Anda di halaman 1dari 28

SEL DAN KEHIDUPANNYA

Kelompok 8

Alifah Inarah Ghassani, 1006666974


Amelia Priscilla Sugiarta, 1006666993
Annisa Ulfah Hanum, 1006667024
Dina Ariani, 1006658631
Hanifa Anis Alamri, 1006667264
Kemas Irsan Sa’bani, 1006667333
Laila Novpriati, 1006658700
Martyn Suprayugo, 1006667402
Muhammad Hafif A. S., 1006667415
Riza Hakim F. Zaini, 1006667560

Makalah bagi Pemicu 1 untuk Mata Kuliah Ilmu Kedokteran Dasar

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Indonesia
2011
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Unit terkecil kehidupan adalah sel. Untuk menjadi individu hidup, sebuah sel
berintegrasi dengan sel-sel lainnya atau dengan lingkungan eksternalnya. Dalam
mempertahankan kehidupannya, sel perlu melakukan serangkaian aktivitas
kehidupan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang disepakati oleh kelommpok kami adalah bagaimana
sel mempertahankan keadaan homeostasis.

1.3 HIPOTESIS
Hipotesis yang kelompok kami sepakati untuk menjawab rumusan masalah di
atas adalah sel mempertahankan keadaan homeostasis dengan cara melakukan
berbagai aktivitas baik itu internal maupun eksternal seperti metabolism, pembelahan
sel, traspor zat, dan lainnya.

1.4 SASARAN BELAJAR


Sasaran belajar dari skenario ini adalah untuk mengetahui:
1. Struktur dan komponen sel serta fungsi berbagai organel sel
2. Proses metabolisme seluler yang mencakup pembentukan, penyimpanan,,
serta penggunaan energy
3. Fungsi dan mekanisme transport berbagai zat dan komunikasi antar sel
4. Interaksi antarsel dan interaksi sel dengan media yang mengelilinginya
5. Upaya tubuh dan sel dalam mempertahankan keadaan homeostasis
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sel
Sel merupakan satuan kehidupan yang paling mendasar serta pondasi bagi
semua makhluk hidup. Sel adalah unit terkecil yang dapat menjalankan proses yang
berhubungan dengan kehidupan.
Bentuk kehidupan yang paling sederhana adalah organisme unisel (bersel
tunggal), misalnya bakteri dan amuba, sedangkan manusia merupakan organisme
multisel dengan jumlah sel lebih dari 75 triliun.
Fungsi dasar yang dijalankan sel antara lain:
1. memperoleh makanan (zat gizi) dan oksigen dari lingkungan yang mengelilingi sel
2. menjalankan berbagai reaksi kimia yang menggunakan zat gizi dan oksigen untuk
menghasilkan energi bagi sel
3. mengeluarkan karbondioksida dan zat-zat sisa atau produk sampingan yang
dihasilkan selama reaksi-reaksi kimia ke lingkungan sel
4. mensintesis protein dan komponen lain yang diperlukan untuk membentuk struktur
seluler, untuk pertumubuhan dan menjalankan fungsi tertentu sel
5. menjadi sensitif dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan
sekitar sel
6. mengontrol pertukaran berbagai zat antara sel dan lingkungan di sekitarnya
7. memindahkan zat-zat dari salah satu bagian sel ke bagian lain ketika menjalankan
aktivitas sel, bahkan sebagian sel dapat menggerakkan seluruh dirinya melintasi
lingkungannya
8. bereproduksi. beberapa sel tubuh, misalnya sel saraf dan sel otot telah kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi. Apabila sel-sel ini rusak akibat trauma atau
proses penyakit, mereka tidak dapat digantikan.

Fungsi khusus
1. sel kelenjar sistem pencernaan mensekresikan enzim-enzim pencernaan, yang
kesemuanya adalah protein
2. sel-sel saraf membentuk dan menyalurkan impuls listrik yang menyampaikan
informasi mengenai perubahan-perubahan ke bagian lain di dalam tubuh
3. kemampuan sel-sel ginjal untuk menahan zat tertentu yang dibutuhkan oleh
tubuh secara selektif sekaligus mengeluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan
melalui utin bergantung pada kemampuan yang khusus sel-sel ini dalam
mengontrol pertukaran zat-zat antara sel dan lingkungannya.
4. kontraksi otot, yang melibatkan gerakan selektif berbagai struktur internal
agar sel otot dapat memendek adalah perluasan kemampuan inheren sel-sel ini
untuk menghasilkan gerakan intrasel.

Sel secara progresif terorganisasi menjadi jaringan, organ, sistem dan


akhirnya tubuh secara keseluruhan.
Macam Sel Berdasarkan Keadaan Inti
• Sel prokariotik, sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar
dalam sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah bakteri dan alga biru
• sel eukariotik, sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu
system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah
semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru.

Sel pada tumbuhan dan sel pada hewan juga memiliki beberapa perbedaan.
Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan
Sel Tumbuhan Sel Hewan
Memiliki dinding sel Tidak memiliki dinding sel

Memiliki plastida Tidak ada plastida


Memiliki klorofil Tidak ada klorofil
Memiliki satu vakuola besar Memiliki banyak vakuola kecil
Nukleus ada dibagian perifer Nukleus berada di tengah tengah
Sel Prokariotik Sel Eukariotik
Sedikit mitokondria Banyak mitokondria
Tidak memiliki membran inti Memiliki membran inti
Langka akan lisosom (vakuola Banyak lisosom
DNA nyauntuk
khusus berbentuk bulat
mencerna) DNA berbentuk linear
Transkripsi dan translasi
Ada glioksisom terjadi di
untuk memecah Transkripsi terjadi
Tidak adadiglioksisom
nukleus, translasi

asamsitoplasma
lemak di biji terjadi di sitoplasma
Tidak terbentuk benang spindle Terbentuk benang spindle saat
saat pembelahan pembelahan
Tidak memiliki RE Sitoplasma berdiferensiasi menjadi
matriks sitoplasma dan RE
Tidak memiliki mitokondria Ada mitokondria
Tidak memiliki badan golgi Ada badan golgi
Tidak memiliki lisosom Ada lisosom

Macam Sel Berdasarkan Keadaan Kromosom dan Fungsinya


• Sel Somatis, sel yang menyusun tubuh dan bersifat diploid
• Sel Germinal. sel kelamin yang berfungsi untuk reproduksi dan bersifat
haploid
2.2 Organel Sel
1. Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma dibagi menjadi 2 yaitu
a. Retikulum Endoplasma kasar
Organel ini banyak ditemukan pada sel yang dikhususkan untuk sekresi
protein seeperti fibroblas dan sel plasma (immunoglobulin). Organel ini terlihat kasar
karena terdapat ribosom yang menempel pa Retikulum Endoplasma tersebut.
Fungsi utama Retikulum Endoplasma kasar yaitu:
• Pemencilan protein yang akan digunakan oleh sel maupun yang akan
disekresikan oleh sel.

• Glikolisasi awal dari glikoprotein dengan oligosakarida terikat N

• Sintesis fosfolipid

• Perakitan protein banyak rantai

• Modifikasi polipeptida pasca translasi tertentu

b. Retikulum Endoplasma halus (SER)


SER banyak dijumpai pada sel hati. SER berpeeran dalam netralisasi atau
detoksifikasi hormon dan substansi berbahaya tertentu dan perombakan glikogen
dalam hati. Selain itu, SER juga berperan dalam kontraksi otot dalam bentuk yang
disebut Retikulum Sarkoplasma.

2. Ribosom
Ribosom adalah partikel kecil kedap elektron yang hampir disemua sel
memilikinya, namun dengan jumlah dan distribusi yang terbatas. Ribosom bersifat
basofilik karena banyaknya gugus fosfat yang dan bekerja sebagai polianion yang
bereaksi dengan pewarna basa sehingga daerah disekitar Ribosom terlihat gelap.
Daerah gelap tersebut diberi nama sesuai dengan sel yang dipelajarinya seperti
ergatoplasma (sel kelenjar), badan Nissl (neuron), dan badan basofilik (pada semua
sel).
Ribosom yang berkelompok dinamakan poliribosom (polisom). Mereka
disatukan oleh mRNA. Ribosom berperan dalam penerjemahan sandi yang terdapat
pada mRNA.

3. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel yang berbentuk bulat atau filamen yang
banyak ditemukan pada bagian sel dengan aktivitas metabolik yang kuat.
Mitokondria berfungsi mengubahenergi kimiawi menjadi energi yang mudah
digunakan oleh sel, seperti ATP.
Mitokondria terdiri atas membran mitokondria luar dan dalam. Membran ini
membungkus dua ruangan yaitu ruangan intramembran dan interkrista. Membran
dalam juga membentu lipatan-lipatan yang disebut krista, yaitu tempat terjaddinya
fosforilasi oksidatif.

4. Kompleks Golgi
Kompleks golgi terdudun atas tiga kompartmen bermembran licin yang
terpisah, yaitu sisterna pipih, vesikel, dan vakuola. Kompleks golgi berperan dalam
proses pembentukan protein setelah dibentuk oleh Retikulum Endoplasma. Bagian
kompleks golgi yang dekat dengan Retikulu Endoplasma disebut bagian cis dan
bagian lainnya disebut trans. Pada bagian trans biasanya terdapat vakuo;la-vakuola
yang disebut vakuola memadat.

5. Lisosom
Lisosom adalah vesikel bermembran yang banyak mengandung variasi enzim
hidrolitik yang berfungsi dalam pencernaan intrasel. Lisosom dibagi menjadi dua
jenis, yaitu lisosom primer dan lisosom sekunder. Lisosom primer merupakan
lisosom yang belum bergabung dengan substansi yang akan dicerna. Lisosom
sekunder yaitu lisosom yang sudah bergabung dengan substansi lain. Lisosom
sekunder dibagi menjadi dua, yaitu fagolisosom dan autofagosom. Fagolisosom
adalah lisosom yang bergabung dengan nutrien, sedangkan fagolisosom adalah
lisosom yang bergabung dengan organel. Senyawa yang tidak dapat dicerna oleh
lisosom disebut badan residu yang akan membentuk pigmen lipufusen atau pigmen
ketuaan.
Lisosom berfungsi mencerna nutrien dan merombak organel-organel yang
rusak. Selain itu pada keadaan tertentu lisosom akan mengeluarkan enzimnya diluar
sel yang digunakan sebagai respon terhadap radang atau cidera

6. Peroksisom
Peroksisom merupakan organel yang banyak mengandung enzim katalase,
yaitu enzim yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Oleh karena
itu fungsi utama dari peroksisom yaitu melindungi sel dari kerusakan akibat dari
hidrogen peroksida.

7. Sitoskeleton
Sitoskeleton dibagi menjadi tiga, yaitu mikrotubulus, mikroofilamen dan
filamen intermediat.
a. Mikrotubulus
Mikrotubulus terdiri dari molekul tubulin α dan tubulin β yang
berpolimerisasi. Mikrotubulus berfungsi dalam pembentukan bentuk sel,
pertahananan bentuk sel, transpor intra sel, sebagai dasar dari berbagai komponen
sitoplasma, dan sebagai inti dari silia dan flagel.
b. Mikrofilamen
dalam sel, mikrofilamen mempunyai beberapa bentuk, yaitu berkas parakristal pada
sel otot, selaput tipis atau berbentuk kisi-kisi pada ujung sel, dan cincin filamen.
c. Filamen Intermediat
jenis-jenis filamen intermediat antara lain, sitokeratin sebagai perlindungan fisik dari
panas dan kekurangan air, vimentin yaitu proteinyang dapat berkopolimerisasi
dengan Desmin, desmin yang banyak ditemukan di otot polos dan otot jantung,
filamen gilia, dan neurofilamen.

2.3 Siklus Sel


Sel memiliki suatu siklus aktivitas dalam kehidupannya, baik berupa
pertumbuhan,perkembangan bahkan reproduksi. Semua tersusun dalam suatu siklus
tersendiri yang hanya diperuntukkan bagi sel secara umum. Berikut ini adalah gambar
dari sebuah siklus sel:

Keterangan:
• G1: Pembentukan organel dan persiapan menuju fase S

• S: Sintesa DNA dan duplikasi kromosom

• G2: Persiapan energi menuju fase M (pembelahan sel)

• M: Fase mitosis (profase-metafase-anafase-telofase)

2.4 Metabolisme Sel


Sel merupakan penyusun dari tubuh makhluk hidup yang memiliki fungsi
yang sangat penting bagi tubuh. Ada banyak jenis sel dengan yang telah
terspesialisasi sehingga memiliki fungsi khusus. Untuk melakukan akivitas, tubuh
tentu saja memerlukan energi dan begitu pula sel memerlukan energi untuk
melakukan aktivitas kehidupan demi mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, sel
melakukan metabolisme yang secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu katabolisme
dan anabolisme.

A. Katabolisme

Katabolisme adalah salah satu jenis dari metabolisme sel. Katabolisme adalah
proses metabolisme yang menguraikan bahan-bahan organik dari makanan menjadi
bentuk yang lebih sederhana dan mengubahnya menjadi energi berupa ATP yang bisa
dimanfaatkan. Karena tiap bahan organik melalui proses katabolisme yang sedikit
berbeda, maka katabolisme terbagi menjadi tiga, yakni katabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.

A.1. Katabolisme Karbohidrat


Untuk menghasilkan energi, karbohidrat(polisakarida) yang masuk ke tubuh
terlebih dahulu dicerna menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu monosakarida
(glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Lalu kemudian monosakarida ini akan melalui
beberapa tahapan untuk megubahnya menjadi ATP.
Tahapan yang pertama adalah glikolisis. Glikolisis terjadi diluar mitokondria
yaitu di sitoplasma. Pada glikolisis, glukosa yang memiliki enam atom C dubah
menghasilkan dua molekul asam piruvat yang memiliki tiga atom C. hasil sampingan
dari proses glikolisis adalah dua molekul ATP dan dua NADH. Proses glikolisis
terjadi berdasarkan urutan sebagai berikut.
Tahapan kedua dari katabolisme karbohidrat adalah dekarboksilasi oksidatif.
Pada proses ini, asam piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis masih memiliki
tiga atom C disederhanakan lagi menjadi asetil koenzim-A yang hanya memiliki dua
atom C dengan hasil sampingan beruapa CO2. Karena pada glikolisis tercipta dua
molekul asam piruvat, sehingga masing-masing molekul asam piruvat melalui proses
dekarboksilasi oksidatif menghasilkan dua asetil koenzim-A dan dua molekul CO2.
Gambaran proses dekarboksilasi oksidatif adalah sebagai berikut:

Setelah menjadi asetil koenzim-A, proses selanjutnya adalah siklus asam


sitrat(daur krebs). Pada proses dihasilkan NADH, ATP, dan FADH 2. Karena dua
molekul asam piruvat menghasilkan dua asetil koenzim-A, maka masing-masing
molekul asetil koenzim-A melalui satu kali siklus dari siklus krebs. Siklus krebs
digambarkan sesuai gambar dibawah ini:

Setelah melalui siklus krebs, proses terakhir dari katabolisme karbohidrat


adalah transport elektron(Fosforilasi oksidatif). Dari proses-proses sebelumnya, telah
tercipta sepuluh molekul NADH dan dua molekul FADH2. Proses transport elektron
terjadi di matriks mitokodria. Prosesnya adalah sebagai berikut:
dari tahapan-tahapan yang telah dilalui diatas, maka tercipta 38 molekul ATP dimana
satu molekul ATP setara dengan 8.000 kalori. Sedangkan energi yang terbuang
menjadi energi panas adalah sebesar 686.000 kalori.

A.2 Katabolisme Protein


Untuk menghasilkan energi, protein yang masuk ke tubuh terlebih dahulu
dicerna menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu asam amino. Lalu kemudian asam
amino ini akan diproses hingga menghasilkan ATP.
Proses pertama yang akan dilalui asam amino adalah transaminasi.
Transaminasi adalah proses transfer rantai amina dari asam amino ke molekul lain.
Rantai amina yang ditransfer ini akan membentuk asam glutamat dengan hasil
sampingan berupa asam keto.
Asam glutamat tadi selanjutnya akan melalui proses deaminasi. Deaminasi
adalah proses pelepasan NH3 yang merupakan rantai amina sehingga menghasilkan
asam α-ketoglutaric. NH3 yang tadi dilepas merupakan racun dan akan diubah di hati
menjadi urea yang nanti akan diekskresikan oleh ginjal. Sedangkan asam α-
ketoglutaric akan dioksidasi sehingga berubah menjadi asetil koenzim-A. proses
transaminasi dan deaminasi adalah sesuai gambar berikut:

Asetil koenzim-A hasil oksidasi akan memasuki daur krebs yang sama dengan
daur krebs pada katabolisme karbohidrat dan berlanjut ke fosforilasi oksidatif seperti
pada katabolisme karbohidrat. Jumlah ATP yang dihasilkan dari katabolisme protein
sama dengan katabolisme karbohidrat.
A.3 Katabolisme Lemak
Untuk menghasilkan energi, Lemak yang masuk ke tubuh terlebih dahulu
dicerna menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu asam lemak dan gliserol. Lalu
kemudian asam lemak ini akan diproses agar dapat menghasilkan ATP. Sedangkan
gliserol akan diubah menjadi gliseraldehid dan masuk ke dalam tahapan katabolisme
karbohidrat.
Tahapan pertama yang akan dilalui oleh asam lemak adalah proses β-
oksidasi(beta oksidasi). Proses β-oksidasi akan menghasilkan asetil koenzim-A yang
akan masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk selanjutnya masuk ke proses fosforilasi
oksidatif. Bagan dari proses β-oksidasi adalah berikut ini:
Siklus krebs dan fosforilasi oksidatif pada katabolisme lemak sama dengan
siklus krebs dan fosoforilasi oksidatif dari katabolisme karbohdirat maupun
katabolisme protein. Energi yang dihasilkan lemak jauh lebih banyak daripada
karbohidrat dan protein, yakni sebanyak 146 ATP.

B. Anabolisme

Anabolisme adalah jenis lain dari metabolisme sel. Anabolisme adalah proses
metabolisme yang memanfaatkan energi untuk membentuk bahan-bahan organik
seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Anabolisme masing-masing bahan organik
berbeda satu sama lain karena proses yang dilaluinya agak berbeda.

B.1 Anabolisme Karbohidrat


Proses pembentukan karbohidrat dari protein dan lemak disebut
glukoneogenesis. Lemak dan protein digunakan untuk membentuk karbohidrat
apabila tubuh mengalami kekurangan karbohidrat. Lemak dan protein yang akan
digunakan untuk membentuk karbohidrat terlebih dahulu dicerna dan diproses secara
katabolik hingga menghasilkan asetil koenzim-A. asetil koenzim-A ini akan diproses
membentuk glukosa dengan reaksi yang bisa disebut reaksi terbalik dari
dekarboksilasi oksidatif dan glikolisis. Ini adalah letak perbedaan antara proses
katabolisme dengan anabolisme dimana pada katabolisme, asetil koenzim-A akan
diuraikan lebih lanjut melalui siklus krebs dan fosforilasi oksidatif. Sedangkan pada
anabolisme, asetil koenzim-A akan mengalami reaksi terbalik dari dekarboksilasi
oksidatif dan glikolisis.
B.2 Anabolisme Lemak
Anabolisme lemak dilakukan apabila terjadi kekurangan lemak dalam tubuh
atau penyimpanan cadangan energi atau makanan dalam bentuk lemak di jaringan
adifosa. Jika glukosa disimpan dalam bentuk glikogen di hati, maka lemak disimpan
dibawah jaringan adifosa. Glukosa dan asam amino bisa diubah menjadi lemak
apabila tubuh memerlukan lemak. Kelebihan protein tidak dapat disimpan tubuh
sehingga protein yang berlebih dapat dibuang melalui ekskresi ataupun diubah
menjadi lemak agar bisa disimpan tubuh. Glukosa dan asam amino yang dengan
prosesnya masing-masing dapat menghasilkan asetil koenzim-A. Asetil koenzim-A
ini akan diproses menjadi asam lemak yang kemudian akan bersatu dengan gliserol
hingga membentuk lemak. Asetil koenzim-A disini tidak melalui siklus krebs dan
fosforilasi oksidatif melainkan mengalami proses yang terbalik dari proses β-oksidasi
asam lemak dan menghasilkan asam lemak.
B.3 Anabolisme Protein
Anabolisme protein disebut juga proses sintesis protein. Sintesa Protein
merupakan salah satu contoh dari anabolisme dalam sel. Pembentukan protein ini
terdiri dari transkripsi dan translasi yang masing-masingnya memiliki beberapa
tahapan dalam prosesnya, yaitu:
• Transkripsi (dibantu dengan RNA polimerase), terdiri dari:

• Inisiasi:

o RNA polimerase memasangkan molekul mRNA pada rantai


nukleotida yang sesuai

o Setelah promotor diikat, rantai DNA dilepas dan menginisiasi sintesis


RNA pada titik awal untaian templat

• Elongasi:

• Terjadi pemanjangan RNA pada arah 5’-3’

• Untaian ganda DNA yang telah dilepas, kembali membentuk rantai


ganda

• Terminasi:

• RNA polimerase menerjemahkan terminator (batas akhir DNA


sebagai unit transkripsi)

• mRNA dilepaskan, RNA polimerase memisahkan diri dari DNA

• Translasi (dibantu subunit ribosom kecil dan besar)


• mRNA menuju ribosom dan berikatan dengan ribosomal subunit
(kecil) dan tRNA dengan asam aminonya menuju ribosom dan
berikatan dengan ribosomal subunit (besar)

• Subunit ribosom besar mengkatalis pembentukan ikatan peptida


antara asam amino yang dibawa tRNA

• Asam amino terbentuk, tRNA melepaskan diri digantikan dengan


tRNA berikutnya

• Ketika sampai di kodon ‘stop’ maka mRNA dan protein telah


terbentuk dan meninggalkan ribosom

2.5Komunikasi Sel
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
masyarakat sel yang secara kolektif membentuk tubuh. Kemampuan sel
berkomunikasi dengan sesama sel penting bagi koordinasi aktivitas mereka yang
beragam untuk mempertahankan homeostasisserta untuk mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan tubuh sebagai satu kesatuan.
Sistem endokrin berperan dalam komunikasi intrasel (antarsel) dengan mengeluarkan
zat perantara kimiawi ke dalam darah yang dikenal sebagai hormon.
Terdapat tiga jenis komunikasi antarsel, yaitu :
1. Gap Junction

Merupakan cara komunikasi antarsel yang paling erat. Pada gap junction
erbentuk saluran-saluran halus yang menjembatani sitoplasma sel-sel yang
terletak berdampingan di sebagian jaringan. Melalui susunan anatomis khusus
ini, molekul kecil dan ion dapat dipertukarkan secara langsung antara sel-sel
yang besangkutan tanpa pernah melalui cairan ekstra sel (CES). Gap junction
sangat penting untuk menyalurkan penyebaran sinyal listrik dari satu sel ke
sel lain di otot jantung dan otot polos.

2. Melalui hubungan langsung sel-sel secara sementara.


Adanya molekul-molekul pembawa sinyal di permukaan membran sebagian
sel memungkinkan sel-sel tersebut secara langsung berhubungan dan
berinteraksi dengan se-sel tertentu lain dengan cara khusus. Cara komunikasi
antar sel ini merupakan cara yangdigunakan fagosit sistem pertahanan tubuh
untuk secara spesifik mengenal dan mengenal dan menghancurkan sel-sel
yang tidak diinginkan, misalnya mikroba penginvasi, secara sementara
membiarkan agar sel-sel tubuh tidak terpengaruh.

3. Melalui zat perantara kimiawi antarsel.

Cara ini merupakan cara tersering yang digunakan oleh sel untuk
berkomunikasi.
Proses :
1. Tiap zat perantara kimiawi spesifik disintesis oleh sel-sel khusus untuk
melaksanakan tugas tertentu.

2. Dikeluarkan ke CES oleh rangsangan yang sesuai.

3. Zat-zat pembawa sinyal bekerja pada sel sasaran.

Terdiri dari empat jenis :


1. Parakrin

Merupakan zat perantara kimiawi lokal yang efeknya hanya bekerja pada
sel-sel di sekitar yang dekat dengan tempat pengeluarannya. Kerja zat ini
terbatas dalam jarak dekat, karena parakrin tersebar melalui proses difusi
sederhana. Zat-zat ini tidak masuk ke darah dalam jumlah yang bermakna
karena cepat diinaktifkan ole enzim-enzim lokal. Contohnya adalah
histamin, yang dibebaskan oleh sel mast selama respons peradangan di
dalam jaringan yang cedera atau terinvasi. Histamin bekerja pada otot
arteriol di sekitarnya untuk menimbulkan vasodilatasi(pembesaran lumen
pembuluh darah akibat relaksasi otot polos sirkuler pembuluh tersebut)
lokal yang kemudian diikuti oleh peningkatan aliran darah yang
diperlukan untuk menambah perangkat pertahanan tubuh ke tempat yang
terkena.

2. Neurotransmitter

Sel saraf (neuron) berkomunikasi secara langsung dengan sel-sel yang


mereka persarafi (sel sasaran) dengan mengeluarkan zat perantara kimiawi
yang jara jangkauan kerjanya sangat pendek sebagai respons terhadap
potensial aksi.

3. Hormon

Zat perantara kimiawi jarak jauh yang secara spesifik disekresikan ke


dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respons terhadap sinyal yang
sesuai. Karena melalui perantara darah, zat perantara dapat membawa
pengaruhnya pada sel sasaran yang terletak jauh dari tempat
pengeluarannya.

4. Neurohormon

Merupakan hormon yang dikeluarkan ke dalam darah secara spesifik oleh


neuron neurosekretorik.
2.6 Transduksi Sinyal
Pada dasarnya transduksi sinyal adalah proses yang memastikan bahwa pesan
yang disampaikan melalui sinyal kepada sel penerima dapat diubah ke bentuk yang
sesuai dengan tidak mengubah isi
dari pesan tersebut. Proses
transduksi ini dimulai ketika
molekul sinyal dari perantara
pertama (first messenger, yang
pada umumnya adalah molekul
hidrofilik, menempel pada
reseptor yang terdapat pada spor
Pengikatan antara sinyal molekul
dan reseptor mengaktifkan
perantara kedua intrasel (intracellular second messenger) yang menginisiasi
terjadinya serangkaian proses yang akan menghasilkan respon yang diperlukan.
Sebagai contoh hormon yang berikatan dengan reseptor pada membran sel
target akan mengaktifkan adenilat siklase (sebuah protein transmembran) yang akan
mengkatalis perubahan ATP menjadi AMP siklik (Adenosine Monophosphate, salah
satu jenis perantara kedua). Siklik AMP mengaktifkan serangkaian enzim di dalam
sel dan berujung pada perubahan pada RNA yang akan menghasilkan respon yang
sesuai.

2.7 Transpor Zat

1. Transpor membran yang berdasarkan kebutuhan energi dibedakan menjadi:

1.1. Transport aktif.

Pengertiannya yaitu memompa atau mentransfer zat terlarut berupa ion-ion


melawan gradient konsentrasi. Karena zat terlarut ini ditransfer melawan
gradien konsentrasi, yakni dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi maka
dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Berdasarkan sumber energi,
prosesnya dibedakan menjadi:
1.1.1. Primary active transport = hidrolisis ATP

1.1.2. Secondary active transport = energi yang tersimpan dalam gradien ion
yang berasal dari proses primary active transport.
1.2. Transport pasif.

Transpor yang dalam prosesnya tidak memerlukan energi karena berpindah


sesuai gradient konsentrasi yakni dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Transpor pasif terdiri dari tiga macam jenis, yakni:
1.2.1. Difusi.

Kecendrungan molekul atau ion untuk menyebar secara merata yang


mana pergerakannya tidak menentu di seluruh lingkungan. Kecepatan
dari pergerakannya dipengaruhi oleh suhu dan ukuran dari molekul itu,
semakin kecil ukurannya semakin cepat begitu juga dengan panas,
semakin tinggi suhunya maka semakin cepat pergerakannya. Proses
difusi berdasarkan ukuran molekulnya dibedakan menjadi:
1.2.1.1. Difusi yang sederhana

Terjadi ketika subtansi tak berpolar seperti oksigen, karbon


dioksida, dan alkohol serta lemak tak jenuh berdifusi secara
langsung melalui lapisan lipid. Pori dan saluran pada membrane
menjadi selektif dalam memperbolehkan substansi apa yang
lewat berdasarkan susunan kimia atau sinyal elektrik.
1.2.1.2. Difusi terfasilitasi.

Proses
ini

dilakukan yntuk molekul seperti glukosa yang terlalu besar dan


juga berpolar dengan cara berkombinasi dengan molekul protein
pembawa di dalam membran plasma dan dilepas ke dalam
sitoplasma. Proses ini dibatasi oleh jumlah reseptor yang ada.

1.2.2. Filtrasi.

Merupakan proses yang memaksa air dan zat terlarut melewati


membran atau dinding kapiler oleh tekanan zat cair. Contohnya adalah
darah.

1.2.3. Osmosis.

Difusi dari sebuah pelarut melalui membrane semi permeabel.


Kemampuan untuk mengubah bentuk dari sel dengan mengubah
volume air internal disebut tonicity.
Keadaan dengan konsentrasi
yang sama dimana tidak
adanya penetrasi zat terlarut
yang terdapat dalam sel (0,9 %
salinitas, 5 % glukosa) disebut
isotonic.
Kemudian ada kelainan
keadaan pada sel, jika
konsentrasi di dalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi di luar maka
sel akan kehilangan air dan menyusut (krenasi), keadaan ini disebut
hipertonik. Sedangkan jika konsentrasi di dalam sel lebih rendah dari
pada di luar maka sel akan memompa air keluar dari selnya, keadaan
ini disebut hipotonik.

2. Tranpor vasikular menggunakan ATP untuk mentransfer partike besar dan


makromolekul. Menurut prosesnya dibedakan menjadi:

2.1. Eksositosis.

Sebuah mekanisme pemindahan substansi dari dalam sel keluar. Dalam


prosesnya pertama- tama substansi tersebut akan dibungkus dalam kantung
bermembran yang disebut vesikel. Kemudian vesikel ini nantinya akan
bermigrasi ke membran plasma, untuk melebur dengannya, dan kemudian
memuntahkan isi kantung ke luar sel.

2.2. Endositosis.

Mekanisme bagi partikel besar atau makromolekul untuk masuk ke dalam


sel. Substansi ini secara bertahap dibungkus oleh sebuah bagian dari
membran plasma. Setelah membran vesikel terbentuk, ia berpindah dari
membran plasma dan masuk ke sitoplsama, dimana isi dari kantung vesikel
ini akan dicerna nantinya. Berdasarkan ukuran molekul dibedakan menjadi:

2.2.1. Fagositosis.

Perpanjangan sitoplasma yang disebut pesudopos bergeliat di sekitar


materi besar/padat dan kemudian melingkupi materi tersebut untuk
kemudian bersama-sama melewati membran plasma dan masuk ke
dalam sitoplasma.

2.2.2. Pinositosis.

Sel membrane melengkung kea rah dalam sampai akhirnya


membentuk kantung yang melingkupi zat terlarut dan cairan (materi
kecil) dan melewati membran plasma untuk masuk ke dalam
sitoplasma.

2.8 Lingkungan Ekstraseluler

Adapun lingkungan di luar sel yang berpengaruh terhadap kehidupan sel


antara lain:

1. Water Activity.

Artinya air yang tersedia dan dapat dimaanfaatkan untuk metabolisme,


pertumbuhan, dan reproduksi. Dua faktor yang mempengaruhi water activity,
yakni derajat air yang dapat diserap oleh permukaan sel dan derajat air yang
dapat keluar dari sel. Umumnya organisme dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi dengan water activity yang tinggi (> 95 %)

2. Salinitas.

Bila kadar garam naik berarti kadar air yang ada di sekitarnya akan berkurang,
begitu juga sebaliknya. Hal ini sebetulnya lebih berpengaruh kepada water
activity dibandingkan dengan proses osmosis. Kondisi dengan keadaan garam
yang baik yakni sekitar 0,9 %.
3. PH

Berpengaruh terhadap struktur dan aktivitas enzim di dalam tubuh organime.


Air laut sedikit bersifat basa dengan PH 8, sedangkan di sungai dan di danau
lebih bersifat asam dengan PH sekitar 5-6. Pada kisaran 5-6 inilah banyak
dijumpai organism hidup.

4. Tekanan Hidrostatik.

Lebih berpengaruh kepada organism yang hidup di air, karena setiap


kedalaman 10 m tekanan naik 1 atmosfer (atm). Berpengaruh kepada 3 hal:
4.1. Pada tekanan 1000-3000 atm enzim denaturasi.

4.2. Menekan kecepatan reaksi fisiologik.

4.3. Menekan pertumbuhan atau reproduksi.

5. Temperatur.

Umumnya organisme eukariotik lebih peka terhadap panas tinggi disbanding


organisme prokariotik. Namun ditemukan organisme prokariot yang mampu
hidup di lingkungan ekstrim pada suhu sekitar 93,5 – 95,5 ˚C, sedangkan
organisme eukariot paling tinggi hanya mampu hidup di suhu 60 ˚C.
6. Faktor-faktor lain sperti ada tidaknya oksigen yang digunakan makhluk hidup
untuk respirasi, nutrien sebagai sumber energi tubuh, dan perlindungan diri
dari radiasi matahari (sinar ultraviolet).

2.9 Adhesi Antarsel

Organisme multisel membran plasma tidak hanya berfungsi sebagai batas luar
semua sel, tetapi juga berperan dalam adhesi sel ke sel (antarsel) yang
memungkinkan kelompok-kelompok sel menyatu, membentuk jaringan dan
selanjutnya membentuk organ.
Sel-sel disatukan dengan oleh tiga cara yang berbeda :
1.) Molekul-molekul adhesi sel (cell adhesion molecules) di membran plasma
sel.

2.) Matriks ekstrasel

Sel-sel di dalam suatu jaringan sebagian besar tidak berkontak fisik secara
langsung dengan sel-sel tetangganya. Sel sel tersebut disatukan oleh matriks
ekstrasel, suatu jalinan protein fibrosa yang rumit yang terbenam di dalam
substansi berair mirip gel yang tersusun dari karbohidrat kompleks.
Terjalin tiga jenis serat protein utama :
1. Kolagen

Membentuk serat-serat seperti kabel atau lembaran yang menghasilkan


kekuatan tensil.
2. Elastin

Serat protein seperti karet , paling banyak terdapat di jaringan. Sering


dijumpai di paru yang terus menerus mengembang dan mengempis
sewaktu udara masuk atau keluar.
3. Fibronektin

Dapat menunjang adhesi sel dan membran sel-sel pada posisinya. Matriks
ekstrasel disekresikan oleh sel-sel lokal , terutama oleh fibroblas yang
terdapat di matriks.

3.) Taut sel khusus

Terdiri dari tiga jenis :


1. Desmosom (adhering junctions)

Filamen-filamen yang komposisinya belum diketahui menonjol dari


membran plasma dua sel yang berdekatan tetapi tidak saling bersentuhan.
Banyak terdapat pada jaringan yang mendapat banyak peregangan.
2. Taut erat (tight junction)
Menyatukan lembaran-lembaran jaringan epitel. Taut erat berifat
impermeabel sehingga mencegah bahan-bahan melewati celah antar sel.
Sehingga, lewatnya bahan harus menembus sel bukan diantara sel.
3. Gap Junction

Merupakan celah (gap) antar dua sel yang berdekatan , yang


dihubungkan oleh saluran-saluran penghubung kecil yang dikenal sebagai
konekson. Konekson dibentuk oleh gabungan protein yang meluas keluar
dari kedua membran plasma yang berdekatan. Gerakan ion-ion antara sel-
sel melalui gap junction berperan penting dalam menyalurkan aktivitas
listrik ke seluruh massa otot.
2.10 Homeostasis

Homeostasis berasal dari kata homeo yang artinya tidak berubah dan stasis
yang artinya keadaan. Homeostasis mengacu pada keaadaan lingkungan internal
tubuh yang stabil. Homeostasis sangatlah vital karena kegagalan dalam
mempertahankan keadaan tersebut bias mengakibatkan kesakitan bahkan kematian.
Oleh karena homeostasis penting bagi kelangsungan hidup sel, setiap sel wajib
menjaga keadaan homeostasis tersebut.

Segala upaya penagturan system fisiologi tubuh untuk mendapatkan keadaan


stabil tersebut disebut kontrol homeostasis. Ada dua mekanisme kontrol homeostasis,
yaitu:

• Kontrol Otomatis/ Kontrol Intrinsik

Sel/ jaringan/ organ/ sistem organ mengatur aktivitasnya secara otomatis


dalam merespon berbagai perubahan lingkungan. Contohnya adalah pada
pembuluh darah. Ketika kadar oksigen pada suatu jaringan menurun, sel
melepaskan bahan kimia yang melebarkan pembuluh darah. Pelebaran itu
menyebabkan meningkatnya aliran darah sehingga menyediakan oksigen
lebih pada jaringan tersebut.

• Kontrol Ekstrinsik

Kontrol ini dihasilkan melalui aktivitas dua sistem organ yang memegang
kendali dan mengontrol aktivitas sistem-sistem yang lain secara simultan,
yakni sistem endokrin dan sistem saraf. Contohnya ketika berolahraga,
sistem saraf memberikan perintah meningkatkan kecepatan jantung
sehingga darah akan bersirkulasi lebih cepat. Di sisi lain, sistem saraf
mengurangi aliran darah yang menuju organ-organ yang kurang aktif pada
saat itu sperti organ-organ pencernaan. Oksigen pada darah akan
difokuskan kepada otot yang aktif karena di situ lah oksigen paling
banyak dibutuhkan.

Ada tiga bagian yang mengatur mekanisme kontrol homeostasis, yaitu:

• Reseptor; sensor yang sensitif terhadap perubahan-perubahan tertentu

• Pusat Kontrol; disebut juga pusat integrasi; menerima dan memproses


informasi yang dikirimkan reseptor lalu mengirimkan perintah

• Efektor; sel atau organ yang merespon perintah dari pusat kontrol
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara
homeostasis: konsentrasi molekul-molekul nutrient, konsentrasi oksigen dan
karbondioksida, konsentrasi zat-zat sisa, pH, konsentrasi air, garam dan elektrolit
lain, suhu, volume dan tekanan.
BAB 3
PENUTUP

• KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kelompok kami mendapat beberapa
kesimpulan. Kesimpulan tersebut yaitu :
• Sel melakukan serangkaian aktivitas seperti metabolism, transport zat,
komunikasi, pembelahan, dan lainnya untuk menjaga keadaan
homeostasis dalam tubuh organisme dan juga untuk keberlangsungan
hidup sel itu sendiri.
• Dengan terlaksananya aktivitas sel secara normal, keadaan homeostasis
dapat dipertahankan sehingga kehidupan sel dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 1997. Review of Medical Physiology 18th Edition. Connecticut:


Appleton & Lange.
Gartner, Leslie P. dan James L. Hiatt. 2007. Color Textbook of Histology, Third
Edition. Philadelphia, USA: Saunders.
Guyton, Arhur C. 1973. Textbook of MEDICAL PHYSIOLOGY Fourth Edition.
Philadelphia: W.B. Saunders.
Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari sel ke sisem (Alih Bahasa: dr. Brahm U.
Pendit, Sp.KK). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Leeson, dkk. 2000. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marieb, Elaine N. 2001. Human Anatomy and Physiology Fifth Edition. Benjamin
Cummings.
Martini, Frederic H. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology 7th Edition. San
Francisco: Bejamin Cummings.
Sumadi dan Aditya Marianti. Biologi Sel.
http://www.icbse.org/2010/01/differences-between-plant-and-animal-cell-
procaryotic-and-eucaryotic-cell.html
http://www.scq.ubc.ca/conversing-at-the-cellular-level-an-introduction-to-signal-
transduction/

Anda mungkin juga menyukai