GG - Zat Dan Substansi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

PSIKOLOGI ABNORMAL

“GANGGUAN OBAT DAN SUBSTANSINYA”

Oleh:

1. Ainul Zulqoifah A (0811230001)

2. Amalia Putri (0811230003)

3. Galih Dwi Respati ( 0811233071 )

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2010
1. Pengertian Obat

Definisi obat:
Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71
adalah:
“Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia’’.
WHO

Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Napza adalah singkatan
dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Narkotika secara farmakologik adalah opioida, tetapi menurut UU no 22, tahun 1997
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari
bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi
atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu
atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang
mengandung etanol.

Yang dimaksud dengan narkotika meliputi :

1. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain.


2. Golongan Kanabis : ganja, hashish.
3. Golongan Koka : kokain, crack.

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat Adiktif Lainnya
adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan. Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997
meliputi ectasy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti
psikosis.

Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut WHO 1992) adalah :

1. Alkohol : Semua minuman beralkohol yang mengandung etanol (Etil alkohol).


2. Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu.
3. Kanabinoida : Ganja, hashish.
4. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.
6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ectasy, dan shabu-shabu.
7. Halusinogenika : LSD, mushroom, mescalin.
8. Tembakau (mengandung nikotin).
9. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem.
10. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya kombinasi heroin dan shabu-shabu,
alkohol dan obat tidur.

Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).

2. Macam – Macam Gangguan penggunaan obat – obatan dan substansinya

Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa penyimpangan


perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapatmempengaruhi sususan saraf
pusat secara kurang lebih teratur sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.

a. gangguan emosi (misal cemas, gelisah, marah, emosi labil, sedih,


depresi, euforia)
b. gangguan pada proses pikir (misalnya waham, curiga, paranoid, halusinasi)
c. gangguan pada psikomotor (hipperaktif/ hipoaktif, agresif gangguan pola
tidur, sikap manipulatif dan lain-lain)

d. gangguan kepribadian ( paranoid, histerik, anti social, )

3. Penyebab penggunaan obat – obatan dan substansinya

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor


yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA).
Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut :

1. Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,


sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang
pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja
dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain Cenderung membrontak dan menolak otoritas,
Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi,Ccemas, Psikotik,
keperibadian dissosial. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku, Rasa
kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif (low
self-esteem), Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif, Mudah
murung,pemalu, pendiam, Mudah mertsa bosan dan jenuh , Keingintahuan yang besar
untuk mencoba atau penasaran Keinginan, untuk bersenang-senang (just for fun),
Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang keperkasaan dan
kehidupan modern, Keinginan untuk diterima dalam pergaulan. Identitas diri yang kabur,
sehingga merasa diri kurang “jantan”, Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan
pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas, Kemampuan komunikasi rendah, Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan,
kekecewaan,ketidak mampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain), Putus
sekolah, Kurang menghayati iman kepercayaannya

2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama
faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

a. Lingkungan Keluarga

Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif, Hubungan dalam keluarga kurang


harmonis/disfungsi dalam keluarga, Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh, Orang tua otoriter atau serba melarang, Orang tua
yang serba membolehkan (permisif), Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau
teladan, Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA, Tata tertib atau
disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten), Kurangnya kehidupan
beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga, Orang tua atau anggota keluarga yang
menjadi penyalahduna NAPZA.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah yang kurang disiplin, Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan
penjual NAPZA, Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif, Adanya murid pengguna NAPZA

c. Lingkungan Teman Sebaya

ancaman teman kelompok atau pengedar, Lingkungan masyarakat/social,


Lemahnya penegakan hukum Situasi politik, sosial dan ekonomi, yang kurang
mendukung
3.Faktor Napza

Mudahnya NAPZA didapat, dimana-mana dengan harga “terjangkau”. Banyaknya


iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba. Khasiat farakologik
NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,menidur-kan, membuat
euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

4. Ciri – ciri / karakteristik gangguan


a) gangguan emosi (misal cemas, gelisah, marah, emosi labil, sedih, depresi,
euforia).
Secara umum cirri khas emosi yang terganggu adalah :
• Tidak dapat di prediksikan
• Tidak dapat atau sulit di kendalikan.
• Sensitif berlebihan
• Tidak ada ketetapan.
• Adanya ketidak tepatan dalam mempersepsikan diri sendiri atau lingkungannya.
Macam-macam gangguan emosi meliputi :
 Euphoria : emosi menyenangkan dalam tingkatan yang sedang. Gejalanya :
optimis, percayadiri, riang gembira, merasa senang dan bahagia yang berlebihan.
 Elasi : emosi lebih menyenangkan setingkat lebih tinggi dari euphoria.. gejalanya :
rasa senang dan percaya diri terbayang dari wajahnya. Keadaanya mungkin
menimbulakn rasa sedih dan tidak bahagia, tetapi cenderung dikesampingkan. Elasi
sering merupakan emosi yang labil, sehingga mudah tersinggung.
 Exaltasi : elasi yang berlebih-lebihan disertai dengan waham kebesaran.
 Ectaxy : emosi senang yang disertai dengan rasa hati yang aneh, penuh kegairahan,
perasaan aman, damai dan tenang. Merasa hidup baru kembali.
 Depresi : perasaan sedih tertekan. Gejala psikis : sedih, susah, tak berguna, gagal,
putus asa, tak ada harapan. Gejala somatic : anorexia kulit lembab, tekanan darah
dan nadi turun, tidak semangat, sulit tidur.
 Kecemasan : emosi yang bersifat antisipatif. Gejala psikis : perasaan gundah,
khawatir, gugup, tegang, cemas, takaman, lekas terkejut, emosi labil, mudah
tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya. Gejala somatik : keluar
keringat dingin, sulit bernafas, ganguan lambung, berdebar-debar, tekanan darah
meninggi dsb.

b) gangguan pada proses pikir (misalnya waham, curiga, paranoid, halusinasi)


Disorganisasi berpikir secara umum ditandai dengan :

• Menghubungkan konsep-konsep yang irrelevant

• Menyatukan konsep-konsep yang irrelevan


• Mengacaukan tau tidak mampu membedakan antara khayalan dengan kenyataan

• Tidak mampu membedakan antara konkrit dengan abstrak

• Terlalu banyak menggunakan simbolisasi

• Terlalu banyak menggunakan keterangan subyektif yang sifatnya pribadi, misal


kata-kata yang tidak ada artinya.

Gangguan Jalan Pikiran :

• Inkoherensi

o Yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur
dengan ide yang lain. Akibatnya pikirannya tidak teratur dan tidak logis.
Kalimat yang diucapkan akhirnya tidak sempurna, kata-katanya tidak
berhubungan, tak ubahnya seperti gado-gado kata, sehingga sangat sulit
ditangkap dan dipahami maksudnya.

• Irelevansi

o Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan
atau dengan hal yang sedang dibicarakan.

Gangguan Isi Pikiran

• Rasa curiga

o Selalu mencurigai orang lain, selalu tidak percaya.

• Waham atau delusi

o Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi


pikirannya sendiri padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang
telah terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan
kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan berdasar akal
sehatnya, tidak bisa. Atau disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak
dapat dikoreksi.

c) gangguan pada psikomotor (hipperaktif/ hipoaktif, agresif gangguan pola


tidur, sikap manipulatif dan lain-lain)

Gangguan psikomotor atau tingkah laku motoris dapat timbul sebagai gejala-gejala
gangguan fisik dan emosional. Karena itu gangguannya juga dapat dibedakan antara yang
organis dan fungsional. Macam-macamnya adalah ;

Hiperaktivitas

a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau mengeliat-geliat di tempat duduk.

b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana
diharapkan tetap duduk.

c. Sering berlari-lari atau memanjat berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada
remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan).

d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang
secara tenang.

e. Sering “siap-siap pergi” atau seakan-akan “didorong oleh sebuah motor”

f. Sering berbicara berlebihan.

1) Gangguan-gangguan lain

1. Apraxia: ketidaksanggupan untuk memanipulasi benda dengan cara yang


tertuju dan terarah.

2. Ataxia: tidak ada koordinasi dalam gerakan tungkai atau dalm sikap berdiri.

3. Athethosis: gerakan-gerakan seperti tangan menjangkau dan terus-menerus.

4. Coreiform: gerakan-gerakan yang menyebar luas, berulang-ulang tidak teratur

5. Konvulsi: kejang yang sangat, terus-menerus, dalam daerah tubuh yang luas,
yang biasanya bersamaan dengan kehilangan kesadaran. Awalnya dapat
terbatas kemudian meluas, seperti pada penderita epilepsi.

6. Spasme: kontraksi kelompok otot-otot atau otot yang tidak dikuasai kemauan.

7. Mannerisme (pelagakan): gerakan-gerakan stereotype pada penderita


skizofrenia. Atau gerakan lagak yang stereotype dan teatral (seperti maen
sandiwara). Misalnya grimace atau grimas, yaitu menyeringai/menyengir, atau
gerakan ritual tertentu yang berulang-ulang.

8. Otomatisme perintah: menuruti sebuah perintah secara otomatis.

9. Bersikap aneh: dengan sengaja mengambil sikap atau posisi aneh/tak wajar.

10. Ekopraxia: langsung meniru gerakan orang lain pada saat dilihatnya. Hal ini
pun dibedakan menjadi dua. Kalau ekolalia, langsung meniru apa yang
diucapkan orang lain. Kalau verbigerasi, mengulang kata-kata atau kalimat
yang tidak berarti atau sama.

11. Aversi: sikap keras kepala, tidak berkompromis, menentang atau penolakan.

12. Gagap: berbicara dengan nada terhenti-henti, mulai dari yang ragu-ragu sampai
yang eksplosif.

d) gangguan kepribadian ( paranoid, histerik, anti social, )

Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.

• Kepribadian Paranoid

Adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang lain selalu
dilihat sebagai agresor, ingin merugikan, ingin menyakiti, ingin mencelakai,
membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk
mempertahankan harga dirinya. Sering ia mengancam, memberontak, menolak, membuat
keterangan yang tak masuk akal tentang kesalahan-kesalahanya. Sering ia bersikap apriori,
memvonis sesuatu tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu, tanpa dukungan data
yang akurat, melemparkan tanggung jawab dan kesalahanya pada orang lain. Penderita
umumnya ditinggalkan teman-temannya dan mendapat banyak musuh.

Gangguan kepribadian paranoid dibagi menjadi dua, yaitu :


a) Kepribadian yang mudah tersinggung, beteaksi terhadap pengalaman
sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung
menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.

b) Kepribadian yang lebih agresif, kasar, seeta sangat peka terhadap apa yang
dianggap haknya. Cepat tersinggung bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam
mempertahankan haknya tersebut.

Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat
merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan nada negatif, serta mudah sekali
tersinggung.

• Kepribadian Histerik

Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak stabil emosinya, suka
menarik perhatian dengan afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan pseudologika
fantastika (menceritakan sesuatu secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk akal, padahal
tanpa dasar fakta atau data). Ia dapat menyatakan perasaanya secara tepat dan sering
disertai gerakan badaniah dalam berkomunikasi. Dalam hal seks ia dapat kelihatan
provokatif-agresif, menggairahkan, serta menggoda, padahal mungkin dia sebenarnya
frigid.

• Kepribadian Antisosial

Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan orang
lain atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak
toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan orang lain dengan
rasionalisasi. Ia egosentris, tidak bertanggung jawab, impulsif,agresif, kebal terhadap rasa
sakit, dan tidak mampu belajar dari pengalaman atau hukuman yang diberikan. Biasanya
juga sering disertai dengan bentuk-bentuk gangguan seksual. Gejala-gejala biasanya sudah
tampak sejak masa anak atau menjelang remaja, yang ditandai dengan perilaku-perilaku
yang negatif dan sulit dipengaruhi untuk berbuat baik.

5. Cara penanggulangan

a. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak,
makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari
narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa
gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.

b. Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain)
dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau
dengan penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan
atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama
satu sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.

c. Rehabilitasi

Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh secara
fisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan kangen
terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang pecandu.
Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu dan terjerumus
lagi.Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan
pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan mantan
pecandu ke pusat rehabilitasi.

• Gambar gangguan
DAFTAR PUSTAKA

Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Sunardi, Baihaqi. 2007. Psikiatri. Bandung : Refika Aditama.

Annonymous. Narkoba dan Napza. www.ictjogja.net. Diakses pada 26 september


2010

Annonymous. Narkoba dan Napza. www.dinkes-sulsel.go.id Diakses pada 26


september 2010

Annonymous. Gangguan Zat Psikoaktif. www.ridhopsi.blogspot.com Diakses


pada 26 september 2010

Anda mungkin juga menyukai