Anda di halaman 1dari 2

Menepis Fitnah:

Mengapa Ahmadiyah dianggap Aliran di Luar Islam?

Yang menjadi dasar ajaran Islam adalah dua kalimat syahadat; “Tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Artinya keimanan kita hanyalah kepada
Allah dengan menaati segala yang diperintahkan Allah melalui RasulNya Muhammad
SAW.
Jadi, seperti inilah pokok ajaran Islam yang hakiki, dan inilah yang mereka (Jemaat
Muslim Ahmadiyah) taati selama ini, yang mereka pegang teguh, yaitu iman kepada
Allah dan RasulNya-Muhammad SAW. Yang secara otomatis berarti Al-Quran dan
Al Hadist menjadi pedoman ajaran mereka. Lalu, mengapa muncul fitnah sedemikian
keji yang mengatakan mereka non Muslim?
Hal yang tidak wajar di lontar oleh sebagian tokoh-tokoh Islam di negeri ini, termasuk
lembaga (organisasi) yang mengaku sebagai “filterisasi ajaran Islam”, yang
mempunyai “kekusaan menentukan kebenaran” layaknya Tuhan, yang berhak
menentukan “status keyakinan seseorang”.
Kita jangan menutup mata terhadap sumbangan yang telah mereka (Ahmadiyah)
berikan kepada kemanusiaan (melalui humanity first). Jaringan yang sangat luas
tersebar dibelahan bumi (5 benua, 180 negara) dengan jumlah pengikut mencapai 200
juta orang di dunia, membuat mereka mampu menyebarkan dakwah Islam dan
mengimplementasikan kemuliaan akhlak yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita
dalam bentuk bantuan terhadap kemiskinan, pendidikan dan korban bencana alam. Di
Indonesia, jumlahnya mencapai setengah juta orang dan menyebar di setiap pelosok
negeri ini.
Lalu kenapa mereka harus difinah sedemikian keji, yang dengan sengaja dituduhkan
kepada mereka bahwa kitab suci mereka berbeda dan berbagai anggapan keji lainnya.
Mereka tidak datang dengan permusuhan, mereka adalah saudara Muslim kita,
mereka berpedoman pada Al Quran dan Al Hadist (bukan Tadzkirah, seperti yang
selama ini dituduhkan sebagai kitab suci mereka), masjid mereka pun terbuka untuk
semua kaum Muslimin. Dan dari mana kita berani menyimpulkan suatu kebenaran,
jika diantara kita hanya tahu segala sesuatunya dari ‘mulut orang lain’ tanpa menggali
atau mencari tahu sendiri tentang esensi kebenarannya secara langsung dari
sumbernya. Kesalahpahaman seperti itu hanya membawa kita terhadap perasaaan
saling curiga, berburuk sangka dan saling menyakiti terhadap saudara Muslim, hanya
karena ketika kita berbeda penafsiran....
Mereka memang memiliki penafsiran yang berbeda tentang mengimani ayat Al-Quran
dan Hadist Rasulullah SAW, “Bahwa nanti di akhir zaman akan turun/datang Isa”.
Mereka mencoba taat terhadap Al Quran dan sabda Rasulullah SAW, tentang
kedatangan Isa Almasih untuk kedua kalinya. Dan saya rasa, semua umat didunia ini
memang menantikan kedatangan Isa Almasih sebagai Juru selamat. Yang menjadi
perbedaan, mereka saat ini telah menerima dan mengimani Sang Juru selamat, Isa
Almasih a.s, yang bukan turun dari langit, tapi hadir kedunia ini melalui proses
lahiriah. Karena Isa yang dimaksud Rasulullah SAW [menurut penafsiran mereka]
adalah Isa Muhammadi (dari golongan/keturunan ruhani/umat Muhammad SAW)
bukan Isa Musawi (dari golongan/umat Nabi Musa a.s). Kenapa bergelar nabi?!
Karena Ia diistilahkan dengan Isa, karena keduanya memiliki karakteristik yang sama.
Isa Musawai memiliki misi menegakkan ajaran Taurat yang dibawa Musa a.s,
sedangkan Isa Muhamadi (yang masih kita nantikan kedatangannya sbg Juru Selamat)
membawa misi menegakan syariat Islam dalam ajaran Al Quran yang dibawa
Muhammad SAW (untuk menyelamatkan Islam dari keterpurukan saat ini,
membenahi akhlak, bukan memerangi secara fisik, hingga mencapai Islam kembali
dalam kejayaan). Kira-kira begitulah penafsiran mereka, nah jika seperti ini, jelas
sudah dimana letak perbedaan penafsirannya!
Karena mereka juga merupakan umat Islam yang taat terhadap perintah Allah dan
RasulNya-Muhammad SAW, hanya saja kita berbeda penafsiran dan itu bukan alasan
untuk kita saling bermusuhan dan menyakiti. Mereka berusaha untuk kembali
menegakkan dan mengamalkan ajaran Islam yang sesungguhnya, karena kedatangan
Sang Juru Selamat-[Isa Almasih untuk kedua kalinya] adalah semata-mata membawa
umat Islam kembali kepada Allah SWT dan kepada sunnah Baginda Rasulullah SAW
yang sangat mereka cintai [Kedatangan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al Masih dan
Al Mahdi tidak sedikit pun mengurangi kehormatan dan kecintaan mereka kepada
Rasulullah SAW, justru ajarannya merujuk kepada kemulian Rasulullah SAW]. Itu
saja, sederhana bukan?!;
Lalu kenapa harus dilebih-lebihkan?? Berbagai keterangan palsu yang sengaja di
lontarkan oleh segolongan umat Islam untuk menghancurkan persaudaraan kita,
Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai