak lebih dari 2500 mm/tahun, wilayah
yang dimaksud adalah wilayah di bagian pesisir Kabupaten Ketapang serta di sebelah
timur Taman Kepulauan Karimata.
2. Sesuai untuk dijadikan wilayah wisata pesisir, hal ini dapat dilihat dari keberadaan
pesisir itu sendiri. Jarak dari garis pantai tidak terlalu berpengaruh, jarak yang
digunakan adalah 0-200 meter. Penggunaan lahan tidak telalu berpengaruh, jenis
penggunaan apa pun dapat dimasukan kedalam jenis wilayah kesesuaian ini. Wilayah
sesuai ini kurang “menjual” karena tidak memiliki cirri khas tersendiri yang dapat
menjadi daya tarik wisata itu sendiri.
3. Tidak sesuai untuk dijadikan wisata pesisir, berdasarkan hasi buffering garis pantai,
jarak >300 meter dari garis tersebut sudah dapat dikatakan tidak sesuai untuk
dikembangkan menjadi wilayah wisata pesisir.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 24
BAB V
KESIMPULAN
Untuk menjadi lokasi wisata yang baik untuk dikembangkan dibutuhkan persyaratan
tertentu. Dalam hal ini wisata pesisir, dibutuhkan jarak jangkauan dari garis pantai yang tidak
terlalu jauh, jarak dari jaringan jalan yang tidak jauh dari pusat wisata, penggunaan lahan
yang masih dapat diolah, wilayah ketinggian yang kurang dari 100 mdpl, curah hujan yang
tidak terlalu ekstrim, serta memiliki daya tarik wisata yang mempunyai cirri tersendiri.
Potensi alam yang dapat menjadi daya tarik wisata pesisir di Kalimantan Barat berasal
dari hutan konservasi (suaka/wisata) yang terdapat di wilayah ini. Seperti halnya di Taman
Laut Kepulauan Karimata yang memiliki daya tarik alam laut bagi mereka yang ingin
melakukan wisata bahari. Ikan lumba-lumba, ikan duyung, dan aneka ikan hias akan
menyapa para penyelam di taman laut ini. Selain di taman laut, terdapat perwakilan tipe
ekosistem pantai, bakau, rawa, dan pegunungan di Taman Nasional Gunung Palung yang
dapat menjadi daya tarik wisata bagi mereka yang ingin melakukan wisata alam. Serta
terdapat penangkaran bekantan dan orangutan di Cagar Alam Muara Kendawangan.
Dapat terlihat dari peta hasil, wilayah yang memiliki kesesuaian tertinggi berada di
pesisir Kabupaten Ketapang. Tepatnya di sepanjang garis pantai Cagar Alam Muara
Kendawangan dan Taman Nasional Gunung Palung. Serta sebagian wilayah pesisir di Taman
Laut Kepulauan Karimata.
A rum Nawang Wulan, Geografi Uni vers itas Indones ia 2 010 Page 25
Lampiran Peta
Lampiran peta 1. Administrasi Provinsi Kalimantan Barat
26
Lampiran peta 2. Penggunaan Tanah Provinsi Kalimantan Barat
27
Lampiran peta 3. Hutan Konservasi Provinsi Kalimantan Barat
28
Lampiran peta 4. Wilayah Ketinggian Provinsi Kalimantan Barat
29
Lampiran peta 5. Hutan Curah Hujan Provinsi Kalimantan Barat
30
Lampiran peta 6. Hutan Konservasi Provinsi Kalimantan Barat
31
Daftar Pustaka
1. Gunn, C. A. Tourism Planning : Basics, Concepts, Cases, Third Edition, UK: Taylor &
Francis Ltd. , 1994.
2. Kaelany, HD. Peluang Di Bidang Pariwisata. Jakarta: Mutiara Sumber Widya Penabur
Benih Kecerdasan, 1997.
3. Kay R. and J. Alder. . Coastal Planning and Management. USA: E & FN Spon.
London, UK and Newyork, 1999
4. Pendit, Nyoman Suwandi. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT
Pradnya Paramita, 1990.
5. Rachman, Z. Proses Berfikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur
Pertamanan, Makalah diskusi pada Festival Tanaman VI – Himagron. Bogor: Jurusan
Budi Daya Pertanian. Faperta – IPB Bogor. 1984.
6. BPS Kalimantan Barat. “Geografi”. Style Sheet.
http://kalbar. bps. go. id/KDA07/FILE/bab1/Ulasan%201. htm#petawilayah. (19 Mei
2010)