Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Alga merupakan tumbuhan talus yang tidak memiliki organ yang nyata
seperti tumbuhan. Alga hidup di permukaan laut, permukaan tanah, tempat
lembab, air tawar, batang kayu. Berbagai spesies alga terutama dari golongan alga
hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta), dan alga merah (Rhodophyta) baik
dalam keadaan hidup (sel hidup) maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) dan
biomassa terimmobilisasi telah mendapat perhatian untuk mengadsorpsi ion
logam. Alga dalam keadaan hidup dimanfaatkan sebagai bioindikator tingkat
pencemaran logam berat di lingkungan aquatik (perairan) sedangkan alga dalam
bentuk biomassa dan biomassa terimmobilisasi dimanfaatkan sebagai biosorben
(material biologi penyerap logam berat) dalam pengolahan air limbah. Secara
umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben.
Alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi
logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan
pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil,
hidroksil, amina, sulfudril, imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam
dinding sel dalam sitoplasma. Alga mudah didapat dan tersedia dalam jumlah
banyak.
Pada saat ini kualitas air telah menurun oleh adanya logam berat. Salah
satu logam berat yang mencemari air adalah logam timbal (Pb). Logam Pb yang
digunakan sebagai formulasi penyambung pipa, dapat mengakibatkan air untuk
rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb. Logam berat
timbal (Pb) menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulsai, yaitu
peningkatan konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup dan tidak
dapat didegradasi oleh tubuh, serta memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk
hidup walaupun pada konsentrasi yang rendah. Dimana adanya timbal (Pb) dalam
peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin
2

darah, gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem


reproduksi, penyakit akut atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-
paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada anak kecil jika terdapat 10-20
myugram/dl dalam darah. Beberapa jenis alga dapat mengabsorbsi Pb, salah
satunya adalah Chlorella sp. Pb yang terserap dapat diambil dan dimurnikan
menjadi logam Pb melalui proses tertentu. Logam Pb sangat bermanfaat untuk
industri baja, produksi baterai, pelapis kabel, pipa.. Oleh karena itu biomassa
Chlorella sp. dapat dimanfaatkan sebagai bahan membran untuk menyaring air
yang tercemar Pb dan mendapatkan logam Pb.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah: Apakah membran
Chlorella sp. dapat mengabsorpsi Pb dalam air?

Tujuan
Penulisan karya tulis ini bertujuan:
1. Untuk memperoleh air bebas Pb dengan menggunakan membran
Chlorella sp.
2. Untuk mendapatkan logam Pb

Manfaat
Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan:
1. Dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan air bebas Pb.
2. Logam Pb yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh industri,
misalnya industri baja, baterai.
TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Chlorella. sp.


Menurut Vashista (1979), Cholrella sp. termasuk dalam :
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.

Sel Chlorella sp. berbentuk bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 μm. Dalam
sel Chlorella sp. mengandung 50% protein, lemak serta vitamin A, B, D, E dan K,
disamping banyak terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai
katalisator dalam proses fotosintesis. Dinding sel Chlorella yang tersusun dari
senyawa selulosa, hemiselulosa, lignin,dan ligma pun sangat kuat. Semua ini
membuat chlorella mudah menyesuaikan diri pada cuaca ekstrem dan bisa
bertahan terhadap pengaruh luar dalam waktu lama. Jadi, Chlorella sp. bisa
ditemukan di perairan tropis, sub-tropis, sampai kutub sekalipun. Sel Chlorella
sp. umumnya dijumpai sendiri, kadang-kadang bergerombol. Protoplast sel
dikelilingi oleh membran yang selektif, sedangkan di luar membran sel terdapat
dinding yang tebal terdiri dari sellulosa dan pektin. Di dalam sel terdapat suatu
protoplast yang tipis berbentuk seperti cawan atau lonceng dengan posisi
menghadap ke atas. Pineroid-pineroid stigma dan vacuola kontraktil tidak ada.
Warna hijau pada alga ini disebabkan selnya mengandung klorofil a dan b dalam
jumlah yang besar, di samping karotin dan xantofil.
Chlorella sebagai ganggang hijau air tawar yang bersel tunggal dan banyak
mengandung nutrisi. Setiap sel chlorella merupakan organisme yang dapat hidupi
dirinya sendiri. Sehingga konsentrasi zat – zat gizi penting sangat tinggi
4

kandungannya dalam chlorella. Selain vitamin, chlorella juga mengandung


mineral, protein, dan nutrisi penting yang mungkin kurang kita dapatkan dari
makanan sehari – hari, Chlorella sp. juga sebagai salah satu klorofil alami yang
paling tinggi lantaran mengandung berbagai jenis mineral, seperti zat besi, iodium
dan seng. Selain itu, Chlorella sp.terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan
pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut antara lain gugus karboksil,
hidroksil, imadazol, dan amina.

Gambar 1. Chlorella sp.

Gambar 2. Bagian-Bagian Sel Chlorella sp.

Chlorella sp. tumbuh pada salinitas 25 ppt. Alga tumbuh


lambat pada salinitas 15 ppm, dan hampir tidak tumbuh pada
salinitas 0 ppm dan 60 ppm. Chlorella sp. tumbuh baik pada suhu
5

200C, tetapi tumbuh lambat pada suhu 320C. Tuimbuh sangat


baik sekitar 200C -230C. Chlorella sp. termasuk cepat dalam
berkembang biak, mengandung gizi yang cukup tinggi, yaitu
protein 42,2%, lemak kasar 15,3%, nitrogen dalam bentuk
ekstrak, kadar air 5,7%, dan serat 0,4%. Untuk setiap berat
kering yang sama, Chlorella sp. mengandung vitamin A, B, D, E,
dan K, yaitu 30 kali lebih banyak dari pada vitamin yang terdapat
dalam hati anak sapi, serta empat kali vitamin yang terkandung
dalam sayur bayam, kecuali vitamin C.

Reproduksi Chlorella sp.


Menurut Presscott (1978) Chlorella sp. berkembang biak dengan
membelah diri membentuk autospora. Sedangkan pada waktu membelah diri
membentuk autospora, Chlorella sp. melalui empat fase siklus hidup (hase, 1962;
Kumar and Singh, 1981). Keempat fase tersebut adalah :
1. Fase pertumbuhan (growth), periode perkembangan aktif sel massa yaitu
autospora tumbuh menjadi besar.
2. Fase pematangan awal (early revening), autospora yang telah tumbuh menjadi
besar mengadakan persiapan untuk membagi selnya menjadi sel-sel baru.
3. Fase pematangan akhir (late revening), sel-sel yang baru tersebut mengadakan
pembelahan menjadi dua.
4. Fase autospora (autospora liberation), pada fase ini sel induk akan pecah dan
akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.

Poly(vinyl Alkohol)/PVA
Poly(vinyl Alkohol)/PVA merupakan polimer yang mampu mengikat
selulosa. PVA adalah amorf, tetapi mendekati serat kristalin, struktur rantainya
adalah ataktik. PVA dapat larut dalam air, kelarutannya lambat dalam air dingin
dan akan lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Crosslink pada Poly(vinyl
Alkohol) akan menyebabkan pertambahan viskositas sehingga menjadi produk
yang tidak larut.
6

[ CH2 ─ CH ]n

OH
Gambar 3. Struktur Kimia Poly (vinyl Alkohol)
Sulfonasi Poly (vinyl Alkohol)
Reaksi sulfonasi merupakan suatu reaksi substitusi yang
bertujuan untuk mensubstitusi atom H dengan gugus ~SO3H
pada molekul organik melalui ikatan
kimia pada atom karbonnya. Polimer dan agen sulfonasi harus
berada pada fase yang sama. Pelarut yang digunakan tidak boleh
bereaksi dengan polimer maupun dengan agen sulfonasi.
Poly (vinyl Alkohol) tersulfonasi akan memiliki gugus
~SO3H. Pada Poly (vinyl Alkohol) tersulfonasi akan ditemui ikatan
silang yang berguna untuk aplikasi pertukaran ion.

─CH2 ─ CH─ CH2 ─ CH─


│ │
O OH

O=S=O

OH
Gambar 4. Poly (vinyl Alkohol) tersulfonasi

Logam Timbal (Pb)


Sifat-sifat Timbal (Pb)
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya sebagai
berikut:
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam
bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi
berbagai bentuk.
7

3. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali
emas dan merkuri.

Kegunaan Timbal (Pb)


Penggunaan timbal terbesar adalah produksi baterai penyimpan untuk
mobil, dimana digunakan timbal metalik dan komponen-komponennya.
Penggunaan lainnya dari timbal adalah untuk produk-produk logam seperti
amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia, dan pewarna.

Sumber Polusi Timbal (Pb)


Timbal yang mencemari udara terdapat dalam 2 bentuk, yaitu berbentuk
gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama berasal dari pembakaran bahan
aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil
Pb. Logam Pb yang digunakan sebagai formulasi penyambung pipa, dapat
mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak
dengan Pb.

Keracunan Timbal (Pb)


Daya racun Pb didalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan
enzim oleh ion-ion Pb2+. Pb yang tertinggal didalam ion tubuh, baik dari udara
maupun melalui makanan/minuman, akan mengumpul terutama didalam skeleton
(90-95%). Tulang berfungsi sebagai tempat pengumpulan Pb karena sifat-sifat ion
Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+ .

Membran
Membran dapat didefinisikan sebagai lapisan tipis yang bersifat selektif,
sehingga dapat digunakan dalam separation process. Selektifitas membran
didasarkan pada perbedaan ukuran, bentuk permukaan, elektrostatik, difusivitas,
8

interaksi terhadap zat kimia, volatilitas, polaritas, maupun kelarutan. Secara


umum, membran diaplikasikan pada pemisahan gas dan uap, pemisahan campuran
organik, pemisahan sistem dispersi solid/liquid, pemisahan sistem liquid-liquid,
pemisahan dalam padatan terlarut, dan lain-lain.
Pemisahan dengan membran bekerja dengan driving force berupa
perbedaan tekanan, perbedaan konsentrasi, perbedaan potensial kimia, dan
perbedaan temperatur. Adanya perbedaan dalam aplikasi membran baik sebagai
media pemisah maupun katalis maka bahan/material membran yang digunakan
bervariasi termasuk pembuatan serta pabrikasinya. Ilmu bahan untuk membran
juga berkembang pesat untuk menghasilkan berbagai jenis bahan dengan struktur
dan fungsi yang berbeda.
Suatu bahan dapat dijadikan membran apabila tahan secara kimia
(chemical resistant) baik terhadap umpan maupun media/cairan pencuci membran,
stabil secara mekanik, stabil secara termal, memiliki permeabilitas dan selektifitas
yang tinggi, dan stabil dalam pengoperasiannya. Bahan dan jenis membran dapat
berupa:
1. Polimer sintetik seperti polypropylene, perfluoro polymers, elastomer,
polyamides dan polisulphones
2. Modifikasi produk/bahan alam –berbasis selulosa
3. Bahan lain termasuk senyawa anorganik, karbon, keramik, logam, serta
membran cair
Tipe membran terbagi menjadi 2 macam membran yaitu membran simetrik
(struktur ragam) dan membran asimetrik (tak berseragam). Membran simetrik
dapat berbentuk silinder saja, porous saja, maupun non porous saja. Sedangkan
membran asimetrik tersusun atas lapisan aktif dan didukung oleh suatu support
berpori atau sublayer, dapat berupa porous, porous with top layer, maupun
komposit.

Pembuatan Membran Simetrik


1. Sintering/stretching : untuk pembuatan membran-membran mikropori
9

2. Casting : untuk pembuatan membran penukar ion dan membran untuk


pervaporasi
3. Phase inversion dan etching : untuk membran berpori dan digunakan dalam
mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dan dialysis
4. Extrusion : bahan yang diproduksi melalui metode ini berfungsi sebagai
membran difusi seperti pada pemisahan gas dan pervaporasi

Pembuatan Membran Asimetrik


Membran Asimetrik diproduksi melalui proses membran fasa (phase
infersion) dari polimer tunggal atau yang berstruktur komposit. Inversi fasa
mencakup struktur pori yang terbentuk akibat pengendapan dari larutan yang
homogen. Lapisan pendukung pori yang mencapai ketebalan 0.2 mm-0.5 mm
dengan lapisan aktif, 1 micron. Biasanya digunakan dalam nanofiltration dan
ultrafiltration. Pembuatan membran komposit melalui infersi fasa berbeda materi
untuk lapisan aktif dan lapisan support. Membran komposit komposit banyak
diaplikasikan pada membran-membran difusi seperti pada RO, pemisahan gas,
dan pervaporasi.

Karakteristik Polimer
Dalam polimer sintetik beberapa karakteristiknya menentukan sifat fisik
dan kimiawi yang mempengaruhi dalam aplikasi membran yakni:
1. Jumlah dan berat molekul dari unit pengulangan di dalam suatu polimer
2. Apakah polimer tersebut termasuk homopolimer atau co-polimer
3. Bagaimana monomer terikat: rantai random, membran blok dan grafted co-
polimer
4. Apakah polimer linier bercabang atau saling terikat
5. Stereoisomer : isotactic (menghasilkan polimer kristalin), atactic
(menghasilkan polimer noncrystalin atau amporphous), dan syndiotactic.
Kristalinitas mempunyai pengaruh atau efek utama pada permeabilitas dan
membran polimer
6. Fleksibilitas rantai
10

7. Interaksi rantai
METODOLOGI PENULISAN

Preparasi Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi dan Serbuk Chlorella sp. ( Alga


Hijau)
Larutan Poly(vinyl Alkohol) 0,0021 M (dalam aquades panas) dengan
volume 2 mL ditambah dengan 5 mL asam sulfat 11 M secara per tetes diaduk
selama 2,5 jam. Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi yang berwujud gel dicuci dengan
menggunakan aquades sampai aquades hasil pencucian mempunyai pH 5.
Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi kemudian dioven pada suhu 400C selama 10 jam.
Gel Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi kemudian dihaluskan dengan menggunakan
mortar. Chlorella sp. dikeringkan dalam oven pada suhu 400C selama 8 jam
kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran 70 mesh.

Pembuatan Membran
Membran dipersiapkan dengan membuat campuran serbuk Chlorella sp.
dan Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi dengan perbandingan (dalam gram) adalah 1:2,
1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7 dan 1:8 dengan media pencampuran adalah 1-butanol.
Membran kemudian dicetak dengan ketebalan 0,3 mm diatas kaca yang dilapisi
plastik. Membran yang telah dicetak dikeringanginkan dan kemudian dipotong
dengan ukuran 1 x 1 cm.

Proses Pemurnian Logam Pb


Membran yang telah menyerap Pb, Cu, dan Cd diabukan dengan
menggunakan furnace. Abu yang dihasilkan ditambahkan larutan asam nitrat 6 M,
kemudian larutan tersebut diuapkan sampai hampir kering dan ditambahkan
aquades. Larutan yang terbentuk ditambahkan natrium sulfit yang menghasilkan
endapan PbSO3, CuSO3, dan CdSO3. Campuran endapan kemudian ditambahkan
natrium hidroksida berlebih. Endapan dipisahkan dari filtratnya menggunakan
kertas saring. Endapan diabaikan sedangkan filtrat yang mengandung Pb
ditambahkan natrium tetrahidroksostanat (II). Kemudian filtrat didiamkan lebih
dari 1 jam sampai terbentuk endapan hitam logam Pb.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Alga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator dan biosorben dalam bentuk


biomassa (sel mati). Dengan kemampuannya sebagai biosorben, alga dapat
mengadsorpsi logam berat. Hal ini dikarenakan di dalam alga terdapat gugus
fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi
tersebut antara lain gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfidril, imadazol, sulfat
dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma. Biomassa
Chlorella sp. merupakan mikroalga yang dapat digunakan sebagai adsorben
logam berat karena mempunyai gugus aktif pada dinding selnya, yaitu gugus
karboksil, hidroksil, imadazol, dan amina.
Penggunaan Chlorella sp. sebagai biosorben didasarkan pada sifat dinding
sel yang tersusun dari senyawa selulosa, hemiselulosa, lignin dan ligma yang kuat,
dimana senyawa tersebut merupakan komponen dari humus yang mempunyai
tingkat afinitas tinggi terhadap kation logam. Hal ini mengakibatkan Pb yang
terkandung dalam air dapat diserap oleh Chlorella sp.. Namun kemampuan
Chlorella sp. dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh
beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat
jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh
mikroorganisme lain. Selain itu, biomassa Chlorella sp. tidak dapat
digunakan secara langsung dalam kolom, karena sangat lunak dan
granular. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka perlu
dilakukan immobilisasi pada biomassanya dengan matrik
pendukung. Matrik pendukung dalam gagasan ini adalah Poly(vinyl
Alkohol)-sulfonasi.
Proses sulfonasi Poly(vinyl Alkohol) dengan asam sulfat pekat
membentuk ikatan crosslink. Ikatan tersebut mengubah sifat Poly(vinyl Alkohol)
yang larut dalam air (hidrofilik) menjadi tidak larut dalam air (hidrofobik).
Poly(vinyl Alkohol) tersulfonasi yang berwujud gel dicuci dengan menggunakan
aquades sampai aquades hasil pencucian mempunyai pH 5, untuk mengurangi
13

keasaman dari polimer. Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi kemudian dioven pada


suhu 400C selama 10 jam, untuk menghilangkan kadar air dalam polimer.
Pengovenan pada suhu 400C agar polimer tidak rusak atau tidak terdegradasi.
Polimer bila dipanaskan akan memperpendek rantai polimernya sehingga secara
otomatis berat molekulnya akan lebih kecil. Disamping itu, air sudah dapat
menguap diatas suhu kamar maka tidak perlu digunakan suhu yang terlalu tinggi
untuk menguapkannya. Pengovenan dilakukan selama 10 jam karena bentuk
materil gel rapat sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menghilangkan
kadar air dalam gel polimer. Air yang di dalam gel seperti terperangkap. Gel
Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar.
Chlorella sp. dikeringkan dalam oven pada suhu 400C agar tidak rusak, untuk
menguapkan air di dalamnya, dan menjaga bentuk materilnya karena Chlorella
sp. mengandung glukosa dimana bila dipanaskan terlalu tinggi maka yang tersisa
hanya karbonnya saja. Pengeringan Chlorella sp. dilakukan selama 8 jam dimana
tidak lebih lama dibanding pengovenan gel Poly (vinyl Alkohol) tersulfonasi. Hal
ini dikarenakan bentuk materil Chlorella sp. yang tidak terlalu rapat dibanding gel
Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi. Setelah dikeringkan, dihaluskan dan diayak
dengan ukuran 70 mesh (1 inchi = 70 lubang) sehingga serbuk Chlorella sp. yang
dihasilkan relatif besar dimana akan mempermudah pencampurannya dengan Poly
(vinyl Alkohol)-sulfonasi.
Membran dipersiapkan dengan mencampurkan gel Poly(vinyl Alkohol)-
sulfonasi yang telah dihaluskan dan serbuk Chlorella sp. dengan pelarut 1-
butanol. Pelarut 1-butanol bersifat semipolar sebagai medium untuk
mencampurkan serbuk Chlorella sp. yang bersifat polar dengan Poly (vinyl
Alkohol)-sulfonasi yang bersifat nonpolar (hidrofobik relatif nonpolar). Ikatan
yang terjadi disini adalah ikatan Van der Walls.
Pb, Cd, Cu dapat diserap oleh modifikasi membran Poly (vinyl Alkohol)-
sulfonasi dengan Chlorella sp. yang mengandung gugus OH-, COO-, NH2-, dan
imadazol. Di dalam Chlorella sp., gugus yang lebih berperan dalam mengikat
logam tersebut adalah gugus karboksilat. Pb yang telah diabsorb oleh membran
14

dapat diambil dan dimurnikan melalui proses pemisahan lebih lanjut menjadi
logam Pb.
Membran yang telah mengabsorb logam diabukan untuk mereduksi Pb2+,
Cd2+, dan Cu2+ menjadi logam-logamnya. Karena Pb masih tercampur dengan ion
logam lainnya maka pengambilan Pb dilakukan dengan menambahkan asam nitrat
(HNO3) 6 M. Penambahan asam nitrat pekat akan melarutkan ion-ion logam.
Larutan yang terbentuk diuapkan sampai hampir kering untuk mengeluarkan asam
nitrat dan mengurangi keasaman larutan. Kemudian ditambahkan aquades.
Larutan ditambahkan natrium sulfit (Na2SO3) dan natrium hidroksida (NaOH)
akan terbentuk endapan dan filtrat. Filtrat dipisahkan dari endapannya. Endapan
yang dihasilkan merupakan endapan Cu(OH)2 dan Cd(OH)2. Filtrat yang terdiri
dari ion tetrahidroksoplumbat(II), [Pb(OH)4]2-, ditambahkan reagensia natrium
tetrahidroksostanat(II), [Sn(OH)4]2-, lalu dibiarkan lebih dari 1 jam maka akan
terbentuk endapan hitam logam timbal (Pb). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O


3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O
Cd + 2H+ → Cd2+ + H2↑

Pb2+ + SO32- → PbSO3↓


Cu2+ + SO32- → CuSO3↓
Cd2+ + SO32- → CdSO3↓

PbSO3↓ + 4OH- → [Pb(OH)4]2- + SO32-


Cu2+ + 2OH- → Cu(OH)2↓
Cd2+ + 2OH- ↔ Cd(OH)2↓

[Pb(OH)4]2- + [Sn(OH)4]2- → Pb↓ + [Sn(OH)4]2- + 2OH-


PENUTUP

Kesimpulan
1. Membran Chlorella sp. dengan Poly(vinyl Alkohol)-sulfonasi dapat
digunakan untuk mengabsorbsi Pb dalam air.
2. Pb yang diabsorb oleh membran Chlorella sp. dapat dimurnikan.

Saran
1. Masyarakat menengah kebawah dapat menggunakan membran
Chlorella sp. dengan harga yang relatif murah.
2. Logam Pb yang diperoleh dapat digunakan untuk industri, antara
lain industri baja, baterai, pipa, dan sebagainya.
3. Membran Chlorella sp. dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai
penelitian.
16

DAFTAR PUSTAKA

Jensen, Bernard. 1987. Chlorella: Gem of The Orient, 1st edt. Escondido, CA
92025.
http://www.chemistry.org/artikel_kimia/biokimia/alga_sebagai_bioindikator_dan
_biosorben_logam_berat_bagian_1_bioindikator/
http://www.himakaunpad.org/artikel/juni/pkmp_artikel_juni_2.pdf
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/KULTUR
%20FITOPLANKTON.PDF
http://one.indoskripsi.com/content/modifikasi-membran-polyvinyl-alkohol-
sulfonasi-dengan-serbuk-kayu-jati-tectona-grandis-untuk
http://hafidzah87.wordpress.com/2008/07/15/teknologi-membran-1/
http://www.canceractive.com/images/chlorella.jpg
http://www.nvo.com/truthinhealth/nss-folder/pictures/ChlorellaCell.jpg
Malcolm, P.S. 2001. Kimia Polimer. Jakarta: Pradnya Paramita.
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 1986. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI 1.
Jakarta: UI-Press.
\Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, Edisi V. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
www.mipa.unej.ac.id/data/karya/kimia/arik97.pdf
http://digilib.unila.ac.id/files/disk1/22/laptunilapp-gdl-res-2007-buhanidram-
1088-2002_lp_-1.pdf
17

LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup Penulis


1. Nama : Tri Wahyuningsih
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 1989
2. Nama : Falmuriati
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Februari 1989
3. Nama : Elsa Angela
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 14 April 1988

Anda mungkin juga menyukai