(TUGAS)
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010 / 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sanjungkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya, tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tugas kami ini
membahas tentang perkembangan bahasa anak dan tahap – tahap perkembangan bahasa
anak. Kami sebagai penyusun tugas ini mengucapkan terima kasih banyak pada Dra. Fitria
Ahyar, M.Pd. yang sudah memberikan dukungan kepada kami, sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini.
Maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca pada umumnya untuk bahan
koreksi kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………. 3
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………. 4
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………….5
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulitnya anak memahami pelajaran Bahasa Indonesia, kurang tertariknya anak pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan terkadang nilai bahasa Indonesia anak yang tidak
memuaskan sering kali menjadi keluhan tersendiri bagi guru sekolah dasar.
Padahal kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari- hari, pada saat anak – anak belajar
bahasa di luar sekolah, mereka tampak belajar dengan mudah. Mereka belajar bahasa
dalam keseharian mereka dengan senang dan tanpa rasa bosan.
Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam upayanya memahami dan memperoleh
bahasa. Pemahaman tentang hakikat perkembangan bahasa sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran anak, khususnya dalam proses belajar menulis dan membaca
permulaan. Penyebab masalah ini adalah karena guru kurang memperhatikan :
B. TUJUAN
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan dapat Memahami :
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Pemerolehan bahasa anak tidak secara tiba – tiba atau sekaligus, melainkan bertahap.
Kemajuan berbahasa anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, kecerdasan,
dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan
dinamis atau suatu rangkaina keastuan yang bergerak dari bunyi – bunyi atau ungkapan
yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Tangisan merupakan bunyi – bunyi
atau ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotahan bayi merupakan jalan
perkembangan anak kemampuan berbahasa yang lebih sempurna. Bagi anak, celotehan
merupakan semacam latihan untuk menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang lama
kelamaan dikaitkan dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang diucapkan.
1. Fase sensorimotorik
2. Fase praoperasional
3. Fase operasi konkret
4. Fase operasi formal
Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola- pola sensorimotor yang
bersifat kompleks, seperti bagaimana cara anak agar dapat memperoleh apa yang
diinginkannya (menarik, menggenggam, atau meminta). Kemampuan ini bersifat
simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek
tersebut secara empiris.
1. Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu
menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan,
rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak
artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
2. Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu
menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
3. Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam
pertuturannya.
4. Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur
dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada tahap di atas secara implicit berkembang pula pengetahuan anak tentang subsistem –
subsistem bahasa seperti fonologi, gramatika, sematik dan pragmatik.
Menurut Piaget dan Vygotsky, perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :
Pada tahap ini anak mulai aktif tidak sepasif sewaktu berada pada tahap meraban pertama.
Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat
benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka
mulai aktif memulai komunikasi.
c. Tahap Linguistik
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa orang
dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa menyerupai ujaran orang
dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini kelima tahapan yaitu:
1) Tahap I, Tahap Holofostik (Tahap Linguistik Pertama)
Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu
berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat
mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun. Pada tahap ini
gerakan fisik seperti menyentuh, menunjuk, mengangkat benda dikombinasikan
dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata pertama yang dipergunakan
bertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam
lingkungannya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan,
pertanyaan, dan lain- lain. Adapun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objek
atau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata pertama yang
biasanya dikuasai anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau maem (makan),
mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur).
2) Tahap linguistik Kedua
Tahap linguistik kedua ini biasanya menjelang hari ulang tahun kedua. Pada usia
sekitar 2-3 tahun. Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali
mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat, misal: mama masak, adik
minum, papa pigi (ayah pergi). Ketrampilan anak pada akhir tahap ini makin luar
biasa. Komunikasi yang ingin disampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata
yang digunakan untuk itu sama seperti perkembangan awal yaitu: sini, sana, lihat,
itu, ini, lagi, mau dan minta.
3) Tahap Linguistik III
Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yang
memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yang
melambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada tahap ini makin luar biasa.
Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun-5 tahun.
Sebenarnya perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Umumnya pada
tahap ini anak sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan aktif memulai
percakapan.
4) Tahap Linguistik IV
Tahap perkembangan bahasa anak yang cepat ini biasanya dialami anak
yang sudah berumur oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada
tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan
kalimat-kalimat yang agak lebih rumit, misal, kalimat majemuk sederhana,
seperti dibawah ini:
- Mau nonton sambil makan keripik
− Aku disini, kakak disana
− Mama beli sayur dan kerupuk
− Ani lihat kakek dan nenek dijalan
5) Tahap Linguistik V
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai
kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang
perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya
dan telah memiliki kompentensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara
memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus
berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan. Selama periode ini,
anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini
dimungkinkan setelah anak-anak menguasi bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak
pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis.
Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya
pemerolehan bahasa tulis atu written language acquisition. Bahasa yang diperoleh
dalam hal ini adalah bahasa yang ditulis oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini
guru tau penulis. Jadi anak mulai mengenal media lain pemerolehan bahasa yaitu
tulisan, selain pemerolehan bahasa lisan pada masa awal kehidupannya.
Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu biologis,
kognitif dan lingkungan. Faktor biologis adalah salah satu landasan perkembangan bahasa
untuk membentuk manusia menjadi seorang manusia linguistik. Setiap anak mempunyai
language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-
tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa. Faktor
kognitif individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa
anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada
kematangan kognitifnya. Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir-2
tahun, pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari inderanya
dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya.
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk
(1989) , dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
a. Fonologi (phonology)
Individu memahami dan menghasilkan bunyi bahasa, Jika kita pernah mengunjungi
daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan
kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu cepat
dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain. Sebaliknya,
orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami
hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.
Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan
intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.
b. Semantik (semantic)
Merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang
ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah,
anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak.
Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata pada anak- anak diibaratkan
oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan
pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun
belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya dengan
kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
c. Tata bahasa (grammar)
Penguasaan kosa kata adalah salah satu cara untuk berkomunikasi.
Pengetahuan tata bahasa meliputi dua aspek utama.
1. Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata
disusun ke dalam kalimat yang dipahami.
2. Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah,
tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna
lain dalam bahasa.
d. Pragmatik (pragmatics)
Pragmatik berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik
ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana
mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan,
mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa
tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang
disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya.
Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu
bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang harus memahami
dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh
masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara
mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama
berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung
tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tahapan – tahapan perkembangan anak di tiap fase dan subfase memilki karakteristik yang
berbeda – beda. Tiap masa perkembangan memiliki rentang waktu yang berbeda.