NIM : 100342400939
Off : G/BIOLOGI
Hidup saya ibarat kubus, memiliki enam sisi yang berukuran sama yakni
persegi. Keenam persegi itu saling bertolak belakang, dan oleh karenanya, saya
tidak bisa melihat kesemuanya sekaligus pada saat yang sama. Maksimal tiga sisi.
Meski pada saat yang sama saya tidak bisa melihat tiga sisi yang lain, saya sangat
yakin bahwa tiga sisi sisanya adalah persegi juga karena saya percaya dan yakin
bahwa benda ini adalah kubus. Inilah prinsip dasar untuk memahami suatu konsep
atau prinsip, bahwa dengan saya tahu fundamental atau kerangka dasar dari suatu
benda, saya akan bisa melihat jauh bagaimana aplikasinya dalam hal-hal yang
lebih kompleks.
Andaikan keenam sisi kubus di bawah ini memiliki warna yang berbeda-
beda. Merah, kuning, putih, hijau, biru dan hitam. Saat ini saya hanya bisa melihat
warna hijau, biru dan merah.
“Melihat“
Meski sudah disebutkan keenam warnanya satu per satu, namun tetap saja
sebagian orang tetap ingin melihat keenam sisinya satu per satu. Seakan-akan
hendak memastikan keenam warnanya sesuai dengan yang disebutkan. Jika tidak,
maka mereka akan keheranan dan sambil berkomentar kalau ini salah warna atau
salah cetak.
“Memahami“
Bagi beberapa orang yang lain, mereka merasa tidak perlu lagi melihat
ketiga warna yang lain, bahkan mungkin bukan hal aneh bila tidak melihat kubus
itu sama sekali. Itu bukan semata-mata karena yakin 100% warna sisanya adalah
kuning, putih dan hitam. Sekalipun sisanya bukan tiga warna itu, bukan masalah
jika diganti warna yang lain. Kenapa? Karena intinya bukan pada warna apa saja,
tetapi pada variasi warna yang ada, di mana di setiap sisi terdapat satu jenis
warna.
Ketika saya kuliah sekarang, banyak orang bertanya apa gunanya saya
belajar ini dan itu. Semua ilmu yang didipelajari, paling tidak, pasti ada gunanya.
Kalau tidak, mana mungkin bisa dijual. Tinggal pertanyaannya, apakah saya tahu
cara menjual kembali ilmu-ilmu tersebut. Saya rasa, ilmu-ilmu yang telah saya
pelajari dalam hidup ini bukanlah untuk dijual kembali, namun lebih kepada
bagaimana saya membuat ilmu itu menjadi berguna untuk saya dan juga orang
lain tanpa harus menjualnya.
Saya meyakini bahwa saya adalah keturunan dari Nabi Adam dan Siti
Hawa. Saya berasal dari tanah. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia
secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al
Mu’minuun (23) : 12-14).
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama
itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah
beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
III. Aksiologis : Kemana akhir segala hidup saya dan apa tujuan hidup
saya?