Anda di halaman 1dari 27

Blog ini

Di-link Dari Sini


selusuri
Blog ini

Di-link Dari Sini

selusuri

15 Januari 2010
SOP Rujukan Neonatus Dengan Asfiksia

1. NAMA PEKERJAAN
Rujukan Neonatus Dengan Asfiksia
2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksiaia
3. RUANG LINGKUP
Semua Neonatus dengan Aspexia yang akan dirujuk
4. KETERAMPILAN PETUGAS
Dokter dan Bidan yang akan merujuk Neonatus dengan Asfiksia
5. ALAT DAN BAHAN
5.1. Alat.
5.1.1. Selimut hangat/tebal yang bersih/popok serta kain penyeka muka.
5.1.2. Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.0 untuk bayi kurang
bulan
5.1.3. Penghisap lendir.slym dan penekan lidah : 1 set
5.1.4. Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
5.1.6. Timer ( jam tangan yang ada detiknya )
5.2. Bahan.
5.2.1. Oxygen, ventilasi dengan oxygen

6. INSTRUKSI KERJA
Neonatus yang mengalami asfiksia memerlukan penangan khusus oleh dokter,
selama proses merujuk petugas perlu melakukan tindakan sbb:
6.1. Penanganan Umum.
6.1.1. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang
hangat yang kering.
6.1.2. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
6.1.3. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah radiant – heater )
untuk resusitasi
6.1.4. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan
perawatan dan resusitasi
6.2. Resusitasi.
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan .
Indikator terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas
setelah bayi lahir.

6.3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi sebagai berikut :


Posisi bayi :
6.3.1. Terlentang
6.3.2. Kepala lurus dan sedikit terngadah / ekstensi ( posisi mencium bau )
6.3.3. Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada
6.3.4. Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu hidung, jika
terdapat darah/ meconium dimulut atau hidung, hisap segera untuk
menghindari aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam ditenggorokan, karena
dapat mengakibatkan turunnya rekuensi denyut jantung bayi atau bayi
berhenti bernafas.
6.3.5. Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.
6.3.6. Nilai kembali keadaan bayi :
- Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.
- Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.
6.4. Ventilasi bayi baru lahir.
6.4.1. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )
6.4.2. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
6.4.3. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
6.4.4. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
6.4.5. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya
balon.
6.5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada.
Pertahankan frekuensi ( sekitar 40 x / menit ) dan tekanan ( amati dada mudah
naik dan turun ).
6.5.1. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
6.5.2. Jika dada tidak naik :
Cek kembali dan koreksi posisi bayi
Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
Remas balon lebih kuat untuk mukus, darah / mekonium
6.6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas
spontan
6.6.1. Jika pernafasan normal ( frekwensi 30 – 60 x / menit ), tidak ada
tarikan dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
6.6.2. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai
nafas spontan terjadi.
6.7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit
setelah tangis berhenti.
6.7.1. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
6.7.2. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.
6.7.3. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen,
jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yangh dituju.
6.8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi :
6.8.1. Rujuk ke pelayanan yang dituju.
6.8.2. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika
diperlukan.
6.9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah
20 menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan
psikologis kepada keluarga.

7. INDIKATOR KERJA
Neonatus yang mengalami asfiksia mendapat penangan yang sesuai protab

8. DOKUMEN TERKAIT
8.1. Kartu Anak
8.2. Surat rujukan
8.3. Buku Rujukan
8.4. Buku KIA

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KASUS


ASFIKSIA NEONATORUM / BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS
SPONTAN

Posted by Ahmad Rapani on Rabu, Januari 27, 2010

LANDASAN TEORI
Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses
pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan satu persalinan dikatakan
berhasil apabila selain ibunya, maka bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang
optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih esensial dari asuhan
bayi baru lahir. Setelah bayi lahir esensilanya bayi akan menangis dengan spontan.
Apabila bayi lahir tidak menangis dapat terjadi beberapa faktor yaitu bayi mengalami
sumbatan jalan nafas karena lendir dan air ketuban atau juga dapat disebabkan karena
asfeksia neonatomm.

Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi barn lahir disebabkan oleh asfeksia yaitu
keadaan dimana bayi barn lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah
lahir. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna sehingga tindakan keperawatan untuk keperawatan dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi
(Sarwono, 2005).

ETIOLOGI
Sambutan pada jalan nafas diakibatkan atau dikarenakan oleh lendir dan air ketuban yang
menyumbat pada hidung, mulut dan tenggorokan halus langsung dilakukan pembersihan
jalan nafas agar bayi dapat bernafas dan menangis, setelah itu beri rangsang taktil bila
bayi tidak juga menangis, bila tidak menangis maka ditakutkan terjadi asfiksia yaitu
pengembangan paru BBL terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian
disusui dengan pernafasan teratur, bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan, oksigen dari ibu ke jari in maka akan terjadi aksifikasi neonatorium.
Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dan :

1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu, hal mi akan menimbulkan hipoksia jari in, hipoksia ibu dapat terjadi
karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgesic atau anastesi dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran 02 ke placenta dan ke jari in.

2. Faktor placenta
Solusio placenta dan perdarahan placenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbang, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara jari in dan jalan lahir.

4. Faktorneonatus
a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan jari in
b. Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya : perdarahan intra kranial
c. Kelainan congenital misalnya : hernia, diagfragmatika, atresia saluran pernafasan
hipoplasia pam,
(Hanifa Wiknjosastro — 1999)

Gejala dan tanda asfiksia neonatorum


a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap diikiuti dengan bayi lahir tidak menangis
spontan dan bernafas lamba;. (kflr’ang dan 30 x per menit)
b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran / retraksi (pelekukan dada)
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit biru atau pucat
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
f. Denyut jari tung tidak ada atau lambat (bradikardi) kurang dan 100 x/menit
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)
Tindakan pasca asfiksia neonatorum
Tindakan yang dikerjakan pada bayi yang lazim disebut resusitasi BB. Sebelum resusitasi
dikerjakan perlu di perhatikan bahwa:

1. Faktor waktu sangat penting


2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anaksia/hipoksia antenatal tidak diperbaiki,
tetapi kerusakan yang akan terjadi karena bisa anaksia/hipoksia pasca natal harus di
cegah dan di atasi.
3. Riwayat kehamilan dan pertus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
terjadinya depresi pernafasan BBL.
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang lakukan secara adekuat. (Hany,
Oxorn :1996)

Prinsip dasar resusitasi yang perlu di ingat


a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan
tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan
b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha
pernafasan lemah.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBL
d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di
tentukan secara adekuat.
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)

Penatalaksanaan Asfiksia
1. Langkah awal
a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat
untuk melakukan pertolongan.
b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi atau
mengganjal bahu bayi dengan kain)
c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas
dengan ketentuan sebagai berikut

1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru
pada hidung.
2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala
lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi
menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami
depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas
dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-
hati.
3) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap,
warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah
resusitasi.
2. Langkah resusitasi
a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup
muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka)
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,
kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.

d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam
tautan sungkup dan wajah.
f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung
pada ukuran balon resusitasi)
g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada
h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara
ruangan)
i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat
sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera
tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:

1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit
ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai
memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)
2) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60
detik kemudian lakukan penilaian ulang.
3) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan
kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.

4) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tersedia)
5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi.
6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan
warna kulit
7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas
pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung
bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal
(jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional
pada keluarga.
(Rachimhadi et al :1997)

4 Tinggalkan komentar:

Rizky2009 mengatakan...

lam kenal sob.... d tunggu baliknya

Kamis, 28 Januari, 2010

Rapani mengatakan...

SALAM KENL JUGA BOS BOS ADD JHA AKU DI FACEBOOK YA..

Jumat, 12 Februari, 2010

Anonim mengatakan...

Trims ya materi2nya sangat bermanfaat

Selasa, 23 Februari, 2010

Anonim mengatakan...

makasi y...
materi2ny bgus....

Sabtu, 01 Januari, 2011

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Subscribe!

Follow me!
PROMO FACEBOOK GRATIS Bersama Kami KLIK TOMBOL LIKE / SUKA

Live Chat On Yahoo! Messenger


Anda dapat Chating Menggunakan Yahoo! Messenger Dgn Admin Blog bila indikasi
menunjukkan Online
BLOG MY FRIEND

JIKA ANDA MENDOWNLOAD FILE DALAM BLOG INI DAN MINTA


PASSWORD SILHKAN HUBUNGI 082171081512

Guesbook
<a href="http://www.shoutmix.com/?loebis">View shoutbox</a>
Isi Kotak Chat Diatas
ASUHAN BAYI BARU LAHIR (BUKU ACUAN APN)

Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang asuhan yang diperlukan bagi bayi baru lahir (BBL).
Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut
merupakan proses pengeluaran hasil kehainilan (bayi), maka penatalaksanaan suatu
persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada
dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih
adalah bagian esensial dan asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85%-90%) persalinan
adalah normal, tetapi gangguan dalam kehainilan dan proses persalinan dapat
mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan
kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermia dan atau infeksi. Kesakitan
dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana
secara adekuat, dibarengi pula dengan penccgahan hipotermia dan infeksi.

Tujuan

Pada akhir bab ini, penolong persalinan akan dapat :

1. Menjelaskan dan rnemperagakan langkah-langkah esensial dan asuhan BBL


Asuhan Esensial Neonatal.
2. Menjelaskan tindakan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL.
3. Menjelaskan penilaian awal bayi baru lahir.
4. Menjelaskan alasan dan cara melakukan pencegahan kehilangan panas.
5. Menjelaskan teknik-teknik mengeringkan, menghangatkan dan rangsangan taktil
pada BBL.
6. Membahas alasan untuk menempatkan bayi bersama ibunya setiap saat.
7. Membahas alasan untuk memulai pemberian AST secara dini.
8. Menjelaskan posisi dan cara pemberian ASI yang tepat. (Cara pemberian itu
sudah rnenjelaskan teknik menyusui sehingga tidak perlu disebutkan cara
perlekatan karena bayi tidak melekat pada payudara melainkan menghisap puting
susu).
9. Menjelaskan perawatan payudara, gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI dan
mastitis.

10. Menjelaskan asuhan tali pusat yang tepat.

11. Menjelaskan bagaimana memberikan upaya profilaksis terhadap gangguan pada


mata.

12. Menjelaskan dan memperagakan prosedur Resusitasi pada BBL yang mengalarni
asfiksia.

13. Menjelaskan dan memperagakan langkah-langkah esensial inisiasi dan restorasi


pernapasan dengan ventilasi tekanan positif pada BBL yang mengalarni asfiksia.
14. Menjelaskan penatalaksanaan awal BBL jika terdapat pewarnaan mekonium pada
cairan ketuban.

15. Menjelaskan bagaimana cara mengenali masalah-masalah penyerta yang


memerlukan rujukan bagi hayi baru lahir.

Penatalaksanaan awal bayi baru lahir

Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal
sebagai Asuhan Esensial Neonatal yang meliputi:

• Persalinan bersih dan aman.


• Memulai/inisiasi pernapasan spontan.
• Stabilisasi temperatur tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat.
• ASI dini dan eksklusif.
• Pencegahan infeksi.
• Pemberian Imunisasi.

Persalinan bersih dan aman

Telah dibicarakan dalam bab-bab terdahulu, yang penting di sini agar selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan
atau indikasi yang tepat.

Memulai/inisiasi pernapasan spontan

Begitu bayi lahir segera dilakukan inisiasi pernapasan spontan dengan melakukan
penilaian awal, sebagai berikut:

• Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30
detik).
• Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk asuhan
bayi baru lahir (lihat Bab 1 mengenai pembahasan pengumpulan data dan
membuat keputusan klinik).
• Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau
menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut:

1. 1. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?


2. 2. Apakah bayi bernapas spontan?
3. 3. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
4. 4. Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup?
5. 5. Apakah ini kehainilan cukup bulan?

• Bila kelima pertanyaan tersebut jawabannya “Ya”, maka bayi dapat diberikan
kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional, kemudian di
lakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagai berikut:
o Keringkan bayi dengan kain/handuk yang bersih, kering dan hangat,
kemudian lingkupi tubuh bayi dengan kain/handuk kering dan hangat yang
lain.
o Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya. Tidak perlu dilakukan
penghisapan lendir.
o Hangatkan tubuh bayi (selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri
tutup kepala).
o Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional dan
pemberian ASI secara dini.
• Bila salah satu atau lebih pertanyaan tersebut jawabannya “Tidak”, maka segera
lakukan Langkah Awal Resusitasi Bayi Baru Lahir (lihat di bagian
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi di bagian selanjutnya dalam
bab ini).

• Rangsangan taktil

Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi
baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi
yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan. Jika
bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian
menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu
pernapasan (lihat di bagian Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi di
bagian selanjutnya dalam bab ini).

Stabilisasi temperatur tubuh bayi menjaga agar bayi tetap hangat

Pencegahan kehilangan panas

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan
mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat badan lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

Mekanisme kehilangan panas

Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

• Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah
bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi
setelah bayi dimandikan.

Gambar 4-1: Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir


Sumber: WHO/RHT/MSM/97-2.

• Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur
atau timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat
proses konduksi.
• Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruang
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga
dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
• Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda
yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dan temperatur tubuh bayi. Bayi
akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih
dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.

Upaya untuk mencegah kehilangan panas

Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :

• Keringkan bayi secara seksama.


• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
• Tutupi kepala bayi.
• Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
• Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Keringkan bayi secara seksama

Segera setelah lahir, segera keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah
kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. Hal ini
juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasan.

Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk atau kain
yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat, kering dan
bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut
mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan
suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering, segera
setelah prosedur tersebut selesai.

Tutupi kepala bayi

Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat kehilangan panas tubuh
jika bagian kepalanya tidak tertutup.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI

Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan
kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu untuk sesegera mungkin menyusukan
bayinya setelah lahir. Pemberian ASI, sebaiknya dimulai dalam waktu satu jam setelah
bayi lahir (lihat bagian pemberian ASI di bagian selanjutnya dalam bab ini).

Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

Karena bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh, (terutama jika tidak
berpakaian) sebelum melakukan penimbangan, selimuti tubuh bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Timbang selimut atau kain secara terpisah, kemudian kurangi
berat selimut atau kain tersebut dan total berat bayi saat memakai selimut tadi.

Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir

Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama kehidupannya dapat mengarah pada kondisi hipotermia
dan sangat membahayakan keselamatan bayi.

Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi


berikut:

• Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi. Waktu
tunggu menjadi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia.
• Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperatur tubuh bayi telah stabil
(temperatur aksila antara 36,5°C – 37,5°C). Jika temperatur tubuh bayi di bawah
36,5°C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan
tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak kulit
langsung ibu bayi kemudian selimuti keduanya. Tunda waktu untuk memandikan
bayi hingga temperatur tubuh bayi tetap stabil paling sedikit setelah satu jam
dilakukan observasi.
• Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernapasan.
• Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada
hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan
beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti bayi
setelah dimandikan.
• Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.
• Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.
• Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi
dengan baik (Bayi dibaringkan dalam dekapan ibunya dan diselimuti dengan
baik).
• Tempatkan bayi di tempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi harus
ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama
ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong
upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi.

Asuhan tali pusat

Mengikat tali pusat

Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil (lihat Bab 5), ikat atau
jepitkan (jika tersedia) klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

• Basuh tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
• Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
• Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
• Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
DTT atau klem plastik tali pusat atau potongan slang karet infus (DTT atau steril).
Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tersebut.
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali
pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di bagian tali pusat
pada sisi yang berlawanan.
• Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
• Selimuti kembali bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik.

Menangani tali pusat

• Jangan membungkus pusar atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan
apapun ke puntung tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan
apapun pada pusar bayi.
• Mengusapkan alkohol ataupun povidon iodin masih diperkenankan sepanjang
tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab.
• Beri nasehat pada ibu dan keluarganya sebelum penolong meninggalkan bayi:

- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

- Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan
sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.

- Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar menjadi
merah atau mengeluarkan nanah atau darah,
- Jika pusar menjadi merah atau rnengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi
tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara
lengkap.

Memulai pemberian ASI (menyusui)

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali
pusat di klem dan dipotong. Tenteramkan ibu bahwa penolong akan membantu ibu
menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi selesai dikerjakan.
Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk memulai pemberian ASI lebih awal.
Setelah semua prosedur yang diperlukan diselesaikan, ibu sudah bersih dan mengganti
baju, (lihat Bab 5) bantu ibu untuk rnenyusukan bayinya.

Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan

Memulai pemberian ASI secara dini akan :

• Merangsang produksi air susu ibu (ASI)


• Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada bayi, paling kuat
dalarn beberapa jam pertarna setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini
akan memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi.
• Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
• Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.
• Merangsang kontraksi uterus.

Pedoman umum untuk Ibu saat menyusui

• Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.


• Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu,
larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas
alasan-alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak cukup memiliki air susu
sehingga bayi memerlukan asupan susu buatan tambahan (Enkin, et al, 2000).
• Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
• Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam
(delapan kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan
perbolehkan untuk menyusui sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI.
Pastikan bahwa jumlah air susu ibu memadai (Enkin, et al, 2000). Yakinkan ibu dan
keluarganya bahwa kolostrum (susu selama beberapa hari pertama setelah kelahiran)
mernpunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mengandung semua unsur yang diperlukan oleh
bayi. Minta ibu untuk membiarkan bayinya menyusu tanpa henti sesuai dengan yang
diinginkannya. Pada saat bayi melepaskan puting susu, minta ibu untuk menawarkan
puting susu sebelahnya. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi waktu untuk bayi menyusu
akan mengurangi jumlah nutrisi yang seharusnya diterima oleh bayi dan akan
menurunkan produksi susunya (Enkin, et al, 2000). Anjurkan ibu untuk bertanya tentang
pemberian ASI dan berikan jawaban sejelas dan selengkap mungkin. Anjurkan ibu untuk
mencari pertolongan dan pemberi asuhan jika ada masalah dengan pemberian ASI.

Posisi yang tepat untuk menyusui

Posisi yang tepat untuk bayi, sangat penting dalam menjamin keberhasilan pemberian
ASI dan mencegah lecet atau retak pada puting susu (Enkin, et al, 2000). Periksa bahwa
ibu telah rneletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak dengan
ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama
jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia sangat muda.

Ingat bahwa ibu yang berpengalaman juga mungkin memerlukan bantuan


untuk memulai menyusukan bayi barunya.

Jelaskan pada ibu bagaimana memeluk bayi dan, mulai menyusukan bayinya

• Beritahukan pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka bayi
menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi di depan puting susu ibu.
Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi rnenghadap ke perut ibu. Ibu
harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya.
• Beritahukan pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak
siap untuk menghisap puting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah bila bayi
membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari sesuatu.
• Tunjukkan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan mulut
bayi pada puting susu.
• Beritahukan pada ibu untuk :

- Menyentuhkan bibir bayi dengan puting susunya.

- Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.

- Mendekatkan bayi dengan cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat
di bawah puting susu.

Nilai posisi menyentuhkan mulut bayi pada puting payudara dan caranya menghisap

Tanda-tanda bayi menempel dengan baik pada payudara adalah :

• Dagu menyentuh payudara ibu


• Mulut terbuka lebar
• Mulut bayi menutupi seluas mungkin areola (tidak hanya puting saja)
• Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar
• Bayi menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti
• Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan.

Perawatan payudara

Jelaskan pada ibu bagaimana merawat payudaranya :

• Jika posisi bayi tidak baik, minta ibu untuk berhenti menyusukan bayinya. Atur
ulang posisi bayi, dan kemudian teruskan pemberian ASI. Jika posisi bayi
terhadap payudara tidak benar maka bayi tidak akan menerima nutrisi yang cukup
dan puting susu ibu mungkin mengalami trauma.
• Minta ibu untuk memastikan bahwa ia menjaga puting susunya tetap bersih dan
kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya setelah menyusui.
Gunakan kain bersih dan kering ; minta ia dengan lembut mengeluarkan sedikit
ASI dan kemudian mengoleskannya ke puting susu. Hal ini dapat mencegah retak
dan lecet. Ibu harus membiarkan payudaranya kering oleh udara, sebelum
berpakaian.
• Yakinkan ibu bahwa jika puting susunya lecet dan retak, hal itu tidak akan memba
hayakan jika ibu terus memberikan ASI. Jika puting susu ibu lecet dan retak,
amati cara ibu saat menyusui, jika terjadi kesalahan, bantu ibu untuk memperbaiki
teknik pemberian ASI. Anjurkan ibu untuk melanjutkan perawatan payudara
seperti yang telah di. jelaskan sebelumnya.
• Bersama ibu dan keluarganya, kaji tanda dan gejala tersumbatnya saluran ASI
atau mastitis. Anjurkan ibu untuk mencari perawatan segera (tapi meneruskan
pemberian ASI) jika ia mengalami masalah dengan payudaranya.

Gangguan pada payudara dapat berupa :

- Bintik merah, garis atau bintik panas pada salah satu payudaranya

- Benjolan dengan rasa nyeri

- Temperatur tubuh lebih dan 38°C, perasaan yang umurnnya terjadi saat tidak enak
badan dan atau sakit.

Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru
lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini:

• Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
• Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap dari satu bayi ke
bayi yang lain.

• Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk
bayi, telah dalam keadaan bersih.
• Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-
benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaininasi, cuci, dan keringkan setiap kali setelah digunakan [ Bab 1]).

Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata

Bayi bisa diberi ASI dan “bertemu” dengan ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan
tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat 1%) atau salep (salep tetrasiklin % atau salep
mata eritroinisin 0,5%). Tetes mata atau salep antibiotika tersebut harus diberikan
dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan
pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam satu jam pertama kehidupannya.

Teknik pemberian profilaksis mata

• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.


• Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka
bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayinya.
• Berikan salep atau tetes mata dalam satu garis lurus, mulai dan sudut medial mata
(dekat hidung bayi) menuju ke sudut lateral mata (dekat telinga bayi).
• Pastikan ujung mulut tabung salep atau tabung penetes tidak menyentuh mata
bayi.
• Jangan menghapus salep atau tetes mata dan mata bayi dan minta agar
keluarganya tidak rnenghapus obat tersebut.
Ingat :

• Nilai bayi dalam waktu beberapa detik dari 30 detik pertama kehidupannya
dengan menjawab lima pertanyaan pada penilaian awal, bila salah satu jawaban
“tidak” lakukan langkah awal resusitasi.
• Cuci tangan setiap kali sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
• Gunakan perlengkapan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
• Jangan menghisap lendir bayi secara rutin.
• Keringkan dan berikan rangsangan pada bayi segera setelah lahir.
• Ganti handuk basah dengan selimut atau kain bersih dan kering.
• Tunda untuk menimbang bayi selama beberapa jam, jaga agar bayi tetap
diselimuti dengan baik selama ditimbang.
• Tunggu sedikinya 6 jam setalah lahir, sebelum bayi dimandikan.
• Jaga agar tubuh dan kepala bayi terselimuti dengan baik, setiap saat.
• Anjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
kehidupannya.
• Anjurkan ibu untuk menempatkan bayinya di tempat tidur yang sama.
• Berikan asuhan tali pusat.
• Berikan profilaksis mata dalam satu jam setelah kelahiran.

• Berikan profilaksis mata dalam satu jam setelah kelahiran.

Penata bayi baru lahir dengan komplikasi

Jika bayi menunjukkan tanda penyulit pada saat penilaian awal. (bayi tidak bernapas
secara spontan, atau napas megap-megap atau kulit bayi berwarna biru atau pucat)
berarti bayi mengalami asfiksia, maka segera lakukan Langkah Awal Prosedur
Resusitasi bayi baru lahir. Dalam menyambut setiap kelahiran, lakukan persiapan
peralatan dan prosedur gawat darurat bayi baru lahir (lihat daftar titik perlengkapan dan
bahan-bahan yang esensial pada lampiran B-1).

Asfiksia

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan
dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir
dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi kemudian
mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder).

Gejala dan tanda asfiksia adalah :

• Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dan 30
kali per menit).
• Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
• Tangisan lemah atau merintih.
• Warna kulit pucat atau biru.
• Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
• Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per
menit).

Semua bayi yang menunjukkan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan


perhatian segera.

Penatalaksanaan Asfiksia

Penatalaksanaan asfiksia terdiri dan:

1. Langkah Awal
2. Langkah Resusitasi

Langkah Awal

• Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan


hangat untuk melakukan pertolongan.
• Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
• Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.

Keterangan

Cara inembersihkan jalan napas bayi

* Membersihkan jalan napas dengan ketentuan sebagai berikut:

- Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru
pada hidung.

- Bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir setelah kepala
lahir, (berhenti sebentar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi
menangis, napas teratur, lakukan asuhan bayi baru lahir normal. Bila bayi mengalami
depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk mernbersihkan jalan napas
dengan jalan membuka mulut lebih lebar dan menghisap lendir di mulut lebih dalam
secara hati-hati.

* Menilai bayi dengan melihat usaha napas, denyut jantung dan warna kulitnya

- Bila bayi menangis, atau sudah bernapas dengan teratur, warna kulit kemerahan,
lakukan asuhan bayi baru lahir normal.

- Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat, denyut
jantung kurang dan 100 kali per menit, lanjutkan langkah resusitasi dengan melakukan
ventilasi tekanan positif.
(Selanjutnya lihat Langkah Resusitasi)

• Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk melingkupi tubuh bayi sambil melakukan
rangsangan taktil.
• Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha bernapas,
frekuensi denyu jantung dan warna kulit.

Keterangan

Cara Memposisikan bayi dan Membersihkan jalan napas bayi

Memposisikan bayl dan inenibersihkan jalan napas bayi

* Posisikan bayi untuk berbaring pada punggungnya atau miring dengan kepala/leher
sedikit diekstensikan agar jalan napasnya terbuka dan memudahkan aliran udara.
Hindarkan hiperekstensi kepala, atau menekuk kepala ke arah dada karena kedua perasat
(manuver) ini dapat menghalangi jalan napas bayi. (Jika belum dilakukan, klem dan
potong tali pusat untuk memudahkan pengaturan posisi seperti yang di inginkan).

• Gunakan pengisap lendir De Lee yang telah diproses hingga tahap disinfeksi
tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk
rnenghisap lendir di mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut. Hisap
mulut terlebih dulu untuk memastikan tidak ada sesuatu yang dapat teraspirasi
oleh bayi saat hidungnya dihisap. Jangan menghisap jalan napas dengan kuat
atau terlalu dalam karena hal ini dapat menyebabkan jantung bayi
melambat atau bayi berhenti bernapas (Enkin, et al, 2000). Penghisapan lendir
secara hati-hati akan membersihkan cairan dan lendir dari jalan napas dan dapat
merangsang bayi untuk mulai bernapas. (Jika bayi tidak mulai bernapas, lihat
diagram alur 4-1 Memulai Pernapasan pada Bayi Baru Lahir).

Rangsangan taktil

Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas secara memadai (setelah tubuhnya dikeringkan
dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara singkat. Pada saat melakukan
rangsangan taktil, pastikan bahwa bayi diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan
napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati
sebagai berikut :

• Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau
dua kali.
• Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).

Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar dapat
membahayakan bayi sehingga tidak lagi dilakukan pada bayi baru lahir (lihat Tabel 4-1).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak berlangsung
lebih dan 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses tersebut selesai. Jika bayi
terus mengalami kesulitan bernapas, segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi
(lihat Diagram Alur 4-1 Memulai Pernapasan pada Bayi Baru Lahir). Meneruskan
rangsangan pada bayi yang tidak memberi respons untuk bernapas hanya akan
membuang waktu yang berharga untuk melakukan tindakan lanjut di fasilitas kesehatan
rujukan, membahayakan kesehatan dan kenyamanan bayi.

Rangsangan yang kasar, keras atan terus menerus, tidak akan banyak menolong
dan malahan dapat membahayakan bayi.

Tabel 4-1: Bentuk rangsangan taktil yang harus dihindari

Bentuk rangsangan taktil yang tidak boleh dilakukan Bahaya / resiko


Menepuk bokong Trauma dan luka
Meremas rongga dada Fraktur

Pneumotoraks

Gawat napas

Kematian
Menekankan kedua paha bayi ke perutnya Ruptura hati atau hmpa

Perdarahan di dalam
Mendilatasi sfingter ani Sfingter ani robek
Menempelkan kompres panas atau dingin atau menempatkan Hipotermia
bayi di air panas atau dingin
Hipertermia

Luka bakar
Mengguncang bayi Kerusakan otak
Menlupkan oksigen atau udara dingin ke tubuh bayi Hipotermia

Suinber: Rachimhadhi et al, 1997 ; American Academy of Pediatrics, 2000

Langkah Resusitasi

1. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau pucat,
denyut jantung kurang dan 100 kali per menit, lakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi tekanan positif.
2. Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan
sungkup muka).
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi.
4. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian
atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
5. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah
tengadah (sedikit ekstensi).
6. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
7. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan (tergantung
pada ukuran balon resusitasi).
8. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada.
9. Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara
ruangan).

10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan tekanan yang
tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.

11. Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.

12. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.

13. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik : kemudian lakukan penilaian
segera tentang upaya bernapas spontan dan warna kulit :

* Bila frekuensi napas normal (30-60 kali per menit), hentikan ventilasi, lakukan
kontak kulit ibu – bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir (menjaga bayi tetap
hangat, mulai pemberian ASI dini dan pencegahan infeksi dan imunisasi).

* Bila bayi belum bernapas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60
detik, kemudian lakukan penilaian ulang.

* Bila frekuensi napas menjadi normal (30-60 kali per menit), hentikan ventilasi,
lakukan kontak kulit ibu – bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir.

* Bila bayi bernapas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tersedia).

* Bila bayi masih tidak bernapas, megap-megap teruskan bantuan pernapasan dengan
ventilasi.

* Lakukan penilaian setiap 30 detik, dengan menilai usaha bernapas, denyut jantung
dan warna kulit.

* Jika bayi tidak bernapas secara teratur setelah ventilasi selama 2-3 menit, rujuk ke
fasilitas pelayan Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
* Jika tidak ada napas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekuensi denyut jantung
bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal
(jelaskan pada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional
pada keluarga.

Memasang Pipa Lambung

Indikasi

Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama (beberapa menit) dan
bila perut bayi kelihatan membuncit, maka harus dilakukan pemasangan pipa lambung
dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari orofarings dapat masuk ke dalam
esofagus dan lambung yang kemudian menyebabkan :

1. Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma sehingga
menghalangi paru-paru untuk berkembang.
2. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung dan mungkin
dapat terjadi aspirasi.
3. Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan diafragma tertekan.

Perawatan Pascaresusitasi

• Setelah prosedur resusitasi berhasil, maka segera lakukan asuhan bayi normal
dengan jalan :

- Menjaga bayi tetap hangat, lakukan kontak kulit ibu – bayi.

- Lakukan pemberian ASI sedini mungkin.

- Pencegahan infeksi dan imunisasi.

Jika terjadi kesulitan bernapas : frekuensi napas > 60 kali per menit, atau < 30 kali per
menit atau, terjadi sianosis sentral atau retraksi dada, merintih, segera tentukan
klasifikasi masalah bayi dengan gangguan napas, kemudian segera dirujuk.

Tindakan Pascaresusitasi

1. Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sckali pakai (disposable) ke


dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor.
2. Untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang :

* Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit (dekontaininasi).

* Cuci dengan deterjen dan air bersih yang mengalir.


* Gunakan semprit untuk membilas kateter/pipa.

* Rebus atau disinfeksi secara kimiawi.

1. Lepaskan katup dan sungkup, periksa apakah ada yang robek atau retak.
2. Cuci katup dan sungkup dengan deterjen dan air, periksa apakah ada kerusakan,
kemudian lakukan pembilasan dan keringkan.
3. Pilih salah satu cara sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi :

* Sterilisasi dengan Autokiaf (Autoclave):

- Suhu 120°C, selama 30 menit bila dibungkus, 20 menit bila tidak dibungkus.

* DTT dengan :

- Merebus/kukus selama 20 menit dihitung sejak air mendidih

- Rendam dalam larutan kimiawi (klorin 0,1% atau cidex) selama 20 menit

1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan dengan kain bersih
dan kering atau keringkan dengan udara.
2. Setelah disinfeksi kimiawi, bilas seluruh alat dengan air bersih dan biarkan kering
dengan udara.
3. Pasang kembali balon.
4. Lakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa balon tetap berfungsi :

- Tutup jalan udara keluar dengan telapak tangan dan amati apakah balon akan
mengembang kembali bila tahanan pada jalan udara dilepaskan.

- Ulangi percobaan tersebut dengan memakai sungkup yang sudah dipasang pada
balon.

Catatan Medik

Catat hal-hal di bawah ini dengan rinci

• Kondisi bayi saat lahir.


• Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernapasan.
• Waktu antara lahir dengan mulainya pernapasan.
• Pengamatan secara klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi.
• Hasil tindakan resusitasi.
• Bila tindakan resusitasi gagal, cari penyebab kegagalan tindakan tersebut.
• Nama-nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan.

Mekonium pada cairan ketuban


Komplikasi lain yang sering ditemui dan membahayakan kesehatan bayi baru lahir adalah
terdapatnya mekonium pada cairan ketuban. Sangat sulit untuk memperkirakan dengan
tepat kapan terjadinya pengeluaran mekonium. Untuk itu penolong harus selalu siap
terhadap adanya mekonium dalam cairan ketuban pada setiap kelahiran. Mekonium
dalam cairan ketuban merupakan indikasi adanya gangguan pada bayi yang berkaitan
dengan masalah intrauterin ataupun gangguan pernapasan karena aspirasi mekonium
setelah bayi lahir. Amati bayi secara cermat terhadap tanda-tanda adanya penyulit setelah
bayi dilahirkan. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, segera ikuti langkah-langkah
penatalaksanaan asfiksia yang dibahas di awal bab ini.

Bila terdapat mekonium dalam cairan ketuban, petugas yang menolong persalinan harus
bertindak proaktif, dengan jalan menghisap cairan dari mulut dan hidung bayi sebelum
melahirkan bahu. Setelah bahu dan badan bayi lahir seluruhnya, segera dilakukan
langkah awal prosedur resusitasi hingga tahap penilaian bayi.

Selanjutnya lihat Diagram 4.2 di bawah ini :

Diagram 4-2 : Bagan bayi dengan air ketuban bercampur mekonium

Anda mungkin juga menyukai