Oleh :
Herwening Roro K
C0107007
SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Drama
1. Pengertian Drama
Kata “drama” berasal dari “draien” (Yunani) yang diturunkan dari “draomai”
yang berarti ‘berbuat’, ‘bertindak’, ‘beraksi’. Adapun drama sendiri adalah: hidup
yang dilukiskan dengan gerak; kualitas komunikasi, situasi, aksi yang menimbulkan
perhatian, kehebatan, dan ketegangan pada pendengar/penonton; ragam sastra dalam
bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas; cerita konflik
manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan
percakapan dan gerak atau lakuan di hadapan penonton.
2. Jenis Drama
a. Berdasarkan Jalinan Perasaan
1) Komedi
Komedi yakni drama atau cara bermain yang mengundang tawa, karena adanya
kepincangan, kelucuan, dan pertentangan yang menggelikan antara tokoh, watak,
kejadian, ujaran.
2) Tragedi
Tragedi yakni dimana tokoh utamanya melawan kekuatan dahsyat sehingga
berakhir tragis, kadang bersifat magis.
b. Berdasarkan Tujuan
1) Drama Baca
Drama yang dimaksudkan hanya untuk dibaca, tidak untuk dipentaskan.
2) Drama Pentas
Drama yang memang diciptakan untuk dipentaskan. Drama ini di samping
memiliki aspek literer juga memiliki aspek teateral.
2) Drama Radio
Drama yang disiarkan melalui radio. Penonton tidak berhadapan dengan pemain,
bersifat monodimensional: dengaran (audirif) shg sangat mengandalkan suara
untuk membangun imajinasi pendengar. Perwatakan tokoh, movement, latar harus
diproyeksikan melalui suara. Mood dan texture suara menentukan watak tokoh.
Sound-effect untuk latar.
3) Drama Televisi/Sinetron
Drama yang disiarkan melalui televisi. Penonton tidak berhadapan langsung
dengan pemain, bersifat dua dimensional: lihatan dan dengaran (audio-visual).
Sudut pandang penonton dibatasi oleh sudut pandang kamera (angel). Artistik
ditentukan oleh Juru kamera, editor, di samping permainan para aktor.
4) Film
Film disini maksudnya mirip dengan drama televisi, hanya medianya layar.
B. Alur
1. Pengertian Alur
2. Jenis Alur
c. Alur Campuran
Apabila dalam sebuah karya fiksi terdapat dua macam alur, yaitu progresif-
regresif. Kedua alur tersebut digunakan secara bergantian. Menurut Suharianto dalam
Meiga kedua alur yang digunakan dijalin dalam kesatuan yangpadu sehingga tidak
menimbulkan kesan adanya sebuah cerita atau peristiwa yang terpisah baik waktu
maupun kejadiannya. (2007:20)
2. Bagian-Bagian Alur
Alur drama disajikan dalam urutan babak dan adegan.
a. Babak
Babak adalah bagian terbesar dari drama. Pergantian babak bisa ditandai
dengan layar yang turun, atau lighting sejenak dimatikan. Pergantian babak biasanya
menandai pergantian latar (di panggung pergantian properti), baik latar waktu, atau
latar tempat/ruang, atau keduanya.
b. Adegan
Adegan adalah bagian dari babak. Satu babak dapat terdiri atas beberapa
adegan. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak
selalu disertai pergantian latar.
3. Struktur Alur
Secara sederhana alur drama harus memiliki:
a. Bagian pembuka: eksposisi
Tahapan ini mengi-sahkan tentang kejadian yang telah terjadi dan yang sedang
terjadi. Agar penikmat tidak merasa ahistoris dengan cerita yang sedang disajikan
b. Komplikasi
Tahap ini adala awal mula ketegangan dihadirkan. ketegangan akan menaik,
lambat atau cepat menjadi keras.
c. Klimaks
Tahap ini adalah dimana tegangan tikaian atau konflik mencapai puncaknya.
d. Resolusi
Konflik telah memperoleh peleraian. Tegangan akibat terjadinya konflik mulai
menurun.
e. Keputusan
Penyelesaian (catastrophe: tragedi, denoument: komedi)
C. Penokohan
1. Pengertian Penokohan
Karakter atau penokohan adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa
peran sifat-sifat pribadi atau watak dalam pentas drama. Karakter merupakan bahan
paling aktif yang menggerakkan jalan cerita. Bila alur bercerita tentang peristiwa
yang terjadi, maka karakter bercerita tentang alasan peristiwa terjadi. Jadi yang
menggerakkan peristiwa adalah karakter
2. Analisis Penokohan
Analisis dalam penokohan atau karakter meliputi karakterisasi dan klasifikasi
karakter.
a. Karakterisasi
Meski karakter adalah tokoh rekaan (dramatic personae) tetapi haruslah
melukiskan orang yang hidup. Maka karakter harus tampil secara utuh, berpribadi,
berwatak. Karakter disebut utuh jika memiliki karakteristik tiga dimensional:
1) Dimensi Fisiologis
ciri-ciri badani, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dll.
2) Dimensi Sosiologis
atar belakang kemasyarakatan, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, peran
dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup,
kepercayaan/agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, suku, bangsa,
keturunan.
3) Dimensi Psikologis
latar belakang kejiwaan, seperti mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan
perasaan pribadi, sikap, kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian.
b. Klasifikasi Karakter
Berdasarkan keharusan psikis:
1) Protagonis
Peran utama, pahlawan, pusat cerita, pembawa moral cerita.
2) Antagonis
Peran lawan, musuh/penghalang protagonis yang menyebabkan konflik.
3) Tritagonis
Peran penengah, pelerai, atau pengantara protagonis dan antagonis
4) Peran Pembantu
Secara langsung tidak terlibat dalam konflik tetapi diperlukan untuk
menyelesaikan cerita.
2. Komplikasi
Pada tahapan ini awal mula ketegangan dihadirkan. Kemudian
ketegangan akan terus menaik secara lambat atau cepat. Dalam
drama ”Kali Ciliwung”, tahapan ini mulai terlihan pada insiden (9)
sampai (71)
3. Klimaks
Pada tahap ini tegangan tikaian/konflik mencapai puncaknya.
Dalma drama ”Kali Ciliwung” ditujukan pada insiden (72) yakni
ketika Karto menunjukan keberadaan Bakir yang ada di
’Senthong” Ijah.
4. Resolusi
Pada Tahap ini konflik telah memperoleh peleraian. Tegangan
akibat terjadinya konflik mulai menurun. Dalam ”Kali Ciliwung”
terlihat pada insiden (76) yakni ketika Bakir mulai minta maaf
kepada Herlambang dan mengembalikan Uang Herlambang
.
5. Keputusan
Penyelesaian dalam “Kali Ciliwung” yakni Herlambang menikah
dengan Aminah bukan Ijah dan Bakir juga meninggalkan Ijah.
BAB IV
PENOKOHAN DALAM DRAMA “KALI CILIWUNG”
KARYA MOCH. NUSJAHID P.
Karakter atau penokohan adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa
peran sifat-sifat pribadi at
A. Karakterisasi
1. Dimensi Fisiologis
a. Ijah
Ijah adalah seorang wanita berumur 25 tahun, cantik, kulitnya hitam, berambut
panjang, dipotong sebahu setelah bertemu Herlambang. Dari dimensi fisiologis,
pengarang melukiskan karakter Ijah secara eksplisit yakni melalui komentar pelaku
lain dan petunjuk teks samping dan juga secara implisit yakni melalui tindakan tokoh
yang bersangkutan
Kutipan 1.
Ijah : (Takon lugu). Korupsi kuwi apa ta mas Bakir? (Rambute dielus nganggo
tangane. Gelungane sing arep udhar, dikencengake). ( Kali Ciliwung, hal
34)
Terjemahan :
Ijah : (Bertanya halus). Korupsi itu apa sih mas Bakir? (Rambutnya dibelai
dengan tangannya. Gelungannya yang mau lepas, dikencangkan)
Kutipan 2.
Ijah wis dandan ayu. Rambute sing wis dikethok ngranggeh bahu, sayake sing
mini warnane jambon : mung gawe pangling. Ora mantra-mantra yen Ijah saka
desa kluthuk wewengkon Wonogiri. Bengi kuwi sajak ana sing dienteni. Ora
ngenteni wong lanang sing padha butuh dheweke, nanging ngenteni Herlambang
sang penyair.( Kali Ciliwung, 43)
Terjemahan :
Ijah sudah berdandan cantik. Rambutnya yang sudah dipotong sebahu, roknya
mini warnanya pink: hanya membuat seperti tak kenal. Tidak menyangka kalau
Ijah dari desa Wonogiri. Malam itu seolah ada yang ditunggu. Tidak menunggu
lelaki yang sama butuhnya dengan dia, tetapi menunggu Herlambang sang
penyair.
Kutipan 3.
Ijah: Wis limang taun. Maune kulitku kuning resik. Saiki dadi ireng mangkak
sebab dipanggang panas Jakarta. ( Kali Ciliwung, 41)
Terjemahan :
Sudah lima tahun. Dulunya kulitnya kuning bersih, Sekarang menjadi hitam sebab
dipanggang panas Jakarta.
Kutipan 4.
Herlambang : Kowe ayu, Jah . . .?(Karo nyiwel janggute Ijah). ( Kali Ciliwung,
42)
Terjemahan :
b. Herlambang
Herlambang adalah seorang pemuda berumur 23 tahun, berambut gondrong,
berwajah tampan, tidak terurus. Dari dimensi fisiologis, pengarang melukiskan
karakter Herlambang secara eksplisit yakni melalui komentar pelaku lain dan
petunjuk teks samping.
Kutipan 1.
Terjemahan :
Kutipan 2.
Bakir : E,e,e,e. . . . ana wong lanang. Apa kowe kencan karo dheweke ta, Jah?
Wonge isih enom. Rambute gondrong. Rupane bagus, Jah. Nanging kok
sajak ora kopen. (Kali Ciliwung, hal 39)
Terjemahan :
Bakir : E,e,e,e...ada lelaki. Apa kamu kencan dengan dia ya, Jah? Orangnya
masih muda. Rambutnya panjang. Wajahnya tampan, Jah. Tetapi kok
seolah tidak terawat
c. Bakir
Bakir adalah seorang pemuda berumur 27 tahun, berwajah tampan, berkulit
hitam. Dari dimensi fisiologis, pengarang melukiskan karakter Bakir secara eksplisit
yakni melalui komentar pelaku lain dan petunjuk teks samping.
Kutipan 1.
Herlambang : Gumun, kowe wong bagus kok dadi tukang copet. (Kali Ciliwung,
40)
Terjemahan :
Kutipan 2.
Welas : Iya. Sir padha irenge. Sir padha senenge. Jebul meneng-meneng yen
awake dhewe lunga, mas Bakir saben dinane glenikan dhewe karo
Ijah, kang Karto. (Ngguyu cekikikan). (Kali Ciliwung, hal 33)
Terjemahan :
Welas : Iya. Suka sama hitamnya. Suka sama senangnya. Ternyata diam-diam
kalau kita pergi, Mas Bakir setiap harinya sibuk sendiri dengan Ijah.
Kang Karto. (Tertawa terbahak-bahak)
d. Karto
Karto adalah seorang laki-laki berumur 40 tahun. Dari dimensi fisiologis,
pengarang melukiskan karakter Karto secara eksplisit yakni melalui petunjuk teks
samping yang memberikan informasi tentang umur Karto. Fisik yang lain tidak
digambarkan oleh pengarang.
e. Welas
Welas adalah seorang wanita berumur 35 tahun. Dari dimensi fisiologis,
pengarang melukiskan karakter Welas secara eksplisit yakni petunjuk teks samping
hanya mengenai umur Welas. Fisik yang lain tidak digambarkan.
2. Dimensi Sosiologis
a. Ijah
Dalam ”Kali Ciliwung” Ijah digambanrkan oleh pengarang sebagai seorang
pelacur yang tinggal dipinggir Sungai Ciliwung. Pengarang melukiskan karakter Ijah
secara eksplisit yakni melalui komentar pelaku lain.
Kutipan 1.
Welas : Ngertiya. Sapa ngerti, suwening suwe kowe bisa dadi lonthe kelas hotel.
(Kali Ciliwung, 32)
Terjemahan
Welas : Ketahuilah. Siapa tau, lama-kelamaan kamu bias jadi “lonthe” kelas
hotel.
b. Herlambang
Herlambang dalam ”Kali Ciliwung” digambarkan oleh pengarang sebagai
seorang penyair. Pengarang melukiskan karakter Herlambang secara eksplisit yakni
melalui komentar pelaku lain.
Kutipan 1.
Bakir : Mengko dhisik. Kaya kowe iki gaweyanmu apa ya mung gawe sanjak?
(Kali Ciliwung, 40)
Terjemahan
Bakir : Nanti dulu. Seperti kamu ini pekerjaannya apa ya hanya membuat sajak?
c. Bakir
Bakir dalam ”Kali Ciliwung” digambarkan oleh pengarang sebagai seorang
pemuda yang pekerjaannya adalah tukang copet. Pengarang melukiskan karakter
Bakir secara eksplisit yakni melalui komentar pelaku lain.
Kutipan 1.
Terjemahan :
Karto : (menyambung cepat). Benar katamu. Tapi kenapa nasibmu dan nasibku
tetap terus seperti ini?. Kamu jadi tukang pencari sampah dan aku jadi
tukang copet.
d. Karto
Kutipan 1.
Karto : Wong urip kuwi kudu nyambut gawe. Senajan nyambut gawe mung
golek tegesan. (Kali Ciliwung, hal. 32)
Terjemahan :
Karto : Orang hidup itu harus bekerja. Walaupun bekerja hanya mencari putung
rokok (pemulung).
e. Welas
Dalam ”Kali Ciliwung” Welas digambarkan oleh pengarang sama seperti
Karto yakni orang yang pekerjaannya mencari putung rokok. Pengarang melukiskan
karakter Welas secara eksplisit yakni melalui petunjuk teks samping.
Kutipan 1.
Welas ibut ngetung tegesan sing diwadhahi umplung karo Karto sisihane. (Kali
Ciliwung, hal 31)
Terjemahan :
Welas sibuk menghitung putung rokok yang dimasukkan ke kaleng dengan Karto
suaminya.
3. Dimensi Psikologis
a. Ijah
Dalam ” Kali Ciliwung” Ijah digambarkan sebagai seorang wanita yang
pemalas, bodoh, sabar, genit, wanita yang setia, mudah marah dan tidak mempunyai
pendirian. Pengarang melukiskan karakter Ijah secara eksplisit yakni melalui
komentar pelaku lain dan juga secara implisit yakni melalui tindakan tokoh yang
bersangkutan
Kutipan 1.
Terjemahan :
Kutipan 2.
Bakir : Dadi wong kok bodho temen, korupsi bae ora ngerti. ( KaliCiliwung,
hal 34)
Terjemahan
Bakir : Menjadi orang kok bodoh sekali, korupsi saja tidak tahu.
Kutipan 3.
Ijah : Yen mung sabar bae, kawit biyen aku wis sabar.( Kali Ciliwung, hal
36)
Terjemahan
Ijah: Kalau hanya sabar saja, sejak dari dulu aku sudah sabar.
Kutipan 4.
Karto : Kowe aja nggodha , lho Jah ! Wong lanang yen digodha wong wadon
ayu kayak kowe, gampang nggoling. Gampang nggoling . . Jah! (Kali
Ciliwung, hal. 44)
Terjemahan
Karto : Kamu jangan menggoda, lho Jah! Orang laki-laki kalau digoda seorang
wanita cantik seperti kamu, mudah goyah. Mudah goyah..Jah!
Kutipan 5.
Bakir : (Lega).Kowe wong wadon setia, Jah ! Kepriye, yen kowe dakpek bojo
?(Mripate Ijah dipandeng suwe). (Kali Ciliwung, 47)
Terjemahan :
Bakir : (lega). Kamu wanita setia, Jah! Bagaimana kalau kamu aku minta jadi
istri? (Mata Ijah dpandang lama).
Kutipan 6.
Ijah : (Mak prempeng nesu, medhot guneme Karto). Kang Kartoooo!( Kali
Ciliwung, 50)
Terjemahan
Kutipan 7.
Welas : Jah, kowe kok mencla-mencle. Sing cetha, ta. Sing kok pilih sapa?
Mas Bakir apa mas Herlambang? (Uga katujokake Ijah) (Kali
Ciliwung, hal. 56)
Terjemahan :
Welas : Jah, kamu kok berubah-ubah. Yang jelas, y. Yang kamu pilih siapa?
Mas Bakir apa Mas Herlambang
b. Herlambang
Herlambang dalam ”Kali Ciliwung” digambarkan sebagai seorang yang mudah
terpengaruh. Pengarang melukiskan karakter Herlambang secara implisit yakni
melalui tindakan tokoh yang bersangkutan
Kutipan 1.
Terjemahan :
c. Bakir
Bakir dalam ” Kali Ciliwung” digambarkan oleh pengarang sebagai seorang
yang mudah marah, tidak bisa diakjak bercanda, mudah cemburu, tapi dia seorang
yang jujur. Pengarang melukiskan karakter Bakir secara eksplisit yakni melalui
komentar pelaku lain, monolog tokoh yang bersangkutan dan petunjuk teks samping,
juga secara implisit yakni melalui tindakan tokoh yang bersangkutan
Kutipan 1.
Bakir : (Saya seru). Endi Ijah ??? (Karo menyat ngadeg sajak nesu)
Karto : (Tetep ayem) Sing mboktakoni kuwi sapa ? (Marang Bakir).
Bakir : Kowe ! (Nggetak). (Kali Ciliwung, hal. 32)
Terjemahan
Kutipan 2.
Terjemahan
Kutipan 3.
Bakir udut klepas-klepus karo lungguh ana watu. Sedhela-sedhela nyawang Ijah
lan Herlambang sajak jengkel. Cemburu. (Kali Ciliwung, hal. 42)
Terjemahan
Kuitpan 4.
Terjemahan
Herlambang : Memang dia juga berbicara dengan saya, kalau copet. Dia jujur.
d. Karto
Karto digambarkan sebagai seorang yang optimis dan menerima keadaannya.
Pengarang melukiskan karakter Karto secara implisit yakni melalui hal-hal yang
dibicarakan dan yang dipikirkannya.
Kutipan 1.
Karto : Wis manggon ana Jakarta, goblogmu kok ora suda-suda ta, Las!
Wong kuwi kudu duwe panjangka. Gegayuhan. Yen ora duwe
panjangka, ateges mung urip-uripan. (Kali Ciliwung, hal. 33)
Terjemahan
Karto : Sudah di Jakarta, bodohmu kok tidak berkurang-kurang ya, Las! Orang
itu harus punya harapan. Cita-cita. Kalau tidak punya harapan berarti
hanya hidup-hidupan.
Kutipan 2.
Karto : Aku ya ora apa-apa. Nyatane aku trima, Las. . . . .!(Kali Cliwung, hal.
46)
Terjemahan
e. Welas
Welas digambarkan sebagai tokoh yang bodoh, keras kepala dan tidak mau
berfikir panjang. Pengarang melukiskan karakter Welas secara eksplisit yakni melalui
komentar tokoh lain.
Kutipan 1.
Karto: wis manggon ana Jakarta, goblogmu kok ora suda-suda ta, Las! (Kali
Ciliwung, hal. 33)
Terjemahan
Kuitpan 2.
Karto: Wong wadon wangkal. Ora kena dikandhani. Ora bisa dijak
guneman (Jengkel). (Kali Ciliwung, hal. 46)
Terjemahan
Karto : Perempuan keras kepala. Tidak mau diberitahu. Tidak bisa diajak
bicara (Jengkel)
Kutipan 3.
Herlambang: Sabar, yu, sabaaar! Aja cethek nalarmu, ta yu! (Karo nggandheng
Welas adoh saka kali) (Kali Ciliwung, hal. 46)
Terjemahan
B. Klasifikasi Karakter
Tokoh protagonis dalam ”Kali Ciliwung” dijabat oleh Ijah dan Herlambang
yakni sebagai peran utama, pahlawan, atau yang menjadi pusat cerita. Sedangakan
tokoh antagonis yakni Bakir, penghalang protagonis yang menyebabkan konflik.
Karto dan Welas sebagai tokoh tritagonis yakni sebagai peran penengah, pelerai, atau
pengantara protagonis dan antagonis.
BAB V
PENUTUP
2. Dimensi Sosiologis
a. Ijah (seorang pelacur)
b. Herlambang (seorang penyair)
c. Bakir (seorang copet)
d. Karto (seorang pemungut putung rokok bekas)
e. Welas (seorang pemungut putung rokok bekas)
3. Dimensi Psikologis
a. Ijah (pemalas, bodoh, sabar, genit, wanita yang setia, mudah marah dan tidak
mempunyai pendirian)
b. Herlambang (seorang yang mudah terpengaruh)
c. Bakir (mudah marah, tidak bisa diakjak bercanda, mudah cemburu,seorang
yang jujur)
d. Karto (seorang yang optimis dan menerima keadaannya)
e. Welas (bodoh, keras kepala dan tidak mau berfikir panjang)
B. Klasifikasi karakter
Tokoh protagonis dalam ”Kali Ciliwung” dijabat oleh Ijah dan Herlambang.
Sedangakan tokoh antagonis yakni Bakir. Karto dan Welas sebagai tokoh tritagonis
yakni sebagai peran penengah, pelerai, atau pengantara protagonis dan antagonis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.noviasyahidah.com/879/