Anda di halaman 1dari 6

Apa itu Obligasi?

merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang
harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan
bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber
Baru saja saya membaca berita di Kompas yang menyebutkan bahwa Departemen Keuangan dana dari luar perusahaan. Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang"
mencatat pemesanan ORI 003 sebesar Rp 6,1 triliun hingga 3 September 2007. dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya
menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan
secara luas kepada publik dan istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam
Samakah obligasi ritel dengan obligasi biasa? Untuk menjawab itu, Anda yang belum memahami skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejmlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang
apa itu obligasi, perlu mengetahui terlebih dahulu definisi obligasi. Berikut ini saya cuplik beberapa jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan
definisi obligasi dari beberapa sumber. bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang.

Obligasi atau disebut juga bond dalam bahasa finansial, merupakan surat pernyataan hutang yang Obligasi memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki risiko
dijual kepada masyarakat. Sebagai balasan pinjaman uang, orang yang meminjamkan uang akan menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliko risiko terendah yang mana dilihat dari sisi
mendapat secarik kertas yang menyebutkan nilai yang dipinjam, tingkat bunga yang disepakati, "durasi" surat utang dimana makin pendek durasinya memiliki risiko makin rendah. Obligasi dan
periode pembayaran bunga, dan kesepakatan lainnya. Biasanya Obligasi dijual dengan pecahan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya
Rp. 1,000,000,000.- (e-samuel). Seperti saham, kini obligasi juga sudah tidak lagi menggunakan adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik perusahan penerbit saham,
sistem warkat, artinya pemilik obligasi tidak lagi menerima secarik kertas obligasi tetapi cukup sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada
hanya dengan memiliki account saja. Obligasi adalah bukti hutang dari suatu perusahaan yang penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangka waktu yang ditetapkan dimana
dapat diterbitkan dalam bentuk sertifikat atau dalam bentuk scriptless (tanpa sertifikat), namun setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki
nama pemegangnya tercatat pada Lembaga Kliring Efek. (minnapadi) selamanya (terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut gilts
yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo.
Wikipedia memberikan penjelasan yang lebih mendalam lagi mengenai obligasi. Obligasi adalah
suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang Semoga beberapa definisi dan penjelasan di atas dapat memberikan kemudahan bagi Anda yang
dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok belum memahami apa itu obligasi. Pada publikasi berikutnya, saya akan membahas jenis-jenis
utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain obligasi.
dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi,
pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada
umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap diatas 10 tahun. Misalnya saja pada Obligasi Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang
pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
dibawah 1 tahun disebut "Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 obligasi tersebut.
hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang Jenis Obligasi
dibawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN). Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
1) Dilihat dari sisi penerbit :
Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" a) Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha
obligasi adalah merupakan sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b) Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. 5) Dilihat dari segi nilai nominal
c) Municipal Bond : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek- a. Konvensional Bonds : obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per
proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). satu lot.
b. Retail Bonds : obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik
2) Dilihat dari sistem pembayaran bunga : corporate bonds maupun government bonds.
a) Zero Coupon Bonds : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.
Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. 6) Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil :
b) Coupon Bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan a. Konvensional Bonds : obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
ketentuan penerbitnya. b. Syariah Bonds : obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi
c) Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik. - Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil
d) Floating Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) mengetahui pendapatan emiten.
yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta. - Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian
3) Dilihat dari hak penukaran / opsi : sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi
a) Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk diterbitkan
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya. Karakteristik Obligasi :
b) Exchangeable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya. pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
c) Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala
pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan
d) Putable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten dalam annual prosentase.
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo
4) Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh
a) Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang
jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah: lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun.
- Guaranteed Bonds : Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
penangguangan dari pihak ketiga Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat
- Mortgage Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit
atas properti atau asset tetap. obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut
- Collateral Trust Bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya. pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
b) Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin Harga Obligasi :
dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi
dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. R+P
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu: 2
Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp Keterangan:
50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 C = kupon
juta. n = periode waktu yang tersisa (tahun)
at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan R = redemption value
nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = P = harga pemeblian (purchase value)
Rp 51 juta Contoh:
at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25% memiliki kupon sebesar 16%
nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007. Berapakah besar YTM
= Rp 49 juta. approximationnya ?
Yield Obligasi : C = 16%
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 tahun
sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk R = 94.25%
dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus P = 100%
mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian YTM approximation = 16 + 100 – 94.25
tahunan yang akan diterima. 3.853
Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity. = 100 + 94.25
Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima selama satu 2
tahun terhadap harga obligasi tersebut. = 18.01 %
Current yield = bunga tahunan
harga obligasi
Contoh:
Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17% per tahun
sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp 1.000.000.000, maka:
Current Yield = Rp 170.000.000 atau 17%
Rp 980.000.000 98%
= 17.34%

Sementara itu yiled to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan
diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali
digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai
berikut:
YTM approximation = C + R – P
n x 100%
SUKUK: OBLIGASI BERBASISKAN SYARIAH syariah lainnya, dimana prinsip-prinsip syariah menjadi acuan dasar yang harus diikuti.
Diantaranya perbedaan tersebut dapat diketahui; pertama, dari sisi orientasi, obligasi konvensional
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu hanya memperhitungkan keuntungannya semata. Tidak demikian bagi obligasi syariah, disamping
“sak” (yang merupakan kata tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat memperhatikan keuntungan, obligasi syariah harus memperhatikan pula sisi halal-haram, artinya
atau note. Dalam pemahaaman praktisnya, sukuk adalah merupakan bukti (claim) kepemilikan. disetiap investasi yang ditanamkan dalam obligasi harus pada produk-produk yang sesuai dengan
Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh maupun proporsional dalam sebuah atau prinsip syariah.
sekumpulan aset.[3]
Kedua, obligasi konvensional, keuntungannya di dapat dari besaran bunga yang ditetapkan,
Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya sedangkan obligasi syariah keuntungan akan diterima dari besarnya margin/fee yang ditetapkan
institusi-institusi keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana ataupun dengan sistem bagi hasil yang didasarkan atas asset dan produksi.
syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.
Ketiga, obligasi syariah disetiap transaksinya ditetapkan berdasarkan akad. Diantaranya adalah
Menariknya, investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah saja, tetapi akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna dan ijarah. Dana yang dihimpun tidak
juga investor konvensional. Produk syariah dapat dinikmati dan digunakan siapa pun, sesuai dapat diinvestasikan ke pasar uang dan atau spekulasi di lantai bursa. Sedangkan untuk obligasi
falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada seluruh semesta konvensional tidak terdapat akad di setiap transaksinya.
alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi syariah, jika
dipertimbangkan bisa memberi keuntungan kompetitif, sesuai profil risikonya, dan juga likuid. Secara jelas aturan bagi investasi ke dalam bentuk obligasi syariah tidak dibenarkan kepada
Sementara obligasi konvensional, investor base-nya justru terbatas karena investor syariah tidak transaksi yang dilarang, baik investasi tersebut pada barang yang bersifat subhat ataupun makruh.
bisa ikut ambil bagian di situ. Tidak dibenarkan jika bentuk investasi tersebut pada perusahaan yang telah memproduksi barang-
barang yang dilarang, misalnya, perusahaan yang memproduksi minuman keras, atau perusahaan
Bagi emiten, menerbitkan obligasi syariah berarti juga memanfaatkan peluang-peluang tertentu. yang memproduksi rokok yang dimakruhkan.
Emiten dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas, baik investor konvensional maupun
syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah yang inovatif juga memberi peluang untuk memperoleh 1. Struktur obligasi syariah
biaya modal yang kompetitif dan menguntungkan.[4]
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi (investment)
Sesungguhnya, sukuk / obligasi syariah ini bukan merupakan istilah yang baru dalam sejarah memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada
Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, dimana umat Islam riba. Berdasarkan pengertian tersebut, obligasi syariah dapat memberikan:
menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari
kata sakk. Ia dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang a. Bagi Hasil berdasarkan akad Mudharabah/Muqaradhah/Qiradh atau Musyarakah. Karena akad
menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial Mudharabah/Musyarakah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau
lainnya (Ayub, 2005). Namun demikian, sejumlah penulis Barat yang memiliki concern terhadap keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term
sejarah Islam dan bangsa Arab, menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata “cheque” indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan
dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi yang dibagihasilkan.
dunia perbankan kontemporer
b. Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna atau Ijarah. Dengan akad
Secara prinsipil perbedaaan antara obligasi syariah dan obligasi konvensional seperti halnya bisnis Murabahah/Salam/ Isthisna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis
ini akan memberikan fixed return. c. Nisbah ini dapat ditetapkan konstan, meningkat, ataupun menurun, dengan mempertimbangkan
proyeksi pendapatan Emiten, tetapi sudah ditetapkan di awal kontrak.
Di Indonesia, yang digunakan dalam penerbitan obligasi syariah adalah struktur Mudharabah (bagi
hasil pendapatan) baik yang telah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan dalam waktu dekat d. Pendapatan Bagi Hasil berarti jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan
(lihat tabel). Sehingga, yang dikenal adalah obligasi syariah mudharabah. oleh karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang dihitung
berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan/keuntungan
Obligasi syariah mudharabah memang telah memiliki pedoman khusus dengan disahkannya Fatwa yang dibagihasilkan yang jumlahnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten.
No: 33/DSN-MUI/ IX/2002. Disebutkan dalam fatwa tersebut, bahwa Obligasi Syariah Mudharabah
adalah obligasi syariah yang menggunakan akad mudharabah. Selain telah mempunyai pedoman e. Pembagian hasil pendapatan ini atau keuntungan dapat dilakukan secara periodik (tahunan,
khusus, terdapat beberapa alasan lain yang mendasari pemilihan struktur mudharabah ini, di semesteran, kuartalan, bulanan);
antaranya adalah:
f. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja aktual emiten, maka
a. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan jangka yang obligasi syariah memberikan indicative return tertentu.
relatif panjang;
2. Mekanisme obligasi syariah
b. Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing) seperti pendanaan modal kerja
ataupun pendanaan capital expenditure; Beberapa hal pokok mengenai obligasi syariah mudharabah:

c. Mudharabah merupakan percampuran kerja sama antara modal dan jasa (kegiatan usaha) · Kontrak atau akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan.
sehingga membuatnya strukturnya memungkinkan untuk tidak memerlukan jaminan (collateral)
atas aset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli · Rasio atau prosentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan
yang mensyaratkan jaminan atas aset yang didanai; (revenue) atau keuntungan (opening profit, EBIT atau EBITDA). Tetapi fatwa No. 15/DSN-
MUI/XI/2000 memberi pertimbangan bahwa dari segi kemaslahatan pembagian usaha sebaiknya
d. Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur Murabahah dan Bai bi-thaman Ajil menggunakan prinsip revenue sharing.
menjadi Mudharabah dan Ijarah
· Nisbah ini dapat ditetapkan konstan meringkas ataupun menurun dengan mempertimbangkan
Mekanisme atau beberapa hal pokok mengenai obligasi syariah mudharabah ini dapat proyeksi pendapatan emiten, tetapi sudah ditetapkan diawal kontrak.
diringkaskan dalam butir-butir berikut:
· Pendapatan bagi hasil berarti jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh
a. Kontrak atau akad Mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan; karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah dengan pendapatan
yang dibagihasilkan yang jumlahnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten.
b. Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan
(revenue) atau keuntungan (profit; operating profit, EBIT, atau EBITDA). Tetapi, Fatwa No: · Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan ini dapat dilakukan secara periodik (tahunan,
15/DSN-MUI/IX/2000 memberi pertimbangan bahwa dari segi kemaslahatan pembagian usaha semesteran, kuartalan, bulanan).
sebaiknya menggunakan prinsip Revenue Sharing;
· Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja akrual emiten, maka obligasi
syariah memberikan indicative return tertentu. dibeli untuk investasi jangka panjang, sampai jatuh tempo. Lebih banyaknya investor yang buy and
hold memang akan membuat pasar sekundernya kurang likuid. Hal ini terjadi pada Obligasi
3. Kendala pengembangan obligasi syariah Syariah Mudharabah Indosat.[5]

Obligasi syariah dinilai prospektif, tetapi menghadapi tantangan yang tak sedikit. Sosialisasi yang Suksesnya sebuah pasar dan instrumen keuangan, baik syariah maupun lainnya, akan tergantung
belum cukup. Harus diakui bahwa masyarakat kita belum begitu terbiasa dengan sistem bagi hasil pada faktor kepercayaan atas sistem dan proses, keragaman dan kualitas produk, serta keyakinan
maupun sistem syariah lainnya. Padahal, potensi investor obligasi syariah dari ritel tergolong investor dan emiten untuk menggunakan produk keuangan tersebut.
besar. Hal ini dimungkinkan karena denominasi obligasi syariah yang diterbitkan bisa senilai Rp 10
juta. Sekaligus menjadi edukasi bagi masyarakat untuk mulai berinvestasi dalam jangka yang lebih Dengan kondisi yang telah diuraikan di atas, masa depan obligasi syariah masih tetap dipandang
panjang, alih-alih hanya di deposito yang berjangka pendek. prospektif sejalan dengan perkembangan lembaga keuangan syariah lainnya.

Tantangan berikut menyangkut opportunity cost yang secara sederhana diterjemahkan sebagai lebih dari setahun yang lalu · Laporkan
"second best choice". Langsung atau tak langsung ada pembandingan atas pilihan yang ada.
Karena investor base obligasi syariah secara potensial sangat luas, mau tidak mau, obligasi Windiyani Hidayat
syariah berdasarkan bagi hasil akan menghadapi ini. mungkin masih belum dikenal secara luas....
berbeda dengan produk perbankan yang sering dibahas dalam studi kasus atau penulisaan
Ilustrasinya, ketika obligasi syariah mudharabah ditawarkan, emiten membandingkannya dengan ilmiah... bisa nehhh kita bahas dalam aktualisasi syariah...>>>>>>
suku bunga pinjaman sementara investor (terutama investor konvensional) membandingkan (kelompok belajar SEF)
dengan yield obligasi konvensional. Karena sistem bagi hasil ini tidak menawarkan "fixed- lebih dari setahun yang lalu · Laporkan
predetermined return", hasilnya bisa berfluktuasi.
Muhammad Al Fatih
Misalnya suatu saat, obligasi syariah ini memberi tingkat kupon 20 persen, investor akan senang, Asw.Al Fatih Said : Sukuk ya... pertama-tama baru gabung di SEF salam kenal dan salam
tetapi sepertinya emiten akan merasa "kemahalan" karena membandingkan dengan pinjaman ukhuwah dulu...Surat Berharga Syariah Negara atau yang lebih dikenal sukuk memang sangat
bank atau obligasi konvensional dengan bunga kupon lebih murah. menarik untuk dikenali lebih dalam, dalam hal ini mungkin perlu sosialisasi lebih dulu kepada
masyarakat tentang perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional, karena dari segi pemahaman
Di saat lain, obligasi syariah memberi kupon "hanya" 12 persen, emiten senang, tetapi investor masyarakat juga belum banyak tau,,,regulasi tentang sukuk pun baru disahkan pada tahun 2008,
akan membandingkannya dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi pemerintah, atau jadi masih butuh banyak waktu lagi untuk pemahaman, mungkin beda hal dengan dimalaysia
obligasi konvensional lainnya. Memang opportunity cost, dan penurunan kinerja pendapatan ini dimana sukuk sudah sangat familiar...intinya tetap semangat untuk belajar dan mencari informasi
menjadi salah satu risiko bagi investor obligasi syariah. terutama untuk Ekonomi Islam,saya yakin banyak sekarang buku atau media informasi untuk
referensi tentang Ekonomi Islam yang mudah dimengerti, jadilah muslim pembelajar.Wslm
Padahal, risiko investor di obligasi syariah sebetulnya mirip saja dengan investor obligasi dengan
bunga mengambang. Berbedanya adalah, struktur syariah ini sesungguhnya lebih menawarkan
"keadilan".

Tantangan lain adalah menyangkut perdagangan obligasi syariah di pasar sekunder yang
mengemuka kepentingannya karena tujuan likuiditas (as-suyulah). Hampir semua Islamic bonds

Anda mungkin juga menyukai