Anda di halaman 1dari 30

Ekonomi mikro

Jun

Teori Tingkah laku konsumen: Teori nilai Guna (Utility)


Posted Juni 20, 2010 by she2008 in Uncategorized. 3 Komentar

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan: Pendekatan Nilai
guna (utiliti) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal
dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Dalam pendekatan nilai guna ordinal, Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang
konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan
dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang
akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.

Teori Nilai Guna (utility)

Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin
tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai
guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti
pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan)
penggunaan satu unit barang tertentu.

Hipotesis Utama Teori Nilai Guna

Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai guna marjinal yang
semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus
menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna
akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi,
maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut
menjelaskan bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak
secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.

Cara Memaksimumkan Nilai Guna

Kerumitan yang ditimbulkan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlah barang yang
akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai
barang. Kalau harga barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang
maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah sama.
Syarat Pemaksimuman Nilai Guna

Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda. Syarat yang harus
dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai guna yang maksimum
adalah: Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.

Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan

Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat
menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu
barang, semakin banyak permintaan ke atasnya. Ada 2 faktor yang menyebabkan permintaan
keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan: Efek penggantian
dan Efek pendapatan.

Efek Penggantian

Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami
perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang
diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misal, harga barang A bertambah
tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula. Kalau
harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai
guna marjinal barang-barang itu dengan harganya (atau nilai guna marjinal per rupiah dan
barang-barang itu) tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU
barang B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A
naik, keadaan yang berikut berlaku:

Dalam keadan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan
konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang
B dan mengurangi pembelian barang A. kedaan diatas menunjukkan bahwa kalau harga naik,
permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut akan menjadi semakin
sedikit.

Dengan cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa penurunan harga
menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi
bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal
per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang lainnya
yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai
guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah
rendah.

Efek Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan
riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima
untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang
yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil
bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat
dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat
lagi efek panggantian didalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke
kanan bawah.

Surplus Konsumen

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati
oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus
konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang
diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus
dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada
pembayaran yang dibuat.

Contoh: Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli satu buah
yang cukup besar apabila harganya Rp.1500. Sesampainya dipasar ia mendapati bahwa mangga
yang diinginkannya hanya berharga Rp.1000. jadi, ia dapat memperoleh mangga yang
diinginkannya dengan harga Rp.500 lebih murah daripada harga yang bersedia dibayarkannya.
Nilai Rp.500 ini dinamakan Surplus Konsumen.

Sumber :

Sukirno, Sadono. 2005.MikroEkonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Join Multiply to get updates from rama

rama's Site

 Home
 Blog
 Photos
Dec 12, '08 10:04 PM
TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )
for everyone

A. PENDAHULUAN
ramaalessandro
2

 Photos
Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang
of rama
berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan  Personal
Message
mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang atau
 RSS Feed
jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah tangga adalah [?]
 Report
bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas Abuse
untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai
kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah
tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat tertentu,
kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan yang
tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti pembelian - pembelian
secara impulsif.

Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan


pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen
terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan
permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa
asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan
mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).

Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu
dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-
barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis
tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip
pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir
secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita
juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa memmberikan
kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama
sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.

B. TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen


dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga
barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai
tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan
sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum
satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction
itu adalah tujuan akhir konsumen.

Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih lanjut, ada
baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang
biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan
dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas
ekonomi.

1. Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi


adalah sesuatu yang memberikan jasa konsumsi ( consumption services )
terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.

2. Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di
pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing - masing.

3. Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan
dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan
yaitu:

1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

2. Pendekatan nilai guna ordinal

1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori
nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang
konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana
keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran
kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa
untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen
tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang
dikonsumsi. Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :

U = f ( X1, X2, X3………, Xn )

U : besar kecilnya kepuasan:

X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

2. Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva
indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan
barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.

Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada


pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak
memiliki kelebihan.
3. Persamaan kardinal dan ordinal

Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan


konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu
dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai
tujuannya (maximum utility) .

4. Perbedaan kardinal dan ordinal

 nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat


dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya
utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
 Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal
utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan
analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

C. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )

1. Pengertian Teori Nilai Guna ( utility )


Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan
atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan
barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai
guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang
maka utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:

 Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu pertambahan/pengurangan


kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan
satu unit barang tertentu.
 Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam " Consumer Behaviour Theory :


Utility Maximization and the seek of Novelty " membagi nilai guna menjadi
dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan konsumen, Dua
tindakan ini saling berhubungan :

1. " Nilai Guna Keputusan ( Decision Utility )" yang berhubungan dengan
Tindakan pembelian ( action of Purchasing ) ". Dalam tindakan pembelian
konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan. dan
sebelum melakukan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang
mana yang akan dia beli.

2. " Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility ) " Yang berhubungan


Dengan Tindakan Konsumsi ( action of Consumption ) dengan kapasitas
pemenuhan kepuasan dari barang tersebut.

2. Marginal utility ( kepuasan marginal )


Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya
pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertent
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :

MUx =

MU = Marginal Utility

U = utility

X = barang yang dikonsumsi

Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing


Marginal Utility :
“ apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari
mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya
tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”

Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok


antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti tentang durian,
dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan
jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa
tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang
dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing
Marginal Utility.

Contoh ;
Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen
terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen
akan terus naik jika konsumen terus membeli produk sampai unit tertentu dan
menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan mendapatkan
surplus lagi.

3. Pemaksimuman nilai guna

Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk memaksimumkan kepuasan


dari barang yang dikonsumsinya. Jika hanya terdapat 1 jenis barang
pemaksimuman nilai guna tidaklah rumit dalam pengukurannya. Tetapi
pemaksimuman nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis barng.
Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan harga masing-masing
barang. Oleh karena itu syarat pemaksimuman nilai guna tidak lain adalah
setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai
jenis barang,harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

Contoh : ada 2 barang A dan B, barang A harganya 3x barang B sedangkan


nilai guna marginalnya sama antara nilai barang A dan B. Syarat lain dari
pemaksimuman nilai guna adalah apabila perbandingan harga dan nilai guna
masing-masing barang itu adalah sama. Misalnya makanan dan pakaian,1
unit makanan hargnya 500 dan 1 unit pakaian harganya 50.000 nilai guna
marginal keduanya untuk makanan adalah 10 dan unuk pakaian adalah
50.Andai kata konsumen tesebut mempunyai uang 50.000 kepada barang
apakah akan dibelanjakan?

MU.Barang A = MU Barang B
P.A = P.B
P= price
MU = marginal utility

4. Efek Penggantian

Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai marjinal utility/rupiah


dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut apabila harga suatu
barang makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin rendah dan
sebaliknya apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka nilai
marginal utility/rupiah akan semakin tinggi.

Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang harganya menjadi mahal


adalah kelangkaan dan biaya produksi. Air jauh lebih mudah didapat dari
barang lain, intan misalnya. Sehingga wajar jika intan lebih mahal daripada
air karena intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya produksi
untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada biaya produksi intan.

5. Efek pendapatan
Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu barang (naik atau
turun). Jika harga barang X naik, maka tambahan kepuasan dari
mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi turun per harga barangnya.
Hal ini menyebabkan turunnya permintaan akan barang X. Sebaliknya jika
harga barang Y turun, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit
barang tersebut menjadi naik per harganya, sehingga permintaan akan barang
Y naik.

Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan harga barang mengalami


kenaikan maka pendapatan rillnya mengalami penurunan.

6. Keseimabngan konsumen

Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jika telah


mengalokasikan dananya yang terbatas diantara berbagai macam barang dan
jasa sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak akan menaikan total
utility yang diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam
konsdisi ini konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan
yang diperoleh adalah maksimum.

M = Qx . Px + Qy . Py

U = f (Qx, Qy)
Q = jumlah barang yang dikonsumsi

P = harga barang

U = total Utility

M = Kepuasan Maksimal

Jadi bias dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan


semua dana telah dibelanjakan dan memberikan suatu tingkat kepuasan
maksimum, sehingga kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang
dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena berlakunya hokum
Law of Diminishing Marginal Utility.

7. Menurunkan Fungsi Permintaan

Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier suatu barang kita


memerlukan dua kondisi keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan
berubah karena adanya perubahan harga barang tersebut cateris Paribus.
Kondisi Cateris Paribus diperlukan disini karena adanya fungsi permintaan
yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari barang
tersebut. Sedangkan variable – variable lain dianggap tetap.

Contoh :
Qx MUx MUy

1 16 11

2 14 10

3 12 9

4 10 8

5 8 7

6 6 6

7 4 5

8 2 4

Kondisi 1

Px = Rp 2,00

Py = Rp 1,00

M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :

M = Qx . Px + Qy . Py
= ( 2 x 3 ) + ( 1 x 6)

= 12

Pada kondisi pertama ini keseimabngan konsumen tercapai saat konsumen


membeli X = 3 dan Y = 6

Kondisi 2

Harga X turun namun variable yang lain tetap

Px = Rp 1,00

Py = Rp 1,00

M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :

M = Qx . Px + Qy . Py

= ( 1 x 6 ) + ( 1 x 6)

= 12
Dari kedua kondisi ini kita dapat menurunkan kurva peermintaan barang X,
karena kalau kita perhatikan kondisi 1 dan 2 yang berbeda hanya harga X
sementara yang lain tetap. Pada kondisi 1 harga barang X adalah Rp 2,00 per
unit dan jumlah X yang dibeli adalah 3. pada kondisi kedua harga X turun
menjadi Rp. 1.00 dan jumlah X yang dibeli adalah 6 unit pada keseimbangan
konsumen . maka kalau kedua kondisi keseimbangn ini digambarkan , sbb :
Kurva permintaan suatu barang dapat diturunkan dengan mencari 2 titik
keseimbangan konsumen dimana yang berubah hanya harga barang tersebut ,
sedangkan hal – hal yang lain tetap.

D. NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN.

Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama,


dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :

 jangka waktu konsumsi barang yang sama.


 daya ingat konsumen
 kualitas barang

1. Jangka Waktu Konsumsi Barang

jika jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus
bekerja lebih keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian
konsumen akan dapat menikmati konsumsi berikutnya. karena jangka waktu
berkurang, konsumen akan merasakan kebosanan pada barang yang sama.

2. Daya Ingat Konsumen

Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara
konsumsi untuk barang yang sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk
kebiasaan yang lebih kuat antara orang dewasa dan anak - anak. Dua
kelompok ini dapat mengkonsumsi barang yang sama , atau melakukan hal
yang sama tapi mengalami kebosanan setelah jangka waktu yang berbeda,
yaitu orang dewasa lebih cepat bosan daripada anak- anak.

3. Kualitas Barang

Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan


nilai guna pengalaman.

Lalu bagaimana kebiasaan terbentuk ? Konsumen mempelajari seberapa lama


waktu yang dia perlukan antara konsumsi yang satu dengan berikutnya. jika
dia bisa mengkonsumsi barang tersebut selamaya.

Bagaimana dia bisa menghentikan kebiasaan tersebut? Jika dalam proses


perkembangan kebiasaan dia berbuat kesalahan dan menurunkan waktu
konsumsi barang , kemudian otaknya akan mengembangkan rasa bosan pada
barang tersebut. Rasa bosan tersebut mungkin semacam dia tidak ingin
mengkonsumsi barang itu lagi dalam jangka waktu yang lama dan selamanya.
Pada poin ini dia kan menghentikan kebiasaan . berdasarkan alasan ini kita
bisa mengelompokan kebiasaan konsumsi ini sebagai berikut :

1. Kecanduan : yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang


lama dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba
dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima beberapa
kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap
sebagai kebiasaan.
2. Kebiasaan abadi : yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen
belajar bagaimana untuk menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai
jangka waktu yang tepat untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa
menjadi bosan.
3. kebiasaan sesaat : yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang
akan memberikan nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali.
setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu dia
akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau
mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik
dan masih memberikan dia nilai guna.
4. Mencari kenikmatan baru : konsumen membeli hanya karena rasa ingin
tahu, dan akan menikmati sampai kesenanganya hilang.ketika
kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi bagi dia.

Kebiasaan abadi bisa berubah menjadi kebiasaan sesaat jika dia melakukan
kesalahan dengan mengkonsumsi barang tersebut terlalu banyak dalam jangka
waktu yang singkat. begitu pula kebiasaan sesaat bisa menjadi Kebiasaan
abadi jika dia berusaha menggunakanya dengan semestinya . Dengan kata lain
klasifikasi mungkin saja berubah setiap saat . Tapi secara sederhan kita bisa
menyimpulkan bahwa jangka waktu antara konsumsi barang yang sama
adalah tetap. Dengan begitu kita bisa memahami dinamika Preferensi.

Konsumen Dan Kenikmatan Baru.

Bagaimana komoditas baru bisa meningkatkan nilai guna konsumsi? Dari


Sudut Pandang konsumen, ini merupakan rangsangan baru yang membuat
mereka ingin memiliki pengalaman lebih banyak dan membuat mereka
merasa nyaman.

Kebanyakan rangsangan ini kita dapatkan lebih dari satu hari. rangsangan ini
bukan berasal dari belanja tapi bisa jadi dari pekerjaan, kita sendiri, dari
teman keluarga dan lain-lain. Tapi untuk sekarang dan akan datang kita juga
mendapatkan rangsangan dari koran, buku baru, kaos baru dan sesuatu yang
kita beli.

Kenikmatan baru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Decision


Utility. kenikmatan baru membuat barang menjadi penting. tapi kenikmatan
tersebut akan hilang seiring pertamabahan waktu. Ada juga nilai intrinsik
yang ditawarkan oleh barang kepada konsumen dalam kapsitasnya
membangkitkan nilai hedonistik positif. Dalam hal ini barang sangat potensial
untuk menjadi kebiasaan. Pertama kali seseorang merokok, dia melakukanya
karena itu adalah hal yang baru bagi dia dan dia ingin mencoba. Tapi sekali
Kenikmatan itu hilang, kecanduan barang akan membuat konsumen terus
mengkonsumsi barang tersebut. Perokok biasa membeli rokok bukan karena
kesenangan tapi karena dia sudah tidak bias meninggalkanya.

Konsumsi dan Pembelian

Tidak ada yang abadi. Tidak ada sebuah barang didunia ini yang kekal.
Meskipun mungkin saja ada barang yang awet.. lalu apa saja yang membuat
nilai guna dari suatu barang berakhir ?

 Secara Fisik habis karena dikonsumsi


 Rusak
 Kita bosan dengan barang tersebut.

Ada beberapa barang yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. jika
konsumen suka maka dia akan membelinya lagi. Ada juga barang setengah
awet dan barang awet, nilai guna pengalaman akan meluas seiring
bertambahnya waktu. ketika konsumen membeli mobil, meja dan
menikmatinya selama bertahun - tahun. pada dasarnya barang-barang ini tidak
termasuk dalam daftar belanjaan biasa.

Nilai guna positif yang didapat dari barang setengah awet dan barang awet
berati bahwa konsumen memiliki kebiasaan abadi pada barang tersebut.
Sebagai contoh, Sebuah meja bisa meberikan nilai guna positif karena bisa
digunakan untuk duduk ketika sedang makan, membaca atau bekerja. jika
kemampuan meja tersebut untuk membangkitkan kebiasaan tersebut berakhir
karena rusak, berarti untuk memenuhi kebiasaan tersebut kita harus membeli
meja baru. Dengan kebutuhan untuk membeli meja baru tersebut seorang
konsumen mempengaruhi Ekonomi. Penyebab pembelian meja tersebut
adalah kebiasaan konsumen untuk mendapatkan nilai guna dari sebuah meja.
Seberapa cepat seorang konsumen menjadi bosan dengan barang memiliki
dampak langsung terhadap ekonomi. Penurunan secara terus menerus pada
jarak antar konsumsi menghasilkan peningkatan pengeluaran pada konsumsi
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasar tiga hal yang mempengaruhi kemampuan pemuasan dari suatu


barang, dua hal adalah bersifat fisik dan satunya tergantung otak konsumen.
Jadi disini ada poin penting, kecepatan dalam perubahan barang yang tidak
menjadi rusak. Dasar ini sangat penting dan mungkin terbukti ditentukan
secara sosial. kita juga bisa menyimpulkan bahwa dasar ini bisa
mempengaruhi pertumbuhan dalam ekonomi. Di negara berkembang sebuah
meja mungkin akan digunakan hingga rusak, sementara di negara maju meja
kan diganti ketika sudah ketinggalan jaman.

Daya tahan dan keawetan mungkin ditentukan sang produsen. ini juga
mempengaruhi pertumbuhan. Jadi cara untuk membuat Permintaan tetap,
bukan dengan membuat barang yang sangat awet. Kita mabil contoh
Handphone, beberapa orang sekarang mungkin membuktikan bahwa
permintaan telah terpenuhi. tapi berapa lama sih masa hidup sebuah HP ?
kebanyakan empat sampai 5 tahun. Masih menjadi misteri mengapa tidak ada
satu saja perusahaan yang membuat ponsel lebih tahan banting malah
kebanyakan membuat ponsel dengan menambahkan banyak fitur. Ini
membuktikan kalau pembuat ponsel mencoba menghindari berkurangnya
permintaan pasar terhadap ponsel karena ponsel terlalu awet.

Sekarang kita beralih dari satu orang konsumen kepada konsumsi sebuah
negara. Anggap saja konsumen selalu stabil dalam penggantian barang ( misal
, mereka mengganti meja tiap sepuluh taun atau berapapun tapi konstan pada
tiap konsumen). kita anggap juga daya tahan barang rata - rata sama., harga
barang sama dan pendapatan konsumen juga sama. konsumen hanya bisa
memutuskan berapa banyak mereka ingin beli dan berapa banyak mereka
ingin tabung. Jika kita bisa mendapatkan semua konsumen berada pada situasi
ini, Berarti tidak ada lagi kemungkinan pilihan lain selain peningkatan
pertumbuhan yang tidak berasal dari generasi dengan kebiasaan baru. Maka
produsen akan mencoba untuk menemukan sesuatu tanpa tujuan awal
produksi “ menghasilkan banyak dengan input seedikit”. Tapi dengan tujuan
meyakinkan konsumen yang benar-benar butuh barang baru. Hanya jika
konsumen mumutuskan untuk membeli lebih banyak barang, GDP akan
meningkat. Ini membuktikan bahwa perubahan kualitas barang juga akan
mempengaruhi peningkatan GDP, tapi jika peningkatan kualitas tanpa diikuti
peningkatan harga maka GDPnya akan sama.

E. TEORI PREFERENSI KONSUMEN


Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap
konsumen akan mendapatkan kepuasan ( satisfaction ) atau guna ( utiliTy ).
Setiap konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat kepuasan
semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka lakukan.
untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa membuat urutan (rank)
dari semua untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian
komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak dan mana yang
relatif jika dibandingkan dengan yang lain.

Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
:

 Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jika A memberi


kepuasan yang lebih besar Maka A yang harus dipilih dan bukan B, dan
sebaliknya. Bila A dan B memberikan kepuasan yang sama Maka
konsumen bisa memilih A atau B ( A dan B indiferen )
 Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C,
maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku hubungan yang bersifat
Transitif )
 Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B,
sedangkan untuk setiap unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus
dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar
sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum
tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.
KESIMPULAN

1. Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan
yaitu:

 Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal


 Pendekatan nilai guna ordinal

2. Teori Nilai Guna ( utility ) dibedakan menjadi dua yaitu :

 Marginal Utility
 Total Utility

3. Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi oleh perubahan harga


barang dan perubahan pendapatan konsumen.

4. keseimbangan konsumen akan tercapai jika setiap tambahan dana yang


dikeluarkan konsumen untuk membeli barang, sudah tidak mampu lagi menaikan
total utility barang tersebut.

5. Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :

 jangka waktu konsumsi barang yang sama.


 daya ingat konsumen
 kualitas barang

6. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi barang bisa dikelompokan


menjadi 4

 Kecanduan
 Kebiasaan abadi / kekal
 Kebiasaan sesaat
 Mencari kenikmatan baru

7. Nilai guna / manfaat dari suatu barang akan berakhir jika :

 Secara Fisik habis karena dikonsumsi


 Rusak
 Kita bosan dengan barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih Sri, “Ekonomi Mikro”, BPFE Yogyakarta 1999

Garcia-Torres M. abraham, “Consumer Behaviour Theory : utility Maximization


and The seek Of Novelty”, http:// garcia.unu-merit.nl 2004

Sudarman ari, Teori Ekonomi Mikro Buku 1, BPFE Yogyakarta. 1992

Teori Perilaku konsumen , http://matakuliah.wordpress.com

Teori Perilaku konsumen, http://mooott.wordpress.com

Winardi E.C, Teori Ekonomi Mikro, Tarsito bandung 1975

Prev: HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


Next: ETIKA BISNIS dan tanggung jawab sosial bisnis

reply share

Sponsored Links
UNIVERSE MASTER (LAMPU READY STOCK BAGS (ALL
PROYEKSI) - RESELLER UNDER 225 RB NIH ^O^)
WELCOME Take a look at our NEW READY
UNIVERSE MASTER ini STOCK album beib...U can find
memancarkan proyeksi various type of PG bags
planet2 yang mengelilingi ORIGINAL which is always
matahari, sangat indah super cool and stylish ^^ with
ditambah bisa berotasi an affordable price but with
membuat kita serasa melihat
perputaran tata surya....

1 Comment

reply

lumutsolo wrote on Jan 19

boleh download tulisannya mas

audio reply video reply

Add a Comment

U2FsdGVkX1.AD reply 1

reply 2461:U2FsdGVkX

Add a comment to this blog entry, for everyone

Send ramaalessandro2 a personal message

Quote original message


Preview
Submit & Spell Check

submitted

© 2011 Multiply · English · About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Translate · API · Contact
· Help

Anda mungkin juga menyukai