Anda di halaman 1dari 5

Globalisasi disebut juga sebagai “global age”, sejak berakhirnya abad ke-20 dan

merupakan permulaan dari millenium baru. Dalam pengertian yang paling simple,
globalisasi dapat diartikan sebagai perlebaran (widening), pendalaman (deepning), dan
percepatan (speeding up) dari “interconnectedness” global. Sementara itu Robert
Keohane dan Joseph nye dalam karya bersamanya menggambarkan globalisasi; apa yang
mereka sebut dengan istilah globalisme, sebagai “sebuah situasi dunia yang melibatkan
jaringan-jaringan interdepedensi pada jarak yang multikontinental”, lebih jauh mereka
menggambarkan ketergantungan itu dalam lima bidang: ekonomi, budaya, masyarakat,
lingkungan dan militer. Konsep utama globalisasi ditekankan sebagai sebuah
perenggangan dari aktivitas-aktivitas sosial, politik dan ekonomi melintasi batas-batas
seperti kejadian-kejadian, keputusan-keputusan dan aktivitas dalam sebuah wilayah dunia
dapat menjadi signifikan bagi individu-individu dan komunitas-komunitas yang ada
dilain wilayah dunia. Dengan pengertian ini, globalisasi mewujudkan hubungan
transregional, perolehan jaringan (networks) aktivitas sosial dan memungkinan terjadinya
keterkaitan masyarakat lokal dengan kejadian-kejadian di bagian-bagian dunia lainnya,
atau sebaliknya. Lebih jauh globalisasi menekankan bahwa koneksitas lintas batas yang
terjadi bukanlah sesuatu yang bersifat sesekali atau bahkan bersifat acak (random), tetapi
justru lebih bersifat reguler dimana ada sebuah intensifikasi yang terdeteksi, atau
perkembangan jarak yang lebih luas dalam hubungan, pola-pola interaksi yang jelas
mengalir melebihi atau diluar keinginan komunitas konstituen dan negara. Selanjutnya,
perkembangan ekstensitas dan intensitas dari hubungan global dapat juga ditegaskan
sebagai percepatan interaksi global dan sebagai proses perkembangan sistem dunia baik
dalam transportasi, kemajuan komunikasi yang meningkatkan kecepatan difusi ide-ide,
pemikiran-pemikiran, benda-benda, informasi, kapital, dan juga manusia secara global.
Dengan adanya korelasi antara faktor-faktor lokal dan global tersebut, maka konsekuensi
yang terjadi menjadi lebih besar dan batas antara persoalan domestik dengan hubungan
global menjadi sangat kabur. Jika disimpulkan secara umum, pendefinisian, penekanan
dan inti dari globalisasi adalah sebuah proses interkoneksitas antara bidang-bidang baik
ekonomi, sosial, politik, militer dan sebagainya yang melintasi batas-batas wilayah.
Globalisasi juga didentikkan sebagai sesuatu yang meskipun terkadang dapat
diprediksikan, tetapi tidak mungkin dapat dihindari. Gambaran globalisasi juga
memperlihatkan gejala antara lain; peningkatan yang tajam dalam perdagangan
internasional; investasi; arus kapital; kemajuan dalam bidang teknologi dan
meningkatnya peran institusi-institusi multilateral bersamaan dengan semakin
melemahnya kedaulatan negara. Globalisasi adalah konsep yang sangat elastis dan dapat
dirumuskan melalui berbagai sudut pandang. Sehingga tidak sedikit perdebatan mengenai
terminologi globalisasi. Namun globalisasi diterima secara umum sebagai sebuah proses
menyatunya masyarakat dunia menjadi tergabung sebagai sebuah masyarakat tunggal
dunia, yaitu global society. Proses Globalisasi terjadi diberbagai elemen kehidupan,
dengan bentuk dan dampak yang berbeda-beda. Dimensi-dimensi globalisasi yang cukup
penting, antara lain: Globalisasi Ekonomi digambarkan sebagai masa ketika pasar bebas
terjadi, peningkatan yang tajam dalam perdagangan internasional, investasi, arus kapital,
kemajuan dalam bidang teknologi dan meningkatnya peran institusi-institusi multilateral.
Dalam ekonomi global institusi-insitutsi keuangan dan kerjasama-kerjasam global
lainnya melakukan aktivitasnya tanpa ikatan nasional. Bahkan kini mereka mampu
mempergunakan pemerintah untuk membubarkan setiap aturan-aturan nasional dalam
aktivitas mereka. Sebenarnya globalisasi dalam perspektif kritis transformatif juga
merupakan paham yang mengacu pada liberalisasi ekonomi klasik ala Adam Smith yang
berisikan doktrin privatisasi, penghapusan subsidi, deragulasi, dan minimalisasi peranan
negara dalam bidang ekonomi. Hanya saja karena kondisi dan situasinya yang telah
berubah ia kemudian menjelma menjadi liberalisme baru (neoliberalisme). Istilah ini
mengandaikan pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam kancah ekonomi global,
seperti yang dikehendaki perusahaan kapitalisme Trans National Coorporations (TNCs)
dengan menggunakan kesepakatan World Trade Organisation (WTO) serta difasilitasi
oleh lembaga keuangan global seperti IMF dan Bank Dunia. Global ekonomi adalah
interkoneksi, tetaapi pola hubungannya bukan zero-sum game. Sebaliknya ia lebih
memberikan jalan dari win/lose menjadi win/win. Masing-masing stakeholders bisnis
ekonomi global, apakah ia pembisnis, pemerintah, atau interest group, tidak lagi perlu
melakukan usaha secara bersama-sama untuk memecah permasalahan-permasalahan
yang bermunculan. Bisinis adalah mesin ekonomi dunia. Pemerintah adalah mesin
politik. Persoalannya adalah institusi-institusi ekonomi global ini seringkali memasukkan
nilai-nilai baru dan menekan pemerintah untuk melaksanakan isu yang mereka inginkan.
Dengan besarnya ketergantungan pemerintah terhadap lembaga atau institusi
internasional, berarti tidak ada kata untuk menolak penetrasi nilai-nilai atau isu baru
tersebut. Besarnya pengaruh negara-negara besar seperti Eropa dan Amerika Serikat
dalam lembaga atau institusi-institusi internasional juga merupakan ancaman bagi
negara-negara yang perekonomiannya sangat bergantung pada institutsi tersebut. Apalagi
ada kecenderungan dari negara-negara berpengaruh tersebut untuk menjadikan institusi
internasional sebagai alat mencapai kepentingan nasionalnya. Globalisasi sosio-budaya,
juga merupakan dimensi menarik yang terjadi dalam globalisasi. Dimanan masyarakat
dunia menyata sebagai satu masyarakat global (global society). Kewarganegaraan tidak
lagi mengikat, semangat kebersamaan tidak lagi dapat dikotak-kotakan hanya
berdasarkan wilayah negara, tetapi lebih jauh ada kebersamaan yang tercipta secara
global dengan ikatan hal-hal yang bersifat lebih universal, seperti demokrasi, HAM atau
kemanusiaan dan lingkungan hidup. Menyatunya masyarakat dunia otomatis juga
melebutkan budaya yang mengkotak-kotakannya. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan media, mempercepat proses integrasi atau penyebaran nilai-nilai,
ide-ide, yang ada dan pada akhirnya “memaksa” terciptanya budaya global. Dalam
kondisi ini, negara-negara dengan teknologi canggih adalah pihak yang menang.
Sebaliknya negara-negara yang lemah secara ekonomi dan teknologi menjadi sangat
mudah terbawa budaya negara maju yang dijadikan budaya global. Katakanlah ketika
musik-musik Barat dijadikan patokan kemajuan seni musik, termasuk media-media maju
yang selalu dijadikan acuan informasi bagi kebanyakan negara didunia.
Globalisasi Militer yang jelas terlihat selama abad yang lalu hingga kini antara lain
adalah: imperialisme dan persaingan geopolitik kekuatan-kekuatan besar; perkembangan
sistem aliansi internasional dan struktur keamanan internasional, munculnya perdagangan
senjata dunia bersamaan dengan difusi teknologi militer diseluruh dunia; dan
institusionalisasi rezim global dengan hak hukum atas hubungan militer dan keamanan
(contoh: the international nuclear non-proliferation regime). Globalisasi militer dapat
juga dipahami secara kasar sebagai sebuah proses yang menciptakan perkembangan
secara ekstensif dan instensif dari hubungan militer diantara unit-unit politik yang ada
dalam sistem dunia (dalam hal ini hubungan militer dan kekuatan militer dianggap
sebagai bentuk organisasi kekerasan). Dengan pengertian tersebut, globalisasi militer
memperluas jaringan hubungan dan keterikatan militer di dunia. Termasuk juga perluasan
inovasi teknologi militer yang ujungnya menyusun kembali dunia kepada sebuah single
geostrategic space (wilayah geostrategi tunggal). Proses tersebut lebih jauh akan
memberikan tekanan dan membawa kekuatan sentral militer dekat dengan konflik,
sebagai dampak dari pesatnya proliferasi kepabilitas untuk mengembangankan kekuatan
besar yang destruktif melintasi batas-batas wilayah. Keputusan militer juga semakin kecil
artinya dengan konsekuensi bahwa mesin-mesin militer dan persiapan militer menjadi
permanen dan telah menjadi gambaran umum kehidupan sosial modern saat ini.
Itulah sebabnya mengapa pembagian globalisasi kedalam berbagai dimensi dapat saja
menjadi tidak sesuai, karena perubahan dalam dimensi-dimensi globalisasi kadang kala
tidak terjadi secara terpisah. Masing-masing dimensi juga sering menunjukkan efek-efek
yang berkaitan satu sama lain. Meskipun demikian globalisasi menggambarkan dunia
dengan multiple channels diantara masyarakat dunia dengan aktor yang tidak hanya
negara dan juga isu-isu yang beragam, serta tersusun dalam interdependen yang
kompleks diantara negara-negara.

Globalisasi dan Security

Meskipun globalisasi menyisakan ambigiusitas dan perdebatan terminologi, globalisasi


disepakati memberikan alat yang berguna secara konseptual, dalam konteks untuk
progresifitas intensifikasi dari interaksi transnasional dalam banyak bidang. Sebaliknya
Globalisasi juga dapat dikatakan sebagai sejumlah isu dan permasalahan yang awalnya
merupakan wilayah nasional, secara natural dikenal dan menjadi isu global, dikarenakan
adanya peningkatan kapabilitas untuk memindahkan persoalan dan melintasi batas
wilayah. Salah satu konsekuensi dari peningkatan saling ketergantungan atau
interdependen adalah : “mutual vulnerability”. Keputusan yang diambil oleh satu negara
seringkali menjadi memberikan konsekuensi dimana-mana. Globalisasi telah
mengekspansi manusia, mendorong mereka untuk mencari kesempatan di luar komunitas
dan batas wilayah mereka. Globalisasi menciptakan peredaran ide-ide yang terlalu
banyak melalui teknologi dan komunikasi melalui mekanisme seperti internet,
telekomunikasi internasional dan travel networks. Penerimaan globalisasi tidak selalu
diterima dengan baik. Hal ini disebabkan adanya beberapa indentifikasi negatif sebagai
dampak globalisasi. Dalam penyebaran budaya misalnya, pada sosio-kultur bangsa
tertentu tidak mudah untuk menerima penyeberaran nilai-nilai baru. Demikian pula
integrasi ekonomi dan teknologi seringkali diikuti oleh fragmentasi dan disintegrasi
politik yang semakin meningkat, misalnya disintegrasi negara akibat konflik etnik atau
munculnya negara-negara baru. Pada saat yang sama juga muncul pemisahan yang tajam
antara pihak yang kalah dan menang dalam globalisasi, baik itu antara negara maupun
intra negara. Bagaimanapun, dampak globalisasi memang tidak selalu dianggap positif,
baik bagi pihak yang merasa kalah maupun menang. Globalisasi telah menciptakan
ketidakseimbangan global, regional dan internal. Globalisasi selalu menyoroti persoalan-
persoalan global yang diluar kapasitas setiap negara untuk memecahkannya. Persoalan-
persoalan ini termasuk ekonomi, politik, finansial, ekologi, kesehatan, kriminalitas,
masalah terorisme, dan pelarangan senjata konvensional dan senjata penghancur massa.
Globalisasi telah menghasilkan ancaman keamanan terhadap komunitas dan individu
yang mempunyai karakter terbuka. Integrasi di berbagai sendi kehidupan yang membuat
semakin biasnya perbedaan antara persoalan domestik dengan persoalan global tentunya
menciptakan ancaman yang serius terhadap kondisi internal setiap negara. Ketika
kedaulatan negara semakin kehilangan posisinya seiring dengan hilangnya batas negara
(borderless), tentunya menjadi persoalan baru bagi keamanan nasional.

Anda mungkin juga menyukai