Anda di halaman 1dari 4

Sub-budaya kaum muda dan gender

Salah satu masalah yang terpenting yang didiskusikan dalam sub-budaya adalah
keterkaitannya dengan gender. Angela McRobbie dan Jenny Garber menanyakan empat hal
mengenai keterlibatan wanita dan pria dalam kajian sub-budaya.

1. Apakah anak perempuan tidak terlibat dalam kajian sub-budaya? Atau apakah mereka
terlibat namun tidak begitu terlihat?

2. Ketika terlibat, apakah peran-peran anak perempuan sama dan lebih marginal
daripada anak laki-laki; atau mereka sama sekali berbeda?

3. Kalaupun marginal atau berbeda, selanjutnya bagaimana posisi anak perempuan?


Apakah mereka berpartisipasi hanya pada hal-hal spesifik atau berpartisipasi secara
umum?

4. Jika sub-budaya tidak memasukkan kaum wanita dalam kajian budayanya, lantas
bagaimana anak perempuan mengatur kehidupan kulturalnya?

Ternyata setelah dikaji dengan pendekatan kultural, didapatlah jawaban atau respon dari
pertanyaan-pertanyaan di atas. Angela McRobbie dan Jenny Garber berpendapat, anak
perempuan hadir dalam sub-budaya, namun kehadirannya tidak begitu diperhitungkan
oleh anak laki-laki. Anak laki-laki tidak melihat partisipasi anak perempuan di dalamnya.
Peran dan posisi anak perempuan hanya pada detail-detail tertentu. Misalnya, kalau naik
sepeda motor, anak perempuan hanya sebagai penumpang bukan pengendara. Perempuan
juga dipandang sebagai earth mother, sosok ibu, yang lemah lembut, dan akhirnya
dipandang sebagai wanita yang rapuh.

The Tennybop Culture of Romance

McRobbie dan Garber tidak hanya berhenti pada pandangan di atas. Mereka menjelaskan
bahwa perempuan punya peran-peran sosial dalam lingkungannya. Anak perempuan
menciptakan kehidupan budayanya sendiri yang berbeda dengan anak laki-laki. Salah
satunya adalah menciptakan tennybop culture.

Tennybop culture adalah suatu budaya yang dijalankan oleh anak perempuan di mana
budaya ini didasarkan atas romantisme dan home-based. Jadi, anak perempuan
menghabiskan banyak waktu di rumah, karena tempat-tempat publik di luar sana seperti
jalan-jalan dianggap sebagai tempat yang berbahaya bagi mereka. Mengapa bisa muncul
pandangan seperti ini?

Frith mengatakan setidaknya ada 3 aspek yang mendukung pandangan ini:

1. Anak perempuan lebih tunduk pada orang tua dibandingkan anak laki-laki.

2. Anak perempuan diharapkan dapat bekerja di rumah, sementara anak laki-laki tidak

3. Anak perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dibandingkan anak


laki-laki yang sering pergi keluar rumah.

Bentuk subculture anak perempuan diidentifikasikan dalam hal-hal berikut.

1. Pusat kegiatannya adalah di rumah ataupun di dalam kamar

2. Anak perempuan membentuk tennybop cultute

3. Ketika anak perempuan keluar rumah, hampir dapat dipastikan kalau mereka
menghadiri youth club

4. Tarian sangat penting bagi anak perempuan

5. Bagi anak perempuan, hubungan persahabatan lebih penting daripada hubungan


pacaran

6. Gagasan mengenai romansa penting bagi anak perempuan

7. Anak perempuan menekankan gagasan feminitas dalam fashion

Pop Music, Rave Culture and Gender

Dalam perkembangannya, ternyata gagasan romansa secara drastis tereduksi dan digantikan
dengan pandangan fashion dan budaya pop. Di dalam majalah-majalah remaja, selalu
didominasi oleh gambaran dan perkembangan fashion.

Di Indonesia, kita banyak melihat majalah-majalah remaja baik yang diadopsi dari luar negeri
maupun dari dalam negeri sendiri sangat kental akan gagasan fashion. Beberapa majalah
seperti Femina, Gogirl, Girlfriend, dan sebagainya didominasi oleh perkembangan fashion
dari zaman ke zaman. Selain itu kita juga bisa melihat bagaimana budaya pop banyak
dipublikasikan di majalah-majalah remaja.

Gambar: Majalah Gogirl Indonesia didominasi oleh budaya pop dan fashion

Sub-budaya kaum muda dan ras

Hebdige (1979) menekankan kajian sub-budaya pada budaya kulit hitam dan kehadirannya di
Inggris. Menurut Hebdige, budaya kulit hitam banyak memberikan sumbangsih hingga
berefek pada orang-orang kult putih di sana. Melalui studinya, para ahli budaya membahas
bagaimana black culture menajdi budaya yang dinikmati oleh orang-orang pada masa
sekarang ini. Sebagai contoh, black music. Salah satu black music yang kita kenal saat ini
adalah musik raggae. Musik ini berasal dari Jamaica, yang notabene orang-orangnya adalah
orang-orang berkulit hitam. Dan kalau kita lihat sekarang perkembangannya, banyak sekali
pecinta musik raggae, yang tidak terbatas hanya pada orang-orang kulit hitam tetapi juga
orang-orang dari ras dan kelas lainnya.

Di Indonesia, fenomena raggae dihidupkan kembali oleh seorang tokoh yang fenomenal,
yaitu Mbah Surip. Mbah Surip dengan gayanya yang mirip dengan Bob Marley (musisi
raggae legendaris) menarik banyak perhatian masyarakat Indonesia. Hingga pada saat dia
meninggal pun, banyak orang yang bersimpati.
Gbr: Musik raggae sebagai salah satu black music menjadi konsumsi khalayak dunia,
termasuk Indonesia.

Dalam bukunya, Simon Jones mengawali pandangannya mengenai perkembangan musik


raggae dan pembentukannya di Britain dan Jamaika. Birmingham menjadi suatu area
multirasial, di mana ada remaja kulit hitam dan putih yang memiliki ketertarikan musik yang
sama. Banyak remaja kulit putih yang akhirnya mengadopsi budaya kulit hitam, dan pada
akhirnya bahasa orang kulit hitam atau yang dikenal sebagai black language digunakan untuk
melawan otoritas dari sebagian orang-orang kulit putih.

Anda mungkin juga menyukai