Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PATIENT SAFETY

KONSEP DASAR PATIENT SAFETY

IKP REG. 5A:


Agreni Yosaphina
Azizir Rokhim
Alvin Tri Endeman
Danang Dwi Prasetyo
Decy Yossy Tomlyn S
Dwi Norawati
Dwi Ariani
Elentina Sofiana

STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI


2010 /2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan
akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “Konsep Dasar Patient Safaty” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah “Patient Safety”.

Segala upaya telah penulis lakukan dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Diantaranya :
1. Pak Joko Sutrisno S.Kep.NS,M.kes selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
PATIENT SAFETY
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis dengan segala kerendahan hati merasa bahwa dalam penyusununan


makalah ini kurang sempurna, walaupun makalah ini telah diseleseikan dengan segenap
kemampuan, pemikiran dan usahanya, dan kiranya sangatlah membantu penyempurnaan
makalah ini jika pembaca yang budiman bersedia memberi masukan, saran serta kritikan
yang jelasnya mendukung bagi karya penulis. Seperti kata pepatah bahwa ”tiada gading
yang tak retak” begitu juga dengan keadaan makalah ini sekali lagi penulis mohon maaf
jika makalah ini kurang sempurna. Dan semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Kediri, Oktober 2010

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan pasien merupakan isu utama akhir-akhir ini baik di Indoneisamaupun di


luar negeri. Kepedualian pegnambil kebijkan, manajemen dan praktisiklnis terhadap
keselamatan pasien. Berbagai seminar, workshop, dan pelatihan banyakan diakan; patient
safety, risk management, clinical audit, patient safety indicators – dengan brbagai motif.
Studi 1999 di Jawa tengah dan DIY: prevalensi error berspektrum cukup luas: 1,8% –
88,9%.. Hal ini terjadi terutama pada medication (pengboatan).

1.2 TUJUAN

Pembuatan makalah konsep dasar patient safety adalah

1.Menambah pengetahuan pembaca

2.Memenuhi tugas kelompok patient safety

BAB II
ISI

Patient Safety

Patient safety adalah Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yg seharusnya diambil
(KKP-RS)

KONSEP DASAR PATIENT SAFETY

- 2400 th lalu Hipocrates à “Primum, Non Nocere” (First, Do No Harm)

• Jangan Tambah Penderitaan Sisakit


• Intinya : Keselamatan pasien hal yang paling diutamakan

- Th 2000 à IOM à àtentang To Err is Human

Error in health care : A leading cause of death and injury

- WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : “Safety is a fundamental principle


of patient care and a critical component of quality management.” (World Alliance for
Patient Safety, Forward Programme WHO,2004)

- KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KKP-RS) dibentuk


PERSI, pd tgl 1 Juni 2005 àMENTERI KESEHATAN bersama PERSI & KKP-RS telah
mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit pd Seminar Nasional PERSI
tgl 21 Agustus 2005, di JCC.

Tujuan Patient safety :

Mencegah hasil yang tidak diharapkan (adverse outcome)

1. Mencegah & menurunkan kejadian yang tidak diharapkan dari kesalahan medis
(Medical Error) di RS
2. Peningkatan Keselamatan Pasien & menciptakan budaya keselamatan pasien di
RS
3. Mencegah terjadinya kesalahan yang diketahui / tampak serta mengurangi akibat
dari kesalahan tersebut
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
Dimana Kemungkinan Kesalahan Bisa Terjadi?

Diagnostik

• Kesalahan atau keterlambatan diagnose


• Tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai
• Menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai
• Tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi

Pengobatan

• Kesalahan pada prosedur pengobatan


• Kesalahan pada pelaksanaan terapi
• Kesalahan metode penggunaan obat
• Keterlambatan merespon hasil pemeriksaan
• Asuhan yang tidak layak

Preventive

• Tidak memberikan terapi provilaktik


• Monitor dan follow up yang tidak adekuat

Lain-lain :

• Kegagalan berkomunikasi
• Kegagalan alat
• Kegagalan sistem lain

———————————————————————————————————
———————

Sembilan Solusi Live-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit

- WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit)

- Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan
lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien.

- Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di


Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS
masing-masing.
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error).

Solusi :

- NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko

- Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu

- Pembuatan resep secara elektronik.

2. Pastikan Identifikasi Pasien.


Kegagalan mengidentifikasi pasien àkesalahan pengobatan, transfusi , pemeriksaan,
pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb.

Rekomendasi :

- Verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini

- Standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan

- Partisipasikan pasien dalam konfirmasi ini

- Penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang


sama.

3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.


Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayananàterputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi :

- Memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk


mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis

- Memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan


pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima

- Melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.


4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini à pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi
tubuh yang salah. Sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-
bedah yang distandardisasi.

Rekomendasi :

- Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses


verifikasi prapembedahan

- Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur

- Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).


Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasi :

- Membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah

- Pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.


Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah
salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasi:

- Menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi
yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi

- Komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien
akan ditransfer atau dilepaskan.

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).


Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasi :

- Menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang
mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar),
dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan
& slang yang benar).

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.


Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.

Rekomendasi:

- Perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan

- Pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya


tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga
mereka mengenai penularan infeksi melalui darah.

- Praktek jarum sekali pakai yang aman.

9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi


Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah
ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.

Rekomendasi:

- Mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia


pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran

- Pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan


penggunaan tangan bersih ditempat kerja

- Pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan /


observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

———————————————————————————————————
———————

Laporan dari Inggris menyatakan ada beberapa faktor kegagalan sistemik yang menjadi
masalah dalam patient safety. Kegagalan sistem pelayanan kesehatan tersebut mencakup:
(1) ineffective systems and processes

(2) poor communication

(3) inadequate leadership/management

(4) dis-empowerment

(5) isolation

Dengan melihat masih buruknya sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, dapat diduga
bahwa kemungkinan kecelakaan di rumah sakit Indonesia menjadi lebih besar dibanding
negara maju, seperti Inggris.

Untuk membahas patient safety ini mari kita lihat dahulu kerangka konsep yang dipakai :

Kerangka Konsep 1:

Konsep Berwick dapat dilihat pada Gambar berikut

Dengan melihat Kerangka Konsep Berwick ini, maka usaha-usaha peningkatan mutu
pelayanan dapat dirinci secara sistematis, sebagai berikut.

Usaha di pasien dan masyarakat:

- Mengembangkan hubungan yang baik antara pasien dan klinisi

- Menjaga adanya rasa empati kepada pasien

- Melibatkan dan memberdayakan pasien dalam pelayanan kesehatan

Perbaikan proses mikro:

- Integrasi praktik, penetapan clinical pathways dalam sistem pelayanan kesehatan

- Penguatan alat pengambil keputusan bagi para klinisi.

Usaha di organisasi pelayanan kesehatan:

- Meningkatkan peran para klinisi termasuk clinical leadership dalam patient safety

- Memberdayakan dan mendukung staf sarana pelayanan kesehatan untuk menerapkan


patient safety dalam area kerja mereka

- Mengidentifikasi dan mengurangi risiko pelayanan kesehatan melalui sistem


koordinasi, pelaporan dan feedback yang efektif
- Mengatasi berbagai hambatan yang timbul dalam penerapan patient safety

- Mengembangkan diklat sarana pelayanan kesehatan dengan fokus kepada patient


safety dan peningkatan kinerja pelayanan klinik

- Menetapkan mekanisme untuk mengadopsi secara cepat dari hasil penelitian ke


praktik sehari-hari

- Melakukan komputerisasi instruksi pelayanan klinik untuk mengingatkan dan


memberikan sinyal

- Menggunakan tehnologi informasi termasuk e-health.

Usaha perbaikan lingkungan organisasi pelayanan kesehatan

- Mekanisme untuk mempelajari pengalaman dari berbagai pelayanan kesehatan dan


industri lain

- Sistem rujukan antara pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder dan tersier

- Mengembangkan sistem informasi berbasis web bagi kepentingan konsumen dan


sarana pelayanan kesehatan

- Memberikan materi dan motivasi patient safety dalam pendidikan dokter, perawat,
bidan, dan tenaga klinis lainnya

- Peningkatan peran lembaga atau institusi penilai mutu eksternal dari sarana pelayanan
kesehatan

- Adanya kontrol oleh lembaga pembiayaan pelayanan kesehatan.

Kerangka Konsep 2: Good Governance

Dengan menggunakan konsep good governance ada dua sistem pengendalian: (1) sistem
pengendalian mutu eksternal, dan (2) sistem pengendalian mutu internal. Dengan melihat
dua sistem pengendalian tersebut maka strategi pengembangan mutu lembaga pelayanan
kesehatan adalah menata peran dan tata hubungan antar “pemain atau aktor” di sektor
kesehatan dengan dasar good governance. Dalam penataan tersebut akan terlihat
pemegang fungsi kebijakan dan regulasi yang akan berfungsi sebagai pengendali
eksternal dengan ditambah peran dari masyarakat dan lembaga akreditasi atau pemberi
peringkat. Sementara itu, para pelaku usaha pelayanan kesehatan akan mempunyai sistem
pengendalian internal masing-masing.

Pengendali mutu eksternal:

- Dinas kesehatan dan departemen kesehatan.


- Badan akreditasi swasta, badan penilai mutu swasta seperti Badan Mutu
Pelayanan Kesehatan di DIY, dana Jamkessos

- Perusahaan asuransi kesehatan (PT Askes) yang mempunyai kepentingan dalam


mutu.

Peran ikatan profesi dalam patient safety adalah mengembangkan standar pelayanan
profesi sampai mengembangkan standar pendapatan profesi agar tidak terjadi kekacauan.
Sementara itu, masyarakat mengembangkan sistem kontrol masyarakat dengan berbagai
kegiatan termasuk adanya Yayasan Lembaga Konsumen Kesehatan. Kegiatan masyarakat
yang sering menimbulkan kegoncangan dalam sistem kesehatan adalah penggunaan
instrumen hukum pidana dan perdata untuk menjamin mutu pelayanan.

Pengawasan mutu secara internal dilakukan berdasar inovasi masing-masing di rumah


sakit dan kaidah-kaidah pelaku usaha yang baik. Sebagai pelaku usaha tentunya mereka
harus menjamin kegiatannya berbasis pada prinsip menjalankan usaha dengan baik.

Patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Para
pengambil kebijakan, memberi pelayanan kesehatan, dan konsumen menempatkan
keamanan sebagai prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupakan sesuatu yang
jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Isu mengenail patient safety
mulai muncul pada tahun 1950 dan berkembang luas menjadi opini karena liputan media
massa yang masif. Penelitian institute of medicine menjumpai 44.000 sampai 98.000
orang meninggal akibat medical error dan adverse event tindakan medis setiap tahunnya.
Kematian akibat tindakan medis merupakan penyebab kematian nomor 8 (lebih tinggi
dari kecelakaan lalu lintas, kanker payudara, AIDS), dan 16% lebih tinggi daripada
kematian akibat kerja.

Berbagai upaya telah diusahakan secara terus-menerus untuk mengurangi adverse event
akibat tindakan medis. Upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan patient safety
yaitu dengan: (1) pengembangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error,
atau adverse event, (2) penggunaan teknologi informasi, dan (3) upaya perubahan kultur
organisasi.

SDM yang tidak kompeten hanya merupakan 1% dari penyebab masalah. Sisanya, 99%,
adalah SDM yang kompeten yang berusaha melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi
melakukan kesalahan yang sederhana. Proses lah yang menyebabkan kesalahan tersebut
terjadi.

———————————————————————————————————
———————

ASPEK HUKUM DALAM PATIENT SAFETY

• SETIAP ORANG BERHAK MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN


(PASAL 28 H AYAT (1) UUD 1945 SETELAH AMANDEMEN)
• NEGARA BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENYEDIAAN FASILITAS
KESEHATAN YANG LAYAK [PASAL 34 AYAT (3) PERUBAHAN
KEEMPAT UUD 1945]

DIWUJUDKAN DALAM UPAYA KESEHATAN YANG DIATUR DALAM UU


NO.23/1992 TENTANG KESEHATAN (MELIPUTI : PROMOTIF, PREVENTIF,
KURATIF, REHABILITATIF)

• UU NO.29 THN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN


• UU NO 8 THN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
• KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NO.18/KK/KEP/2006
TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN YANG BAIK
DI INDONESIA

PERSI MEWUJUDKAN SUATU STANDAR KESELAMATAN PASIEN YG


DIADOPSI DARI “ HOSPITAL PATIENT SAFETY STANDARDS 2002”—–
PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (DEPKES,2006)

RUMAH SAKIT DAPAT MEMBUAT “HOSPITAL BY-LAWS”

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG


PERLINDUNGAN KONSUMEN :

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam UU ini yg dimaksud dgn:

1. Perlindungan Konsumen : segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum


untuk memberi perlindungan kepada konsumen
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
3. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan
bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan


keselamatan konsumen, serta kepastian hukum

Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak konsumen adalah:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5

Kewajiban konsumen adalah:


1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut
5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan
6. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian

DAFTAR PUSTAKA
http://adhikurniawan.wordpress.com/8/
http://hafidzf.wordpress.com/2010/02/20/patient-safety-keselamatan-pasien/

Anda mungkin juga menyukai