Makalah Individu Psikopen
Makalah Individu Psikopen
Oleh:
Zahrotul Uyun
1215080019
1
Dra. Evita, M.Psi, dkk, “Psikologi Pendidikan”, Diktat Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, (Jakarta: LAM UNJ,
2004), p.1
1
Bab II Pembahasan
2
Dra. Eveline Siregar,M.Pd dan Hartini Nara,M.Si, “Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran”, Diktat mata
kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UNJ, 2007), p.115
2
1) Dapat memberikan pengalaman belajar lebih kongkrit dan langsung. Misalnya:
pergi berdarmawisata ke pabrik-pabrik, ke pelabuhan, dan lain-lain.
2) Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat
langsung. Misalnya: model, denah, film, dan lain-lain.
3) Dapat menambah dan memperluas cakrawala sains yang ada di dalam kelas.
Misalnya buku teks, foto film, nara sumber, dan lain-lain.
4) Dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru. Misalnya buku teks, buku
bacaan, majalah, dan lain-lain.
5) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik mikro maupun dalam
lingkup mikro. Misalnyapenggunaan modul untuk UT dan BJJ (makro), simulasi,
pengaturan lingkungan yang menarik, penggunaan OHP, dan film (mikro).
6) Dapat memberikan motivasi positif, lebih-lebih bila diatur dan dirancang secara
tepat.
7) Dapat merangsang untuk berfikir lebih kritis, mernagsang untuk bersikap l ebih
positif dan merangsang untuk berkembang lebih jauh. Misalnya dengan
membaca buku teks, buku bacaan, melihat film, dan lain sebagainya yang dapat
merangsang si pemakai untuk berfikir, menganalisa, dan berkembang lebih
lanjut.
1. Perkembangan Kognitif
Piaget mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Dalam teorinya Piaget
mengemukakan empat tahap perkembangan kognitif manusia, antara lain:
1) Tahap Sensorimotor (anak usia 1,5 - 2 tahun)
2) Tahap Praoperasional (2 - 8 tahun)
3) Tahap Operasional Kongkrit (usia 7/8 tahun sampai 12/14 tahun)
4) Tahap Operasional Formal (14 tahun atau lebih)
3
Karena adanya perkembangan kognitif ini proses belajar yang dialami
seorang anak berbeda pada tahap satu dengan tahap yang lainnya. Secara umum,
makin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin
abstrak cara berpikirnya.Karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif anak didiknya, serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Dengan berpatokan pada teori perkembangan kognitif ini kita dapat memilih
sumber belajar yang tepat sesuai tingkat perkembangan intelektual individu. Sebagai
contoh, jika mengajarkan matematika atau hitung-hitungan pada siswa TK haruslah
menggunakan sumber belajar yang kongkrit, minimal bisa dipegang atau dirasakan
indera. Dengan kata lain sumber belajar bisa berbentuk benda nyata. Misalnya
menggunakan buah semangka untuk mengajarkan pembagian (buah semangka bisa
dibagi-bagi karena volumnya yang besar). Selain itu juga,kita dapat menggunakan
pensil atau stik eskrim untuk sekedar menjumlah. Menyediakan buku teks
matematika yang hanya berupa tulisan dengan sedikit gambar adalah hal yang
kurang patut.
Berlainan dengan siswa TK, siswa SMA yang pada tahap perkembangan
kognitifnya sudah pada tahap operasional kongkrit, untuk belajar matematika sudah
bisa dengan bermodal sumber belajar buku teks dan setumpuk teori tertulis. Pada
tahap tersebut siswa memang sudah harus dapat berfikir abstrak.
2. Modalitas Belajar
Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra
yang kita miliki. Pada saat informasi tersebut akan ditangkap oleh indra, maka
bagaimana informasi tersebut disampaikan (modalitas) berpengaruh pada
kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi
tersebut dalam ingatan atau memori (Chatib, 2009:136).
Modalitas yang dimiliki seseorang memungkinkannya menangkap dan
menyerap informasi dari luar melalui inderanya. Keberadaan modalitas dalam
proses belajar sangatlah penting karena hal itu mempengaruhi bagaimana gaya
belajar seseorang. Hal tersebut terkadang menimbulkan persepsi bahwa modalitas
belajar sama dengan gaya belajar, padahal itu adahal hal berbeda namun saling
mempengaruhi. Seseorang yang punya modalitas belajar auditori misalnya, lebih
4
mudah menangkap pelajaran yang dijelaskan oleh gurunya, daripada harus
membaca buku atau materi lain. Karena itu unsur auditorial sangat kental dalam
proses belajarnya hingga dapat dikatakan sebagai gaya belajar auditori.
Demikian dapat ditegaskan kembali bahwa modalitas belajar adalah cara
seseorang menyerap informasi melalui indera yang dimilikinya, yang selanjutnya
informasi itu disimpan dalam memorinya. Masing-masing orang mempunyai
kecenderungan yang berbeda-beda dalam menyerap informasi sehingga hal itu
berpengaruh terhadap gaya belajar seseorang.
Karena modalitas belajar merupakan cara informasi masuk ke dalam otak
melalui indra yang dimiliki, tentu hal tersebut berpengaruh pada proses belajar.
Dalam proses belajar lazim terjadi kegiatan ‘menangkap informasi’. Dalam sebuah
kelas misalnya, siswa dapat menangkap penjelasan guru dengan cepat atau lambat,
menanggapinya, bertanya, mengkritik, karena siswa menyimpan informasi yang
melekat dimemori otak, setelah mendapatkan informasi dari guru dengan
memberdayakan inderawinya. Siswa A mungkin lebih senang mendengar
penjelasan guru, siswa B lebih senang membaca materi, sedangkan siswa C
mungkin lebih senang mempraktekkan apa yang sudah dijelaskan guru. Dengan
kata lain modalitas belajar mempengaruhi bahkan menentukan gaya belajar apa
yang dominan.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan
menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah
disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar:
Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan
kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak) . Gaya
belajar, yang bersumber dari modalitas belajar, bila diketahui lebih dini dan tiap
orang menyadari kekhasan tersebut akan membuat proses belajar lebih mudah atau
menyerap informasi lebih cepat.
a. Visual
Modalitas ini mengakses citra visual, warna gambar, catatan, tabel, diagram,
grafik, peta pikiran, dan hal lain yang terkait. Model pembelajar dengan modalitas
belajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata.
Beberapa ciri dari pembelajar ini di antaranya adalah:
5
b. Auditorial
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita,
dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan
cerita lagu,syair, dan hal-hal lain yang terkait. Model pembelajar dengan modalitas
belajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi
melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh
para pembelajar auditori ini. Ciri-ciri pembelajar dengan modalitas belajar auditorial,
di antaranya adalah:
c. Kinestetik
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktivitas tubuh, emosi, kordinasi,
dan hal-hal lain yang terkait. Model pembelajar dengan modalitas belajar kinestetik
adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Individu
yang memiliki modalitas belajar ini merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya
disertai kegiatan fisik. Seringkali orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih
mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau
kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
6
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar,
pertumbuhan, kematangan dan perkembangan individu serta penerapan prinsip-
prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia yang nantinya mempengaruhi proses belajar
dan mengajar. Sementara itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk memfasilitasi belajar. Sumber belajar ini sangat dalam
pembelajaran karena sumber belajar dapat menjadi alat untuk menyampaikan
materi, maupun dapat mempresentasikan konten/materi yang dikandungnya. Dalam
pemilihan sumber belajar yang tepat psikologi pendidikan sangat berperan. Hal ini
terjadi karena ada beberapa aspek psikologis yang mempengaruhinya dan layak
dipertimbangkan yaitu perkembangan kognitif dan modalitas belajar. Dua aspek
psikologis tersebut dapat dijadikan acuan dalam memilih sumber belajar yang tepat
untuk mendukung pembelajaran.
B. Saran
Pemilihan sumber belajar yang tepat amatlah penting karena dapat
mempengaruhi pembelajaran. Setidaknya sumber belajar yang baik akan
mendukung proses pembelajaran menjadi lebih bermutu. Oleh karena itu bila akan
memilih sumber belajar yang tepat sebaiknya mempertimbangkan sisi psikologis dari
aspek perkembangan kognitif maupun modalitas belajar.
7
Daftar Pustaka
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Bandung: Kaifa, 2004
Eveline Siregar dan Hartini Nara, “Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran”,
Diktat mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ, 2007
8
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatnya makalah yang
berjudul Peranan Psikologi Pendidikan dalam Pemilihan Sumber Belajar yang tepat
untuk Menunjang Pembelajaran dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa pula
segenap sholawat serta salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini ditulis dengan tujuan memenuhi salah satu tugas akhir dari mata
kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga berupaya mengungkap
bagaimana psikologi pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan sumber belajar
yang tepat untuk menunjang pembelajaran.
Ucapan terima kasih tertuju pada pak Herwanto selaku dosen pengampu
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan, serta bagi
rekan-rekan semua yang membantu dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap agar makalah yang tidak sempurna ini membawa berkah dan manfaat bagi
orang yang membacanya.
ZU.Cute
9i
Daftar Isi
Halaman Judul
Bab II Pembahasan
A. Hakikat Sumber Belajar …………………………………………………………. 2
B. Manfaat Sumber Belajar dalam Belajar dan Pembelajaran …………………. 2
C. Aspek Psikologis yang Berpengaruh terhadap Pemilihan Sumber Belajar
1. Perkembangan Kognitif ………………………………………………………. 3
2. Modalitas Belajar ……………………………………………………………… 4
Daftar Pustaka
10ii