Anda di halaman 1dari 5

Unnes Konservasi di Mataku

Usaha untuk menjadikan unnes sebagai kampus konservasi telah ada sejak
tahun 2005 dengan Prof. Dr. Sodijono Sastroatmojo, M.Si sebagai seseorang yang
paling bertanggung jawab dan paling sering disebut-sebut dikala mengucapkan
jargon “UNNES KONSERVASI”. Beliau adalah pencetus, perintis, pelaksana,
sekaligus sebagai pelindung segala persoalan menyangkut UNNES
KONSERVASI. Sedikit mengenai biografi karier beliau adalah sebagai Pembantu
Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP
Semarang (1993-1996), kemudian Dekan FPIPS IKIP Semarang/Unnes,
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unnes, dan Rektor Unnes hingga kini
menjabat selama dua periode. Usaha penciptaan kampus Unnes sebagai kampus
konservasi dirintisnya karena kecintaan beliau akan alam dan diwujudkan dalam
bentuk rutinitas kesehariannya di dunia pendidikan yang pada awalnya masih
berupa pergulatan pikir yang hampir tidak mungkin diwujudkan menjadi sesuatu
yang nyata dalam bentuk “UNNES KONSERVASI” berjalan secara simultan
dengan kariernya hingga kini menjabat sebagai rektor dan pengembangan
konservasinya masih terus berjalan dengan begitu gencarnya.

Wujud Universitas Negeri Semarang (Unnes) sekarang benar-benar hijau


dan tidak salah disebut sebagai Universitas Konservasi, bahkan yang pertama di
Indonesia. Sebutan Universitas Konservasi lebih lengkap setelah pada tanggal 12
Maret 2010 dilakukan Pengukuhan Unnes sebagai Universitas Konservasi oleh
Menteri Pendidikan Nasional Prof. DR. Ir. Moh. Nuh.

Secara fisik wujud universitas konservasi dapat dilihat dari penyelamatan


keanekaragaman hayati dari pengurangan atau kepunahan karena memperhatikan
fungsi ekologis dan fungsi produktif untuk menjaga keseimbangan alam, dan
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Selain itu Unnes juga melakukan
program penghijauan terpadu, baik di kampus maupun diluar kampus. Untuk itu
kemudian Unnes dikembangkan menjadi universitas konservasi. Potensi yang
dimiliki Unnes dan dapat dikembangkan untuk mencapai “Universitas
Konservasi", yaitu meliputi:

1. Letak Geografis

Wilayah perbukitan: Fungsi hidrologis. Di kelilingi berbagai tipe habitat (hutan,


kebun, sawah, sungai, permukiman): keanekaragaman hayati tinggi.

2. Sumber Daya Alam


 Luas wilayah UNNES : 1.444.251 m2
 Kekayaan Flora dan Fauna
 Kekayaan flora, ± 51 jenis tanaman di Kampus UNNES.

103 jenis tanaman, 3364 individu di Kebun Wisata Pendidikan Biologi.

 Kekayaan fauna

58 jenis, 14 jenis dilindungi Peraturan Perundangan Indonesia, 2 jenis :


kategori CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of wild fauna and flora) appendix II, 1 jenis : kategori IUCN
(International Union for Conservation of Nature) : Endangered Species, 5
jenis: endemik Jawa.

3. Sumber Daya Manusia

Komitmen Pimpinan Universitas Kepakaran di berbagai bidang Aktifitas


Mahasiswa.

Keinginan Unnes menjadi kampus konservasi tak hanya di bidang


penghijauan kampus, tetapi juga di berbagai bidang, seperti peningkatan mutu
pendidikan dan budaya. Pembuktiannya adalah dalam mendukung keberhasilan
setiap program universitas. Konservasi seni budaya dapat terlihat dalam
melindungi, memelihara, memanfaatkan, serta memegang teguh nilai luhur
bangsa. Pada tanggal 2 Maret 2010 sebelum Unnes resmi dijadikan sebagai
pemilik nama universitas konservasi senat Universitas mengeluarkan imbauan
sebagai sikap merespons adanya degradasi karakter bangsa. Salah satu caranya
ialah dengan menyerukan kepada semua komponen bangsa agar menjadikan
Pancasila, yang merupakan cerminan nilai-nilai luhur bangsa, sebagai rujukan
dalam penyelesaian setiap masalah berbangsa dan bernegara. Konservasi
akademik dibuktikan dengan pengembangan profesi dan sertifikasi guru, dan
program pengabdian. Selanjutnya pandangan beralih ke tingkat yang lebih tinggi
yakni ke world class university.

Luar biasa sekali mimpi kampus kita tercinta, tidak tanggung-tanggung


juga usahanya. Mengingat perlu adanya persiapan mental yang kuat dan dukungan
dari seluruh keluarga besar civitas akademika Unnes untuk dapat bahu membahu
mewujudkan impian seorang pimpinan universitas demi kepentingan bersama.

Hal diatas adalah merupakan realita munculnya konservasi dan


pengembangan konservasi dari pertama dirintis mulai dari bawah hinggga sampai
ke saat yang penuh kontravesi. Niat yang mulia tidak selalu bisa berjalan lancar,
karena dengan cobaan dan perbaikan maka niat itu akan menjadi suatu bentuk
yang utuh dan khas menciptakan kombinasi pemikiran dan jadilah Unnes dengan
bentuk sesuai dengan isi yang ada didalamnya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia,

Konservasi kon.ser.va.si [n] (1) pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara


teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dng jalan mengawetkan;
pengawetan; pelestarian; (2) proses menyaput bagian dalam badan mobil, kapal,
dsb untuk mencegah karat.
Menurut saya konservasi dapat didefinisikan sebagai perlindungan, pengawetan
dan pemeliharaan atau dengan kata lain menjaga sesuatu dalam keadaan selamat atau
aman. Jika diterapkan pada sumberdaya tanah definisi untuk konservasi adalah
pengawetan sumber daya bumi tanpa mengurangi efisiensi.

Konservasi budaya yaitu berarti pengembangan, pelayanan, penyaluran,


pemeliharaan budaya-budaya daerah tidak hanya berasal dari budaya daerah Jawa tetapi
juga budaya-budaya daerah lain seperti Sumatera, Kalimantan, Bali dan lain sebagainya.
Mengingat mahasiswa Unnes tidak hanya berasal dari Pulau Jawa tetapi juga berasal dari
berbagai daerah yang memiliki kekayaan budaya yang sangat heterogen dan kompleks.
Konservasi budaya bisa dilakukan dengan pemberian pendidikan multikultural diluar
proses akademik agar dalam interaksi mahasiswa dan bahkan tidak hanya itu tetapi juga
mencakup keseluruhan personil civitas akademika Unnes mampu dan memiliki toleransi
yang tinggi dan saling menghargai akan kekayaan dan kekhasan budaya nasional. Perlu
diadakannya pagelaran seni dan budaya, makanan khas serta ciri endemik lainnya suatu
etnis untuk bisa diperkenalkan dalam lingkup universitas terlebih dahulu dan selanjutnya
bisa diambil langkah-langkah lain yang lebih strategis dalam pengembangan konservasi
budaya ala Unnes. Harapan kedepannya Unnes mampu menjadi suatu tempat atau suatu
wadah integrasi dunia pendidikan yang solid akan kekayaan dan multikultural yang
sangat Indonesia.

Menyikapi terjadinya degradasi moral yang dinilai telah melanda bangsa ini
dalam beberapa dekade waktu terakhir ini maka muncul imbauan moral dalam wujud
konservasi moral. Nilai luhur bangsa ini terletak pada Pancasila, sebagai landasan
ideologi bangsa, sebagai dasar negara dan berarti adalah sesuatu kebanggaan yang patut
kita pertahankan dan kita perjuangkan sampai kapanpun. Ceritanya saat ini adalah nilai-
nilai moral yang terkandung dalam setiap sila Pancasila telah tercoreng, terkontaminasi
dan ternodai oleh munculnya sikap separatisme, liberalisme, dan demokrasi kapitalis oleh
tangan-tangan kotor yang tidak suka dengan bangsa ini dan penyebarannya melalui para
remaja yang paling mudah untuk dirasuki. Banyak orang tahu akan kejanggalan dalam
pelaksanaan nillai Pancasila. Tetapi tidak banyak orang tahu bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut. Lalu Unnes muncul dengan begitu gagahnya
menyerukan imbauan konservasi moralnya melalui berbagai upaya. Tidak mudah
merealisasikannya memang, karena Unnes tidak mampu berjalan sendiri. Perlu kesadaran
dari setiap komponen pendidikan Unnes untuk menjalankan misi mulia tersebut. Dimulai
dari diri sendiri, Unnes berani dalam mengambil tindakan dalam berbenah diri. Namun
saya rasa perlu ketegasan yang lebih agar mahasiswa atau pun komponen civitas
akademika lainnya mampu mematuhi apapun bentuk imbauan, peraturan, keputusan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan universitas agar mereka tidak termakan
oleh doktrin dari luar yang bisa merusak dan sekaligus agar mampu menciptakan mental
yang kuat dalam masing-masing individu mereka untuk dapat mengenali masalah moral
dan kepribadian bangsa sekaligus menemukan pemecahannya.

Konservasi akademik dalam perspektif saya diberikan untuk mensejahterakan


orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sebagai unsur apapun itu.
Mengingat Unnes adalah memang merupakan jebolan pendidikan maka tak heran fokus
utamanya berupa demikian. Saya tidak tahu menahu tentang hal yang selebihnya
dilakukan dalam perwujudan konservasi akademik. Selama saya hidup dan menghirup
udara pendidikan dan ilmu yang ada di Unnes, segalanya bersifat relatif baik dengan
pemanfaatan teknologi secara maksimal.

Saya bukanlah seseorang pemberontak dalam menjalankan dan mematuhi


perintah pimpinan universitas, maka essay ini saya tulis untuk sepenuhnya mendukung
apa yang telah Unnes berikan dan laksanakan. Puji syukur kehadirat Tuhan telah
memberikan saya kesempatan untuk bisa mengembangkan diri dalam lingkup “UNNES
SUTERA”, “SUTERA” yes, “KONSERVASI” lanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai