PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat
nilai-nilai pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikan /ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha
dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Di sana semua
konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam
bentuk perbuatan yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Oleh
karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah
suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum
yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik
(Subandijah, 1993).
2. TUJUAN PENULISAN
Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan
merupakan proses yang menyangkut banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, antara
lain pertimbangan akan pernyataan tentang kurikulum, siapa yang terlibat dalam
ditujukan.
3. MASALAH
Dalam makalah ini kami hanya memfokuskan pada siapa yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
● Diawali oleh adanya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil kurikulum yang
PEMBAHASAN
Dalam usaha perbaikan kurikulum di sekolah dapat berhasil dengan baik, hendaknya
● Adakan penilaian umum tentang sekolah, dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau lebih
● Selidiki berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan
berbagai kebutuhan yang tersebut di atas lalu memilih salah satu yang dianggap paling
mendesak.
● Mengajukan sarana perbaikan, sebaiknya dalam bentuk tertulis, yang dapat didiskusikan
bersama, apakah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, menilai maknanya bagi
● Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan. Apa
● Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan pedoman
Perubahan kurikulum melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, di dalam mengubah
kurikulum perlu dipertimbangkan faktor-faktor manusia (human factors), yaitu: guru, peserta
didik, orang tua peserta didik, staf administrasi sekolah, pemakai lulusan, serta pihak lain
yang mungkin terlibat dalam sistem pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
antara lain : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan (Sudrajat, 2008). Dari pihak-pihak
tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah:
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan: siapa saja pihak-pihak yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum? Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk
menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum
(Sukmadinata, 2004). Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan
minimum course yang dituntut. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para
pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu. Dengan mengacu
masyarakat dan masukan dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang
berjalan, para ahli pendidikan memberikan alternative konsep pendidikan dan model
kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
3. Peranan Guru
Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
pusat untuk disajikan dikelasnya. Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan
● Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang
apakah anak didik telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Guru merupakan titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan
belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar
mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki
Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu
mengembangkan gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan
intelektual yang luas. Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.
Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar
pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri
secara terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan
pengajarannya. Guru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang
pengetahuan kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan
● Penampilan sikap
Disini guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi yang bersifat
makro, mereka berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim
khusus, guru menyusun kurikulum dalam jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi
tugas guru untuk menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun
bahan pelajaran sesuai kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode
dan media mengajar yang bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya
sangat beragam, tiap sekolah punya kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada
dikelola secara sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran
yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di dini guru juga bukan hanya berperan sebagai
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam penyusunan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta hanya
terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang
yang memadai. Kedua, dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat
erat antara guru dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut
kurikulum dilaksanakan dirumah. Dan orang tua mengikuti atau mengamati kegiatan
Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami
perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat
dalam mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah badan
mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar
sekolah.
mengenai:
Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, sudah
barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota sesuai
kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak
bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga
yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat
masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu
organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta
orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:
memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.
● Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki
anaknya, dan
sekolah dalam:
anak.
● Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan
● Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang
dihadapi sekolah.
sekolah.
● Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan
6. Peran Pengusaha
Sisdiknas pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan menyebutkan : (1)
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok,
berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. (3) Ketentuan
mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
Sebagai contoh, sebagaimana diungkapkan oleh Kadisdik Jabar, Dadang Dally bahwa
dunia usaha dan dunia industri merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki peranan
dengan dunia usaha sinergitas telah mulai dilakukan. Prosesnya telah memasuki tahap
Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima pembaruan. Ide yang baru
tentang pendidikan memerlukan waktu sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di
guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama secara rutin. Adakalanya cara yang
pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih banyak
daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat
meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaruan yang telah dimulainya itu.
Dalam pembaruan kurikulum ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebib “mudah”
percobaan, masih banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab harus
melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan perubahan struktur organisasi dan
PENUTUP
Perubahan kurikulum melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, di dalam mengubah kurikulum
perlu dipertimbangkan faktor-faktor manusia (human factors), yaitu: guru, peserta didik, orang
tua peserta didik, pemakai lulusan, politikus, pengusaha, administrator pendidikan, serta pihak
lain yang mungkin terlibat dalam sistem pendidikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
REFERENSI
Adiwikarta,S, 1994. Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian, Kurikulum untuk Abad 21,
Jakarta : Grasindo.
Abdullah, Idi. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, S.L.La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.