Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Sebenarnya banyak konsep fisika yang bisa kita pelajari dari fenomena
sehari-hari. Contohnya adalah ketika kita berolahraga. Kita sering melakukan
olahraga tetapi hanya sedikit orang yang memahami bahwa terdapat konsep fisika
dalam olahraga. Olahraga yang banyak disukai oleh mayoritas masyarakat hampir
di seluruh dunia adalah sepak bola. Dalam olahraga sepak bola sering menyajikan
hal-hal yang menarik perhatian penontonnya karena tersaji teknik-teknik sepak
bola yang dapat memukau yang menyaksikan pertandingan. Tapi, para pemain
mungkin tak menyadari bahwa konsep fisika ada dalam teknik-teknik pada
pertandingan sepak bola yang menyajikan 22 pemain saling beradu kelihaian
mengolah si kulit bundar. Teknik-teknik seperti tendangan bebas,penalti,dan
tendangan sudut sering membuat penonton berdecak kagum. Pada tendangan
bebas khususnya, banyak sekali pemain sepak bola melakukan tendangan dari
jarak jauh dan ternyata menghasilkan gol untuk tim nya. Banyak gol terjadi
dikarenakan arah bola yang mengecoh sang penjaga gawang. Si penjaga gawang
biasanya tidak mampu membaca arah lintasan gerak bola yang membelok tiba-
tiba. Tendangan bebas yang arahnya membelok secara tiba-tiba biasa di sebut
dengan tendangan pisang.
I.2 Permasalahan
I.3 Hipotesis
METODOLOGI
Landasan Teori
Jika para pemain mengetahui konsep fisika mengenai gerak bola ketika di
tendang, maka akan banyak pemain yang mampu menghasilkan gol lewat
tendangan bebas karena mereka memiliki perhitungan sebelum menendang bola.
Di bawah ini akan dipaparkan bagaimana gerak bola sepak ketika berada di udara
setelah di tendang oleh pemain sepak bola.
Gerakan Parabola
Ketika bola ditendang dengan suatu sudut elevasi tertentu, bola akan
bergerak melengkung seperti sebuah parabola.
Gerakan ini disebabkan karena adanya gravitasi bumi. Tanpa gravitasi
bumi gerakan bola akan lurus ke atas. Gravitasi bumi menarik bola ke bawah
sehingga kecepatan vertikalnya makin berkurang dan berkurang. Ketika mencapai
titik tertinggi kecepatan vertikalnya nol. Selanjutnya gravitasi akan membuat bola
bergerak ke bawah dipercepat.
x=ϑ 0 . t cos θ
1 2
y=ϑ 0 . t sin θ - gt
2
Selain Garis Alir, ada juga namanya Garis Arus. Perhatikan gambar di
bawah. Garis yang berwarna biru merupakan Garis Arus.
Pada aliran tunak, kecepatan setiap partikel fluida di suatu titik, katakanlah
titik A (lihat gambar) selalu sama. Ketika melewati titik B, kecepatan partikel
fluida mungkin berubah. Walaupun demikian, ketika tiba di titik B, partikel fluida
yang menyusul dari belakang mengalir dengan kecepatan yang sama seperti
partikel fluida yang mendahuluinya. Demikian juga ketika tiba di titik C dan
seterusnya. Garis Arus itu merupakan kurva yang menghubungkan titik A,B dan
C.
Hukum Bernoulli
Pada abad ke-18 Daniel Bernoulli menemukan bahwa tekanan pada daerah
dengan kecepatan fluida yang rendah akan lebih besar jika dibandingkan dengan
tekanan pada daerah yang memiliki kecepatan fluida yang lebih tinggi. Secara
matematik persamaan bernoulli adalah sebagai berikut.
1
p+ ρg ϑ2 + ρgh=konstan
2
Efek Magnus
Pada saat bola ditendang dan melayang di udara dengan spin/putaran bola,
maka selama melawan aliran udara, menurut prinsip Bernoulli pada kedua sisi
bola terjaditekanan yang berbeda. Perbedaan tekanan ini menghasilkan gaya yang
dikenal sebagai efek Magnus, atau kadang dikenal juga sebagai gaya angkat/lift.
Besar gaya dari efek Magnus yaitu :
F L =C L ρ D 3 fϑ
dengan
CL = koefisien lift
ρ = kerapatan udara (kg/m 3 ¿
D = diameter bola (m)
f = frekuensi spin bola (putaran/s)
ϑ = kecepatan bola (m/s)
Efek gaya gesekan
Gaya gesekan selalu bekerja melawan arah gerak bola, yang akan
memperlambat dan menurunkan bola. Rumus untuk menghitung gaya gesek pada
bola selama melayang di udara adalah sebagai berikut.
1
Fd = Cd ρ Aϑ 2
2
dengan Cd adalah koefisien gesek, ρ adalah kerapatan udara, A adalah luas
penampang permukaan bola (jika diameter D = 0,22 m maka A = ¼ π D2), dan ϑ
adalah kecepatan bola.
Besar koefisien gesek relatif tidak konstan. Untuk udara yang sejuk justru
kecepatan bola sangat mempengaruhi koefisien gesek yang pada akhirnya
mempengaruhi besar gaya gesek. Variasi besar gaya gesek dengan perubahan
kecepatan bola dapat ditunjukkan padagrafik berikut ini.
Jadi bila pemain menendang bola cukup keras dengan kecepatan 25 m/s –
30 m/s tidak hanya bola melaju dengan cepat tetapi bola juga akan
mempertahankan kecepatan yang dimilikinya lebih lama dibanding bola lambat.
BAB III
ANALISIS
Pada umumnya gerak sebuah benda tegar, misalnya bola sepak, dapat
diuraikan atas gerak pusat massa benda terhadap suatu acuan yang diam, misalnya
permukaan tanah dan gerak benda terhadap suatu garis atau sumbu yang melewati
pusat massa benda. Jika gaya berat (gaya gravitasi) adalah satu-satunya gaya yang
bekerja pada bola maka pusat bola bergerak dalam lintasan parabolik pada sebuah
bidang vertikal. Gerakan ini merupakan gerakan melengkung tetapi dalam arah
vertikal ke bawah, tidak menyamping. Untuk selang waktu yang sangat pendek
dan kecepatan yang besar lengkungan parabolik tersebut mendekati bentuk garis
lurus. Gerakan kedua berupa gerak spin, yaitu gerak melingkar terhadap suatu
sumbu putar. Kombinasi kedua gerak ini yang memungkinkan bola membelok ke
arah samping kiri atau kanan. Jadi tendangan pisang merupakan tendangan yang
membuat bola memiliki kedua macam gerak di atas.
Lintasan dari suatu bidang (bola) ketika berputar adalah sebuah spiral.
Pola tendangan pisang dapat di lihat sebagai sebuah “lintasan berbentuk
tempurung siput”, karena lengkungannya semakin tajam seiring dengan
bertambahnya jarak tempuh bola. Karena jarak yang cukup jauh antara bola dan
gawang maka lintasan spiral ini semakin terlihat jelas. Jadi lengkungan tajam
yang dihasilkan tendangan pisang nyatanya memang mengkuti hukum fisika. Di
lapangan sepak bola kita dapat melihat sesuatu yang mendekati lintasan spiral
ideal tersebut, namun gravitasi akan mempengaruhinya. Akan tetapi jika kita
menendang bola sekeras mungkin, seperti yang dilakukan David Beckham atau
Carlos (pemain sepak bola profesional) maka kita dapat mengurangi efek gravitasi
ini. Semakin jauh jaraknya, lintasan melengkung semakin tajam dan jelas terlihat.
Ketika bola berputar, lapisan pembatas masih masih terbentuk namun titik
berpisahnya aliran udara mengalami pergeseran. Tempat terpisahnya aliran udara
lebih dekat ke sisi yang berlawanan dengan arah putaran bola. Pergeseran ini
menyebabkan perbedaan tekanan dan membelokkan dorongan yang mengatur
gerakan dan arah bola.
Efek magnus maksimum jika sumbu putar bola tegak lurus dengan arah
aliran udara. Efek ini mengecil ketika arah sumbu putar ini makin mendekati arah
aliran udara dan menjadi nol ketika arah sumbu putar ini sejajar dengan arah
aliran udara. Pada tendangan bebas, bola yang bergerak dengan kecepatan 110
km/jam dan berotasi dengan 10 putaran tiap detiknya, dapat menyimpang lebih
dari 4 meter, cukup membuat penjaga gawang kebingungan. Jika kita perhatikan
lebih jauh lagi, yang membuat tendangan seperti yang dilakukan Beckham lebih
spektakuler adalah efek lengkungan tajam di dekat akhir lintasan bola.
Lengkungan tajam yang tiba-tiba inilah yang membuat kiper-kiper terperangah
karena bola berbelok begitu cepat dengan tiba-tiba. Apa yang menyebabkan ini?
Peneliti dari Inggris, Peter Bearman mengatakan bahwa efek magnus akan
mengecil jika kecepatan gerak bola terlalu besar atau rotasinya lebih lambat. Jadi
untuk mendapat efek magnus yang besar, seorang harus membuat bola berputar
sangat cepat tetapi kecepatannya tidak boleh terlalu cepat. Ketika Beckham
menendang bola secara keras dengan sisi sepatunya sehingga bola dapat berotasi
cepat sekali, bola melambung dan mulai membelok akibat adanya efek magnus.
Gesekan bola dengan udara akan memperlambat gerakan bola (kecepatan bola
berkurang). Jika rotasi bola tidak banyak berubah, maka pengurangan kecepatan
dapat menyebabkan efek magnus bertambah besar, akibatnya bola melengkung
lebih tajam, masuk gawang, membuat penonton terpesona dan berdecak kagum.
Misalkan suatu tendangan bebas yang berjarak 25 m dari gawang, dan bola
ditendang dengan kecepatan 25 m/s, dalam hal ini menyebabkan spin bola pada
frekuensi 10 putaran/s. Dengan mengandaikan kerapatan udara 1,2 kg/m3 dan
diameter bola menurut ketentuan FIFA 0,22 m, dengan mengasumsi koefisien lift
sebesar 1,23 maka gaya angkat (lift) atau gaya magnus dapat dihitung sebagai
berikut.
FL = CL ρ D3fϑ
= 3,93 N
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa lintasan gerak bola ketika di
tendang pada dasarnya adalah parabola. Ketika lintasannya parabola, berarti yang
mempengaruhi pola lintasan tersebut adalah hanya gaya gravitasi yang
menyebabkan bola tidak terus menerus bergerak ke atas tetapi akan kembali ke
bawah setelah mencapai titik tertinggi. Kemudian aliran udara tentunya bisa
mempengaruhi gerak bola. Sedangkan saat gerak bola dengan spin yang
menghasilkan lintasan gerak bola bukan parabola melainkan seperti lintasan
pisang (biasa di sebut dengan tendangan pisang) yang biasa tersaji di lapangan
hijau ketika sang pemain sepak bola melakukan tendangan bebas atau tendangan
sudut. Tendangan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan aliran
udara. Pengaruh lain pada tendangan pisang yang lintasannya bukan parabola
dikarenakan adanya efek magnus yang menyebabkan bola bergeser akibat
ketidakseimbangan tekanan udara. Bola yang di tendang akan berputar
berlawanan arah jarum jam di udara akan mengalami gaya magnus ke arah
berlawanan. Hal itu terjadi karena tekanan udara di salah satu sisi bola lebih
rendah dibanding sisi yang lain, atau aliran udara di salah satu sisi bola lebih cepat
dengan sisi yang dilawan oleh perputaran bola.
http://adhistroon.wordpress.com
http://gurumuda.com
http://id.istanto.net/2006/06/14/dinamika-fluida/
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/
http://physicsandsport.blogspot.com/
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1025888470
http://yantsa.blogspot.com/