RENCANA UTAMA
DALAM operasi memadam kebakaran bangunan tinggi pihak bomba juga harus menitikberatkan keperluan menyelamatkan mangsa yang terperangkap.
SEIRING dengan kemajuan yang dicapai oleh Malaysia sejak merdeka, saban tahun bangunan pencakar langit kian bertambah. Di Lembah Klang
sahaja, bangunan setinggi 12 tingkat kini mencecah jumlah 548 dan jika dihitung di seluruh Malaysia sudah pasti angkanya mencecah ribuan.
Negara turut mempunyai bangunan pencakar langit iaitu Menara Berkembar Petronas KLCC yang mempunyai ketinggian sehingga 88 tingkat.
Persoalannya adakah bangunan tinggi itu selamat? Jika berlaku kebakaran, adakah Jabatan Bomba dan Penyelamat Malaysia (JBPM) yang
mempunyai petugas tetap seramai 13,456 orang mampu menanganinya?
Ketua Pengarah JBPM, Datuk Wan Mohd. Nor Ibrahim berkata, kesemua bangunan tinggi di negara ini memenuhi piawaian dan mematuhi undang-
undang yang ditetapkan di samping mempunyai ciri-ciri keselamatan yang memuaskan terutama dalam menghadapi kebakaran.
Bangunan tinggi di Malaysia terutama yang dibina selepas tahun 1984 mematuhi undang-undang yang dipanggil Undang-Undang Kecil Bangunan
Seragam (UBBL) 1984.
“Undang-undang ini umumnya telah dipertingkatkan daripada versi 1976 iaitu selepas kejadian kebakaran bangunan Kompleks Campbell pada 8 April,
1976,” katanya ketika ditemui di pejabatnya di Putrajaya.
Menurutnya, bangunan-bangunan tinggi di Malaysia dilengkapi dengan alat pencegahan kebakaran yang mencukupi selain mempunyai ciri-ciri
keselamatan dan sistem tersendiri sekiranya berlaku kebakaran.
“Antaranya ialah pintu rintangan api, kamera litar tertutup (CCTV), sistem sprinkeler protected corridor, dan lobi bagi membolehkan penghuni keluar
dengan selamat sekira berlaku kebakaran.
“Ini bermakna sistem yang dipasang itu berupaya memadamkan kebakaran atau memberi amaran kepada mereka yang berada dalam bangunan
tinggi”, katanya.
Wan Mohd. Nor berkata, bomba sememangnya mempunyai peralatan yang mencukupi dan mampu menghadapi apa juga situasi kebakaran meskipun
ia berlaku di tempat tinggi seperti KLCC.
Ini kerana KLCC yang mempunyai 88 tingkat dan terdiri daripada dua bahagian (bangunan
berkembar) mempunyai ciri keselamatan yang ketat. Semua sistem di KLCC telah pun diambil
kira keselamatannya oleh pihak bomba semasa proses pembinaan.
“Lagipun bangunan seperti ini sememangnya diberikan lebih perhatian. Ada bilik kawalan 24
jam, kamera CCTV untuk mengesan kebakaran dengan cepat dan alat bantuan yang
mencukupi sekiranya berlaku kebakaran.
“Bukan faktor ketinggian itu sahaja yang perlu diberi perhatian tetapi masalahnya ialah orang di
dalamnya ramai, ada beribu orang. KAEDAH pemadaman secara agresif adalah teknik pilihan pasukan
bomba untuk kejadian kebakaran di bangunan tinggi.
“Jadi yang paling penting ialah sistem perlindungan keselamatan di dalamnya mesti dalam
keadaan baik. Kalau ada berlaku kebakaran, automatik akan memadamkan kebakaran,”
katanya lagi.
Anggota bomba di negara ini sememangnya terlatih dalam menghadapi apa jua kebakaran dan dalam menghadapi kebakaran di bangunan tinggi dua
kaedah biasanya akan digunakan.
Beliau berkata kaedah tersebut dikenali sebagai Internal Fire Fighting dan External Fire Fighting.
Bagi Internal Fire Fighting ataupun dirujuk juga sebagai Offensive Fire Fighting, ia merujuk kepada satu teknik pemadaman secara agresif yang
mewajibkan pasukan bomba memasuki sesebuah bangunan atau struktur untuk tujuan pemadaman serta menyelamat.
Teknik itu digunapakai apabila terdapat mangsa yang terperangkap di bangunan dan berdasarkan penilaian kemungkinan mangsa itu masih hidup
adalah tinggi atau berdasarkan penilaian awal analisis risiko, struktur bangunan adalah selamat untuk dimasuki dan tidak akan runtuh.
External Fire Fighting pula atau juga dikenali Defensive Fire Fighting merupakan teknik pemadaman dari luar bangunan bagi tujuan isolasi dan
menstabilkan sesuatu kebakaran supaya ia tidak musnah sama sekali dan merebak ke struktur lain.
Daripada kedua-dua kaedah tersebut, Internal Fire Fighting lebih menjadi pilihan oleh anggota bomba dalam menghadapi kebakaran di bangunan
tinggi.
Ini kerana tangga yang dimiliki bomba hanya boleh naik setinggi 15 tingkat. Selain itu anggota bomba juga mendapat bantuan daripada bahagian
dalaman bangunan itu sendiri yang dilengkapi alat pemadam api seperti sprinkler dan sebagainya.
“Kaedah ini sememangnya menjadi pilihan apabila bomba menghadapi situasi kebakaran di tempat tinggi, kerana memadamkan api dari dalam adalah
lebih cepat,” katanya. – Bernama
http://skaifire.com/content/view/15/1/
Pencegahan
Kebakaran
Pernahkah anda
membayangkan dunia ini tanpa
api? Api bila dapat dikontrol
akan banyak kegunaannya.
Tapi bila sudah tidak dapat
dikontrol lagi maka namanya
menjadikebakaran .
Pengenalan Kelas-
Kelas Kebakaran
Kelas
Kebakaran yang
disebabkan oleh benda-
benda padat, misalnya
kertas, kayu, plastik,
karet, busa dan lain-
lainnya. Media
pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa:
air, pasir, karung goni
yang dibasahi, dan Alat
Pemadam Kebakaran
(APAR) atau racun api
tepung kimia kering.
Kelas
Kebakaran yang
disebabkan oleh benda-
benda mudah terbakar
berupa cairan, misalnya
bensin, solar, minyak
tanah, spirtus, alkohol
dan lain-lainnya. Media
pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa:
pasir dan Alat Pemadam
Kebakaran (APAR) atau
racun api tepung kimia
kering. Dilarang
memakai air untuk jenis
ini karena berat jenis
air lebih berat dari pada
berat jenis bahan di
atas sehingga bila kita
menggunakan air maka
kebakaran akan
melebar kemana-mana
Kelas
Kebakaran yang
disebabkan oleh listrik.
Media pemadaman
kebakaran untuk kelas
ini berupa: Alat
Pemadam Kebakaran
(APAR) atau racun api
tepung kimia kering.
Matikan dulu sumber
listrik agar kita aman
dalam memadamkan
kebakaran
Prinsip
Pemadaman Kebakaran
Peralatan
Pencegahan Kebakaran
APAR / Fire
Extinguishers / Racun
Api
Peralatan ini merupakan
peralatan reaksi cepat
yang multi guna karena
dapat dipakai untuk
jenis kebakaran A,B dan
C. Peralatan ini
mempunyai berbagai
ukuran beratnya,
sehingga dapat
ditempatkan sesuai
dengan besar-kecilnya
resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari
daerah tersebut,
misalnya tempat
penimbunan bahan
bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita
tempatkan racun api
dengan ukuran 1,2 Kg
dengan jumlah satu
tabung. Bahan yang
ada dalam tabung
pemadam api tersebut
ada yang dari bahan
kinia kering, foam /
busa dan CO2, untuk
Halon tidak
diperkenankan dipakai
di Indonesia.
Hydran
Ada 3 jenis hydran,
yaitu hydran gedung,
hydran halaman dan
hydran kota, sesuai
namanya hydran
gedung ditempatkan
dalam gedung, untuk
hydran halaman
ditempatkan di
halaman, sedangkan
hydran kota biasanya
ditempatkan pada
beberapa titik yang
memungkinkan Unit
Pemadam Kebakaran
suatu kota mengambil
cadangan air.
Detektor Asap / Smoke
Detector
Peralatan yang
memungkinkan secara
otomatis akan
memberitahukan
kepada setiap orang
apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat
ini akan berbunyi,
khusus untuk
pemakaian dalam
gedung.
Fire Alarm
Peralatan yang
dipergunakan untuk
memberitahukan
kepada setiap orang
akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu
tempat
Sprinkler
Peralatan yang
dipergunakan khusus
dalam gedung, yang
akan memancarkan air
secara otomatis apabila
terjadi pemanasan pada
suatu suhu tertentu
pada daerah di mana
ada sprinkler tersebut
Pencegahan Kebakaran
Identifikasi bahaya
yang dapat
mengakibatkan
kebakaran pada gedung
itu.
o Bahan Mudah
Terbakar, seperti
karpet, kertas,
karet, dan lain-
lain
o Sumber Panas,
seperti Listrik,
Listrik statis,
nyala api rokok
dan lain-lain
Penilaian Resiko
Resiko tinggi karena
merupakan bangunan
tinggi yang banyak
orang
Monitoring
Inspeksi Listrik,
Inspeksi Bangunan,
Inspeksi Peralatan
Pemadam Kebakaran,
Training, Fire Drill /
Latihan Kebakaran dan
lain-lain
Recovery / Pemulihan
Emergency Response
Plan / Rencana
Tindakan Tanggap
Darurat, P3K, Prosedur-
Prosedur, dan lain-lain.
1. Xiaocui Zhang, Manjiang Yang, Jian Wang, and Yaping He
Abstract
Computational fluid dynamics (CFD) modeling (or field modeling) is becoming the main method for numerical
simulation of building fires. Among many factors that influence the validity and accuracy of CFD simulation results,
the computational domain is sometimes overlooked. In this article, the effects of computational domain on simulation
results are analyzed. Simulation results from the use of different domains are compared with experimental data
reported in the literature. A parametric study is then conducted to reveal a relationship between the effective domain
extension and the heat release rate of the enclosure fire. The effect of computational domain extension in relation to
vent opening is also investigated. It is found that the selection of computational domain can have a significant effect
on the outcome of enclosure fire simulations. Determination of the appropriate computational domain without unduly
sacrificing computational efficiency is also discussed.
Building codes in many countries around the world are shifting from prescriptive-based to performance-based, a move that is due, in part, to the negative aspects of the prescrip
tive codes, to economic and social reasons, to advances made in fire science and engineering, to the need for codes to use fire safety engineering principles within the context
of their regulations and to the global harmonization of regulation systems. In addition, the performance-based codes approach improves the regulatory environment by
establishing clear code objectives and safety criteria and leaving the means of achiev ing these objectives to the designer. Hence, the codes will be more flexible in allowing
innovation, more functional, less complex and easier to apply. Another advantage of performance-based codes is that they will permit the incorporation and use of the latest
building and fire research, data and models. These models will be used as the tools for measuring the performance of any number of design alternatives against the established
safety levels. The optimum design would meet the code safety objectives and the needs of both the designer and the user. The claimed advantages of such a design is that it
can provide improved safety and design functionality at reduced costs.
This paper presents the results of the literature survey on the efforts to move from the prescriptive building regulations to performance-based regulations. This paper also
describes the required steps for developing performance-based codes. The description outlines the set of objectives formulated internationally, the deterministic and probabilistic
design criteria for quantifying the desired fire safety objectives, and safety factors that should be applied to the performance criteria to permit the designer to conservatively
assess the design and to allow for a smaller margin of error. Finally, some of the existing fire safety design methods are presented along with a brief description of computerized
fire tools.
Keselamatan kebakaran adalah merupakan aspek penting bagi sesuatu premis. Tanggungjawab
tersebut harus dipikul oleh semua pihak termasuk pemunya, penghuni dan orang yang mempunyai
pengurusan sepenuhnya terhadap premis tersebut. Mengikut seksyen 27, Akta Perkhidmatan Bomba
1988 telah mewartakanSembilan Kategori Premis perlu mempunyai Perakuan Bomba. Kegagalan
mendapatkan Perakuan Bomba adalah melakukan satu kesalahan di bawah seksyen 33 dan boleh
dihadapkan ke mahkamah.
Perakuan Bomba bertujuan untuk memastikan bahawa premis yang ditetapkan mempunyai
keselamatan diri, pencegahan kebakaran, perlindungan kebakaran dan menentang kebakaran yang
mencukupi dan memenuhi standard. Jesteru itu, Bahagian Keselamatan Kebakaran, JBPM Negeri Johor
dengan kerjasama PSKK JBPM Negeri Johor akan mengadakan "Seminar Kesedaran Keselamatan
Kebakaran" bagi meningkatkan kesedaran tentang bahaya kebakaran kepada orang awam .
Statistik
9 8 5 5 13 6 14 11
0 5 0 2 1 2 3 2
0 1 0 1 5 3 2 2
Panggilan Palsu
7 9 13 9 10 9 5 6
Banjir
0 1 2 3 8 2 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
Selamat
0 0 0 0 0 0 0 0
30,322,369.55 81,459,611.70
Februari
11,045,432.00 18,123,393.00
Mac
8,228,855.00 19,634,500.00
April
12,087,011.00 26,258,700.00
Mei
16,737,247.00 78,140,603.89
Jun
7,877,275.00 6 61,097,012.41
Julai
25,848,079.29 19,144,860.00
Ogos
12,735,300.00 1 17,972,225.00
September
6,783,665.00 258,266,396.00
Oktober
21,616,906.10 2 2,080,505,319.90
November
7,789,761.00 18,978,234.00
Disember
Jumlah
161,071,900.94 2,679,580,855.90
FIRE EXTINGUISHERS
Make sure there are fire extinguishers to extinguish fire in the early stage. Get the
information on the handling and utilization procedures from the supplier of MFRD.
Place the extinguishers in highly visible and accessible locations or at high risk areas.
SMOKE DETECTORS
Smoke detectors function to give early warning in case of fire so that quick steps to save
lives and properties can be taken. Make sure they are installed in strategic locations.
INSTALLATION OF GRILLS
Make sure you choose the proper design that can be opened easily by everyone and have
safety features. Make sure they are of the durable type and do not require complicated
handling procedures.
ALAT PEMADDAM API
P- PULL (CABUT)
Cabut pin untuk melepaskan tuil
A- AIM (HALA)
Hala nozel atau hos ke dasar
api.
S- SQUEEZE (TEKAN)
Tekan tuil di atas pemegang
untuk mengeluarkan bahan
pemadam. Untuk menghentikan
bahan dari keluar, lepaskan tuil.
S- SWEEP (SAPU)
Gerakan nozel atau hos kekiri
kanan. Bergerak ke arah api
dengan cermat.
Kelas-Kelas Api
KELAS-KELAS API
Umumnya, terdapat lima kelas api yang berlaku di rumah. Alat pemadam api
dengan simbol piawai dan huruf kelas-kelas api ia boleh digunakan.