Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENGERTIAN DASAR TENTANG
DESENTRALISASI, OTONOMI DAN
PEMERINTAHAN LOKAL.
A. DESENTRALISASI
Berbicara mengenai Pemerintah dan Pemerintah Lokal/Daerah tidak terlepas dari
pembicaraan bentuk Negara, karena hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah sangat
dipengaruhi oleh bentuk negara.. Menurut beberapa teori modern bentuk negara yang terpenting
sekarang ini adalah Negara Federal/Negara Serikat (The Federal State) dan Negara Kesatuan
(The Unitary State).
Dalam pelaksanaan pemerintahan baik di Negara Federal maupun negara Kesatuan baisanya
dikenal dengan suatu azas yaitu azas Desentralisasi. Mengenai Desentralisasi ini banyak sekali
yang memberikan definisi tentang Desentralisasi, diantaranya adalah :
Pendapat lain adalah Carolie Bryant dan Luuise. G White, mengatakan bahwa
Desentralisasi adalah transfer kekuasaan/kewenangan yang dapat dibedakan ke dalam
desentralisasi administratif maupun desentralisasi politik. Desentralisasi administratif adalah
pendelegasian wewenang pelaksanaan yang diberikan kepada pejabat pusat di tingkat lokal.
Sedangkan desentralisasi politik adalah pemberian kewenangan dalam membuat keputusan dan
pengawasan tertentu terhadap sumber-sumber daya yang diberikan kepada badan-badan
pemerintah regional dan lokal.
Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam pengambilan
keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk memberdayakan
kemampuan lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber daya yang diberikan
berkaitan erat satu sama lainnya. Apabila badan-badan lokal diserahi tanggung jawab dan
sumber daya, maka kemampuan untuk mengembangkan otoritasnya akan meningkat. Sebaliknya,
jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk mengikuti kebijkan pusat maka partisipasi para elit
dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan
berkurang bahkan akan memperoleh respek dan kepercayaan dari tingkat lokal yang pada
akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan legitimasinya.
Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah Moeslimin, The
Liang Gie dan sebagainya termasuk dalam aliran Kontinental.
Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai salah satu
jenis desentralisasi. Menurut Meoslim, desentralisasi dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap
kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah. Sementara itu
menurut UU No 5 Tahun 1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari
pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangganya.
Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi
adalah : penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi pada
dasarnya adalah : suatu proses transfer/penyerahan sebagian wewenang dan tanggungjawab dari
urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga
Pemerintah Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan tersebut
beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah
(Riwukaho-p.19).
3. Hubungan yang akrab dapat ditingkatkan dan memunculkan gairah kerja dan koordinasi
yang baik.
5. Bagi organisasi yang besar memperoleh manfaat dari keadaan setempat masing-masing.
6. Sebelum suatu rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat diterapkan dalam
satu bagian tertentu dahulu sehingga rencana dapat dirubah.
7. Resiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas dan organisasi dapat
terbagi-bagi.
Sementara itu juga Yosef Riwukaho berpendapat bahwa kebaikan-kebaikan dari desentralisasi
adalah :
2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak, Pemerintah Daerah tidak perlu menunggu
instruksi dari Pusat.
3. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk, karena setiap keputusan dapat segera
dilaksanakan.
5. Daerah Otonom dapat menjadi laboratorium dalam hal yang berhubungan dengan
pemerintahan.
B. PEMERINTAHAN LOKAL/DAERAH.
Dengan dianutnya desentralisasi dalam arti luas, maka dibentuklah pemerintahan lokal /
pemerintahan setempat / local government yang memiliki arti bahwa Pemerintah Daerah adalah
bagian dari pemerintah suatu negara atau bangsa yang berdaulat yang dibentuk secara politis
berdasarkan suatu undang-undang, yang memiliki lembaga-lembaga/badan-badan yang
menjalankan pemerintahan yang dipilih oleh masyarakat Daerah tersebut yang dilengkapi dengan
kewenangan untuk membuat peraturan, memungut pajak serta memberikan pelayanan kepada
warga yang ada dalam wilayah kekuasaannya (Riwukaho.p.30).
Sedangkan dalam UU No. 22 tahun 1999 yang disebut dengan Pemerintah Daerah adalah
Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.
C. OTONOMI DAERAH.
Menurut C.J. Franseen (dalam Syarif Saleh.1953,p.31) merumuskan otonomi sebagai hak untuk
mengatur urusan-urusan daerah setempat dan menyesuaikan peraturan-peraturan yang sudah
dibuat.
Menurut UU No. 5 tahun 1974 Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
untuk mengatur dan mengurus rumahtangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sedangakan menurut UU no. 22 Tahun 1999, Otonomi Daerah adalah :
kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah
keleluasaan dalam bentuk hak dan wewenang serta kewajiban dan tanggungjawab badan
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumahtangga daerahnya sebagai manifestasi
dari desentralisasi/devolusi (Riwukaho. P.34) .
BAB II
A. PENGERTIAN PEMERINTAHAN
Secara etimologis, pemeritahan berasal dari perkataan pemerintah dan pemeritah berasal dari
kata perintah. Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai arti pemerintah dan
pemerintahan ada beberapa pendapat diantaranya C.F. Strong dalam bukunya Political
Constitutions menyatakan : Pemerintah adalah organisasi yang mempunyai hak untuk
melaksanakan kekuasaan berdaulat. Pemerintah diberikan tanggung jawab untuk memlihara
perdamaian dan keamanan negara, sehingga ia harus mempunyai : pertama kekuasaan militer
atau pengawasan atas angkatan bersenjata; kedua kekuasaan legislatif atau sarana pembuat
hukum; ketiga kekuasaan keuangan untuk membiayai kebutuhan pemerintahan. Sedangkan
pemerintahan mempunyai arti segala kegiatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah
itu.
Perdebatan mengenai bentuk negara apakah monarki atau republik tidaklah begitu penting,
namun yang perlu diingat adalah bahwa pada negara monarki kepala negaranya adalah raja yang
didasarkan atas azas keturunan sehingga orang-orang yang berambisipun tidak dapat menjadi
menjadi kepala negara apabila tidak memenuhi azas keturunan, sedangkan pada negara republik
kepala negaranya adalah presiden yang didasarkan atas pemilihan oleh rakyatnya atau wakil-
wakil rakyat, sehingga setiap warga negara memliki kesempatan untuk menjadi kepala negara.
Hal yang lebih penting dalam membandingkan dan mempelajari pemerintahan di dunia ini
menurut Pamuji adalah dengan melihat dua variabel, yaitu :
Atas dasar variabel ini dapat ditemukan suatu pemerintahan yang bertanggung jawab sekalipun
melakukan funsi-fungsi yang relatif sedikit, contohnya Amerika Serikat atau pemerintahan yang
bertanggung jawab dan melakukan fungsi yang lebih banyak seperti Inggris dan Perancis.
Bahkan sebaliknya pemerintahan yang kurang begitu bertanggung jawab sekalipun
pemerintahnya mengatur hampir setiap kegiatan manusia seperti Rusia. Pendapat ini didukung
pula oleh Herman Finer, bahwa “Responsible Government” (pemerintah yang bertanggung
jawab) seperti diwakili Inggris, Amerika Serikat dan Perancis adalah negara yang demokratis,
sedangkan “Non-Responsible Government dilihatkan pada negara Rusia yang sering disebut
dengan Diktatorial.
1. Negara Kesatuan (Unitary State), dengan sebutan United Kingdom yang terdiri dari
England, Scotland, Wales dan Irlandia Utara.
2. Konstitusi, adalah hukum dasar yang memberikan dan membatasi kekuasaan untuk
memerintah adalah tidak tertulis yang relatif kuno namun terus menerus ber-evolusi.
3. Kekuasaan tidak dipisahkan, tetapi bercampur baur, kekuasaan pemerintah tidak dipisah-
pisahkan antara eksekutif dan legislatif. Parlemen atau legislatif secara hukum dan politis
adalah penguasa atau tuan dari kabinet yang juga eksekutif. Mahkota adalah raja tetapi tidak
memerintahdan tidak membuat keputusan pemerintah.
4. Parlemen berbentuik Bicameral, yang terdiri dari House of Commons dan House of Lord.
House of Commons adalah badan perwakilan rakyat, yang anggotanya dipilih di antara
calon-calon parta yang ada di Inggris untuk jabatan lima tahun dan dapat dibubarkan atau
pemilihan baru atas permintaan perdana menteri dengan persetujuan Ratu. Sedangkan House
of Lord hampir semua anggotanya berdasarkan warisan dan sekarang mempunyai kekuasaan
yang terbatas.
6. Kabinet, adalah kelompok menteri-menteri yang dikepalai oleh perdana menteri. Anggota-
anggotanya terutama berasal dari anggota House of Commons sekalipun beberapa
diantaranya berasal dari House of Lord.
7. Her Majesty’s Opposition, adalah prinsi kedua dari konstitusi yang tidak tertulis. Oposisi
dilakukan oleh partai terbesar kedua, para pemimpin partai ini seakan-akan bertindak sebagai
kabinet tandingan.
9. Badan Peradilan ditunjuk oelh kabinet. Tidak ada hakim-hakim yang dipilih namun mereka
menjalankan peradilan dengan bebas dan tidak memihak.
Inggris adalah sebuah negara kesatuan tetapi pemerintahannya tidak seluruhnya berpusat di
London. Sebelum Tahun 1972 diperkirakan terdapat + 12.000 “self-governing local outhorities”
yang bekerja atas sistem desentralisasi. Pemerintahan Daerah dijalankan oleh Council yang
dipilih oleh penduduk daerah. Setelah berlakunya UU Pemerintahan Daerah Tahun 1972 maka
untuk England dn Wales susunan pemerintahan daerahnya adalah :
2. Wales terbagi menjadi 8 Counties yang selanjutnya kebawah menjadi 37 districts; districts
terbagi ke dalam communities.
Beberapa alasan yang menguatkan perlunya sistem local self-government di Inggris adalah :
1. Untuk Efisiensi, Jika seluruh Inggris dikerjakan untuk oleh semua fungsi Pemerintah Pusat
di London, maka yang terjadi adalah in-efisiensi dan kesulitan mengontrol.
2. Pemerintah Pusat tidak memiliki pengetahuan tentang daerah yang sebenarnya, sehingga
pelayanan masyarakat tidak berjalan degan baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pemerintaha Daerah di Inggris didasarkan pada sistem
Desentralisasi yang memberikan kekuasaan kepada Daerah untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan Daerah sebagaimana yang diputuskan oleh masyarakat Daerah.
Sampai tanggal 13 Mei 1958 negara Perancis tidak memiliki kestabilan dalam sistem
pemerintahan, ditnjukan dengan kenyataan bahwa rakyat Perancis memerintah sendiri secara
demokratis di bawah konstitusi Republik ke Empat. Kemuadian pada tangga 1 Juni 1958
Jenderal Charles de Gaulle diminta untuk menjadi Perdana Menteri dan diberikan kekuasaan
oleh parlemen untuk menyiapkan konstitusi baru untuk Republik ke Lima. Konstitusi Baru
tersebut mulai berlaku tanggal 4 Oktober 1958, yang memiliki ciri-ciri pokok, yaitu :
2. Konstitusinya adalah tertulis sama seperti Indonesia, Amerika, Rusia dan Jerman, namun
konstitusi di Perancis lebih kaku (regid).
3. Pemisahan kekuasaan nampak agas jelas, legislatif ditangan parlemen, eksekutif di tangan
presiden dan yusikatif di tangan kehakiman. Agak mengherankan bahwa “separation de
pouvoir” karya bangsa Perancis (Montesquieu) tidak pernah dilaksanakan sendiri sampai
tahun 1958.
4. Parlemen adalah Bicameral, yang terdiri dari Sidan Nasional (National Assembly) yang
terdiri dari wakil-wakil rakyat yang dipilih untuk masa 5 tahun, dan Senat yang terdiri dari
Senator-senator untuk masa 9 tahun tetapi 1/3 darinya diganti tiap 3 tahun sekali.
5. Tidak terdapat Parliament Soverignity, Presiden kepala eksekutif tidak dipilih oleh
parlemen, tetapi oleh “electoral college” yang terdiri dari wakil-wakil daerah-daerah/kota
untuk masa jabatan tujuh tahun. Kemudian pada tahun 1962 ketentuan ini dirubah, yaitu
presiden dipilih langsung oleh rakyat kemudian presiden menunjuk dan mengangkat perdana
menteri.
Cantons adalah kumpulan dari Commune dan merupakan unit pusat untuk tujuan militer.
Arrondissement sebenarnya bukan merupakan unit pemerintahan daerah karena ia hanya sebagai
pembagian lebih lanjut dari departemen yang ada. Jadi sebenarnya pemerintahan daerah di
Preancis hanya terdapat dua yaitu Departements dan Commune. Departements dikelompokkan
menurut kekayaan, penduduk dan pertimbangan politis dimena mereka meliputi kota-kota
penting.
Departements dan Commune merupakan wilayah local government dan unit daerah dari
administrasi nasional dan kepala daerahnya memliki perangkapan jabatan sebagai alat
Pemerintah Pusat dan alat Pemerintah Daerah. Sehingga sistem pengawasan pusat dilakukan
dengan jalan menempatkan pegawai pusat di daerah yang dipercaya dapat memimpin
administrasi daerah, demikian juga sistem pendidikan di daerah dan kepolisian yang merupakan
fungsi dari pemerintah pusat.
3. Pemerintahan oleh Rakyat (Government By The People), kedaulatan ada di tangan rakyat
yang dinyatakan melalui Pemilu. Dikenal berbagai Pemilu di tingkat Federal, yaitu :
d. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan senat Negara Bagian, Anggota
Badan Perwakilan Rakyat Negara Bagian, Walikota/Dewan Kota dan pejabat-pejabat
setempat seperti Tax Assesor, sehingga sering disebut dengan “Democracy on the Grass
Root”.
4. Pemisahan Kekuasaan yang tegas¸ antara Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif baik mengenai
organ pelaksana maupun mengenai fungsi-fungsi kekuasaan tersebut yang saling membatasi
satu sama lainnya (Checks and Balances)
5. Negara-negara Bagian mempunyai hak yang sama dan tidak boleh diberikan hak-hak
istimewa oleh Pemerintah Pusat. Masing-masing Negara bagian mempunyai UUD sendiri
dan harus diakui dan dihargai oleh Negara Bagian lainnya.
6. Keadilan ditegakkan oleh badan Yudikatif yaitu Mahkamah Agung (Supreme Court) yang
bebas dari pengaruh Badan lainnya.
7. Supra Struktur politik ditopang oleh infra struktur politik yang menganut sistem Bipartisan.
Terdapat dua partai yang menentukan politik dan pemerintahan nasional, yaitu Democratic
Party dan Republician Party yang selalu bersaing.
1. Badan Legislatif adalah Bicameral terdiri dari Senat dan Badan Perwakilan. Senat diketuai
oleh Wakil Gubernur dan Badan Perwakilan yang diketuai oleh seseorang yang dipilih.
2. Dibeberapa Negara bagian Senator dipilih dari beberapa County (semacam kabupaten),
dengan masa jabatan 4 tahun dan anggota Badan perwakilan 2 tahun.
3. Badan Eksekutif adalah Gubernur dan wakil Gubernur dibantu oleh pejabat-pejabat tinggi
yang memimpin departemen.
4. Gubernur dipilih rakyat untuk masa jabatan 4 tahun, dan ada sebagian yang memiliki masa
jabatan 2 tahun, yang kekuasaannya ditentukan oleh konstitusi masing-masing Negara
Bagian.
5. Gubernur adalah panglima Guarda Nasional yang dapat mengerahkan pasukan untuk
menjamin ketentraman dan ketertiban.
Hubungan antara Pemerintah Kota dengan Negara Bagian sama dengan hubungan antara
Pemerintah Negara Bagian dengan Pemerintah Federal. Adapun ciri-ciri Pemerintah Kota,
sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota dibentuk oleh Pemerintah Negara Bagian yang menetapkan kekuasaannya
dan tujuan pembentukannya. Pemerintah Kota mempunyai hak otonom dan pemerintahan
sendiri, seperti :
2. Pada dasarnya Pemerintah Kota juga menganut pemisahan kekuasaan Legislatif (Dewan
Kota), Eksekutif (Walikota) dan Yudikatif Pengadilan Kota).
1. Pemerintah County (semacam Kabupaten). Kalau Negara Bagian dapat disamakan dengan
Propinsi di negara kita maka County sama dengan Kabupaten, yang terdiri dari dua Distric
atau lebih dan sejumlah kampung atau desa.
2. Pemerintahan County dilakukan oleh Dewan Komisaris yang dipilihdan dibantu oleh
pejabat-pejabat County (baik diangkat maupun dipilih), seperti : Jaksa, Kepala Polisi
(Sheriff), Juru pemeriksa mayat (coroner), Bendahara (treasurer), Pemeriksa (Inspector) dan
penarik pajak (Tax assesor).
E. PEMERINTAHAN DI RUSIA.
Rusia atau dahulu dikenal dengan Uni Republik-republik Sosialis Soviet (Union of Soviet
Socialist Republics/USSR) merupakan suatu negara yang diktator atau otoriter, dimana
pemerintah menciptakan hukum dan melaksanakannya tanpa partisipasi murni dan bebas dari
rakyat. Inti kediktarorannya ini adalah satu partai yang monopolistis yaitu Partai Komunis Uni
Soviet (Communist Party of the Soviet Union/CPSU) yang mendominasi semua kegiatan dan
melarang adanya partai-partai saingan.
Kekuasaan pemerintah meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat seperti : budaya,
seni sastra, agama, ekonomi, sampai pada hubungan pribadi, sehingga disebut dengan
pemerintahan yang Totaliter. Juga pemerintah memiliki hampir semua sarana dan hak milik
produksi, distribusi dan tukar menukar. Tidak ada seorang partikelirpun diperbolehkan
mempekerjakan orang lain untuk produksi atau disebut dengan Sosialis sepenuhnya. Ideologi
yang digunakan adalah Ideologi Marxist-Leninist dengan menganut ajaran komunis. Pemerintah
Rusia mengumumkan kebijakan-kebijakan yang diambil namun merahasiakan langkah-langkah
pengambilan keputusan tersebut.
Berkaitan dengan hal di atas maka konstitusi 1936 tidak dibentuk oleh rakyat Rusia dan
tidak dimintakan persetujuan rakyat Rusia, melainkan disusun oleh sekelompok kecil pemimpin
yang melenggangkan kekuasaannya melalui angkatan bersenjata.
1. Soviet Tertinggi merupakan organ kekuasaan negara tertinggi dan merupakan badan
legislatif yang terdiri dari dua kamar, yaitu :
a. Soviet of the Union, keanggotaannya dipilih oleh warga Uni Soviet melalui distrik-
distrik pemerintahan berdasarkan jumlah penduduk.
b. Soviet of the Nationalties, keanggotaannya juga dipilih oleh warga negara Uni Soviet
dengan perbandingan tertentu.
2. Soviet Tertinggi memilih sebuah Presidium yang merupakan suatu kepresidenan kolektif
yang terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris 15 wakil ketua dan 18 anggota. Soviet
tertinggi dengan Presidium memilih Dewan Menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif
sehari-hari. Presidium mempunyai wewenang untuk menggantikan anggota Dewan Menteri.
Presidium bersama Dewan Menteri memiliki kekeuasaan membuat UU, Dekrit dan
peraturan. Sehingga kedua badan ini bertanggung jawab kepada Soviet tertinggi.
3. Badan eksekutif dan administratif secara formal sebenarnya adalah Dewan Menteri yang
diketuai oleh Perdana Menteri dari tokoh Partai Komunis.
4. Badan Kehakiman Tinggi dan Jaksa Agung dipilih dan diberhentikan oleh Soviet Tertinggi.
Kelompok negara di Amerika Latin ini sering disebut dengan ANDEAN yang didirikan
dengan persetujuan Cartagena pada tanggal 26 Mei 1969. Maksud didirkannya kelompok ini
adalah untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi Himpunan Perdagangan Bebas
Amerika Latin (LAFTA). Anggota dari beberapa negara Amerika Latin ini adalah Bolivia,
Chilie, Colombia, Ecuador, Peru dan Venezuela.
a. Republik Bolivia.
Negara Bolivia bebas dari kekuasaan Spanyol pada tahun 1825. Semenjak
kemerdekaannya Bolivia selalu dilanda ketidakstabilan politik dan konflik yang berkepanjangan
dengan negara tetangga. Kepemimpinan pemerintahan di Negara ini selalu silih berganti dan
diwarnai oleh cup d’etat. Ironisnya, pada pemilihan tahun 1980, belum sempat kongres
mengambil keputusan, angkatan bersenjata sudah melakukan coup yang dipimpin oleh Jenderal
Luis Garcia Meza Tejada. Dan selanjutnya pergantian kepemimpinan di negeri ini selalu
diwarnai Coup d’etat.
Pemerintahan Daerah di Bolivia terdapat 9 daerah yang dikepalai oleh Prefect (semacam
Gubernur) yang diangkat oleh pemerintah pusat. Daerah tersebut dibagi kedalam propinsi-
propinsi yang dikepalai oleh pejabat-pejabat yang diangkat oelh pemerintah pusat.
b. Republik Chili
Begitu juga Republik Chili, pergantian kepemimpinan pemerintahan yang selalu diwarnai
oleh Coup. Naumun pada akhir tahun 1980 Presiden Pinochet berhasil mengatasi usaha-usaha
oposisi yang akan menggulingkannya.
Chili merupakan negara yang sentralistis. Wilayah negaranya dibagi ke dalam propinsi-propinsi,
yang diperintah oleh penguasa yang diangkat oleh Presiden. Propinsi-propinsi dibagi menjadi
departemen-departemen yang dikepalai oleh Gubernur yang juga diangkat oleh presiden.
Departemen-departemen dibagi lagi menjadi distrik-distrik. Dewan Propinsi yang ditetapkan
konstitusi tidak pernah terbentuk dan tidak berfungsi.
c. Republik Ecuador.
d. Republik Peru.
Sama halnya dengan negara-negara di atas, Republik Peru pun demikian. Sejak merdeka
tahun 1824, pimpinan pemerintahan/Presiden selalu silih berganti antara sipil dan militer melalui
proses Coup. Sampai dengan tahun 1979 diumumkan konstitusi baru yang menetapkan
penyerahan kekuasaan dari ,iliterkepada sipil pada tahun 1980. Sistem Pemerintahan Daerah
bersifat sentralistis. Wilayah negara Peru dibagi dalam Departemen-departemen yang selanjutnya
dibagi ke dalam distrik-distrik. Pejabat Departemen dan Distrik dipimpin oleh pejabat yang
ditunjuk oleh pemerintah pusat.
e. Republik Venezuela.
Negara ini sejak merdeka tahun 1830 sampai dengan tahun 1958 selalu dilanda
ketidakstabilan politik dengan sistem pemerintahan yang otoriter. Namun selanjutnya pada tahun
1959 pemerintahan dijalankan oleh hasil pemilihan umum 5 tahun sekali secara demokratis.
Berdasarkan konstitusinya, Venezuela adalah negara Republik Federal yang terdiri dari 20
negara bagian, 1 Dsitrik Federal (Caracas), 2 Territory Federal (Delta Amocuro dan Amazonas)
dan 72 wilayah kepulauan Antiles. Negara-negara Bagian bersifat otonom tetapi harus sesuai
dengan konstitusi dan hukum federal. Pemerintah Negara Bagian dijalankan oleh Gubernur yang
diangkat oleh Presiden. Tiap Negara Bagian mempunyai Badan legislatif yang dipilih dan terbagi
menjadi counties (kabupaten) dengan dewan-dewan yang dipilih.
a. Republik Indonesia.
Untuk memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia, perlu dipahami 7 kunci pokok,
yaitu :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan.
3. Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan yaitu MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia.
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada DPR.
Menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Negara Indonesia terbagi ke
dalam Propinsi-propinsi. Selanjutnya tiap propinsi terbagi menjadi Kabupaten/Kota. Kabupaten
dan Kota terbagi lagi ke dalam kecamatan-kecamatan dan kecamatan terbagi menjadi desa dan
kelurahan. (lebih jelas lihat UU no. 22 tahun 1999).
b. Federasi Malaysia.
Federasi Malaysia terbentuk pada tanggal 16 September 1963, terdiri dari Malaya,
Serawak, Sabah dan Singapura (pada bulan Agustus 1965 telah keluar). Sistem pemerintahannya
adalah federal di bawah satu kerajaan yang konstitusional yang rajanya dipilih diantara raja-raja
anggota federasi. Malaysia terdiri dari 13 negara federasi, yaitu 11 di Malaysia Barat dan 2 di
Malaysia Timur.
Pemerintah dibawah negara-negara federasi dijalankan oleh seorang Raja atau Gubernur yang
bertindak atas nasehat Dewan Eksekutif Negara. Masing-masing negara mempunyai konstitusi
sendiri dan badan legislatif bersifat unicameral yang berbagi kekuasaan legislatif dengan DPR
Pusat (federal). Adapun ciri-ciri pemerintahan di negara Malaysia adalah :
1. DPRD Federal adalah sebuah badan bicameral yang terdiri dari Senat (Dewan Negara) dan
Badan Perwakilan (Dewan Rakyat).
2. Kepala negara Federal disebut dengan Yang di Pertuan Agung, dia dipilih oleh dan diantara
Majelis Raja-raja yang terdiri dari 9 raja turun temurun di semenanjung Malaya, yaitu : Para
Sultan Johon, Kedah, Kelantan, Pahang, Perak, Selangor, Trengganu, Raja Perlis dan Yang
di Pertuan Besar Negeri Sembilan. Masa jabatannya 5 tahun.
3. Kekuasaan eksekutif terletak di tangan Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Yang di Pertuan
Agung. Menteri-menteri dalam kabinet ditunjuk oleh Yang di Pertuan Agung atas
rekomendasi Perdana Menteri. Dan berasal dari Dewan Rakyat. Perdana Menteri dan
Kabinetnya bertanggung jawab kepada Badan Legislatif.
c. Republik Singapura.
Pada tahun 1963 tergabung dalam federasi Malaysia, tetapi tanggal 19 Agustus 1965
dikeluarkan dari federasi karena dikhawatirkan Lee Kuan Yew dan partainya akan meluaskan
pengaruhnya ke bagian-bagian lain Malaysia. Adapun ciri-ciri dari pemerintahan Negara
Singarur adalah :
1. Badan legislatif adlah parlemen yang bersifat monocameral yang beranggotakan 65 orang
yang dipilih secara langsung dalam Pemilu untuk masa jabatan 5 tahun.
2. Kepala Negara adalah Presiden yang dipilih oleh Parlemen untuk amsa jabatan 4 tahun.
Presiden hanya berfungsi sebagai lambang nasional dan tugas-tugas seremonial, disamping
itu juga ia mempunyai tugas menujuk/mengangkat Perdana Menteri dan menolak atas
permohonan pembubaran parlemen.
3. Kekuasaan pemerintah (eksekutif ada di tangan Perdana Menteri yang ditunjuk oleh
Presiden. Perdana Menteri memimpin memteri-menteri dalam kabinet secara kolektif
bertanggungjawab kepada Parlemen. Para Menteri diangkat oleh Presiden atas rekomendasi
Perdana Menteri.
4. Singapura adalah negara Kota yang berbentuk kesatuan, dimana badan-badan pemerintahan
daerah diserap ke dalam departemen-departemen pemerintah pusat.
d. Republik Philipina
Sebelem merdeka pada tanggal 4 Juli 1946, Philipina di perintah oleh Amerika Serikat.
Semula negara ini konstitusinya mirip dengan Amerika, sistem pemerintahannya Presidensiat
dan Badan legisatifnya bicameral (House of Representatif dan Senat), namun pada tahun 1973
konstitusinya diganti yaitu sistem pemerintahan parlementer yang dimodifikasi, yaitu Presiden
sebagai Kepala Negara dan Perdana Menteri sebagai kepala Eksekutif, Ciri-ciri pemerintahannya
adalah :
1. Kekuasaan legislatifnya dijalankanoleh Majelis Nasional hasil Pemilu, untuk masa jabatan 6
tahun.
2. Kepala Negara yaitu Presiden yang dipilih oleh anggota Majelis Nasional untuk masa jabatan
6 tahundan harus berasal dari anggota Majelis.
3. Kekuasaan Eksekutif ada ditangan para menteri dalam Kabinet yang dikepalai oleh Perdana
Menteri yang kesemuanya dipilih oleh Majelis Nasional dan harus berasal dari anggota
Majelis.
4. Pembagian wilayah administratif terbagi kedalam 67 wilayah propinsi yang dikepalai oleh
gubernur. Legislatif daerah dilaksanakan oleh badan permusyawaratan daerah (Majelis
Rakyat).
e. Kerajaan Thailand.
Pada awalnya tahun 1932 negara Thailand diperintahkan secara absolut oleh Marsekal
Phibulsongkram dan kemudian tahun 1969 digantikan oleh Marsekal Thanom Kittikachorn yang
memerintah secara otoriter. Pada tangga 14 Oktober 1973 pemerintahan Thanom jatuh dan
digantikan oleh Rektor Universitas Thammasat yaitu Sanya Thammasak.
1. Badan legislatif adalah Sidang Nasional yang bersifat bicameral, terdiri dari Senat dan Badan
Perwakilan, untuk masa jabatan masing-masing 6 tahun dan 4 tahun . Semua UU harus
mendapat persetujuan kedua badan tersebut dan Raja.
2. Thailand adalah negara kerajaan yang sangat sentralistis dan diperintah oleh seorang Perdana
Menteri. Kepala Negara adalah Raja yang memiliki kekuasaan yang lebih kecil tapi
merupakan lambang kehidupan.
3. Kekuasaan eksekutif ada di tangan Perdana Menteri yang diangkat oleh Raja. Perdana
Menteri dan Kabinetnya harus meletakan jabatan dan menjalankan kekuasaannya atas nama
Raja.
Konstitusi yang ditetapkan pada tanggal 3 Mei 1947 merubah Jepang dari kerajaan yang
absolut ke kerajaan konstitusionaldengan mengalihkan kekuasaan pemerintahan dari Kaisar
kepada rakyat dan membatasi peran kaisar hanya kepada peran seremonial dan simbolik. Ciri-ciri
pemerintahannya adalah :
1. Kekuasaan Legislatif dan juga fiskal diberikan kepada Parlemen (Diet/Kokkai), suatu badan
Bicameral yang terdiri dari :
a. Majelis Tinggi (Sangin) yang menggantikan Dewan Bangsawan dengan masa kerja 6
tahun, 100 diantaranya dipilih dari kalangan rakyat diseluruh Jepang.
b. Majelis Rendah (Shugiin), yang memegang kekuasaan yang sebenarnya, dipilih setiap 4
tahun sekali.
2. Kekuasaan eksekutif ada di tangan Perdana Menteri yang mengepalai Kabinet, dimana
Perdana Menteri sekaligus adalah pemimpin partai mayoritas di Parlemen (Majelis Rendah)
dan bertanggung jawab kepada parlemen/Diet/Kokkai.
3. Secara administratif, Jepang dibagi dalam 47 unit yang penting diantaranya Tokyo, Osaka,
Kyoto, Kepulauan Hokaido dan 43 prefectorat lainnya, yang dikepalai oleh Mayor atau
Gubernur yang terpilih an didampingi oleh Dewan Perwakilan setempat.
Kamerun adalah negara yang memiliki struktur pemerintahan lokal yang mencakup seluruh
wilayah nasional sejak tahun 1950-an. Negara-negara Afrika lain yang menggunakan bahasa
Perancis menjalankan komune-komune kota yang sangat mirip dengan yang ada di Perancis;
Kamerun adalah pengecualian dalam memiliki sejarah pemerintahan lokal desa dan juga kota,
yang bermula sebelum kemerdekaan sampai saat ini. Alasan historis untuk situasi ini adalah
berhubungan dengan warisan kolonial dan dengan peristiwa-peristiwa semenjak kemerdekaan.
Diduduki oleh Perancis sejak Perang Dunia Pertama, Kamerun timur adalah mandat pertama
Liga Bangsa-bangsa dan kemudian menjadi wilayah pengawasan PBB. Perbedaan yang dialami
dari koloni penuh Perancis hanyalah kecil pada mulanya, tetapi mulai menjadi signifikan sejak
tahun 1945 sampai sekarang. Pengaruh perbedaan kedua muncul setelah 1960 dengan munculnya
wilayah yang berbicara dengan bahasa Inggris ke daerah yang berbicara bahasa Peracis - pertama
sebagai negara federal, dan kemudian sebagai bagian dari Republik bersatu. Kamerun Barat
Anglophone sampai pada kemerdekaan dengan sistem “pejabat-pejabat pribumi yang
berdemokrasi” dimana para kepala suku dan para anggota dewan bersama mengoperasikan
kekayaan lokal mereka. Dengan persatuan negara yang terakhir dua tradisi memberikan
sumbangan pada bentuk-bentuk administrasi yang selanjutnya, meski keinginan warga yang
berbicara bahasa Inggris untuk otonomi lokal yang efektif pada akhirnya memberikan sedikit
kepuasan.
Pemerintahan Kamerun, terbagi menjadi dua propinsi dan kemudian menjadi wilayah
terpisah, dengan mengikuti teori pembaharuan struktural pada tingkat lokal yang dijalankan di
Nigeria tenggara (Wilayah Timur) pada tahun 1950-an. Undang-undang tahun 1948 dan 1950
menguraikan sistem county (seperti wilayah kecamatan), distrik, dewan-dewan lokal yang dipilih
dengan menggunakan distrik.
Dalam praktek, para pejabat lokal Kamerun dianggap tidak cukup maju untuk
mengkonversikan sistem ini seutuhnya, kecuali mereka dari Divisi Victoria di pantai selatan.
Kepala-kepala suku terus memainkan peran dominan dan bantuan para pejabat distrik terus
dibutuhkan untuk mengkonsepsikan anggaran-anggaran belanja lokal.
Para pejabat pribumi Kamerun melarikan diri dari sebagian besar sejarah ini karena tahap
pembangunan yang berbeda dan status konstitusional terpisah yang semakin dikenali. Sampai
1954 wilayah tersebut tunduk pada undang-undang Nigeria Timur, termasuk yang menentukan
sistem pemerintahan lokal yang baru. Dengan pengumuman konstitusi Nigeria yang berikut pada
tahun berikutnya Kamerun diberi status regional-semu, dan memperoleh kembali kekuasaan
untuk menjalankan pemerintahan lokalnya sendiri. Akhirnya, di negara yang begitu kekurangan
sumber daya, ongkos tambahan dalam menyediakan staf dan bangunan sulit untuk dibenarkan.
Kamerun Barat di tahun 1960-an adalah contoh bagus pemerintahan dan pembangunan
bergaya kolonial-akhir. Pada tingkat negara Kamerun Barat melestarikan Dewan Kepala-kepala
suku dan pembuatan undang-undang yang kira-kira sama dengan Dewan Majelis Tinggi di
Inggris. Para pejabat di negara barat pada umumnya percaya bahwa lembaga-lembaganya
akan dipelihara sementara proses penggabungan bertahap akan berlangsung dan akan
menyebabkan perubahan baik untuk pola pemerintahan francophone maupun anglophone.
Dengan diberinya kekuasaan jauh lebih besar dari Timur yang kecenderungan para penguasanya
untuk bersentralisasi.
Di negara bagian timur, pengaruh warisan struktur perwakilan lokal dari kekuasaan penjajah
(Perancis) sangat kuat, tetapi satu-satunya tipe yang diwariskan adalah komune (kehidupan
bermasyarakat). Pemerintahan komune muncul sebagai sesuatu yang baru, yang diimpor dari
Perancis tahun 1950-an, dimana “para kepala suku” Afrika digunakan sebagai agen-agen
bawahan mereka.
Pada tahun-tahun pertama komune-komune desa, dana ditetapkan untuk disediakan bagi
dana bantuan pengeluaran modal yang disebut PER (Petit Equipement Rural), yang terutama
didanai dari uang bantuan Perancis, dan memberikan dana bantuan bagi koperasi-koperasi dan
masyarakat kredit serta komune juga. Dua sasaran PER yang disebutkan adalah pendidikan
politik dan pembangunan ekonomi pedesaan.
Semua walikota komune pedesaan di tahun 1950-an adalah “para walikota administrator”
yaitu para pejabat pemerintah yang diberi kewenangan untuk menjalankan fungsi-fungsi
walikota. Untuk bertindak sebagai pelaksana pemerintah lokal hanya satu fungsi untuk
administrator yang “terdekonsentrasi”.
Pada saat kemerdekaan nasional pada tahun 1960 pemerintah baru Kamerun Timur
mengambil alih sistem pemerintahan yang secara karakteristik menyerupai Perancis, tetapi juga
yang sangat sesuai dengan pemerintahan satu-partai di masa depan. Konstitusi nasional diberi
model mendekati konstitusi Republik Kelima, yang menjadi Presiden sebagai kepala
pemerintahan federal sekaligus sebagai kepala negara dan memberinya kekuasaan untuk
menunjuk semua menteri.Pada umumnya wilayah ini cukup besar untuk memberikan basis
keuangan yang cukup kepada komune.
Ukuran fisik pemerintah lokal lebih kecil daripada ukuran distrik atau divisi administratif
yang begitu sering menyediakan model di negara-negara anglophone. Seperti di negara-negara
tersebut, wilayah paling kecil yang secara reguler dikepalai oleh administrator profesional
menjadi wilayah normal untuk pejabat lokal. Rata-rata komune pedesaan di tengah tahun 1960-
an memiliki kurang dari seperlima populasi dari distrik Tanzania; dan budgetnya tidak jauh lebih
dari seperdelapan ukurannya. Otonomi politik komune juga lebih lemah.
Di tahun 1960-an dan 1970-an komune-komune bagian selatan Kamerun Timur memiliki
keanggotaan dewan yang dipilih secara penuh, sementara dewan-dewan daerah utara hanya dua-
pertiga yang dipilih. Satu pertiga menominasikan unsur di utara terdiri dari para “kepala suku”
dan anggota terkemuka lain, sebagian besar memiliki beberapa keturunan status
tradisional. Para karyawan yang digaji di daerah otorita lokal francophone pada umumnya
kurang memenuhi syarat dan kurang baik digaji daripada di negara-negara anglophone.
BAB III
FUNGSI-FUNGSI PEMERINTAHAN
Definisi Negara yang diajukan oleh para pakar sangat banyak sekali. Salah satu definisi
Negara yang diajukan oleh Yosef Riwukaho dan Haryanto menyatakan bahwa negara adalah
suatu organisasi politik yang dibentuk atas dasar dan tujuan tertentu oleh sekelompok manusia
yang mendiami suatu wilayah tertentu secara tetap, mempunyai suatu pemerintah yang dibentuk
dan diperlengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk membuat dan menjalankan peraturan-
peraturan yang bersifat mengikat, demi tercapainya tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
1. Penduduk,
2. Wilayah,
3. Pemerintah dan pemerintahan,
4. Kedaulatan dan kemerdekaan,
5. Dasar dan tujuan tertentu.
Dari lima unsur tersebut yang akan dibahas dalam paper ini adalah pemerintah dan pemerintahan
serta fungsi-fungsinya.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber
pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan
wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Di samping itu dari segi struktural fungsional
pemerintahan dapat didefinisikan pula sebagai suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai
macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara.
Sementara itu pemerintahan dala arti sempit adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban
yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara.
Menurut Miriam Budiardjo, Negara adalah alat bagi masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Berdasarkan pemikiran itu maka negara adalah
sebuah organisasi yang dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lain dan dapat menetapkan tujuan kehidupan bersama. Sejalan dengan itu maka
negara mempunyai dua tugas yaitu :
1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial (bertentangan satu sama
lain) agar tidak menjadi antagonistis dan membahayakan ;
Pemerintah merupakan suatu organisasi yang berwenang membuat peraturan yang mengikat
seluruh penduduk dalam wilayahnya dan melaksanakan peraturan-peraturan. Dalam hal ini
pemerintah bertindak atasnama negara dan menyelenggarakan kekuasaan negara. Jika negara
mencakup semua penduduk, maka pemerintah hanya meliputi sebahagian kecil daripadanya.
Dari uraian di atas bahwa setiap negara pasti mempunyai tujuan. Tujuan menunju kan
pada suatu suasana yang ideal yang ingin dicapai. Tujuan tersebut bersifat abstrak , oleh
karenanya untuk mencapai tujuan tersebut perlu ditetapkan fungsi-fungsi.
Menurut Ryas Rasyid, tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga
suatu sistem ketertiban di dalam mana masyarakat bisa menjalani kehidupan secara wajar.
Pemerintah modern pada hakekatnya adalah pemerintahan yang bisa memberikan pelayanan
kepada masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama. Oleh karena
itu secara umum, tugas-tugas pokok pemerintahan yang mencakup tujuh bidang pelayanan,
yaitu :
1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar dan menjaga agar
tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah.
3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga masyarakat tanpa
membedakan status.
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang yang tidak
mungkin dikerjakan oleh lembaga non-pemerintah atau yang akan lebih baik jika dikerjakan
oleh pemerintah.
1. Menyediakan infra struktur ekonomi. Pemerintah dalam hal ini menjalankan fungsi
menyediakan institusi dasar dan peraturan-peraturan yang diperlukan bagi berlangsungnya
sistem kapitalis modern, seperti ;perlindungan terhadap hak milik, hak cipta, hak paten dan
lain-lain.
2. Menyediakan beberapa barang dan jasa kolektif. Hal ini dikarenakan ada beberapa public
goods yang tersedia bagi umum, ternyata masih sulit dijangkau oleh beberapa individu untuk
memperolehnya.
3. Menjembatani konflik dalam masyarakat. Fungsi ini perlu dijalankan karena dengan
penyelesaian dan meminimalkan konflik akan menjamin keteriban dan stabilitas di
masyarakat.
5. Memelihara sumber daya alam. Kompetisi yang berlangsung di pasar bebas mungkin sekali
akan membawa akibat pemborosansumber daya alam, oleh karenanya kerusakan alam ini
dapat diminimalkan dengan peran pemerintah.
6. Menjamin akses minimal setiap individu kepada barang dan jasa. Dalam hal ini peran
pemerintah diharapkan dalam memberikan bantuan kepada masyarakat miskin melalui
program-program khusus.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang fungsi pemerintahan, maka fungsi pokok yang
seharusnya dijalankan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
paling tidak harus menjalankan minimal 3 (tiga) fungsi, yaitu :
1. Fungsi Pengaturan.
2. Fungsi Pemberdayaan.
Dalam fungsi ini pemerintah pusat dibebani kewajiban untuk meningkatkan peranserta
masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pemerintahan. Begitu juga peran swasta dan
aparat pemerintah itu sendiri. Untuk mendukung terselenggaranya otonomi Daerah, maka
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan fungsi ini disamping kewenangan atau urusan
yang di desentralisasikan juga memerlukan atau disertai dengan pendanaan. Untuk itu
Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peranserta masyarakat dan swasta dalam kegiatan
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan disamping itu dalam menunjang
pendanaan maka Pemerintah Daerah juga perlu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Partisipasi masyarakat di Daerah akan dapat dipacu apabila kepentingan masyarakat
diperhatikan, baik dalam peraturan maupun dalam tindakan nyata pemerintah.
3. Fungsi Pelayanan.
Secara umum tidak ada bedanya antara pelayanan yang dilakukan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, kecuali hal-hal yang menjadi kewenangan negara seperti urusan
Pertahanan Keamanan, Agama, Hubungan luar negeri, Moneter dan Peradilan. Namun dalam
urusan pelayanan ini terkadang banyak orang merancukan antara Public service dengan
Civil servic. Bahkan terkadang para pejabat sendiri secara sengaja mencampur adukkan
kedua pengertian ini.
Adalah suatu fakta kehidupan bahwa hampir tidak ada segi kehidupan manusia sekarag
ini yang tidak melibatkan pemerintah, atau dengan kata lain bahwa setiap aktivitas manusia baik
individu maupun komunitas sangat bersentuhan langsung dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan.
Dalam studi politik, banyak pakar yang mempersoalkan kehadiran pemerintah dalam
berbagai segi kehidupan. Kritik atas keserbahadiran pemerintah itu biasanya bertolak dari
kekawatiran akan semakin berkurangnya kemandirian masyarakan didalam berhadapan dengan
besarnya kekuasaan negara yang pada akhirnya berakibat dapat menghambat prakarsa dan
kretivitas masyarakat dalam upaya memajukan kehidupan mereka.
Secara Politik, dikenal bahwa funsi-fungsi pemerintahan meliputi fungsi Legislatif, Fungsi
Eksekutif dan fungsi Yudikatif. Tokoh yang mempopulerkan perspektif ini adalah John
Locke dan Montesquieu. Dalam studi ilmu pemerintahan, pembagian fungsi ini lazim
dikategorikan sebagai fungsi pemerintahan dalam arti luas, sementara pemerintahan dalam
arti sempit biasanya digunakan dengan menyebut fungsi eksekutif.
Dalam pandangan ilmu ekonomi, setiap pemerintah mengembangkan setidaknya tiga fungsi
yaitu : fungsi alokasi, fungsi distribusi/redistribusi dan fungsi stabilisasi (Rhoads-1993).
Sementara itu dalam ilmu administrasi publik melihat bahwa pemerintahan pada hakekatnya
adalah penyelenggaraan fungsi perumusan dan implementasi kebijakan dan fungsi pelayanan
publik (Appleby-1949 ; Caiden-1982)
Sedangkan dalam sosiologi, memandang pemerintah sebagai salah satu gejala sosial yang
memperlihatkan hubungan-hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok
dengan kelompok atau antara individu dengan kelompok (McIver-1961).
Begitu pula dari kalangan ilmu hukum melihat bahwa pemerintahan adalah suatu aktivitas
atau proses penerapan hukum, khususnya para pejabat dan lembaga publik.
Perspektif lainnya yang dapat digunakan dalam memahami fungsi-fungsi adalah besar kecilnya
peranan pemerintah dalam kehidupan masyarakat dalam suatu negara. Dalam pandangan
totalitarian, keterlibatan maksimal pemerintah adalah suatu yang dikehendaki, dengan demikian
fungsi-fungsi yang harus dilakukan adalah fungsi-fungsi dalam ukuran maksimal. Pemerintah
dipandang sebagai satu-satunya mekanisme pengambilan keputusan kolektif dan sumber utama
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pada perspektif lain yakni pandangan liberal menginginkan fungsi pemerintahan yang
kecil dan sedikit. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para liberalist “The best government is
the least government” (Friedman, 1962).
Menurut Nurul Aini, ada dua pendapat yang berbeda tentang keberadaan pemerintahan. Di satu
sisi ada sementara orang yang menginginkan pemerintah yang dapat mengatur banyak segi
kehidupan manusia. Pendapat ini dilandasi sebuah asumsi bahwa pada dasarnya masyarakat tidak
mampu mengatur kehidupan bersamanya secara mandiri. Oleh karenanya mereka menganggap
bahwa campurtangan pemerintah akan lebih dapat mewujudkan ketertiban, keamanan dan
kemajuan. Kelompok ini cenderung mendukung gagasan pemusatan kedaulatan di tangan
pemerintah dan membatasi hak-hak demokrasi.
Di sisi lain ada kelompok masyarakat yang beranggapan bahwa pemerintah yang baik
adalah pemerintah yang sedikit mungkin memerintah. Alasan mereka untuk ini adalah karena
pada dasarnya masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah
membatasi keterlibatannya dalam mengatur kehidupan masyarakat. Betapapun kuatnya sebuah
pemerintahan, ia tetap memiliki kelemahan, kekurangan dan keterbatasan untuk mengurusi
banyak hal. Oleh karena itu bagi kelompok ini sebuah pemerintahan yang moderat sudah cukup
untuk dapat mewujudkan ketertiban dan mereka menolak hadirnya sebuah pemerintahan yang
kuat.
Ditambahkan pula oleh Pratikno, bahwa perdebatan tentang seberapa jauh pemerintah
berperan dalam penyediaan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan masyarakat merupakan topik
yang serius sejak dikenalnya sistem pemerintahan modern. Di satu sisi orang menganggap bahwa
negara sama sekali tidak perlu melakukan campur tangan dalam penyediaan pelayanan terhadap
masyarakat, sementara di sisi lain justru diyakini bahwa kehadiran itu mutlak diperlukan.
Dalam prespektif yang liberal, kehadiran negara (yang dipresentasikan oleh pemerintah) hanya
diperlukan untuk menjaga keamanan. Fungsi utama dari pemerintah hanyalah fungsi kepolisian
sementara fungsi-fungsi lainnya sepenuhnya menjadi wewenang masyarakat, baik sebagai
individu, kelompok sosial maupun pengusaha swasta. Perspektif ini membatasi fungsi
pemerintahan hanya sebagai fungsi “sisa” yaitu fungsi-fungsi penyediaan barang dan jasa yang
tidak bisa disediakan oleh pihak-pihak di luar pemerintah. Artinya pemenuhan kebutuhan hidup
diawali dengan dari tanggungjawab individu. Kalau penyediaan barang dan jasa tidak bisa
didilakukan oleh individu maka akan dipikirkan untuk disediakan pada tingkat kelompok atau
unit sosial yang kecil, misalnya rukun tetangga, dusun dan lain-lain. Kalau unit sosial tidak
mampu lagi maka disediakan oleh pemerintah lokal yang paling rendah dan selanjutnya bergulir
ke atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya fungsi pemerintah yang paling atas
adalah “sisa” dari fungsi yang tidak bisa dijalankan oleh unit tingat bawahnya. Perspektif ini
melihat bahwa keterlibatan pemerintah yang terlalu banyak dalam pelayanan publik dianggap
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu : pertama hal ini akan mengganggu kesempurnaan
mekanisme pasar yang dipercaya akan mampu mencapai efisiensi, kedua hal ini dianggap akan
memperkecil kebebasan individu dan kelompok-kelompok masyarakat untuk menentukan
kepentingan dan pilihannya sendiri yang pada akhirnya dianggap akan membahayakan
demokrasi.
Sementara pada kutub perspektif sosialis menganggap bahwa penetrasi pemerintah dalam
penyediaan barang dan jasa yang diperlukan individu dan masyarakat sangat mutlak dibutuhkan.
Mereka percaya bahwa mekanisme pasar tidak bisa terlalu diandalkan untuk menjamin
tercapainya efisiensi. Mereka juga berasumsi bahwa membiarkan persaingan berjalan bebas
dalam mekanisme pasar sama saja dengan mendorong ketimpangan dalam distribusi
kesejahteraan. Sebab kemampuan setiap orang untuk bersaing dalam mekanisme pasar sangat
berbeda-beda. Akibatnya mereka yang kuat akan memenangkan persaingan dan akan
memunculkan kemungkinan terjadinya praktek eksploitasi. Maka dalam hal ini kehadiran negara
dan atau pemerintah mutlak harus ada. Pemenuhan kebutuhan rakyat tidak bisa diserahkan
kepada sektor non-negara, karena dianggap bisa mengundang ketidakpastian dalam suplai dan
harga. Oleh karena itu harus ada tangan kuat yang mampu mengontrol hal itu dan dengan
demikian posisi pemerintah menjadi sangat penting peranannya.
Terlepas dari perdebatan tersebut (apakah pemerintah harus sama sekali absen ataukah
hadir penuh) dalam urusan penyediaan kebutuhan barang dan pelayanan masyarakat, dalam
kenyataannya peran pemerintah tidak terhindarkan lagi pasti ada dan sangat diperlukan. Apalagi
di dalam masyarakat yang kian modern kehadiran pemerintah dalam urusan penyediaan
kebutuhan masyarakat menjadi sangat tidak terelakkan. Perbedaan kehadiran pemerintah dalam
suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya hanya pada soal porsi dan intensitasnya saja.
Paling tidak kita bisa membuat perbedaan ekstrim antara masyarakat yang liberalistik dan
masyarakat yang sosialistik.
PENUTUP
Dengan uraian di atas maka kita dapat melihat bahwa fungsi pemerintah (Pusat dan
Daerah) cukup banyak dan semuanya itu ditujukan guna memberikan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat. Hadirnya sebuah pemerintahan memang merupakan tuntutan dan kebutuhan
yang tidak terelakkan bagi masyarakat modern. Akan tetapi keberadaan sebuah pemerintahan
yang bersih, adil dan jujur merupakan obsesi setiap manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riwu Kaho, Josef, Drs, MPA, Fungsi-Fungsi Pemerintahan ; Badan Diklat Depdagri; 1983.
2. Riwu Kaho, Yosef, Drs, MPA, Pemerintahan Lokal, Paper, Fisipol UGM.