Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Sudah merupakan ketentuan alam bahwa disaat individu-individu mengatur


kehidupan mereka, mereka merasa perlu untuk membuat ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan antara individu satu dengan lainnya. Demikian juga halnya dengan
masyarakat, dimana ada masyarakat, disitu pula ada hukum walaupun dalam bentuk
yang sederhana. Demikian juga dengan masyarakat internasional yang hubungan dan
kegiatan anggota-anggotanya diatur oleh apa yang dinamakan hukum internasional.

Secara umum hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-


peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara
Negara-negara dan subyek-subyek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat
internasinal.

Hukum internasional dalam pengertian modern baru berumur empat abad, tetapi
akar-akarnya telah terdapat sejak jaman dahulu. Terbukti dengan adanya negara-
negara yang menerapkan hukum internasional itu, walaupun masih sangat sederhana.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui sejarah dan perkembangan hukum
internasional karena akan menambah wawasan kita terhadap hukum internasional itu
sendiri.

1
SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL

Hukum Internasional adalah suatu sistem hukum yang mengatur hubungan


antara negara-negara, yang berkembang dari adat istiadat dan praktek-praktek Negara-
negara Eropa Modern dalam hubungan serta komunikasinya dengan Negara lain.
Sebagai titik lahirnya hukum internasional biasanya diambil saat ditandatanganinya
Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.

Akan tetapi, Hukum internasional itu sebenarnya sudah sejak lama dikenal
eksistensinya. Jika kita melihat jauh sebelum perkembangan zaman Eropa Modern
yaitu pada periode kuno, beberapa Negara telah melaksanakan Hukum Internasional
secara tidak langsung, dan adapun para ahli yang lahir sebelum zaman Eropa Modern
tersebut yang dipandang memunculkan dasar-dasar dari pemikiran mengenai adat-
istiadat yang ditaati oleh masyarakat, misalnya pada zaman Romawi Kuno. Orang-
orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium. Ius
Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi masyarakat Romawi, dimanapun
mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah hukum yang diterapkan bagi orang
asing, yang bukan berkebangsaan Romawi. Dalam perkembangannya, Ius Gentium
berubah menjadi Ius Inter Gentium yang lebih dikenal juga dengan Volkenrecth
(Jerman), Droit de Gens (Perancis) dan kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations
(Inggris).1

Oleh karena itu, sejarah Hukum Internasional tersebut memiliki beberapa periode
evolusi yang terbilang berkembang dengan cepat dan menarik. Fase-fase tersebut
dapat kita bagi dan bahas sebagai berikut :

1. Periode Kuno
a. India

Menurut Penyelidikan Bannerjee pada abad Sebelum Masehi,


Kerajaan-kerajaan India sudah mengadakan hubungan satu sama lain,

1
Moechtar Kusumaatmaja, pengantar hukum internasional

2
baik itu Hubungan antar kasta, suku bangsa dan Raja-raja yang diatur
oleh adanya kebiasaan.

b. Yahudi

Dalam Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai


perlakuan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.

c. Yunani

Pada saat itu dibagi menjadi dua Golongan, yaitu Golongan Orang
Yunani dan Luar Yunani. Mereka juga sudah mengenal arbitration atau
perwasitan dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya.
Sumbangan terbesar dari masa ini adalah Hukum Alam (Hukum yang
berlaku mutlak dimana saja dan berasal dari rasio, menurut Profesor
Vinogradoff, hal tersebut merupakan embrio awal yang
mengkristalisasikan Hukum yang berasal dari adat istiadat., contohnya
adalah dengan todak dapat diganggu gugatnya tugas seorang kurir
dalam peperangan serta perlunya pernyataan perang terlebih dahulu.

d. Romawi

Sebenarnya pada masa ini, orang-orang Romawi Kuno mengenal dua


jenis Hukum, yaitu Ius Ceville (Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan
Ius Gentium (bagi Orang Asing). Hanya saja, pada zaman ini tidak
mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu masyarakat
dunia merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang
mengakibatkan tidak adanya tempat bagi Hukum Bangsa-Bangsa.
Hukum Romawi tidak menyumbangkan banyak asas. Asas yang
kemudian diterima hanyalah asas Pacta Sun Servanda (setiap janji
harus ditepati).

3
e. Eropa Barat

Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacaubalau)


sehingga tidak memungkinkannya kebutuhan oerangkat Hukum
Internasional. Selain itu, selama abad pertengahan, muncul dua hal
utama yang menjadi penghalang Evolusi, yaitu kesatuan duniawi dan
rohani sebagian besar Eropa dibawah Imperium Romawi Suci dan
struktur Feodal Eropa Barat.

f. Kekaisaran Byzantium
Kekaisaran Byzantium mempraktekan diplomasi untuk
mempertahankan supremasinya. Oleh karenanya praktek Diplomasi
sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan Hukum
Internasional.

g. Dunia Islam2
Ada beberapa kasus sejarah seperti penyelesaian arbitrasi
(perwasitan) yang memberikan sumbangan terhadap sistem modern
Hukum Internasional saat ini.

2. Periode Modern

Pada periode inilah, Hukum Internasional berkembang dengan sangat


pesat. Dimulai pada masa pencerahan atau Renaissance, yang merupakan
revolusi keagamaan yang telah memporak-porandakan belenggu kesatuan
politik dan rohani Eropa. Teori-teori kemudian dikembangkan pada saat itu
untuk menyongsong kondisi secara intelektual.

Perkembangan yang terjadi adalah :

a. Traktat Westphalia

2
Terdapat dalam hukum perang.

4
Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang
mengatur hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran
masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara
nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-negara nasional yang
modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian
Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di
Eropa.
Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam
sejarah Hukum Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu
peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan atas negara-
negara nasional, sebabnya adalah :

1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah


meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi
karena perang itu di Eropa.
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha
Kaisar Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional
negara itu masing-masing.
4. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di
Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia.

Selain itu, Perjanjian Westphalia meletakan dasar bagi susunan


masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu
didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas
kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan
pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan
pemerintahan dari pengaruh gereja.

Terdapat ciri-ciri masyarakat Internasional yang terdapat di Eropa


yang dasarnya diletakkan oleh Perjanjian Westphalia. Ciri-ciri pokok

5
yang membedakan organisasi susunan masyarakat Internasional yang
baru ini dari susunan masyarakat Kristen Eropa pada zaman abad
pertengahan, yaitu:

1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.


2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan
atas kemerdekaan dan persamaan derajat.
3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas
mereka seperti seorang kaisar pada zaman abad pertengahan dan
Paus sebagai Kepala Gereja.
4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang
banyak mengambil oper pengertian lembaga Hukum Perdata,
Hukum Romawi.
5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum
yang mengatur hubungan antar negara tetapi menekankan
peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan
terhadap hukum ini.
6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi
internasional untuk memaksakan ditaatinya ketentuan hukum
Internasional.
7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi
keagamaan beralih dari anggapan mengenai doktrin bellum justum
(ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang
sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan.

Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia


dipertegas dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari
sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan
kekuatan sebagai asas politik internasional.

b. Bermunculan para Pakar Hukum Internasional

6
 Hugo Grotius = Hukum Internasionalnya berlaku Hukum Alam
yang telah terlepas dari pengaruh keagamaan dan kegerjaan.
Banyak didasarkan pada praktek Negara dan perjanjian Negara
sebagai Sumber Hukum Internasional.
 Fransisco Vittoria = Dalam bukunya Relectio de Indis, bahwa
Negara dalam tingkah lakunya tidak boleh bertindak sesuka hati
(Ius Intergentes)
 Fransisco Suarez = Menulis De Legibius ae deo Legislatore
mengemukakan bahwa suatu Hukumatau akedah objektif yang
harus dituruti oleh Negara-negara dalam hubungan antara mereka.
 Balthazar Ayala & Alberico Gentilis = Pemisahan antara etika
agama dan hukum.
 Christian Wovlf = Suatu negara meliputi Negara-negara
dunia
 Zouche, Bynkershoek, dan Von Martens = Receuil Des Traites
(kumpulan perjanjian yang masih merupakan suatu kumpulan yang
berharga hingga sekarang).

Perkembangan hukum internasional modern ini, sangat banyak dipengaruhi oleh


karya-karya tokoh kenamaan Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu
golongan Naturalis dan golongan Positivis 3.
Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum
bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku
secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum
harus dicari, dan bukan dibuat. Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-prinsip atas
dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran Tuhan. Tokoh terkemuka dari golongan
ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Fransisco de Vittoria, Fransisco Suarez dan
Alberico Gentillis.4
Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur hubungan
3
Boer mauna, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hal 5.
4
ibid, hal 6.

7
antar negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan
mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara
negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan
internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya
Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la Volonte Generale, bahwa hukum
adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang menganut aliran Positivis ini,
antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan Emerich de Vattel. 5
Pada abad 19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya
faktor-faktor penunjang, antara lain :
1. Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu
menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain.
2. Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang perang,
netralitas, peradilan dan arbitrase.
3. Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad 20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat,
karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubungan antar negara.
2. Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang.
3. Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral,
regional maupun bersifat global.
4. Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan
Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam
kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru
dalam berbagai bidang.

5
ibid, hal 7.

8
Daftar pustaka :

9
 Dr. Boer Mauna, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003
 Moechtar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional,

Referensi :

 www.google.com
 www.wikipedia.com

10

Anda mungkin juga menyukai