Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL

PADA SISWA SMA SUKU BATAK DI KECAMATAN TIGALINGGA

Outline Seminar

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Mata Kuliah Seminar Psikologi Sosial

Oleh :

SEPTRIANI

071301020

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010
Judul :

Hubungan Antara Identitas Diri Dengan Perilaku Prososial Pada Siswa SMA Suku Batak Di
Kecamatan Tigalingga

Latar belakang masalah :


Tuhan menciptakan setiap manusia dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia
tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun dengan saudara kembarnya sendiri.
Manusia kembar memiliki wajah yang sama seperti halnya kembar identik, namun
kepribadian, kemampuan dalam mengatur orientasi hidup dan lain-lain pasti ada
perbedaannya (Erikson dalam Cremers, 1989).
Identitas, jelas diperlukan individu agar dapat menjalankan kehidupannya. Individu
yang tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai dirinya, akan lebih besar
kemungkinannya hidup dalam ketidakpastian serta tidak mampu menyadari keunggulan
maupun kekurangan yang ada pada dirinya. Individu tersebut akan menjadi individu yang
tidak percaya diri dan tidak memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri (Gardner, 1992).
Erikson (dalam Cremers, 1989) mengatakan bahwa, individu berusaha membenarkan
penegasannya bahwa ’aku adalah seseorang’. Selanjutnya Erikson (dalam Cremers, 1989)
juga mengatakan bahwa, menjadi seseorang berarti juga bahwa oleh orang lain dan
masyarakat dirinya diakui sebagai ’seorang pribadi’, yang memiliki peranan yang jelas dan
berarti. Oleh karena itu individu tersebut akan berusaha membentuk identitas dirinya.
Identitas diri pada setiap individu dibentuk ketika individu mulai memasuki masa remaja, dan
masa SMA merupakan masa remaja.
Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah periode transisi, saat seorang individu
mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak menjadi dewasa. Santrock
(2003) juga mengatakan bahwa, pada masa transisi ini, remaja dipandang dari dua sisi yang
berlainan, di satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa bantuan orang tuanya
lagi namun di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari orang tuanya. Selain dari
orang tua, remaja juga berinteraksi dengan orang lain. Namun, apakah interaksi yang terjalin
dengan orang lain menyejahterakan dirinya dan orang tersebut?
Siswa SMA yang bersuku Batak dikenal sebagai individu yang gigih, pekerja keras
dan tidak patah semangat. Dengan sifat-sifat yang dimiliki tersebut, kebanyakan dari mereka
sukses di masa depannya. Apakah sifat-sifat itu hanya untuk menyejahterakan dirinya sendiri
atau juga untuk orang lain? Pribadi individu yang bagaimana yang bisa menyejahterakan
dirinya dan juga orang lain?
Indonesia sejak dulu dikenal oleh dunia karena masyarakatnya memiliki perilaku
prososial yang tinggi seperti tercermin dalam perikehidupan yang rukun, solidaritas sosial
yang tinggi, saling menolong, saling bekerja sama, saling mensejahterakan, dan penuh
keramahan (Syafriman, 2010). Dengan beragam suku yang ada, di Sumatera khususnya suku
Batak bisa dikatakan mendominasi. Pribadi seperti apa yang mendorong remaja suku Batak
melakukan perilaku prososial? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka peneliti
ingin mengetahui hubungan antara identitas diri dengan perilaku prososial pada suku Batak.

Tujuan penelitian :

a. Mengetahui identitas diri pada siswa SMA suku Batak di kecamatan Tigalingga.

b. Mengetahui perilaku prososial pada siswa SMA suku Batak di kecamatan Tigalingga.

c. Mengetahui hubungan antara identitas diri dengan perilaku prososial pada siswa SMA
suku Batak di kecamatan Tigalingga.

Teori utama yang digunakan :

a. Identitas diri

Identitas diri merupakan kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti
ada dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan (Zanden, 1990). Desmita (2005)
merumuskan identitas diri sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan
pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi
berbagai perubahan. Pernyataan lain menyebutkan bahwa identitas diri adalah proses menjadi
seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds,
2007).
b. Perilaku prososial

Perilaku prososial menurut Hogg dan Vaugham (1998) adalah tingkah laku yang dinilai
secara positif oleh masyarakat. William (dalam Syafriman, 2010) menyatakan bahwa perilaku
prososial adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik
penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi
lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis.

Identifikasi variabel :

a. Variabel bebas : identitas diri

b. Variabel tergantung : perilaku prososial

Rencana alat ukur :

Untuk memperoleh data mengenai identitas diri dan perilaku prososial, peneliti akan
menggunakan skala Likert yang berdasarkan pada teknik pengukuran Likert (1932).

Model penelitian :

Model penelitian yang akan digunakan peneliti adalah penelitian kuantitatif korelasional.

Sampel penelitian yang digunakan :

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA di kecamatan Tigalingga, kabupaten Dairi.
Alasan mengambil sampel adalah karena sebagian besar penduduk disana adalah suku Batak.

Anda mungkin juga menyukai