Oleh:
NIM 13009054
BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pengertian Warga Negara
Warga negara ialah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga
negara itu (Kamus besar bahasa Indonesia, 2002). Sedangkan menurut UU No 12 tahun 2006
Pasal 1, warga negara adalah warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang – undangan. Sehingga dalam hal ini, Indonesia telah menetapkan definisi “Warga
Negara Indonesia” yang tercantum dalam UU no 12 tahun 2006 Pasal 2 dan Pasal 26 (1) UUD
1945. Menurut UU tersebut, yang menjadi warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebaai warga
Negara.
Kewajiban, seperti halnya hak, juga dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 27-31, dengan
uraian sebagai berikut.
1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUd 1945
menyatakan: “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan: “Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan makasud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan etertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945 menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
6. Wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 31 ayat 2 menyatakan; “Setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”
BAB II
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi” (pasal 28B ayat 2). Demikianlah yang
tercantum dalam UUD 1945. Namun, apakah UUD tersebut telah terimplementasi dengan baik
sehingga setiap anak telah terpenuhi haknya?
Permasalahan berkaitan dengan anak-anak bukanlah hal yang baru lagi. Dari tahun ke
tahun masalah anak Indonesia selalu muncul dengan cerita memilukan. Seakan tidak pernah
berhenti, selalu muncul berbagai persoalan. Perdagangan anak, prostitusi dan eksploitasi
seksual, tenaga kerja di bawah umur, anak-anak terlibat perdagangan dan peredaran obat
terlarang, pernikahan muda (10-16 tahun), serta tindakan kriminalitas terhadap anak, juga yang
dilakukan oleh anak sangat sering terdengar. Bahkan sebuah laporan dari Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat yang dipublikasikan pada Juni 2001 menyebutkan bahwa Indonesia
termasuk ke dalam 27 negara sumber perdagangan manusia, baik di dalam negeri atau di luar
negeri. Mungkin bagi Indonesia hal ini tidak terlalu mengejutkan lagi.
Upaya Penyelesaian
Permasalahan pelanggaran terhadap hak anak ini mungkin tidak terlalu berpengaruh
terhadap keberlangsungan hidup negara saat ini. Namun suatu saat nanti tampuk
kemempipinan Indonesia akan berada di tangan anak-anak tersebut. Maka permasalahan yang
menyangkut anak ini harus ditangani dengan lebih serius.
Penyelesaian permasalahan anak ini telah dimulai sejak bertahun – tahun yang lalu
dalam bentuk peraturan-peraturan. Pemerintah telah menetapkan Hari Anak Nasional setiap
tanggal 23 Juli melalui Keppres No. 44 tahun 1984 yang sebenarnya merupakan suatu
momentum untuk membangkitkan gerak dalam penyelesaian permasalahan menyangkut anak.
Akan tetapi pada akhirnya, kegiatan ini hanya menjelma menjadi sebuah seremonial belaka,
karena ketidaksiapan pemerintah dan aparatnya dalam menyikapi masalah anak di Indonesia.
Kemudian dibentuk Pokja Pembinaan Anak yang diprakarsai oleh Kantor Menko Kesra
sejak tahun 1986, dengan hampir semua departemen terkait dan LSM terlibat di dalamnya.
Tetapi tetap tidak berjalan. Adanya Inpres No. 3 tahun 1997 tentang Pengembangan Kualitas
Anak juga merupakan upaya yang bagus, walaupun masih tidak berjalan dengan semestinya.
Sudah saatnya Indonesia membentuk suatu Komisi Anak Nasional untuk menghentikan
segala bentuk penganiayaan terhadap anak. Dapat juga dibentuk badan khusus yang
menangani kebijaksanaan nasional mengenai masalah anak dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
BAB III
KESIMPULAN
Pada Bab II telah disampaikan upaya – upaya yang pernah dilakukan pemerintah dalam
mengatasi masalah pelanggarah hak anak, namun hingga saat ini upaya tersebut belum
menghasilkan suatu perubahan nyata terhadap keadaan anak di Indonesia. Menyelesaikan
permasalahan yang telah mengakar di bangsa ini tidaklah mudah dan membutuhkan solusi yang
komperhensif, mencakup semua pihak. Mulai dari aparat pemerintah di daerah paling pelosok
di Indonesia, para orang tua, hingga para pejabat besar yang dipercayakan untuk menentukan
kebijakan-kebijakan bagi bangsa ini, semua harus mengerti betapa pentingnya menuntaskan
masalah ini. Diperlukan suatu koalisi nasional untuk mencegah terjadinya perdagangan,
eksploitasi, dan bentuk penganiayaan terhadap anak lainnya. Para pemegang kebijakan harus
memperbaiki kebijakan-kebijakan lama yang masih memberi peluang lolosnya pelanggar hak
anak. Aparat penegak hukum harus lebih tegas dalam menjerat jaring-jaring pelanggaran hak
anak. Orang tua, masyarakat, mahasiswa, semua harus saling bahu membahu memberikan
bantuan terkecil apapun untuk membantu anak-anak yang telah mengalami pelanggaran hak.
Masih banyak bentuk pelanggaran hak lainnya yang telah dan sedang terjadi. Semua itu
tidak akan selesai kecuali dengan perbaikan kondisi negara ini, kerjasama pemerintah, dan
kesadaran yang kuat untuk menjalankan Undang Undang yang berlaku dengan benar. Sudah
menjadi kewajiban bersama segenap komponen bangsa untuk mencegah agar pelanggaran hak
warga negara di masa lalu tidak terulang kembali di masa sekarang dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
-. -. http://www.kbri-canberra.org.au/consular/UU_12%20TH%202006/UU_kewarganegaraan -
_2006.pdf diunduh selasa 22 Februari 2011 pukul 04.53 WIB
-. -. http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/Constitution/22 diunduh selasa 22 Februari
2011 pukul 05.30 WIB
Wijaya, Awi Muladi. 2010. Undang-undang yang berkaitan dengan Pemenuhan Hak-Hak Anak.
http://www.infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=75:undang-undang-yang-berkaitan-dengan-
pemenuhan-hak-hak-anak&catid=36:yang-perlu-anda-ketahui&Itemid=28 diunduh Selasa,
21 Februari 2011 pukul 05.39 WIB
Irwanto. 2003. Trafficking of Children in Indonesia.
http://www.lfip.org/laws822/report-/irwantotraf-ficking.pdf diunduhSelasa, 21 Februari
2011 pukul 05.52 WIB
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. -. Kebijakan Pemerintah Dalam Masalah Anak-Anak di
Indonesia. http://www.indosiar.com/ragam/21356/function.require diunduh Selasa, 21
Februari 2011 pukul 06.02 WIB
Wirnadianhar. 2008. Permasalahan Anak Seperti Gunung Es. http://www.diknas-
padang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=13&artid=460 diunduh Selasa,
21 Februari 2011 pukul 06.30 WIB