Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
pada rumah sakit swasta semakin meningkat. Hal ini disebabkan pelayanan di
rumah sakit swasta dianggap lebih baik daripada rumah sakit pemerintah.
jawab yang demikian berat belum ditunjang dengan sumber daya manusia yang
memadai, sehingga kinerja perawat sering menjadi sorotan baik oleh profesi lain
2
dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien belum berjalan dengan baik.
dilakukan oleh keluarga pasien seperti: pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan
petugas. Pembuatan asuhan keperawatan masih ada yang dikerjakan sebagian atau
belum lengkap yaitu 11% dan sebanyak 44,2% pasien menyatakan kurang puas
Kejenuhan kerja dapat disebabkan oleh kegiatan yang kurang menarik, menoton
atau terulang-ulang dan situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif. Nursalam
perawat secara profesional antara lain: rendahnya rasa percaya diri perawat,
rendahnya standar gaji dan sangat minimnya perawat yang menduduki pimpinan
keperawatan yang dapat menunjang kinerja perawat (Sri Hidayati, 1996). Kondisi
3
dan situasi lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh model kepemimpinan kepala
ruangan.
ruangan rawat inap RSUD Dr. Soetomo, sebagian besar kepala ruangan memiliki
profesional yang diberikan kepada pasien sebagai bagian integral dari pelayanan
memadai.
yang kondusif perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara efektif dan
efisien. Dalam menciptakan suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk
4
perawat.
pendidikan perawat yang relatif masih rendah, sarana yang terbatas, kejenuhan
oleh karena situasi kerja yang kurang kondusif dan reward yang diterima belum
mutu pelayanan rumah sakit. Kinerja yang jelek akan berdampak terhadap
rendahnya mutu pelayanan, pasien merasa kurang nyaman dan merasa tidak puas.
adalah:
Surabaya?
Dr.Soetomo Surabaya.
1.4 Manfaat
6
kepada pasien, sehingga pasien merasa aman dan nyaman selama perawatan.
pasien.
1.5 Relevansi
Kinerja perawat yang buruk sangat mempengaruhi citra pelayanan rumah sakit
TINJUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang kepemimpinan dan kinerja perawat .
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu (Sujak,
kelompok.
observasi dan supervisi serta evaluasi dari hasil penampilan kerja. Pemimpin yang
diantara tenagakerja, bahan dan waktu. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut,
maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan kompleks
dalam mengenal orang lain dengan baik. Di samping itu, pemimpin harus
individu serta motivasi yang ada dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi.
1) Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian. Kemampuan ini
kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian
percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi
mempengaruhi bawahannya.
2) Teori Perilaku
oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori
lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan
sejak lahir.
yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi,
kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat
kematangan bawahan.
4) Teori Transformasi
kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang
pengikut diperhitungkan.
Menurut Follet (1940), gaya didefiniskan sebagai hak istimewa tersendiri dari si
ahli dengan hasil akhir dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1997),
10
seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli ada
beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara
lain:
dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan
berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor
pemimpin akan lebih otoriter. Jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih
partisipasi.
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi
bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
dalam suatu organisasi dapat dikelompokan dalam dua kutub utama yaitu sebagai
Teori X dan Teori Y. Teori X diasumsikan bahwa pemimpin itu tidak menyukai
diasumsikan bahwa pemimpin itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,
12
mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif. Dari
Pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan ditaktor namun bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan, Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
dengan teori Y.
Peranan pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
(1) Directive
tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil.
(2) Supportive
terhadap bawahan.
(3) Participative
4) Achievement oriented
(1) Instruksi
- Komunikasi searah
(2) Konsultasi
keluhan.
14
(3) Partisipasi
keputusan.
(4) Delegasi
- Komunikasi dua arah terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam
Universitas Iowa.
1) Otoriter
bawahan
pimpinan
2) Demokratis
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
pertimbangan
daripada instruktif
masing-masing
menghargai
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara
(1) Otoriter
(2) Demokratis
Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf ,
terbuka.
(3) Partisipatif
sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan
pengendalian minimal.
wewenang dan kekuasaan yang merupakan gabungan dari teori Hersey dan
Blanchard dengan teori Ronald lippits dan Ralph K. White. Kedua teori ini dapat
2.2 Kinerja
Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang
(1996), kinerja adalah suatu catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan kerja
atau seluruh aktivitas kerja pada periode waktu tertentu. Heider (1958)
menjelaskan bahwa kinerja seseorang sangat ditentukan oleh motivasi dan
kemampuan yang dimiliki. Apabila salah satu dari komponen tersebut rendah,
P=M xA
P = performance
M = motivation
A = ability
Dari rumus tersebut dapat dinyatakan bahwa orang yang memempunyai motivasi
tinggi tetapi kemampuan rendah atau kemampuan tinggi tetapi motivasi rendah
akan menghasilkan kinerja yang rendah (As’ad, 1991). Menurut Muchlas (1997),
kerja. Meskipun seseorang mempunyai kemampuan dan motivasi yang tinggi, tapi
mungkin saja ada faktor penghalang yang bisa menghambat prestasinya. Faktor
Menurut James Gibson (1993) dalam buku Perilaku, Struktur dan Proses,
seseorang adalah:
20
1. Kemampuan
2. Latar belakang
3. Demografi
2) Faktor organisasi
1. Sumber daya
2. Kepemimpinan
3. Imbalan
4. Struktur
5. Desain pekerjaan
3) Faktor psikologis
1. Persepsi
2. Sikap
3. Kepribadian
4. Motivasi
melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter. Mereka
cendrung menolak perubahan atau suatu yang baru dalam melaksanakan perannya
secara profesioanl.
Perawat belum mampu menjadikan dirinya sebagai sumber informasi bagi klien.
Rendahnya rasa percaya diri tersebut disebabkan oleh rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai, sehingga hal ini menempatkan perawat
ditunjukkan dari rendahnya hasil riset di bidang keperawatan, hanya 10% dari
sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya gaji perawat
yang profesioanl.
Penilaian prestasi kerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai
rutin.
seoptimal mungkin.
dan bawahan.
Menurut Dessler (1997), ada tiga langkah dalam penilaian kinerja, yaitu:
Henderson (1984) alat yang digunakan untuk menilai kinerja bawahan antara
lain:
dalam jangka waktu tertentu. Karena tidak ada petunjuk sehubungan dengan apa
yang harus dievaluasi, sehingga penilaian cenderung menjadi tidak sah. Alat ini
kurang obyektif karena mengabaikan satu atau lebih aspek penting, di mana
Cheklist terdiri dari daftar criteria pelaksanaan kerja untuk tugas-tugas paling
(2) Pengelompokan data meliputi: data biologis, data psikologis, data social dan
data spiritual.
gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual
apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila
perawat.
spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan ada batas waktunya serta memuat
rencana tindakan,
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
meliputi:
kenyamanan fisik
jasmani
evaluasi, evaluasi akhir menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan,
keluarga dan tim kesehatan lain, evaluasi dilakukan sesuai dengan standar 7.
segera setelah tindakan dilakukan, penulisan harus jelas dan ringkas, sesuai
2.3 Motivasi
mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah
menimbulkan keinginan atau upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan akan
kebudayaan, situasi keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan situasi kehidupan
lainnya. Sedangkan Peterson dan Flowman mengatakan bahwa motivasi bekerja
keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk diakui. Berangkat dari keinginan
Teori motivasi instrumental adalah teori yang berpendapat bahwa harapan akan
Bernand dan Simon, bahwa dalam organisasi selalu terjadi proses tukar-menukar
motivasi yang tinggi untuk berprestasi bila ia yakin bahwa prestasinya itu
Teori ini menitikberatkan pada pengenalan rangsangan dari dalam atau kebutuhan
seseorang. Teori kebutuhan ini dikembangkan oleh Maslow (1993) yang dikenal
dalam lima jenjang dari yang paling rendah sampai jenjang yang paling tinggi.
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan dicintai dan kasih sayang, kebutuhan
Jadi manusia memiliki motivasi yang berbeda-beda pada waktu yang dan situasi
yang tidak sama. Kemampuan untuk memahami manusia adalah penting bagi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, biomedik, perilaku, social), dan ilmu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Posisi perawat di rumah sakit menjadi sangat
keperawatan. Hal tersebut menuntut kinerja perawat yang baik sehingga mutu
keperawatan.
Keterangan: diteliti
Tidak diteliti
METODE PENELITIAN
hanya satu kali dan pengukuran variabel independent dan dependent dilakukan
pada kurun waktu yang sama (Sastro Asmori dan Ismail, 1985).
tersebut kepala ruangan memiliki pola perilaku atau gaya kepemipinan (otoriter,
demokrasi dan pratispasi ). Dari uraian tersebut, maka kerangka kerja dari
33
el Pengukur
an
Variab Pola perilaku 1.Otokratik: Kuesioner Nomina G1=
tujuan berdasarka
35
kelompok. n
kekuasaan
2. 2. Demokratik dan
Pemimpin kemampuan .
karakteristik -Menggunakan n
bawahan. mengembangkan
tujuannya.
-Mengontrol kerja
bawahan.
3. Partispatif.
3. -Menyajikan
Gabungan -Mengusulkan
otokratik bawahan.
dengan -Mengundang
dimana -Melibatkan
pemimpin bawahan
menyampaik dalampengambilan
an hasil keputusan.
analisa
masalah dan
mengusulkan
tindakan, staf
diminta saran
dan kritik
serta
mempertimba
ngkan respon
staf terhadap
Keputusan -Meninggalkan
kelompok. arah.
-Tidak melakukan
4. Laissez supervisi
37
Pemimpin koordinasi.
-Sistematis
-Diisi lengkap
-Meliputi data
oleh perawat
melaksanaka -Mengandung
n asuhan komponen
dan tanda/gejala.
38
dibandingkan
dengan 3. Perencanaan
standar -Mengandung
asuhan tujuan
diterbitkan -Merencanakan
Kalimat intruksi,
4. Pelaksanaan
-Sesuai dengan
rencana
Intervensi
meliputi:
-Kebutuhan
oksigen
-Kebutuhan nutrisi,
cairan dan
elektrolit
-
39
Kebutuhaneliminas
-Kebutuhan
keamanan
-Kebutuahan
kebersihandan
kenyamanan fisik
-Kebutuhan tidur
dan istirahat
-Kebutuhan gerak
dan kegiatan
jasmani
-Kebutuhan
spiritual
-Kebutuhan
emosional
-Kebutuhan
komunikasi
-Mencegah dan
mengatasi reaksi
fisologis
-Kebutuhan
pengobatan dan
40
proses
penyembuhan
-Kebutuhan
penyuluhan
-Kebutuhan
rehabilitasi
5. Evaluasi
-Sesuai dengan
tindakan
-Sesuai dengan
indikator tujuan
6. Dokumentasi
-Penulisan jelas
-Sesuai dengan
pelaksanaan proses
keperawatan.
-Setiap pencatatan
-Menggunakan
formulir yang
baku.
41
3.5.1 Populasi
penelitian ini populasinya adalah seluruh kepala ruang perawatan dan seluruh
3.5.2 Sampel
Sampel adalah seleksi dari keseluruhan subyek yang diteliti dan dianggap
Kriteria inklusi:
Kriteria eklusi:
Besar sampel kepala ruangan menggunakan total populasi kepala ruangan yang
2) Kelompok perawat
Kriteria inklusi:
berikut:
42
n= N. z2 . p. q
d2 (N-1)+z2. p.q.
Keterangan:
n = besar sample
q = 1-p
Menurut Arikunto (1991), jika subjek lebih dari 100 dapat diambil 10-
20%. Dalam penelitian ini, sampel diambil hanya 12% dari total populasi 648
yaitu berjumlah 78 orang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan
3.5.3 Sampling
tentang kinerja perawat. Pengukuran kinerja perawat dilakukan pada 2 aspek yaitu
keperawatan.
1) Instrumen
Kode 1 = otokratik
Kode 2 = demokratik
Kode 3 = partisipasi
44
Republik Indonesia tahun 1999. Hasil penilaian dibandingkan dengan total skore
dikalikan dengan 100%. Model lembaran observasi ini sesuai pada lampiran 3.
PROGRAM KEGIATAN
Juni Juli Agu Sept Okt. Nop Des.
stus
1.Persiapan: penyusunan
konsultasi hasil
5. Seminar x
3) Analisis data
Teknik analisa data menggunakan SPSS dan untuk menguji pengaruh gaya
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika kepala ruangan dan perawat pada
tersebut. Dan bila mereka menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa
subyek, dalam lembar pengumpulan data tidak akan dicantumkan nama dan cukup
3.8 Keterbatasan
Grove, 1991). Dalam penelitian ini, hambatan yang dihadapi peneliti adalah:
1) Sampel yang digunakan terbatas pada ruang rawat inap, sehingga kurang
penelitian yang pertama ini banyak menemui hambatan. Di samping itu waktu
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi
dalam 2 tahap. Pada tahap pertama, pengambilan data tentang gaya kepimimpinan
Penentuan responden dilakukan secara acak pada setiap ruangan rawat inap dan
setiap ruangan diwakili oleh 1 perawat berlatar belakang pendidikan SPK dan 1
kinerja perawat ruang rawat inap dilakukan uji statistik chi- square dengan tingkat
orang antara lain: Paviliun Airlangga, Paviliun Bedah, Paviliun Anak, Ruang
Jiwa, Ruang Interne I, Ruang Interne II, Ruang Interne Wanita, Ruang Kulit
Wanita, Ruang Kulit Laki, Ruang Tropik Wanita, Ruang Tropik Laki, Ruang Paru
Laki, Ruang Paru Wanita, Ruang Kardiologi, Ruang Saraf A, Ruang Saraf B,
Ruang Bedah F, Ruang Bedah G, Ruang Bedah H, Ruang Bedah I, Ruang THT,
Ruang Mata, Ruang Kandungan, Ruang Anak, Ruang Anak Menular, Ruang
Neonatus, Ruang Bersalin I, Ruang Bersalin II, Ruang ICU, Ruang Anastesi,
Perawat ruang rawat inap berjumlah 648 orang yang diteliti berjumlah 78
orang.
Tabel 1.1 Distribusi Responden Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
DIII 40 51,3
Total 78 100,00
Jumlah responden yang berpendidikan SPK dan DIII hampir merata, oleh karena
30 – 40 tahuin 40 51,5
Dari tabel di atas, 51% responden berumur 30 – 40 tahun dan sebagian kecil
(19%) berumur di atas 40 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
Tabel 1.3 Distribusi Responden Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Kawin 69 88,5
Total 78 100,00
Sebagian besar (88,5%) responden dengan status kawin dan sebagian kecil (11,5)
belum kawin.
Tabel 1.4 Distribusi Responden Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo
50
dan sebagian kecil (19,5%) belum mempunyai anak dan 14% memiliki lebih dari
2 orang anak.
kepemimpinan kepala ruangan rawat inap dan kinerja perawat ruang rawat inap
berdasarkan hasil penilaian kuisener Hersey dan Blanchard seperti tabel berikut.
Surabaya.
3 Jiwa Demokratik
4 Interne I Demokratik
5 Interne II Demokratik
13 Kardiologi Demokratik
14 Saraf A Demokratik
15 Saraf B Demokratik
16 Bedah A Partisipatif
17 Bedah B Otokratik
18 Bedah C Demokratik
19 Bedah D Partisipatif
20 Bedah E Otokratik
21 Bedah F Partisipatif
22 Bedah G Partisipatif
23 Bedah H Demokratik
24 Bedah I Partisipatif
26 THT Otokratik
52
27 Mata Demokratik
21,8% 28 Kandungan
44,9% 33,3% Demokratik
29 Anak Otokratik
31 Neonatus Demokratik
32 Bersalin I Otokratik
33 Bersalin II Demokratik
34 Anastesi Otokratik
Dari tabel tersebut, kepala ruangan rawat inap yang memiliki kecenderungan
partisipatif 8 (21,8%). Sebagian besar kepala ruangan rawat inap memiliki gaya
partisipatif.
Departemen Kesehatan tahun 1999. Kinerja perawat ruang rawat inap RSUD Dr.
Tabel 1.6 Distribusi Responden Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Baik 36 46,2
Total 78 100,00
Dari tabel di atas, 53,8% perawat ruang rawat inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya
memiliki kinerja cukup dan 46,2% memiliki kinerja baik serta tidak ada perawat
Gaya kep.
Otokratik 16 (50,0%) 10 (13,9%) 26 (33,3%)
(26,9 %) (6,4%)
Demokratik 19 (45,2%) 16 (44,4%) 35 (44,9%)
(24,4%) (20,5%)
Partisipatif 7 (4,8%) 10 (41,7%) 17 (21,8%)
(2,6%) (19,2%)
Total 42 36 78 (100%)
(53,8%) (46,2%)
19,699 2 0,00
4.2 Pembahasan
dengan baik. Dalam melaksanakan tugas tersebut, setiap kepala ruangan memiliki
kepemimpinan kepala ruangan rawat inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah
otokratik, partisipatif dan tidak ada yang mempunyai gaya kepemimpinan laissez
pengalaman dan kepribadian dari orang tersebut. Dan menurut Tannenbau dan
pada pentingnya kerja sama antara pemimpin dan staf/bawahannya. Hal ini
dipengaruhi oleh situasi kerja yang melibatkan berbagai tim kesehatan lain yang
diberikan secara intruktif. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi pasien yang
memadukan antara gaya otokratik dengan demokratik. Dalam kondisi yang gawat
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang cepat dan tepat. Kepala
Kinerja perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, sebagian besar memiliki kinerja
cukup (53,8%) dan baik (46,2%). Hal ini menunjukan bahwa perawat RSUD Dr.
dan kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki. Hal ini didukung oleh Douglas
Mc Gregor, bahwa motivasi seseorang dibedakan dalam dua kutub ekstrim yaitu
dan kreatif. Dengan demikian, seseorang yang tergolong dalam Teori Y cendrung
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tergolong
dalam Teori X.
RSUD Dr. Soetomo merupakan rumah sakit tipe A dan sebagai rumah
sakit pendidikan. Sebagai rumah sakit tipe A tentu memiliki perangkat dan sarana
yang lebih memadai bila dibandingkan rumah sakit daerah. Dan sebagai rumah
Perawat.
diukur dengan uji chi square dengan tingkat kemaknaan p< 0,01. Hasil uji chi
square menunjukkan nilai signifikan 0,00, hal ini berarti ada hubungan yang
signifikan.
Ditinjau dari hasil penelitian ini, sebagian besar perawat memiliki kinerja
cukup (54%) dan baik 46% serta tidak ada yang memiliki kinerja jelek. Dilihat
partisipatif memberikan kinerja yang baik dan ketiga gaya kepemimpinan tersebut
supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif, ini berarti bahwa pemimpin dapat
mengasumsikan bahwa tidak satupun gaya kepemimpinan yang paling baik, tetapi
atau krisis.
Bila dikaitkan dengan situasi rumah sakit, dimana manusia sebagai obyek
manusia. Situasi tersebut sangat cepat berubah, kondisi pasien sering mengalami
perubahan yang menuntut tindakan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu sangat
pemimpin rumah sakit betul-betul telah disiapkan baik fisik maupun mental.
Persiapan tersebut secara tidak langsung diproses dari pengalaman kerja yang
ruangan sebagai manejer tingkat bawah dan sebagai individu memiliki sifat dasar
kinerja bawahan cenderung berkisar dalam kategori cukup. Demikian halnya bila
tepat diterapkan di rumah sakit. Berdasarkan penelitian ini, bahwa pemimpin yang
situasi yang darurat dan sangat perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
bawahan.
jumlah anak terhadap kinerja perawat berdasarkan uji chi square, hanya faktor
pendidikan yang memiliki nilai signifikan 0,00, pada tingkat kemaknaan p<0,01.
semakin tinggi tingkat pendidikan mempunyai kinerja yang lebih baik. Menurut
James Gibson (1993), perilaku dan kinerja seseorang dipengaruhi oleh latar
melakukan kerja.
yang signifikan (p=0,191). Dari tabel silang umur terhadap kinerja didapatkan
perawat antara umur 30 – 40 tahun, memiliki kinerja sangat baik. Umur tersebut
merupakan usia pertengahan dan berada pada usia produktif. Dimana pada usia
60
kinerja yang lebih baik dibandingkan yang telah menikah. Perawat yang belum
menikah relatif memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi disebabkan karena
kinerja yang lebih baik. Hal ini terkait dengan sedikitnya tanggung jawab dan
tugas-tugas di keluarga.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
sarana dan prasarana serta kondisi rumah sakit sebagai rumah sakit
pendidikan.
3. Gaya kepemimpinan kepala ruangan rawat inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya
62
inap.
melakukan kerja.
5.2 Saran
1. Kepala ruangan rawat inap sebagai manejer tingkat bawah dalam mengarahkan,
Gibson J.L.At al. (1982). Organization. Alih bahasa. Djoerban Wahid. (1988).
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Maslow AH. (1993). Motivasi dan Kepribadian PT. Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk ikut
Surabaya, 2001
-------------------------------
Tanda Tangan
66
Lampiran 2
KUESIONER
penilaian pekerjaan Saudara, tidak ada jawaban yang benar atau salah dan tidak
Berikut berilah tanda silang pada salah satu jawaban alternatif tindakan yang
Anda pilih dan paling tepat untuk menyelesaikan situasi pada kolom sebelah
kanan!
kembali.
68
yang cermat.
C. Membiarkan kelompok
pertanggungjawab mengarahkan.
an telah sangat
membantu
mengatasi situasi
tersebut di masa
lalu. Mereka
secara terus-
menerus
memerlukan
peringatan untuk
waktunya.
6. Anda memasuki suatu A. Melakukan apa saja yang dapat anda
bagaimana adanya.
8. Penampilan perawat dan A. Membiarkan kelompok sendiri.
mengarahkan.
9. Atasan telah menegaskan A. Membiarkan kelompok dalam
Pertemuan-pertemuan telah
konstruktif.
praktek-praktek baru.
D. Membiarkan kelompok
sebagaimana adanya.
TINDAK
1 A C B D
2 D A C B
3 C A D B
4 B D A C
5 C B D A
6 B D A C
7 A C B D
8 C B D A
9 C B D A
10 B D A C
11 A C B D
TOTAL
Lampiran 3
INSTRUMEN DOKUMENTASI
A. Pengkajian keperawatan
Ya Tidak
Ya Tidak
74
Ya Tidak
Ya Tidak
B. Diagnosa keperawatan
C. Perencanaan keperawatan
D. Tindakan keperawatan
E. Evaluasi
F. Catatan keperawatan
evaluasi. Ya Tidak
INSTRUMEN OBSERVASI
Ruangan…………………………….. Umur:……………………………
Kriteria;
Kriteria:
Kriteria:
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
78
Kriteria:
Tidak
/gelisah. Ya Tidak
Tidak
Kriteria:
Lemah Ya Tidak
Tidak
Tidak
Kriteria:
Tidak
Tidak
Kriteria:
Tidak
Kriteria:
Kriteria:
Tidak
Tidak
Kriteria:
Tidak
Tidak
Kriteria:
Tidak
Tidak
Tidak