Anda di halaman 1dari 38

KARYA TULIS MAHASISWA

PEMANFAATAN FACEBOOK SEBAGAI


PRODUK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
PERSPEKTIF PERADABAN ISLAM

OLEH:
Mohammad F. K. Umam
5106 100 064

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2009

1
KATA PENGANTAR

Facebook telah menjadi sebuah trend yang mencakup berbagai belahan dunia.
Ratusan juta orang telah terdaftar menjadi anggota dari situs jejaring sosial
tersebut. Diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah dan meluas
penggunaannya di seluruh dunia.

Namun, muncul beberapa pertanyaan mengenai kebolehan umat Islam


menggunakan dan memanfaatkan facebook. Sejumlah kontroversi pun bergulir
disana sini. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat membantu dan memberikan
konsep praktis bagi semua kalangan tentang bagaimana pandangan Islam
mengenai pemanfaatan dan penggunaan facebook sebagai suatu produk teknologi
informasi agar mampu memberikan kemashlahatan, kejayaan, dan kemakmuran
umat Islam sebagaimana yang terjadi pada masa kekhilafahan Islam.

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhaanahu wa ta’ala yang telah
memberikan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dan membantu terselesaikannya karya tulis ini. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini, sehingga penulis terbuka
terhadap segala masukan demi terwujudnya kejayaan dan kemuliaan bagi umat.

Surabaya, 31 Mei 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar..............................................................................................................iii
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Permasalahan.........................................................................................3
2.3 Tujuan....................................................................................................3
1.3 Hasil dan Manfaat yang diharapkan......................................................3
Bab II : Telaah Pustaka
2.1Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Facebook .............................5
2.2Perbandingan Facebook dengan Situs Web yang Lain..........................6
2.3Kontroversi Penggunaan Facebook di Masyarakat................................8
2.4 Dampak – Dampak Sosial Penggunaan Facebook..............................10

Bab III : Metode Penulisan


3.1 Sifat Penulisan.....................................................................................14
3.2 Metode Pengumpulan Data dan Informasi..........................................14
3.2 Metode Pengolahan Data dan Informasi.............................................15
3.4 Metode Analisis Data dan Informasi...................................................15
3.5 Metode Pengambilan Kesimpulan dan Perumusan Saran...................15
Bab IV : Pembahasan
4.1Pandangan Islam Secara Umum Terhadap Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)...................................................................................16
4.2Facebook dalam Pembahasan Peradaban Islam...................................22
4.3 Solusi Islam dalam Penggunaan dan Pengelolaan Facebook..............29
Bab V : Penutup
5.1 Simpulan................................................................................................32
5.2 Saran......................................................................................................33
Daftar Pustaka.......................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi informasi saat ini telah berkembang pesat seiring dengan


perjalanan kehidupan manusia. Dimulai dari sebuah mesin sederhana yang
digunakan oleh kalangan terbatas pada tahun 50-an, saat ini teknologi
informasi telah merambah ke berbagai sendi kehidupan dengan berbagai
detailnya dan tidak lagi menjadi monopoli kalangan tertentu. Internet
adalah salah satu contohnya. Keberadaan internet seolah-olah telah
menjadi suatu keharusan di lingkungan perkantoran, perusahaan, BUMN,
perguruan tinggi, sekolah, pelabuhan, bandara, dan bahkan lingkungan
keluarga sekalipun. Internet telah menjadi sebuah bagian dari kehidupan
manusia zaman sekarang dan terus dikembangkan untuk masa mendatang.

Pada periode awal kemunculannya sekitar tahun 70-an, tidak banyak orang
yang menggunakan internet. Internet hanya digunakan pada kalangan
terbatas, dalam hal ini militer, untuk sebuah kepentingan tertentu. Salah
satu penyebabnya adalah karena memang belum banyak layanan yang bisa
didapatkan dari internet. Barulah terjadi peningkatan pengguna internet
setelah muncul teknologi web yang memungkinkan seseorang melakukan
komunikasi dan pertukaran informasi dengan orang lain melalui sebuah
halaman yang kemudian dikenal dengan halaman web. Peningkatan tajam
jumlah pengguna internet semakin tidak dapat dihindari setelah munculnya
teknologi web 2.0 yang memungkinkan komunikasi dua arah antar
pengguna internet di seluruh dunia. Teknologi web 2.0 juga
memungkinkan terciptanya jejaring sosial (social networking) antar
pengguna internet1. Salah satu situs jejaring sosial yang terkenal adalah

1
http://en.wikipedia.org/wiki/Web_2.0

4
Facebook (facebook.com). Saat ini, pengguna Facebook diseluruh dunia
telah mencapai angka puluhan juta. Bahkan di Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim, situs jejaring sosial ini menempati posisi pertama
situs yang paling banyak diakses oleh pengguna internet.

Penggunaan produk-produk teknologi informasi, semisal Facebook, tentu


saja menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi para penggunanya.
Pembahasan mengenai dampak positif atau negatif inilah yang kemudian
menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat dunia, khususnya
umat Islam sebagai salah satu umat terbesar. Sejumlah intitusi pendidikan
di Amerika misalnya, telah mengeluarkan larangan bagi siswanya untuk
mengakses Facebook karena dianggap mengganggu proses pendidikan di
sekolah2. Di Indonesia sendiri, muncul fatwa yang mengharamkan
penggunaan Facebook secara berlebihan. Fatwa tersebut dikeluarkan oleh
Pondok Pesantren se Jawa-Madura yang tergabung dalam Forum
Komunikasi Pondok Pesantren Putri (FMP3)3. Di sisi lain banyak juga
yang menganjurkan penggunaan Facebook dan menyatakan dukungannya
terhadap keberadaan Facebook. Salah satunya ditunjukkan oleh Nicole B.
Ellison, Charles Steinfield, dan Cliff Lampe dari Department of
Telecommunication, Information Studies, and Media, Michigan State
University dalam journalnya yang berjudul “The Benefits of Facebook
‘‘Friends:’’ Social Capital and College Students’ Use of Online Social
Network Sites”. Dan masih banyak lagi journal serupa yang menyatakan
dukungannya terhadap penggunaan Facebook sebagai sebuah jejaring
sosial.

Dari uraian di atas dapat kita rasakan adanya kebutuhan untuk mengkaji
lebih dalam mengenai Facebook terutama apabila dikaitkan dengan
perbuatan seorang muslim yang harus senantiasa terikat pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Facebook, sebagai salah satu produk teknologi informasi
harus dikaji penggunaannya secara mendalam dan ilmiah disamping juga
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Criticism_of_Facebook
3
http://www.detikinet.com/kanal/398/cyber-life

5
harus disikapi dengan penyikapan yang tepat oleh kaum muslimin
sehingga izzul Islam wal muslimiin, kemuliaan Islam dan kaum muslimin,
dapat diraih. Terlebih lagi, di Indonesia yang mayoritas penduduknya
muslim masih sangat jarang ditemui kajian yang mendalam dan ilmiah
mengenai penggunaan Facebook. Oleh karena itu diperlukan keberadaan
sebuah karya tulis ilmiah yang membahas mengenai penggunaan
Facebook sebagai salah satu produk teknologi informasi dalam perspektif
Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk mendapatkan rahmat dan keridhoan
Allah SWT.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan diangkat dalam dalam karya tulis ini adalah:
1. Apakah Facebook itu dan mengapa perlu membahas Facebook?
2. Bagaimanakah perkembangan pro dan kontra penggunaan Facebook di
tengah masyarakat, khususnya umat Islam?
3. Bagaimanakah pandangan dan sikap yang tepat terhadap jejaring sosial
yang semakin marak, khususnya Facebook ditinjau dari sudut pandang
peradaban Islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami fakta dan hakikat Facebook serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan fakta tersebut,
2. Untuk memahami dampak-dampak yang diakibatkan oleh penggunaan
Facebook terutama pada generasi umat Islam.
3. Untuk merumuskan sikap yang tepat terhadap Facebook dan berbagai
macam jejaring sosial yang lain serta memberikan solusi dalam
mengatasi dampak negatif penggunaan Facebook.

1.4 Hasil dan Manfaat Yang Diharapkan

6
Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan rujukan, wacana, maklumat, dan
pemahaman baru untuk umat Islam agar dapat menyikapi penggunaan
jejaring sosial, khususnya Facebook dengan sikap yang arif dan tepat,
sesuai dengan kandungan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Diharapkan pula masyarakat memahami pentingnya sebuah pengkajian


yang mendalam dan kehatia-hatian dalam melakukan setiap perbuatan
karena setiap perbuatan yang kita lakukan akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Manfaat lain yang diharapkan dari karya tulis ini adalah sebagai masukan
bagi para teknokrat, khususnya teknokrat muslim, untuk ikut merumuskan
dan mendukung penggunaan teknologi jejaring sosial yang tepat dalam
kerangka peradaban Islam, sehingga teknologi tidak membawa mafsadat
atau kerusakan, justru mampu mendatangkan maslahat dan kebaikan bagi
umat Islam sehingga kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin dapat
diwujudkan.

7
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Facebook

Facebook adalah website jejaring sosial bebas akses yang dikelola dan
dimiliki secara privat oleh Facebook, Inc4. Para pemakai dapat bergabung
dengan jaringan yang diorganisir berdasarkan kota, tempat kerja, sekolah,
dan daerah untuk saling berhubungan dengan orang lain. Orang-orang
dapat juga menambahkan teman dan mengirimkan kepada mereka pesan-
pesan, dan membaharui profil-profil pribadi mereka untuk memberitahu
para temannya tentang diri mereka. Nama situs web itu mengacu pada
kertas facebooks yang memberi penggambaran komunitas kampus yang
diberikan oleh beberapa perguruan tinggi AS dan sekolah-sekolah kepada
para siswa baru, fakultas, dan staf sebagai suatu cara untuk berusaha
memahami orang lain di kampus.

Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh


Markus Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para
mahasiswa Harvard. Markus Zuckerberg menemukan Facebook bersama
para siswa ilmu komputer, rekan utama dan kawan sekamarnya, Dustin
Moskovitz dan Chris Hughes selagi ia menjadi mahasiswa di Harvard
University.5 Keanggotaan situs web pada awalnya dibatasi pada para siswa
Harvard, tetapi diperluas kepada perguruan tinggi yang lain di wilayah
Boston, Ivy League, dan Stanford University.

Dalam waktu 4 bulan semenjak diluncurkan, Facebook telah memiliki 30


kampus dalam jaringannya. Dengan kesuksesannya tersebut, Zuckerberg
beserta dua orang temannya memutuskan untuk pindah ke Palo Alto dan
4
Eldon, Eric. (2008-12-18). "2008 Growth Puts Facebook In Better Position to Make Money".
VentureBeat.. Retrieved on 2008-12-19.
5
"Executive Bios", Facebook. Retrieved August 16, 2008

8
menyewa apartemen di sana. Setelah beberapa minggu di Palo Alto.
Zuckerberg berhasil bertemu dengan Sean Parker (cofounder Napster), dan
dari hasil pertemuan tersebut Parker pun setuju pindah ke apartemen
Facebook untuk bekerja sama mengembangkan Facebook. Tidak lama
setelah itu, Parker berhasil mendapatkan Peter Thiel (cofounder Paypal)
sebagai investor pertamanya. Thiel menginvestasikan 500 ribu US Dollar
untuk pengembangan Facebook.

Pada September 2005 Facebook tidak lagi membatasi jaringannya hanya


untuk mahasiswa., Facebook pun membuka jaringannya untuk para siswa
SMU. Beberapa waktu kemudian Facebook juga membuka jaringannya
untuk para pekerja kantoran. Dan akhirnya pada September 2006
Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat e-
mail.

Belum ada situs jejaring sosial lain yang mampu menandingi daya tarik
Facebook terhadap user. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu
account baru perharinya Lebih dari 25 juta user aktif menggunakan
Facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar 19
menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook. Situs web
tersebut sekarang telah mempunyai lebih dari 200 juta para pemakai yang
aktif pada jaringan web diseluruh dunia.6 Saat ini, Facebook berada pada
urutan ke-4 situs web di dunia di bawah Google, Yahoo!, dan Youtube.
Bahkan di Indonesia, Facebook telah menjadi situs web peringkat pertama
yang paling banyak dikunjungi. 7

2.2 Perbandingan Facebook dengan Situs Web yang Lain

Seperti yang telah dijelaskan di atas, pencapaian Facebook sebagai salah


satu situs jejaring sosial cukup fantastis. Hal tersebut bisa dilihat dari
jumlah pengguna yang telah terdaftar yang sudah mencapai 200 juta
6
"Facebook Statistics". Retrieved January 9, 2009.
7
http://alexa.com/topsites

9
orang. Bukan hanya itu, lebih dari 18% pengguna internet tiap harinya
adalah pengguna Facebook sebagaimana yang nampak pada grafik berikut:

Gambar 1: Prosentase Pengguna Facebook Dibandingkan Pengguna


Internet Keseluruhan Per Hari

Dalam hal waktu pemakaian, Facebook telah melampaui Google sebagai


search engine terbesar di dunia dan bahkan jauh di atas Friendster sebagai
situs jejaring sosial yang pernah mendominasi. Perbandingannya adalah
sebagai berikut:

Gambar 2: Perbandingan Lama Waktu Penggunaan Facebook dan Situs


Lain per Hari

Dalam hal jumlah user yang membuka halaman situs web setiap harinya
setiap pengguna, Facebook juga telah melampaui pencapaian Google
seperti pada grafik berikut:

10
Gambar 3: Browsing Halaman Situs Harian Per Pengguna

Berbagai data dan fakta di atas semakin mengukuhkan kedudukan


Facebook sebagai situs jejaring sosial terbesar di dunia dan situs terbesar
di Indonesia saat ini. Fenomena ini tentu saja membutuhkan ketepatan
sikap dari umat Islam sebagai umat mayoritas di tanah air.

2.3 Kontroversi Penggunaan Facebook di Masyarakat

Facebook sudah dikelilingi beberapa kontroversi selama beberapa tahun


yang lampau. Facebook sudah dihalangi dan dilarang aksesnya di beberapa
negara termasuk Syria8 dan Iran,9 meski Iran akhirnya mencabut larangan
akses tersebut pada tahun 2009.10 Facebook juga sudah dilarang di banyak
tempat kerja untuk mencegah karyawan dari membuang-buang waktu
menggunakan service Facebook.11 Privasi juga telah menjadi sebuah isu,
dan itu sudah diperdebatkan beberapa kali. Facebook juga menghadapi
beberapa penuntutan perkara dari sejumlah mantan teman sekelas
Zuckerberg, yang mengaku bahwa Facebook telah mencuri source
program mereka dan properti intelektual cendekiawan lain.

8
"Red lines that cannot be crossed", The Economist, July 24, 2008. Retrieved August 17, 2008.
9
Shahi, Afshin. "IRAN’S DIGITAL WAR", Daily News Egypt, July 27, 2008. Retrieved August 16,
2008.
10
http://internationalbroadcastingmonitor.blogspot.com/2009/03/iran-unblocks-facebook-and-
youtube.html
11
Benzie, Robert."Facebook banned for Ontario staffers", TheStar.com, May 3, 2007. Retrieved
August 16, 2008.

11
Di Indonesia, kontroversi seputar Facebook semakin menguat seiring
dengan munculnya fatwa sejumlah ulama Jawa Timur dan Madura
mengenai penggunaan Facebook. Pondok Pesantren se Jawa-Madura yang
tergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri (FMP3)
bahkan mengharamkan pemanfaatan situs jejaring sosial ini secara
berlebihan, seperti mencari jodoh maupun pacaran.

Pernyataan ini sesuai dengan hasil pembahasan dalam forum Bahtsul


Masail di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtdien Lirboyo, Kelurahan
Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, yang dilaksanakan pada 20
Mei 2009.12 Dalam penentuan pernyataan tersebut, FMP3 menggunakan
sejumlah dasar. Antara lain Kitab Bariqah Mahmudiyah halaman 7, Kitab
Ihya' Ulumudin halaman 99, Kitab Al-Fatawi Al-Fiqhiyyah Al-Kubra
halaman 203, serta sejumlah kitab dan tausyiyah dari ulama besar.

Tanggapan terhadap fatwa tersebut pun datang silih berganti baik melalui
forum formal atau sekedar diskusi kecil antar pengguna Facebook. Yang
menanggapi pun terdiri dari berbagai kalangan. Salah satunya disampaikan
oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan (Kalsel)
Prof H Asywadie Syukur Lc. Beliau berpendapat, keberadaan Facebook
(salah satu sarana komunikasi lewat dunia maya) bisa haram dan tidak.
Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin
itu nampaknya berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat mengenai
Facebook yang belakangan ramai menjadi pembicaraan di berbagai
kalangan di Indonesia, demikian dilaporkan, Minggu (24/4).13

Bahkan kabarnya, para santri dan ustad se-Jawa Madura akan kembali
menggelar acara Bahtsul Masail (diskusi) di Pondok Pesantren Al Falah,
Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu
(27/05/2009).

12
http://www.detikinet.com/kanal/398/cyber-life
13
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/05/24/08194589/Facebook.Haram

12
Acara yang diikuti 240 santri dari 120 ponpes ini akan membahas masalah
jejaring sosial Facebook yang baru dihasilkan Bahtsul Masail Ponpes
Lirboyo, Kediri. Menurut keterangan Abdul Manan selaku panitia acara,
hasil Bahtsul Masail Ponpes Lirboyo telah menjadi keputusan yang
kontroversial. Lebih dari 80 persen kalangan pesantren dan akademisi
menolak pengharaman Facebook. Dan Ponpes Al Falah, menurut Abdul
Manan, juga menyepakati penolakan tersebut.14

Hingga karya ilmiah ini ditulis, kontroversi mengenai Facebook masih


terus berlangsung di antara umat Islam. Komentar-komentar seputar
Facebook pun mengalir deras dari para ulama dan tokoh Islam. Bahkan,
kontroversi yang semula hanya terjadi pada level individu, telah
merambah ke level institusi pendidikan Islam seperti pesantren dan juga
organisasi masyarakat Islam. Muhammadiyah misalnya, secara terang-
terangan menolak fatwa haram bagi Facebook tersebut.15 Mereka bahkan
mengklaim telah memiliki komunitas tersendiri yang terdaftar dalam
Facebook yang mereka namakan “Jamaah Facebookiah”.16

2.4 Dampak – Dampak Sosial Penggunaan Facebook

Tidak bisa dipungkiri, keberadaan Facebook sebagai produk teknologi


informasi telah membawa sejumlah dampak sosial dan psikologis bagi
masyarakat. Beberapa artikel dan jurnal di internet telah menuliskan
sejumlah dampak tersebut. Sebagian jurnal menulis seputar dampak positif
dari Facebook.

Misalnya saja jurnal yang ditulis oleh Nicole B. Ellison, Charles


Steinfield, Cliff Lampe dari Department of Telecommunication,
Information Studies, and Media, Michigan State University yang berjudul
14
http://news.okezone.com/read/2009/05/28/1/223917/1/bahtsul-masail-tandingan-facebook-
haram-digelar.html
15
http://news.okezone.com/read/2009/05/27/1/223585/1/muhammadiyah-tolak-facebook-
diharamkan
16
http://news.okezone.com/read/2009/05/27/1/223590/1/muhammadiyah-miliki-jamaah-
facebookiah

13
“The Benefits of Facebook ‘‘Friends:’’ Social Capital and College
Students’ Use of Online Social Network Sites”. Dalam jurnal tersebut
mereka menyatakan bahwa keberadaan Facebook akan meningkatkan
modal sosial (social capital). Modal sosial adalah keuntungan yang kita
peroleh dari hubungan kita dengan orang lain. Dalam kesimpulannya
mereka menuliskan bahwa terdapat sebuah hubungan yang sangat erat
antara penggunaan Facebook dengan peningkatan modal sosial, terutama
dalam lingkup penghubungan satu orang dengan yang lain. Penggunaan
internet yang tidak dibarengi penggunaan Facebook tidak akan
berpengaruh pada modal sosial seseorang atau organisasi.17 Hal tersebut
digambarkan oleh Nicole B. Ellison dalam grafik berikut:

Gambar 4: Perbandingan Diagram Batang Penggunaan Internet,


Facebook, dan Jumlah Teman

Berbagai sisi positif penggunaan Facebook juga diungkapkan dalam


jurnal-jurnal yang lain. Bahkan ada sebagian jurnal yang memperkuat
argumennya dengan menggunakan berbagai macam metode pengumpulan
data dan analisis statistik. Hal ini nampak pada jurnal yang ditulis oleh
Sebastián Valenzuela, Namsu Park, dan Kerk F. Kee dari University of
Texas at Austin yang berjudul “Lessons from Facebook: The Effect of
Social Network Sites on College Students’ Social Capital”.

17
Nicole B. Ellison, Charles Steinfield, Cliff Lampe. The Benefits of Facebook ‘‘Friends:’’ Social
Capital and College Students’ Use of Online Social Network Sites. Department of
Telecommunication, Information Studies, and Media, Michigan State University, 2007.

14
Namun, sebagian tulisan yang lain justru menulis yang sebaliknya, yakni
mengenai dampak negatif Facebook. Di antara efek negatif yang sering
dipublikasikan oleh media adalah mengenai dampak psikologis dari
jejaring sosial. Saat ini situs-situs pertemanan di dunia maya semakin
manjamur dan sudah seperti gaya hidup tersendiri masyarakat modern.
Namun ternyata hubungan sosial yang terbentuk melalui situs-situs
pertemanan seperti Facebook atau Friendster perlu untuk diwaspadai, hal
ini dikarenakan hasil riset pakar dari Inggris mempublikasikan sebuah
hasil yang cukup mencengangkan. Situs-situs pertemanan tersebut
memiliki dampak buruk bagi kesehatan jika sampai mencandu. Penelitian
yang dipublikasikan di Biologist, jurnal terbitan The Institute of Biology,
Inggris, paparan dari Dr. Aric Sigman memberikan gambaran bahwa
kebiasaan bergaul via situs pertemanan tersebut berpotensi mengurangi
kegiatan sosialisasi antar manusia di kehidupan nyata. Hal inilah yang
kemudian akan berdampak pada sisi-sisi biologis manusia. Beberapa
diantaranya adalah mengubah alur kerja gen, menghambat respons sistem
imun, tingkat hormon, dan fungsi arteri serta memengaruhi kondisi mental.
Buntutnya, hal tersebut akan meningkatkan potensi resiko gangguan
kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung dan dementia (kelainan
jiwa).

Sigman yang sudah lama memperhatikan gejala sosial seperti ini sejak
tahun 1987 menilai bahwa interaksi antar manusia secara face to face kian
menurun. Hal ini lebih disebabkan oleh berkembangnya teknologi, seperti
email dan SMS yang lebih disukai sebagai alat interaksi pengganti diri.
Terlebih kini sudah ada situs pertemanan yang semakin menjamur yang
semakin membelenggu manusia dalam kesenangan pribadi yang
individual. Menurut Sigman situs-situs pertemanan tersebut bukannya
menjadi alat untuk mempertinggi sebuah hubungan, namun malah
menggantikan hubungan sosial yang telah ada.

15
Dari beberapa dampak buruk yang telah disebutkan tersebut, yang paling
berbahaya adalah perubahan kondisi mental, pada kasus nyata adalah
beberapa waktu yang lalu bagaimana situs pertemanan Facebook mampu
membuat Edward Richardson, pria asal London, membunuh istrinya hanya
gara-gara hal sepele, yakni mengetahui bahwa mantan istrinya mengganti
status ”single” pada Facebooknya. Kejadian ini merupakan bentuk
bagaimana bahasa virtual ternyata sudah mampu mempengaruhi kondisi
kejiwaan seseorang.18

Dengan demikian, pengkajian yang jernih mengenai Facebook adalah


suatu keharusan bagi umat Islam. Tujuannya tidak lain agar umat Islam
memahami hakikat dari fakta tersebut secara keseluruhan dengan
pemahaman yang benar, kemudian mampu menghukumi fakta tersebut
sesuai dengan guideline (tuntunan) yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengkajian tersebut diharapkan mampu
menghindarkan umat Islam dari mafsadat/ kerusakan di dunia akibat efek
negatif penggunaan Facebook dan keselamatan di akhirat kelak.

18
http://www.dailymagz.com

16
BAB III
METODE PENULISAN

3.1. Sifat Penulisan

Karya tulis ini disusun secara deskriptif atau paparan, yaitu menguraikan
dan menjelaskan tentang definisi dan sejarah perkembangan Facebook,
dampak-dampak sosial yang ditimbulkan Facebook, solusi teknis
mengenai penggunaan fitur-fitur Facebook serta solusi pemanfaatan
Facebook dalam perspektif Islam berdasarkan Al-Qu’ran dan As-Sunnah.

3. 2. Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi adalah


studi pustaka dan penelusuran informasi melalui,
1. Buku-buku yang berkaitan, literatur, pustaka-pustaka referensi,
pustaka penunjang, seputar konsepsi Islam
2. Jurnal-jurnal mengenai sejarah, konsep, tutorial, kontroversi, dan
dampak sosial Facebook
3. Informasi internet dengan bantuan situs pencari
http://www.google.co.id
4. Informasi internet dengan bantuan situs http://www.wikipedia.org

Di dalam proses pengumpulan data dilakukan langkah-langkah


sebagai berikut:
1. perumusan latar belakang masalah
2. penentuan permasalahan
3. menentukan tujuan dan manfaat
4. penelusuran dan pencarian data atau informasi
5. pengumpulan data dan informasi yang mendukung

17
3. 3. Metode Pengolahan Data dan Informasi

Dari studi pustaka yang dilakukan dalam penulisan Karya Ilmiah ini,
digunakan dua metode mengolah data dan informasi yaitu,
1. metode deskriptif, dengan menganalisa informasi dan memberikan
prediksi gambaran mengenai masalah yang akan dibahas
2. metode deduktif, dengan memproses analisis informasi yang diperoleh
dengan pemberian argumentasi melalui berpikir logis dan bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum menuju suatu kebenaran yang bersifat
khusus.

3. 4. Metode Analisis Data dan Informasi

Dalam menganalisis data dan informasi yang telah terkumpul


menggunakan metode deskriptif dan metode deduktif. Yaitu menganalisis
antara data dan informasi yang terkumpul dan melakukan studi silang
dengan data yang lain untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih
terpercaya.

3. 5. Metode Pengambilan Kesimpulan dan Perumusan Saran

Setelah semua tersusun dengan baik dan sistematis, maka ditarik


kesimpulan yang terkait dengan tujuan penulisan. Saran-saran yang
berkaitan juga dikemukakan agar kelak dapat dijadikan sebagai masukan
atau dilakukan pelaksanaan dan penelitian yang lebih lanjut.

18
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pandangan Islam Secara Umum Terhadap Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi (IPTEK)

4.1.1 Islam dan Perkembangan IPTEK

Kemajuan IPTEK bukanlah suatu hal yang baru bagi umat Islam.
Justru di tangan umat Islamlah ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sedemikian pesat dan melampaui pencapaian yang
pernah dicapai oleh bangsa manapun. Hal tersebut bisa kita temui
ketika umat Islam bersatu dalam sebuah institusi Khilafah selama
kurun waktu 13 abad. Andalusia ketika diperintah kaum Muslim
menjadi pusat peradaban. Universitasnya menjadi pusat pandangan
para pelajar di seluruh Eropa. Kemajuan kaum Muslim jauh
melampaui Eropa kala itu. Prof. Sigrid Hunke dalam bukunya,
Allah’s Sonne ueber dem Abendland, menyatakan:

“Sungguh, Barat tetap dalam keterbelakangan secara kultural,


pemikiran, dan ekonomi sepanjang waktu ketika Eropa
mengasingkan dirinya dari Islam. Eropa belum mulai bersinar dan
bangkit kecuali ketika Eropa mulai bersinggungan dengan Arab
(Khilafah dan kaum Muslim, pen.) secara praktis, politik dan
perdagangan. Pemikiran Eropa setelah tidur berabad-abad mulai
bangun karena kedatangan sains, teknologi, dan sastra Arab...”19

“Tujuh ratus tahun sebelum orang Inggris Newton dan orang Jerman
Leibniz, dua ilmuwan Muslim sudah memikirkan hitung diferensial.
Mereka adalah seorang dokter dan filosof Ibnu Sina (980-1037) alias
19
Sigrid Hunke. Allah’s Sonne ueber dem Abendland. Frankfurt, Fischer, 1990.

19
Avicenna, serta teolog al-Ghazali (1053-1111) alias Algazel. Ibnu
Sina, yang pada usia sepuluh belajar aritmetika India pada seorang
pedagang arang, tumbuh menjadi matematikawan dan astronom
yang sangat produktif dan kreatif. Dia memperkaya seluruh cabang
ilmu pengetahuan, 'yang sebelumnya tidak ada orang yang sampai ke
sana'. Di antaranya dia mengungkapkan adanya problem besaran
yang tidak terhingga kecil, baik dalam agama maupun fisika dan
matematika; suatu hal yang pada abad-17 mengantarkan Newton dan
Leibniz pada infinitesimal dan kemudian membentuk ilmu
kalkulus.”20

Penggambaran di atas sudah cukup menunjukkan bahwa kemajuan


ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi bukanlah sesuatu yang asing
bagi umat Islam. Umat Islam, dibawah naungan Khilafah, telah
terbukti mampu mengembangkan IPTEK dan merubah wajah
peradaban umat manusia dengan sangat gemilang.

4.1.2 Motivasi Keimanan untuk Mengembangkan IPTEK

Setelah melihat bukti-bukti historis di muka, mulai timbul


pertanyaan, sejauh mana masyarakat yang melahirkannya? Dengan
kata lain, bagaimana Peradaban Islam mengatur masyarakat hingga
bisa berprestasi seperti itu?

Sering ada spekulasi, bahwa kemunduran dunia riset Islam dimulai


ketika iklim kebebasan berpikir—yang sering dianggap
direpresentasikan kaum Muktazilah—berakhir, dan digantikan oleh
iklim fikih yang skripturalis dan kaku. Teori ini terbukti
bertentangan dengan fakta bahwa munculnya ilmu-ilmu fikih dan
ilmu-ilmu sains dan teknologi berjalan beriringan. Bahkan ketika

20
Sigrid Hunke. Allah’s Sonne ueber dem Abendland. Frankfurt, Fischer, 1990.

20
ilmu dasar umat Muslim mulai kendur, teknologi mereka masih
cukup tinggi untuk bertahan jauh lebih lama.21

Hunke dan Al-Faruqi22 dengan baik melukiskan latar belakang


masyarakat di negara Khilafah Islam sehingga keberhasilan
pengembangan teknologi Islam terjadi. Ini bisa diklasifikasikan
menjadi dua hal: Pertama, paradigma yang berkembang di tengah-
tengah masyarakat Islam, yang karena faktor teologis, ilmu menjadi
'saudara kembar' dari iman, menuntut ilmu adalah ibadah, salah satu
jalan mengenal Allah (makrifatullah), dan ahli ilmu sebagai pewaris
para nabi, sementara percaya tahayul adalah sebagian dari syirik.
Paradigma ini menggantikan paradigma Jahiliah; juga paradigma di
Romawi, Persia, atau India kuno yang menjadikan ilmu sebagai
suatu privilese kasta tertentu dan rahasia bagi awam. Sebaliknya,
Hunke menyebut, "satu bangsa pergi sekolah," untuk
menggambarkan bahwa paradigma ini begitu revolusioner sehingga
terjadilah kebangkitan ilmu dan teknologi.

Para konglomerat pun menjadi sangat antusias dan bangga jika dapat
berbuat sesuatu untuk peningkatan taraf ilmu pengetahuan atau
pendidikan masyarakat, seperti misalnya membangun perpustakaan
umum, observatorium, ataupun laboratorium, lengkap dengan
menggaji pakarnya.

Rasulullah saw. pernah mengatakan, "Antum a‘lamu bi umûri


dunyâkum" (Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian). Hadis ini
jelas berkaitan dengan masalah teknologi—waktu itu teknologi
penyerbukan kurma. Ini adalah dasar bahwa teknologi bersifat bebas
nilai. Namun demikian, dalam pencarian ilmu, Islam memberikan
sejumlah motivasi maupun guideline.

21
Ahmad Y. al-Hassan & Donald R. Hill. Islamic Technology: an illustrated History. Unesco,
1986. (Terjemahan oleh Yulian Liputo: Teknologi dalam Sejarah Islam. Bandung, Mizan, 1993).
22
Roji al-Faruqi. Atlas Budaya Islam.

21
Motivasi pencarian ilmu salah satunya dimulai dari ayat Al-Qur’an
surat Al-Mujadalah Ayat 11 yang artinya:

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Motivasi pencarian ilmu juga dimulai dari hadis-hadis seperti:


“Mencari ilmu itu hukumnya fardhu atas setiap Muslim," "Carilah
ilmu dari buaian sampai lubang lahad," "Carilah ilmu walaupun
sampai ke negeri Cina," atau "Orang yang belajar dan mendapatkan
ilmu sama pahalanya dengan shalat sunat semalam suntuk," dan lain
sebagainya.23

4.1.3 Tuntunan (Guideline) Islam dalam Pengembangan IPTEK

Sedangkan guideline bisa dibagi dalam tiga kelompok sesuai dengan


pembagian dalam filsafat ilmu24, yaitu dalam kelompok ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi menyangkut masalah mengapa suatu hal perlu dipelajari


atau diteliti. Al-Quran memuat cukup banyak ayat-ayat yang
merangsang pembacanya untuk menyelidiki alam, seperti:

23
Yusuf Qardhawi. Metode & Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah. Bandung, Rosda,
1991.
24
Julius Suriasumantri. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1983.

22
“Apakah kalian tidak memperhatikan, bagaimana unta diciptakan,
atau langit, bagaimana ditinggikan…." (QS al-Ghasiyah: 17-18).

Karena itu, tidak aneh bahwa pada masa Khalifah al-Makmun, para
pelajar ilmu tafsir akan menyandingkan buku astronomi Almagest
karya Ptolomeus (astronom Mesir kuno) sebagai 'syarah' dari surat
al-Ghasiyah tersebut.

Kaidah ushul, "Mâ lâ yatim al-wâjib illâ bihi fahuwa wâjib (Apa
yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban
hukumnya wajib pula)," juga memiliki peran yang besar. Ketika
kaum Muslim melihat bahwa untuk menyempurnakan jihad melawan
adikuasa Romawi diperlukan angkatan laut yang kuat, maka mereka
—berpacu dengan waktu—mempelajari teknik perkapalan, navigasi
dengan astronomi maupun kompas, mesiu, dsb. Jika untuk
mempelajari ini mereka harus ke Cina yang waktu itu lebih dulu
mengenal kompas atau mesiu, mereka pun pergi ke sana, sekalipun
menempuh perjalanan yang berat, dan harus mempelajari sejumlah
bahasa asing.

Dengan ontologi syariat ini, kaum Muslim pada masa lalu berhasil
mendudukkan skala prioritas pembelajaran dan penelitian secara
tepat, sesuai dengan ahkâm al-khamsah (hukum yang lima: wajib-
sunah-mubah-makruh-haram) dari perbuatannya.25

Epistemologi adalah menyangkut metode bagaimana suatu ilmu


dipelajari. Epistemologi Islam mengajarkan bahwa suatu ilmu harus
dipelajari tanpa melanggar satu hukum syariat pun. Karena itu,
beberapa jenis eksperimen akan dilarang jika bertentangan dengan
syariat, misalnya kloning manusia. Di sisi lain, ilmu dipelajari untuk
diamalkan. Oleh karena itu, ilmu seperti sihir hitam (blackmagic)

25
Yusuf Qardhawi. Fikih Prioritas, Sebuah Kajian Baru. Jakarta, Robbani Press, 1996.

23
menjadi haram dipelajari, karena epistemologinya adalah dipelajari
sambil dipraktikkan. Jadi, bagaimana mungkin mempelajari suatu
ilmu yang praktikumnya saja akan berarti kemaksiatan?

Demikian juga dengan meramal nasib dengan melihat posisi bintang


atau astrologi. Nabi saw. sendiri sudah menggantikan posisi bintang-
bintang yang didewakan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa
alam semesta dan Pencipta langit dan bumi. "Haramlah sekarang
untuk mempercayai pengaruh bintang atas nasib serta
pemujaannya."26

Sedangkan aksiologi adalah menyangkut bagaimana suatu ilmu


diterapkan. Ilmu atau teknologi adalah netral, sedangkan akibat
penggunaannya bergantung pada peradaban (hadhârah) manusia atau
masyarakat yang menggunakannya. Banyak hasil riset yang,
walaupun dibungkus dengan suatu metode statistik, dipakai hanya
untuk membenarkan suatu model yang bias secara ideologis ataupun
kepentingan tertentu.

Pada masyarakat Muslim, penggunaan teknologi akan dibatasi oleh


hukum syariat. Teknologi hanya akan digunakan untuk
memanusiakan manusia, bukan memperbudaknya. Teknologi
digunakan untuk menjadikan Islam rahmat seluruh alam, bukan
untuk menjajah negeri-negeri lain. Ini sudah terbukti! Ketika orang
berbicara zaman penjajahan atau kolonialisme, mereka akan
menunjuk Barat sebagai pelakunya, dan tidak pernah menunjuk
Negara Khilafah. Oleh karena itu, kebuntuan untuk mencapai
kemajuan pada negeri-negeri miskin — seperti yang terjadi dewasa
ini di Afrika— akan bisa didobrak dengan aksiologi syariat.

26
Bahkan ketika putra Nabi saw. wafat, dan saat itu bertepatan dengan adanya gerhana, lalu kaum
Muslim menghubung-hubungkan peristiwa gerhana itu dengan kematian anak seorang nabi, Nabi
saw. sendiri justru menyatakan bahwa gerhana terjadi bukan karena kelahiran atau kematian
seseorang.

24
4.2 Facebook dalam Pembahasan Peradaban Islam

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, penggunaan dan


pemanfaatan teknologi dalam Islam akan dibatasi oleh syariat.
Penggunaan dan pengembangan teknologi apapun, termasuk jejaring sosial
semacam Facebook, tidak boleh melanggar guideline yang telah
ditetapkan. Pembahasan mengenai Facebook tentunya merupakan
pembahasan yang berkaitan dengan aksiologi, yakni menyangkut
bagaimana suatu ilmu diterapkan. Dalam hal ini terdapat konsep yang
harus dikaji dan dipahami terlebih dahulu, yakni konsep hadharah dan
madaniyah.

4.2.1 Definisi dan Konsep Hadharah dan Madaniyah

Peradaban (hadhârah) secara bahasa adalah al-hadhar (tempat


tinggal di suatu wilayah yang beradab seperti kota), sebagai
lawan/kebalikan dari kata al-badwu (derah pinggiran kota dan
pedesaan/pedalaman).27 Di kalangan Barat, peradaban diistilahkan
dengan civilization; di ambil dari kata civilis, yang berarti memiliki
kewarganegaraan. Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa
Prancis dan Inggris pada akhir Abad XVIII untuk menggambarkan
proses progresif perkembangan manusia; sebuah gerakan yang
menuntut perbaikan, keteraturan serta penghapusan barbarisme dan
kekejaman. Di balik pemunculan pemahaman ini terletak spirit
pencerahan Eropa—yang kemudian dikenal dengan renaissance—
dan rasa percaya diri terhadap karakter progresif era modern.28

Istilah ini kemudian dipindahkan ke dalam bahasa Arab dengan


menggunakan dua ungkapan, yaitu hadhârah dan madaniyah.
Namun demikian, penggunaan kedua istilah ini masih menimbulkan
persoalan baru di kalangan penggunanya. Oleh karena itu, An-
27
Muhammad Husein Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, 2002, hlm. 149.
28
John B. Thompson, Kritik Ideologi Global; Relasi Ideologi dan Komunikasi Masa, 2004, hlm.
192. Lihat juga Huntington: Benturan Antar Peradaban (cet. ke-2), 2001, hlm. 38.

25
Nabhani kemudian menspesifikasikan penggunaan kedua istilah
tersebut ke dalam bukunya Nizhâm al-Islâm. Menurut An-Nabhani,
hadhârah adalah sekumpulan persepsi—yang dimanifestasikan
dalam perilaku—tentang kehidupan. Adapun madaniyah adalah
bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang
digunakan dalam berbagai aspek kehidupan.29

Muhammad Husein Abdullah kemudian membagi madaniyah ke


dalam dua kategori. Yang pertama, yang berhubungan dengan
hadhârah, yaitu yang lahir dari suatu sudut pandang tertentu. Misal,
rumah tidak terlepas dari hadhârah, karena seorang Muslim akan
membangun rumah dengan model yang dapat menjaga aurat
penghuninya, sementara orang sosialis atau kapitalis tidak akan
memperhatikan hal-hal itu. Walhasil, peradaban (hadhârah)
berkaitan dengan pandangan hidup (world view) atau yang oleh an-
Nabhani diistilahkan dengan mabda’ (ideologi), yang didefinisikan
sebagai: akidah yang lahir dari proses berpikir yang di atasnya
dibangun sistem.30 Ditinjau dari definisi ini, mabda’ menunjukkan
kelengkapan konsep yang mencakup akidah dan sistem.

Yang kedua, yang tidak berhubungan dengan hadhârah, yaitu hasil


dari ilmu pengetahuan, rekayasa, dan industri seperti alat-alat
laboratorim dan furniture. Semua ini ‘netral’ dan bersifat universal.31

4.2.2 Facebook Sebagai Produk Teknologi Informasi Universal

Pengkajian yang mendalam terhadap keberadaan Facebook akan


mendapati sebuah kesimpulan bahwa Facebook, ditinjau dari aspek
fisiknya sebagai sebuah produk rekayasa teknologi informasi, adalah
madaniyah yang bersifat netral dan universal sebagaimana
universalnya internet, komputer, sepeda motor dan lain sebagainya.
29
Taqiyuddin An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, 2001, hlm. 92.
30
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, 2004, hlm. 17.
31
Abdullah, Op. Cit., hlm. 150.

26
Artinya, penggunaan Facebook selama tidak berhubungan dengan
hadharah dan suatu pandangan hidup tertentu di luar Islam
diperbolehkan oleh syara’ berdasarkan hadits Rasulullah: "Antum
a‘lamu bi umûri dunyâkum" (Kalian lebih mengetahui urusan dunia
kalian).

Umat Islam diperbolehkan memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan


oleh Facebook untuk kepentingan dakwah, penelitian,
pengembangan sains, atau hal-hal yang sifatnya mubah lainnya. Hal
ini juga dikuatkan oleh pendapat Mantan Ketua Dewan Dakwah
Islam Indonesia (DDII) Sumatera Barat, Buya Mas`oed Abidin.
Beliau mengemukakan, yang paling utama perlu diperbuat adalah
mendidik umat agar tidak melakukan yang haram, sehingga
kemajuan teknologi informasi (IT) dapat dijadikan saran ke arah
yang positif.32

Contohnya adalah, kita mengambil fitur News Feed dalam Facebook


untuk diteliti code (baris program) dan algoritma atau cara kerjanya
yang kemudian akan kita kembangkan sebagai sebuah aplikasi
independen dalam website kita. Pemanfaatan seperti itu adalah
pemanfaatan yang hukumnya mubah dan bahkan bisa menjadi
fardhu atau sunnah apabila diniatkan untuk mengembangkan
teknologi bagi kemaslahatan umat.

4.2.3 Konten Facebook Terkait Suatu Pandangan Hidup Tertentu

Ditinjau dari segi konten atau isinya, tentu saja akun Facebook setiap
orang memiliki konten yang unik dan khas, berbeda satu sama lain.
Perbedaan itu bisa ditandai oleh nama pengguna dan passwordnya,
foto yang dipublikasikan, tulisan-tulisan komentar, dan berbagai
macam fitur klasifikasi yang lain. Dalam peninjauan aspek konten
atau isinya, hampir mustahil Facebook dikategorikan ke dalam
32
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/05/30/facebook-bisa-sebagai-sarana-dakwah

27
madaniyah yang bersifat universal. Tulisan, komentar, diskusi, atau
kata-kata yang terdapat dalam akun Facebook seseorang sedikit
banyak pastilah terkait dengan hadharah atau pandangan hidup
tertentu. Misalkan saja ada komentar sebagai berikut: “eh, kemaren
lo habis ribut dengan pacar yah?” atau “katanya sih dia udah nggak
ngejalin hubungan lagi dengan M, udah putus”. Dua komentar
tersebut jelas terkait dengan sebuah pandangan hidup yaitu mengenai
pergaulan. Pandangan yang disampaikan adalah kebiasaan-kebiasaan
dalam pacaran.

Diperlukan kejelian dalam menyikapi keadaan semacam ini. Umat


Islam harus menyadari bahwa dari segi konten atau isi, Facebook
tidak akan pernah lepas dari hadharah dan pandangan hidup tertentu.
Bahkan konon pada awalnya, pendiri dan pencetus Facebook, Mark
Zuckerberg, tidak hanya memperuntukkan Facebook untuk sekedar
saling mengenal antar mahasiswa saja, namun juga untuk memilih
orang yang paling “panas” di Harvard.33 Hal tersebut juga
ditunjukkan melalui fitur Facebook berupa status dan apa hubungan
kita dengan seseorang yang di dalamnya terdapat hubungan asmara.
Hadharah atau peradaban Barat memiliki sebuah pandangan bahwa
hubungan asmara atau percintaan tidak harus “legal” melalui
pernikahan. Seks bebas sudah menjadi sebuah kebiasaan di Barat.
Ditambah lagi fitur add friend untuk menambah teman tidaklah
membatasi dengan siapa kita berteman. Entah dengan laki-laki,
perempuan, lesbian, homoseks, orang gila, atau bahkan psikopat
sekalipun!

Hal inilah yang harus diwaspadai oleh kaum Muslimin. Memasang


atau mempublikasikan konten yang terkait dengan peradaban diluar
Islam untuk disebarkan kepada orang lain tentu saja merupakan

33
http://en.wikipedia.org/wiki/Hot_or_Not

28
sebuah kemaksiatan di sisi Allah SWT. Allah menyatakan secara
tegas dalam Al-Qur’an:

“Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia


mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya
(keimanan). Sebaliknya, orang-orang kafir, pelindung-pelindung
mereka ialah thâghût, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
(keimanan) menuju kegelapan (kekafiran)”. (QS al-Baqarah [2]:
257).

Al-Baydhawi menyatakan bahwa yang dimaksud ath-thâghût dalam


ayat ini adalah setan, berhala, setiap orang yang disembah selain
Allah, atau yang menghalangi dari penyembahan kepada Allah. Ia
juga menyatakan bahwa orang-orang kafir, para penolong mereka
adalah thâghût, yakni setan atau orang-orang sesat yang mengikuti
hawa nafsu. Orang-orang kafir dan thâghût hanya akan
mengeluarkan manusia dari cahaya (keimanan) menuju kegelapan
(kekafiran).34

Begitu juga semua pemikiran dan ide yang tidak bersandar pada
wahyu; semuanya merupakan pemikiran dan ide thâghût, yakni ide
dan pemikiran yang hanya memperturutkan hawa nafsu. Karena itu,
semua itu merupakan ide-ide sesat dan akan menyesatkan manusia
dari jalan yang lurus. Sebab, thâghût hanya menginginkan untuk
menyesatkan manusia sejauh-jauhnya. Maka tidak diperbolehkan
bagi seorang muslim untuk menyeru, mempublikasikan, atau
memasang gambar yang berkaitan dengan suatu pemikiran dan ide
selain Islam. Misalnya pada Facebook menampilkan kecintaan
terhadap ide-ide komunis dan memberikan gambar yang sesuai
dengan ide tersebut sebagaimana yang terlihat dalam halaman
Facebook berikut:

34
Al-Baydhâwiy, Tafsîr al-Baydhâwiy I/558, Dar al-Fikr. Beirut.

29
Gambar 5: Tampilan Group Facebook Communist League

Atau menampilkan simbol-simbol satanisme sebagaimana yang


nampak pada akun Facebook berikut:

Gambar 5: Tampilan Group Facebook Satanism

Umat Islam juga tidak diperbolehkan menggunakan Facebook untuk


mempublikasikan foto-foto yang mengumbar aurat dan merangsang
syahwat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Janganlah mereka menampakkan perhiasannya selain yang biasa


tampak padanya. Hendaklah mereka menutupkan kerudung (khimâr)
ke bagian dada mereka.” (QS an-Nûr [24]: 31)

30
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan wanita-wanita Mukmin, hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS al-Ahzâb
[33]: 59)

Ayat di atas bermakna, hendaklah seorang muslimah tidak


menampakkan tempat melekatnya perhiasan mereka, kecuali yang
boleh tampak, yaitu wajah dan kedua telapak tangan. Khimâr
maknanya adalah penutup kepala, sedangkan jayb (bentuk tunggal
dari kata juyûb) adalah bagian baju seputar dada dan leher, yaitu
bagian untuk membuka baju di sekitar leher dan dada. Dengan
ungkapan lain, ayat di atas mengatakan, hendaklah mereka
menurunkan penutup kepala (kerudung) ke bagian leher dan dada
mereka. Sementara itu, kalimat al-idnâ’u min al-jilbâb maknanya
adalah mengulurkan kain baju kurung hingga ke bawah (irkhâ’).35

Islam juga telah memerintahkan kepada manusia, baik pria maupun


wanita, untuk menundukkan pandangan. Allah Swt. berfirman:

Katakanlah kepada laki-laki Mukmin, hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian
adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahatahu atas
apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita Mukmin,
hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya. (QS an-Nûr [24]: 30-31)

Faktor-Faktor yang dapat membangkitkan naluri/ syahwat ada dua


macam: (1) fakta yang dapat diindera; (2) pikiran-pikiran yang dapat
mengundang makna-makna (bayangan-bayangan) tertentu. Jika salah
satu dari kedua faktor itu tidak ada, naluri manusia tidak akan

35
Taqiyuddin An-Nabhani. Nidhomul Ijtima’i fil Islam. Beirut, Darul Ummah, 2003.

31
bergejolak. Sebab, gejolak naluri bukan berasal dari faktor-faktor
internal, sebagaimana halnya dorongan kebutuhan jasmani,
melainkan karena faktor-faktor eksternal, yaitu dari fakta-fakta yang
terindera dan pikiran-pikiran yang dihadirkan. Dengan demikian
umat Islam tidak diperbolehkan mengakses terlebih lagi
mempublikasikan foto-foto yang mengumbar aurat dan merangsang
syahwat dengan memanfaatkan Facebook semisal halaman Facebook
salah seorang artis terkemuka berikut:

Gambar 5: Tampilan Facebook Mulan Jameela

4.3 Solusi Islam dalam Penggunaan dan Pengelolaan Facebook

Islam adalah sebuah metode kehidupan yang khas.36 Islam merupakan


sistem kehidupan yang sempurna. Islam telah memberikan solusi atas
seluruh problematika kehidupan manusia. Dalam pembahasan mengenai
penggunaan Facebook, Islam telah memberikan seperangkat tuntunan
(guidelines) yang sebagian telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Secara umum, ada 2 hal yang harus diperhatikan oleh setiap muslim
pengguna layanan Facebook:

1. Menghindari segala perbuatan yang diharamkan atau bisa membawa


pada aktifitas yang haram.
36
Ismail, Muhammad-Muhammad. Al-Fikrul Islamy. Beirut. Maktabah Al-Wa’ie, 1958.

32
Untuk melakukannya dibutuhkan pemahaman terhadap konsep
hadharah dan madaniyah. Aktifitas penggunaan Facebook yang
diharamkan sebagian sudah disampaikan di atas walaupun sebenarnya
masih banyak aktifitas lain yang perlu dihindari semisal gosip, ghibah,
berkata kotor, dan lain sebagainya. Apalagi terdapat sebuah kaidah
ushul fiqh: “Ath Thariqu Ila Haram, Haram”. Segala aktifitas yang
membawa kepada hal yang haram, maka hukumnya haram juga.
Semisal setelah berkomunikasi melalui Facebook, seseorang kemudian
melakukan zina. Maka penggunaan Facebook dalam konteks ini adalah
haram juga. Seorang muslim harus senantiasa menjaga dirinya (‘iffah)
dari segala hal yang dimurkai Allah Ta’ala.

2. Menjadikan Facebook sebagai sarana (wasilah) untuk menyampaikan


dakwah Islam secara terbuka kepada masyarakat dunia maya

Dakwah adalah sebuah kewajiban bagi umat Islam. Allah berfirman


dalam Al-Qur’an:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali
Imron[3]: 104)

Keberadaan Facebook sebagai situs web dengan pengguna lebih dari


200 juta orang dapat dimanfaatkan umat Islam untuk menyampaikan
dakwah Islam dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam (isti’naf al-
hayyah al-Islamiyyah). Saat ini, hal tersebut telah dilakukan oleh
sejumlah pergerakan Islam diantaranya adalah Muhammadiyah dan
Hizbut Tahrir Indonesia.37 Berikut cuplikan dari profil dakwah tersebut
dalam Facebook:
37
http://news.okezone.com/read/2009/05/27/1/223590/1/muhammadiyah-miliki-jamaah-
facebookiah

33
Gambar 5: Tampilan Facebook Belajar Islam

Gambar 5: Tampilan Facebook Hizbut Tahrir Indonesia

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kontroversi mengenai Facebook terjadi karena kurangnya pemahaman


umat mengenai konsep hadharah (peradaban) dan madaniyah (bentuk-
bentuk fisik peradaban). Madaniyah terbagi menjadi 2, yang pertama
madaniyah yang bebas nilai, bersifat netral dan universal, yang kedua
adalah madaniyah yang dihasilkan atau terkait dengan suatu hadharah dan
pandangan hidup tertentu.

Facebook sebagai produk teknologi informasi ditinjau dari segi


teknologinya adalah bebas nilai sehingga boleh dimanfaatkan oleh umat
Islam untuk keperluan yang diperbolehkan oleh syara’. Sedangkan apabila
ditinjau dari segi kontennya masih perlu dilihat dulu, apakah isi atau
konten Facebook tersebut bebas dari ide-ide kufur, pemikiran asing, serta
berbagai macam kemaksiatan yang lainnya. Umat Islam diperbolehkan
untuk memanfaatkan Facebook selama kontennya tidak melanggar
batasan-batasan syariat dan tujuannya adalah tujuan yang dibenarkan oleh
syariat.

Syariat Islam wajib dijadikan satu-astunya standar atau parameter bagi


seorang muslim dalam menyikapi segala fenomena atau fakta baru. Tidak
diperbolehkan bagi kaum muslimin untuk bertahkim atau merujuk kepada
sesuatu selain syariat Allah dan Rasul-Nya. Apabila hal tersebut terjadi
maka mafsadat (kerusakan) di dunia pasti terjadi. Umat juga akan
merasakan kemurkaan Allah kelak di akhirat (An-Nisa[4]:60-61).

35
5.2 Saran

Produk-produk teknologi dan industri harus disikapi dengan bijak oleh


umat Islam. Penyikapan tersebut haruslah sesuai dengan syara’ dan tidak
boleh melenceng sedikit pun dari tuntunan Islam. Ijtihad ataupun fatwa
mengenai suatu fenomena baru atau fakta kontemporer wajib ada untuk
setiap masa hingga hari akhir. Dengan demikian kesempurnaan Islam
dalam mengatur segala aspek kehidupan manusia dapat dirasakan dan
diyakini oleh umat. Namun, ijtihad tersebut hanya terbuka bagi orang-
orang yang layak berijtihad. Umat Islam yang tidak mampu berijtihad
setidaknya menjadi seorang muqallid muttabi’ yang mengetahui dalil dan
proses munculnya ijtihad yang diikutinya, bukan muqallid ‘am yang
sekedar ikut saja atau melakukan taqlid buta.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih aktual, disarankan untuk melakukan


penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik untuk kasus-kasus tertentu,
supaya didapatkan hasil yang nyata bahwa Syariat Islam adalah solusi
yang terbaik untuk memecahkan berbagai persoalan dan permasalahan
menyangkut teknologi saat ini.

Selanjutnya, diharapkan karya tulis ini mampu memberi wacana baru


sekaligus konsep yang perlu untuk dikaji lebih lanjut. Dan alangkah
baiknya jika konsep pemanfaatan Facebook dalam karya tulis ini mampu
diwujudkan dalam kehidupan nyata agar umat Islam benar-benar kembali
pada kejayaan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alquran Alkarim. Departemen Agama Republik Indonesia

http://en.wikipedia.org/wiki/Web_2.0

http://en.wikipedia.org/wiki/Criticism_of_Facebook

http://www.detikinet.com/kanal/398/cyber-life

http://alexa.com/topsites

http://internationalbroadcastingmonitor.blogspot.com/2009/03/iran-unblocks-
facebook-and-youtube.html

http://www.detikinet.com/kanal/398/cyber-life

http://regional.kompas.com/read/xml/2009/05/24/08194589/Facebook.Haram

http://news.okezone.com/read/2009/05/28/1/223917/1/bahtsul-masail-tandingan-
facebook-haram-digelar.html

http://news.okezone.com/read/2009/05/27/1/223585/1/muhammadiyah-tolak-
facebook-diharamkan

http://news.okezone.com/read/2009/05/27/1/223590/1/muhammadiyah-miliki
jamaah-facebookiah

http://hizbut-tahrir.or.id/2009/05/30/facebook-bisa-sebagai-sarana-dakwah

http://en.wikipedia.org/wiki/Hot_or_Not

http://www.dailymagz.com

37
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 6 Nomor 1, Lembaga
Penelitian Universitas Terbuka, Jakarta: Maret 2005

Hunke, Sigrid. Allah’s Sonne ueber dem Abendland. Fischer. Frankfurt: 1990

Ellison, Nicole, dkk. The Benefits of Facebook ‘‘Friends:’’ Social Capital and
College Students’ Use of Online Social Network Sites. Department of
Telecommunication, Information Studies, and Media, Michigan State
University, Michigan: 2007.

Ahmad Y. al-Hassan & Donald R. Hill, Islamic Technology: an illustrated


History, Unesco: 1986

Qardhawi, Yusuf. Metode & Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah.


Rosda, Bandung: 1991.

Muhammad Husein Abdullah. Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam. Al Izzah,


Bangil: 2004

An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam, Pustaka Thoriqul Izzah.


Bogor: 2004

An-Nabhani, Taqiyuddin. Nidhomul Ijtima’i fil Islam. Darul Ummah, Beirut:


2003

Ismail, Muhammad-Muhammad. Al-Fikrul Islamy. Maktabah Al-Wa’ie. Beirut:


1958.

Al-Baydhâwiy, Tafsîr al-Baydhâwiy I/558, Dar al-Fikr. Beirut.

Qardhawi, Yusuf. Fikih Prioritas, Sebuah Kajian Baru. Robbani Press, Jakarta:
1996.

38

Anda mungkin juga menyukai