Bab I_
DESKRIPSI
1.1. Pengertian
Contemporary :
kontemporer; masa kini, sewaktu, sejaman, waktu yang sama dengan
pengamat saat ini
Art :
seni; menurut Soedarso S.P. yaitu karya manusia yang mengkomunikasikan
pengalaman batinnya yang disajikan secara indah dan menarik sehingga
merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang
menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi
kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan
menyempurnakan derajat kemanusiaannya memenuhi kebutuhan yang
bersifat spiritual.
Gallery :
Selasar atau tempat; dapat pula diartikan sebagai tempat yang memamerkan
karya seni 3 dimensional
1|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1.2. Tinjauan tentang Seni Kontemporer
1.2.1. Karakteristik Seni kontemporer
Sebetulnya apakah itu seni rupa kontemporer? Bagaimana sebenarnya
praktek seni rupa kontemporer itu sendiri? Pertanyaan ini kerap dibicarakan
sebagai bahan diskusi. Pengertian arti dan prakteknya muncul beragam,
barangkali karena memang arti kontemporer itu sendiri yang mempunyai
makna yang luas, bukan tidak mungkin, siapa saja mempunyai tafsir yang
berbeda tentang pengertian dan bentuk praktek seni rupa kontemporer.
2|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Berikut ini beberapa contoh karya seni instalasi yang pernah dipamerkan di
galeri Rumah Seni Cemeti (Yogyakarta) dan Selasar Sunaryo Art Space
(Bandung) :
Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika G.
Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran seni
patung pada waktu itu. Suwarno Wisetetromo, seorang pengamat seni rupa,
berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya
pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin
dianggap usang. Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB,
melihat bahwa seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya
isu postmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), dimana sepanjang tahun
1993 menyulut perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar
maupun di media massa pada waktu itu.
3|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu,
dengan catatan khusus bahwa seni postmodern adalah seni yang
mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak
semua seni masa kini (kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni
postmodern, seni postmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian,
memungut masa lalu tetapi di sisi lain juga melompat kedepan (bersifat
futuris). (sumber : www.sujud.tripod.com; A.Sudjud Darnanto Personal
Website)
Beberapa aliran seni lukis yang menjadi dasar perkembangan seni lukis yaitu
Surrealisme, Kubisme dan Romantisme. Beberapa aliran yang pernah
berkembang di dunia seni lukis antara lain Ekspresionisme, Impresionisme,
Fauvisme, Neo-Impresionisme, Realisme, Naturalisme dan De Stijl.
Walaupun dalam praktek karya seni lukis kontemporer saat ini banyak
menggunakan metode yang non-konvensional, metode yang digunakan
dalam memamerkan karya seni lukis kontemporer dapat digolongkan sebagai
berikut:
Hanging Object, benda-benda koleksi dipamerkan dengan cara digantung.
Karya lukis dipajang dengan meletakkan/menggantungkannya pada
dinding galeri.
Menggunakan panel tambahan yang berfungsi dalam membantu
mempresentasikan karya seni lukis. Selain itu panel-panel ini juga dapat
digunakan sebagai pembentuk dan pengarah sirkulasi sesuai keinginan
sang seniman dalam mempresentasikan karyanya.
4|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Teknik Audiovisual yaitu metode pameran dengan menggunakan bantuan
teknologi maju,yaitu dengan menggunakan editing komputer dan
proyektor. Termasuk dalam teknik ini antara lain slide, film dan
planetarium, videotape, videodisc, project dioramas.
Melalui Live Demonstration/demonstrasi langsung dari sang seniman, hal
ini termasuk ke dalam performance Art.
Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi
adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian yang
turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau tepatnya
proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai representasi
sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara objek dan
penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih merupakan sebuah
seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi yang
dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti penggunaan efek teknologi
multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu (laser), musik (bunyi),
5|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap alam yang dibentuk
dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan. (sumber : www.mains-
mains.blogspot.com)
b. Video Installation
Video Installation adalah Seni Rupa Instalasi yang memanfaatkan televisi
yang disusun menjadi sebuah patung dengan monitor yang banyak
dengan berbagai bahasa tayang televisi yang spontan, tak ada
sambungannya, menghibur. Dalam buku Style, School and Movements
disebutkan bahwa Seni Rupa Instalasi semacam ini muncul pada tahun
1965 disaat negara Amerika dilanda “kegilaan” terhadap televisi. Dengan
tokohnya seorang seniman dan musisi kebangsaan Korea yang lahir di
Amerika yaitu Nam June Paik. (Dempsey, 2000 : 257)
c. Indigenouse Art
Indigenouse Art adalah Seni Rupa Instalasi yang mempergunakan
potensi lingkungan alam semesta yang tumbuh disuatu tempat, baik
dalam keadaan yang alamiah maupun berupa material mentah yang
dapat diproses menjadi karya seni. Menurut Moelyono karya Seni Rupa
jenis ini berkembang pertama kali di Asia khususnya di Filipina, yang
melahirkan seniman seperti Junyee,dan Hermisanto. (2001 : 55-56)
6|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Minimalis Art, yaitu sebuah tren seni 1960-an yang membawa lukisan atau
patung kembali pada bentuk-bentuk dasar geometrik dan menempatkannya
dalam sebuah relasi yang kuat dengan ruang dan pengamat.
Internet Art, yaitu sebuah bentuk seni yang menggunakan media digital
seperti komputer dan internet.
Sound Art,
Land Art, dan
Earth Art,
7|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Metode demonstrasi langsung dari seniman lewat performance art dengan
atau tanpa melibatkan pengunjung.
Pengunjung diajak untuk ikut aktif secara intelektual.
8|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
dan perkembangan seni yang merupakan bagian dari perkembangan dari
kondisi sosial dan budaya dan memberikan dorongan kepada masyarakat
untuk ikut semakin kreatif dan produktif dalam berkarya secara positif.
9|Page
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
c. Penyajian koleksi.
5. Kegiatan Servis
a. Mekanikal & Elektrikal
b. Loading dock
c. Keamanan
d. Lavatory
e. ibadah
f. parkir
Bagi para seniman aktifitas seni merupakan sebuah profesi yang dapat
memberikan mereka penghidupan. Berangkat dari hal tersebut maka
10 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
diharapkan suatu galeri dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk
dapat mengapresiasi dengan baik sehingga karya mereka dapat dan layak
dijual kepada masyarakat penikmat seni.
11 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
dibutuhkan ruang pamer yang fleksibel dan dapat ditata dan dikomposisikan
sesuai keinginan seniman.
12 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
untuk sepenuhnya konsentrasi bekerja, melakukan uji coba dan interaksi
sesama seniman, professional maupun komunitas tertentu untuk menggali
suatu gagasan ide yang nantinya akan dipresentasikan dalam pameran.
Perihal bagaimana apabila sebuah karya seni akan dijual lewat stockroom di
Rumah Seni Cemeti, Nindityo menyatakan bahwa karya seni yang ada di
stockroom merupakan karya yang mempunyai nilai jual dan telah
mendapatkan izin dari sang seniman sendiri. Karya-karya tersebut berada di
stockroom pada jangka waktu tertentu sesuai kontrak dengan galeri,
sehingga bersifat seperti ruang transit karya seni kontemporer.
13 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
c. Ruang pamer yang diperlukan adalah ruang pamer netral yang bersifat
fleksibel.
d. Program Residensi seniman dapat menjadi sebuah studi kasus yang
menggambarkan aktifitas seniman pada Galeri Seni Kontemporer di
Yogyakarta sehingga membutuhkan kebutuhan fasilitas berupa wisma
sekaligus studio bagi seniman.
e. Rumah Seni Cemeti di Yogyakarta dapat menjadi salah satu studi
preseden yang sesuai dengan karakter seni kontemporer yang
berkembang di Yogyakarta.
2. Bangunan
14 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini
terlihat pada ruang lobby penerima yang bergaya joglo yang mencirikan
bangunan tradisional jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring
menuju ke ruang pamer melewati sebuah ruang selasar dengan salah
satu sisi yang terbuka. Terdapat sebuah tanman hijau kecil berukuran
kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi yang terbuka pada selasar. Di sisi
sebelah kanan terdapat ruang penunjang berupa lavatory dan pantry
serta stockroom. Terdapat ceruk dinding yang berisi display buku
dokumentasi seniman dan kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni
Cemeti yang berada di sisi kanan dan kiri pitu stockroom.
15 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
16 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
4. Data Jumlah Pengunjung
Untuk satu periode pameran dengan lama rata-rata 20-30 hari, jumlah
pengunjung berkisar antara 450-650 orang. Sedangkan jumlah
pengunjung paling banyak dalam satu hari pameran sekitar 100-150
orang. Frekuensi pengunjung paling banyak terjadi pada saat event
pembukaan pameran.
(sumber : data jumlah pengunjung Cemeti Art House)
1. Lokasi
Bentara Budaya Yogyakarta berlokasi di Jl. Suroto 2 Kotabaru
Yogyakarta. Lokasi ini termasuk pada Kawasan Lindung setempat
Arkeologis/Budaya/Sejarah.
17 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
2. Bangunan
Gambar 1.6. denah Bentara Budaya Gambar 1.7. tampak bangunan Bentara
Yogyakarta Budaya Yogyakarta
(sumber : dokumentasi pribadi) (sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 1.8. Event pameran ‘Kere Munggah Bale’ di Bentara Budaya Yogyakarta
(sumber : dokumentasi pribadi)
18 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
3. Aktifitas dan Fasilitas
Berikut ini tabel aktifitas dan fasilitas dalm Bentara Budaya Yogyakarta
No Aktifitas Fasilitas
1 Pameran/eksebisi Ruang pameran temporer 15mx12m
kapasitas 150 orang
Dengan lampu spot, partisi,dan
soundsystem 1200watt
2 Pertunjukan outdoor Stage outdoor sound system 4000 watt
3 Kegiatan pengelolaan Ruang pengelola
Ruang Tamu
19 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1. Lokasi
Taman Budaya terletak di Kawasan Lindung Setempat
Arkeologis/Budaya/Sejarah tepatnya di kawasan Cagar Budaya Benteng
Vredeburg mempunyai letak yang sebenarnya cukup strategis dan
mudah untuk pelayanan publik.
2. Bangunan
Gambar 1.9.denah gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta dan tampak gedung
(sumber : dokumentasi taman budaya dan dokumentasi pribadi)
Bangunan awal asli yang ditempati oleh Taman Budaya Yogyakarta ini
adalah gedung ‘Militair Societeit’, yaitu bangunan peninggalan colonial
Belanda yang dulunya berfungsi sebagai tempat bersenang-senang
keluarga militer Belanda. Selain melakukan kegiatan rekreasi mereka juga
melakukan pementasan-pementasan budaya.
20 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
21 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
2 Kegiatan seminar Ruang seminar 18mx16m
3 Perawatan karya seni dan Stockroom
perangkat pertunjukan seni Storage
4 Kegiatan dokumentasi Perpustakaan dengan jumlah
buku th.2007:
3800 buku dalam 2100 judul
meliputi kliping media massa,
jurnal seni dan budaya,
majalah seni dan budaya, dsb
5 Kegiatan pengelolaan Kelompok ruang pengelola
6 Kegiatan informasi Lobby
7 Kegiatan penunjang Lavatory
Café terbuka
Souvenir shop
8 Kegiatan service Parkir
1. Lokasi
Selasar Sunaryo terletak di propinsi Jawa Barat tepatnya di Daerah
tingkat II Bandung, Kecamatan Lembang. Letaknya sendiri berada di
kawasan perbukitan alami di jl. Bukit Pakar Timur, Dago, Bandung.
22 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
2. Bangunan
Gambar 1.12.
denah lantai-1Selasar Sunaryo Art Space
keterangan :
C. Wing Space
D. Kopi Selasar
E. Central Space
F. Cinderamata Selasar
G. Audio Visual Space
H. Amphitheatre
I. Bale Handap
J. Bamboo House
(sumber : www.SelasarSunaryo.net)
Gambar 1.13.
denah lantai-2 Selasar Sunaryo Art Space
keterangan :
A. Stone Garden
B. Main Space
(sumber : www.SelasarSunaryo.net)
23 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Letak Selasar Sunaryo yang berada di kawasan perbukitan sangat
menentukan pola peletakan fungsi massa bangunan yang mengisi ruang
seluas 5000m2 dengan tingkat kemiringan sekitar 20-40%. Maka dalam
perancangannya dilakukan pemisahan massa bangunan berdasarkan
pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut pengelompokan massa bangunan
di Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya :
Gambar 1.14.
Interior dan eksterior Selasar Sunaryo Art Space
(sumber : www.SelasarSunaryo.net)
24 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Berikut ini tabel Aktifitas dan Fasilitas yang ada di Selasar Sunaryo Art
Space di Bandung :
No Aktifitas Fasilitas
1 Pameran tetap karya-karya milik Ruang pamer tetap
Sunaryo dan pameran temporer Ruang pamer temporer
Ruang pamer outdoor
2 Produksi karya seni Studio seni
3 Konvensi dan diskusi seni Ruang pertemuan
4 Performance seni Amphitater
5 Kegiatan komersial Artshop
Café
6 Kegiatan informasi Lobby
7 Kegiatan pengelolaan Ruang pengelola
8 Kegiatan service Lavatory
Dapur
Ruang Mekanikal Elektrikal
Storage dan Stock Room
25 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1.6. Tinjauan Lokasi
1.6.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta
Geographic and Administrative Subdivision
The geographic location of Yogyakarta City 7°
49' 26" - 7° 15' 24" South longitude and 110°
24' 19" - 110° 28' 53" East latitude.
Yogyakarta Municipality comprises of 14 sub-
districts and 45 kelurahan with a total area of
32.5 km² or 1.2% of the total area of DIY
Province.
Topography
The elevation of this city is between 25 and
200 m above the sea level with a slope of 0 - 2
%. Quite steep slopes are found on the
riverbanks of Code and Winongo.
Climtatology
The average rainfall is between 1500 and 2500
mm/year with the wet months between
November and
March and the dry months from April to
October
Gambar 1.15.
Peta Kotamadya Yogyakarta
(sumber : atlas Yogyakarta, Dinas
Pekerjaan Umum DIY)
Gambar 1.16.
Peta Pembagian kawasan Kotamadya Yogyakarta
(sumber : atlas Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum DIY)
26 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
Dalam pembagian wilayahnya, kota Yogyakarta juga dibagi menjadi tiga
kawasan yaitu :
- Kawasan lindung, merupakan kawasan konservasi yang tidak dapat
diganggu gugat kecuali dengan kebijakan khusus yang mendetail.
Kawasan ini meliputi wilayah keraton, wilayah pemerintah dan
perdagangandi Jl.Malioboro dan Ahmad Yani, dan kawasan tugu.
- Kawasan penyangga, adalah kawasan dengan status agak bebas.
Kebijakan kota Yogyakarta menyangkut kawasan ini meliputi tata guna
lahan, koefisien lantai bangunan, dan koefisien daar bangunan ynag ketat
dan mengikat. Kawasan ini meliputi kawasan disekitar kawasan lindung
dan wilayah di jalur utama pergerakan kota. Kawasan ini benyak
diperuntukkan untuk bangunan-bangunan umum.
- Kawasan bebas, adalah kawasan diluar kawasan lindung dan kawasan
penyangga, terutam diperuntukkan bagi permukiman, perdagangan dan
fasilitas kegiatan lingkungan.
Gambar 1.17.
Peta Rencana pemanfaatan Lahan
Kotamadya Yogyakarta
(sumber : pemda Kotamadya Yogyakarta)
27 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1.6.2. Tinjauan Kepariwisataan di Yogyakarta
Yogyakarta yang merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk
ke dalam peta pariwisata nasional sebagai daerah tujuan wisata Nasional di
mana di dalamnya banyak terdapat cagar budaya. Yogyakarta merupakan
daerah urutan ke-2 terbesar sebagai daerah tujuan wisata setelah Bali.
Potensi seni dan budaya yang khas dari Yogyakarta mengundang para
wisatawan untuk mengunjungi kota Yogyakarta. Berikut ini adalah data
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta tahun 2001-2006 dan
jumlah pengunjung museum sebagai cagar budaya Yogyakarta :
28 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1.6.3. Perkembangan Seni Kontemporer di Yogyakarta
Untuk itu Yayasan Seni Cemeti yang didukung oleh Princes Claus
mengundang 4 peneliti untuk mencoba meneliti berbagai kecenderungan tadi.
Empat orang peneliti itu, antara lain Drs. Asmudjo Jono Irianto, Dr. M. Dwi
Marianto, drs. Rizki A. Zaelani dan Dr. Sumartono, MA. Mereka melakukan
serangkaian penelitian tentang senirupa kontemporer Yogyakarta pada era-
90-an dengan mengambil sudut pandang berbeda sebagai kajian analisis
yang saling melengkapi.
29 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
diungkapkan Asmudjo bahwa pencarian tradisi pada akhir 80-an dan awal 90-
an, dapat dilihat sebagai usaha untuk "menemukan" nilai dan makna masa
lalu yang dianggap memiliki keterkaitan atau konteks dengan masa kini.
Dimana usaha "pencarian" ini berbeda dengan pendahulunya. Ditulis pula
bahwa persentuhan seniman muda Yogyakarta dengan medan seni rupa
internasional mau tidak maui membuka pemahaman mereka bahwa karakter
etnis atau lokal yang tampil dalam karya menjadi salah satu kekuatan atau
modal untuk eksplorasi lebih mendalam. Kemudian pada konteks sosial
politik dekade 90-an Asmudjo menuliskan bahwa seni rupa kontemporer
yogyakarta sebagai representasi situasi sosial, politik, merujuk pada apa
yang dikatakan Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk sosial,
maka karya seni rupa kontemporer Yogyakarta adalah juga teks yang
terbaca.
30 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
kecenderungan karya seni rupa kontemporer, menurut Rizki, melibatkan tiga
masalah yaitu gejala perupaan, tema karya, serta orientasi praktek seni yang
dijalankan seniman, khususnya dalam pengkajian karya seniman
kontemporer Yogyakarta generasi 90-an, Rizki menemukan tiga kasus
sebagai petunjuk yaitu, pengembaraan dalam konvensi medium/idiom artistik,
keterkaitan antara ekspresi dan aspek tekstualitas, serta keterkaitan antara
aspek tekstualitas, serta keterkaitan antara aspek tekstualitas dan aspek
keterlibatan publik.
31 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
1.6.4. Perkembangan Galeri Seni Rupa Kontemporer di Yogyakarta
Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota seniman. Setidaknya begitulah
pendapat orang mengenai Yogyakarta. Sebagai kota tujuan wisata yang
mempunyai akses internasional maupun lokal ini, Yogyakarta memang
memliki beraneka ragam seni dan budaya lokal yang mempunyai karakter
khas. Perkembangan sektor kesenian di Yogyakarta cukup terlihat salah
satunya dengan indikasi berkembangnya sentra kerajinan seni lokal. Hal ini
didukung oleh program pemerintah yang menjadikan seni dan budaya
sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan kota
Yogyakarta sekaligus menjaga dan mengembangkan potensi-potensi seni
yang ada di masyarakat.
32 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
mengekspresikan karya-karya mereka dan semakin positif dalam berkarya
seni. Seni kontemporer dapat menjadi sebuah kritik sosial dan cerminan
kondisi tatanan sosial masyarakat yang aktual sehingga cukup layak untuk
bersaing dan mendapatkan apresiasi yang sesuai lewat event-event eksebisi
seni. Namun, hal ini cukup tersendat oleh karena kurangnya media ruang
pamer yang sesuai.
33 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
atas nama apresiasi terhadapa seni itu sendiri. Namun, jumlah tesebut
menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat di yogyakarta sudah cukup
apresiatif terhadap perkembangan seni rupa. Hubungan timbal balik ini
sebaiknya cukup potensial untuk mengembangkan suatu komunitas ataupun
galeri seni rupa yang lebih concern terhadap budidaya dan perkembangan
apresiasi seni itu sendiri.
34 | P a g e
//:Yogyakarta Contemporary Art Gallery_104
9 Wayang 6
10 Keroncong 14
11 Teater 35
12 Band 2
13 Qosidah 5
14 Hadrah 3
15 Rebana 2
16 Kulintang 1
17 Seni rupa 12
18 Kesastraan 1
19 Mocopat 2
20 Gejog lesung 3
21 Orkes melayu 2
22 Seni tradisi 32
23 Disain/kerajinan 1
24 Seni budaya 2
25 Gamelan 2
35 | P a g e