Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG I DAN II

M. K PENGELOLAAN TANAH

Disusun Oleh:

M. Asrar Iqbal

A14070008

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
PENDAHULUAN

Praktikum lapang I berlokasi pada 2 titik pengamatan yaitunya desa ciaruten ilir
dan Tempat Pembuangan Akhir galuga. Selanjutnya praktikum lapang yang kedua
mengamati aspek-aspek penting dalam pengelolaan tanah. Aspek-aspek tersebut
mencakup sifat-sifat tanah dalam pengelolaan lahan di daerah Bukit Sentul sampai
daerah Cijeruk Bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Praktikum Lapang I


Pengamatan titik pertama berada di Desa Ciaruteun Ilir, Kec.
Cibungbulang, Kab. Bogor dengan dua satuan lahan, satuan lahan yang pertama
memiliki tipe Podsolik kuning (Typic hapludult), tekstur halus, bahan induk batu
liat. Satuan lahan yang kedua (kebun karet) memiliki bentuk wilayah bukit
lipatan, kompleks renzina dan litosol, tekstur halus, drainase cepat, bahan induk
batu kapur, dan bentuk wilayah berbukit sampai bergunung.
Titik pengamatan yang kedua adalah TPA galuga. TPA ini terletak di atas
satuan lahan laotosol coklat kemerahan, bertekstur halus, drainase sedang, bahan
induk tuff andesit dan bentuk wilayah berbukit. Pengelolaan lahan ini digunakan
untuk TPA, kebun campuran dan sawah.

Dalam pengamatan pengelolaan tanah di desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan


Ciampea di daerah perbukitan kapur ada dua satuan lahan yang diamati. Satuan
lahan yang pertama adalah lahan yang digunakan untuk kebun jati dan kebun
campuran lainnya ( Jagung, papaya, dan Ubi jalar ). Di satuan lahan yang pertama
ini memiliki susunan formasi geologi Quarter vulkanik salak trast ( Qvst ). Satuan
lahan yang pertama ini memiliki jenis tanah Podsolik kuning yang memiliki bahan
induk berbeda dengan satuan lahan yang kedua. Tanah podsolik ini berasal dari
batu liat ( batuan sedimen ) dengan ciri morfologinya adanya akumulasi liat. Di
satuan lahan yang pertama ini digunakan untuk pengelolaan tumpang sari antara
tanaman tahunan dan tanaman pangan. Pada penggunaan lahan di satuan lahan
yang pertama dijadikan kebun campuran antara jati dan tanaman jagung, papaya
dan ubi jalar.

Pada satuan lahan yang kedua memiliki memiliki bentuk wilayah bukit
lipatan, kompleks renzina dan litosol, tekstur halus, drainase cepat, bahan induk
batu kapur, dan bentuk wilayah berbukit sampai bergunung. Kebun karet ini
berada pada kompleks renzina dan litosol yang hamper sama sifatnya hanya
berbeda kedalaman dan memiliki KB yang relatif tinggi karena sama-sama berasal
ari bahan induk kapur. Tanaman karet ini tidak terlalu membutuhkan tingkat
kesuburan tanah yang tinggi. Karet ditanam denga jarak 4 X 6 meter dan saat ini
berusia 3 tahun, berbeda dengan jati karena tidak ditanam secara bersamaan. Hasil
produksi karet per hari sebanyak 2 kuintal dengan pekerja 12 orang.
Lokasi pengamatan yang kedua adalah TPA galuga. TPA galuga ini
merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berasal dari kota Bogor
ataupun dari kabupaten Bogor. Pemilik lahan TPA ini adalah pemkab Bogor. TPA
ini terletak diatas satuan lahan Latosol Coklat kemerahan, bertekstur liat halus,
drainase sedang dengan bahan induk tuff andesit dan bentuk wilayahnya berbukit.
Formasi geologinya adalah Qvsb (Quarter vulkanik salak breksi).
Pada awalnya, di sekitar daerah TPA ini jarang ditemukan pemukiman
penduduk. Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah pemukiman penduduk
semakin meningkat, hal ini sejalan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam
pengelolaan TPA. Sehingga masyarakat cenderung untuk mendirikan pemukiman
di sekitar lokasi TPA. Walaupun dengan adanya indikasi keluarnya gas metan,
CO2 serta cairan asam (asam organik) dari lokasi TPA.
Dalam pembuatan TPA harus memperhatikan indikasi yang diatas, salah
satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pembuatan instalasi biogas dengan
menanam pipa diatas permukaan tanah yang dijadikan lokasi TPA untuk
menghindari amblasnya tanah di atasnya.
Daerah TPA ini memiliki kecenderungan lahan yang hampir tercemari
oleh limbah yang berasal dari sampah yang ada bahkan logam berat sehingga akan
sulit untuk dilakukan penanaman tanaman disekitar lokasi TPA.
Hasil Pengamatan praktikum lapang II
Pada praktikum lapang II, pengamatan dilakukan pada beberapa titik pengamatan.
Titik pengamatan yang pertama adalah Perumahan bukit pelangi memiliki letak
geografis 106°52’10” BT dan 6°36’46” LS dengan ketinggian tempat 422 mdpl
berada di desa Cijayanti, Kec. Babakan Madang, Kab Bogor. Formasi geologi
Qvk. Wilayah ini memiliki satuan lahan dengan tanah Latosol coklat, tekstur
halus, drainase cepat, bahan induk tuff andesit. Bentuk wilayah berbukit sampai
bergunung dengan penggunaan lahan pemukiman. Pada lokasi ini banyak
ditemukan berbagai penggunaan lahan, diantaranya penggunaan lahan untuk
perumahan namun perumahan ini tidak efektif karena pembangunannya
terbengkalai. Selain itu, juga ada kebun campuran. Dalam penggunaan yang lain
juga ada kebun singkong dan ada juga penggunaannya sebagai sawah dan
lapangan golf. Titik pengamatan kedua berada pada Rainbow hills golf memiliki
letak geografis 106°52’41” BT dan 6°37’19” LS dengan ketinggian tempat 413
mdpl berada di desa Cijayanti, Kec. Babakan Madang, Kab Bogor. Formasi
geologi Tmj. Wilayah ini memiliki satuan lahan dengan tanah Podsolik coklat
kekuningan, tekstur halus, drainase sedang, bahan induk batuliat/pasir. Bentuk
wilayah berbukit dengan punggung-punggung elongated. Sesuai dengan namanya,
lokasi ini digunakan sebagai lapangan golf dengan beberapa bangunan
disekitarnya. Titik pengamatan III adalah Profil Podsolik memiliki letak geografis
106°52’46” BT dan 6°37’50” LS dengan ketinggian tempat 580 mdpl berada di
desa Gunung Geulis, Kec. Sukaraja, Kab Bogor. Formasi geologi Qvk. Wilayah
ini memiliki satuan lahan dengan tanah podsolik coklat kekuningan, tekstur halus,
drainase cepat, bahan induk tuff andesit. Bentuk wilayah berbukit sampai berbukit
rendah. Lokasi ini merupakan salah satu lokasi yang masih ditemukan podsolik
murni yaitunya podsolik dengan warna yang cerah. Dengan batasan yang jelas
serta tanaman berakar panjang yang tumbuh diatasnya. Selanjutnya perjalanan
pun menuju kea rah Mega Mendung tepatnya Kebun Pak Edi, lokasi ini memiliki
letak geografis 106°54’29” BT dan 6°42’18” LS dengan ketinggian tempat 876-
900 mdpl berada di desa Mega Mendung, Kab Bogor. Formasi geologi Qvpo.
Wilayah ini memiliki satuan lahan dengan tanah podsolik coklat kekuningan,
tekstur halus, drainase cepat, bahan induk tuff andesit. Bentuk wilayah berbukit
sampai bergunung. Dan penggunaan lahan kebun campuran. Adapun jenis
tanaman yang dibudidayakan disini cukup beragam, ada pakcoy,caisin, cabe, kol,
padi, wortel dan lainnya. Bahkan ada juga peternakan kambing skala kecil. Dalam
pengelolaannya cukup baik diantaranya pembuatan teras yang mengikuti kontur,
pembuatan tempat penampungan air sebagai tindakan konservasi. Namun untuk
saluran air perlu dibuat terjunan untuk mengurangi gerusan air agar berkurangnya
erosi air. Dan Titik E dan F. wilayah ini bersebrangan yang dibatasi oleh jalan
raya terletak di desa Cimande dan memiliki sifat sifat yang hampir sama seperti
latosol coklat. Selanjutnya perjalanan menuju titik terakhir yaitunya titik K
(villa),desa palaari kec. Cijeruk kab. Bogor. satuan lahan di lokasi ini adalah
latosol coklat, tkestur halus, drainase sedang, bahan induk tuf vulkan intermerdier
dengan wilayah yang bergelombang. Lokasi geografisnya 106°47’09,9” BT dan
6°39’50,5” LS dengan ketinggian tempat 566 m dengan formasi Qvsb. Adapun
penggunaan lahan yang ada diantaranya pemukiman dan kebun campuran serta
kolam budidaya ikan.

Kesimpulan dan Rekomendasi


Dalam pengelolaan lahan harus memperhatikan kondisi kesesuian lahan
dan kemampuan lahan, selain itu juga harus memperhatikan kondisi sosial
ekonomi dan aspek ekologis agar masyarakat sekitar juga tidak dirugikan dalam
pemanfaatan lahan atau lebih baik jika dapat memberikan keuntungan bagi
masyarakat sekitar. Serta tidak terjadi penurunan kualitas lahan sehingga
penggunaan lahan yang berkelanjutan dapat terwujud demi kehidupan masa
depan.

Anda mungkin juga menyukai