Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan proses penyerapan informasi dan akan berpengaruh

positif terhadap kreatifitas seseorang. Membaca pada hakikatnya adalah

menyebarkan gagasan dan upaya yang kreatif. Siklus membaca sebenarnya

merupakan siklus mengalirnya IDE pengarang ke dalam diri pembaca yang pada

gilirannya akan mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui buku atau rekaman

informasi lain.

Membaca memiliki manfaat dan makna. Dengan banyak membaca, kita akan

memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Begitu pentingnya

membaca bagi siswa sehingga masyarakat yang mempunyai peradaban maju

adalah masyarakat yang gemar untuk mengetahui sesuatu dengan membaca

kemudian menuliskan pengetahuanya.

Minat sering disebut juga sebagai” interest “. Minat merupakan gambaran sifat

dan sikap ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan


kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu dan keinginan yang kuat untuk

melakukuan sesuatu.minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat dipengaruhi

oleh bakat. Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi

kebiasaan. Melakukan sesuatu dengan terpaksa atau karena kewajiban walau

dikerjakan dengan baik belum tentu menunjukkan minat yang baik, seperti

membaca buku teks pelajaran.

Masyarakat Indonesia tampaknya masih mempunyai kecenderungan menjadi

masyarakat oral ( lisan ). Masyarakat yang suka bicara, bercerita dimana dan

kapan saja, belum masyarakat yang membaca, apalagi masyarakat yang menulis.

Maka sekarang inilah kita perlu mengubah kebiasaan berbicara kita menjadi

kebiasaan membaca dan menulis.berapa menitkah setiap hari kita membaca ? apa

yang kit abaca, Koran lokal, Koran Nasional, Tabloid, atau buku?.

Anita Lie menunjukkan penelitian di Amerika Serikat yang hasilnya : 62 %


populasi dewasa membaca Koran harian, 67 % populasi dewasa membaca Koran
minggu, setiap Koran dari 62 juta yang dijual per hari dibaca oleh rata-rata dua
orang, dan setiap pembaca meluangkan 62 menit untuk membaca Koran minggu
dan 45 menit Koran harian.

Pendapat, orang yang mampu membaca dan menulis akan baik jika berbicara,
tetapi suka berbicara belum tentu pembaca dan penulis yang baik. Pembaca yang
baik belum tentu penulis yang baik, tetapi penulis yang baik tentu sebagai
pembaca yang baik. Keterampilan berbicara, membaca, dan menulis sangat erat
kaitannya. Hanya sayangnya mengapa kita suka berbicara ? oleh karena itu perlu
pembinaan minat baca. Dengan pembinaan minat baca diharapakan adanya
perubahan budaya yang mendasar pada masyarakat.
Faktor – Faktor Yang Dapat Meningkatkan Minat Baca Siswa

Untuk membina dan mengembangkan minat baca siswa tidak bisa terlepas dari
pembinaan dan kemampuan membaca siswa, sebab seperti telah dijelaskan bahwa
untuk menjadi orang yang minat tentunya harus mempu membaca. Tanpa
memiliki kemampuan membaca tidak mungkin merasa senang membaca. Sudah
barang tentu pembinaan kemampuan membaca dalam rangka pembinaan dan
pengeembangan minat baca siswa akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan
sekolahannya. Semakin tinggi tingkat sekolah maka semakin ringan pula
pembinaannya, semakin tinggi tingkatan sekolah seseorang akan lebih mampu
membaca.

Dalam rangka pengembangan misi perpustakaan, guru, pustakawan selaku


pengelola perpustakaan sekolah berusaha semaksimal mungkin membina
kemampuan membaca siswa sehingga pada diri mereka tumbuh rasa senang
membaca. Untuk dapat membina kemapuan membaca siswa, guru, pustakawan
harus benar-benar memahami seluk beluk membaca, seperti prinsip-prinsip
membaca, karakteristik membaca yang baik, kesiapan membaca, cara-cara
memotivasi siswa agar senang membaca dan sebagainya. Semua ini tidak hanya
dipahami tetapi yang lebih penting adalah diamalkan secara nyata dalam kegiatan
pembinaan dan pengembangan minat baca siswa .

prinsip membaca adalah :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Membaca merupakan proses berpikir


yang kompleks.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Kemampuan membaca tiap siswa


berbeda-beda.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pembinaan kemampuan membaca


atas dasar evaluasi.
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Membaca harus menjadi pengalaman
yang memuaskan.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Kemahiran membaca perlu adanya


latihan yang continue.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Evaluasi yang continue dan


komprehensif merupakan batu loncatan

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->pembinaan minat baca.

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Membaca yang baik merupakan


syarat mutlak keberhasilan belajar

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Ada bebrapa karekteristik yang baik


yaitu :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->adanya tujuan yang ditetapkan


sebelum membaca.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Selama kegiatan membaca


berlangsung selalu menerpakan teknikteknik dan keterampilan-
keterampilan membaca dengan harapan semakin lama semakin mahir
dalam membaca

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Mampu menafsirkan peta-peta,


gambar-gambar, daftar-daftar

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Mampu menggunakan alat-alat


penunjuk penulusuran buku-buku

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Seseorang yang membaca harus


mempunyai latar belakanng pemahanan sehingga dapat lebih mudah
dimengerti apa yang sedang dibacanya
<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Seseorang pembaca yang baik
membentuk sikap-sikap tertentu sebagai pemahaman terhadap apa yang
sedang dibaca.

Faktor Pendukung

Pembinaan dan pengembangan minat baca siswa tidak terlepas dari

pembinaan kemampuansiswa dalam membaca, sebab untuk menjadi orang


yang

minat tentu harus mampu membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca


tidak

mungkin merasa senang membaca.

Ada faktor – faktor yang mendukung pembinaan minat baca :

1. Secara alamiah orang beragama mempunyai kitab suci yang harus dibaca,

2. Orang yang berpendidikan sudah relative banyak,

3. Bahan bacaan sudah relative tersedia,

4. Perpustakaan sudah mulai berkembang,

5. Perhatian pemerintah sudah ada walau belum memadai,

6. Faktor transportasi, komunikasi, informasi dan iptek relative baik.

Faktor Penghambat

Rendahnya minat baca dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

1. Belum banyak dirasakan manfaat langsung dari membaca


2. Bahan bacaan belum merata

3. Pembinaan perpustakaan belum merata

4. Pemajuan tekhnologi lebih menarik perhatian

5. Daya beli kurang

Pembinaan

Pelaku pembinaan minat baca adalah semua orang, tetapi yang sangat diharapkan

adalah :

1. Orang tua

2. Sekolah

3. Perpustakaan

4. Pemerintah ( Instansi terkait )

5. Penerbit, pengarang, percetakan, dsb

Pembinaan Minat Baca

Pembinaan minat baca dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan,

memilih, dan menyediakan bahan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan usia

dan perkembangan jiwa. Beberapa petunjuk memilih bahan bacaan sesuai dengan

usia :

Usia Sekolah Lanjutan


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Buku yang menunjang pelajaran,
majalah ringan, majalah ilmiah popular, majalah umum.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Novel Hiburan

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Novel Fiksi Ilmiah

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Novel serius

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Pengetahuan umum

Pembinaan Cara Membaca

Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu cepat, seperti seorang yang berlari
menuju garis finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya,ternyata kecepatan
membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya perlu
memperlambat atau bahkan berhenti sebentar, lalu cepat lagi. Kecepatan membaca
sebenarnya tergantung pada tujuan membaca.

Soedarso menyatakan bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering
dilakukan sampai kita dewasa ketika membaca yaitu :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Vokalisasi

Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena


mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Gerakan bibir

Menggerakkan bibir atau komat kamit seaktu membaca, sekalipun tidak


mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan
membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari
kecepatan membaca diam.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Menunjuk dengan jari


Untuk menjaga-jaga agar tidak ada kata-kata yang terlewati maka kita
melakukan dengan bantuan jari atau pensil menunjuk kata demi kata. Cara
tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan karena tidak memberi
kepercayaan kepada mata dan otak.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Regresi

Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca
itu menghambat serius dalam membaca.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Subvokalisasi

Melafalkan dalam batin / pikiran kata-kata yang dibaca juga dilakukan oleh
pembaca yang kecepatannya tinggi. Untuk menghilangkan subvokalisasi
memang tidak mungkin, tetapi masih dapat diusahakan dengan memperlebar
jangkauan mata sehingga satu fiksasi ( pandangan mata ) dapat menangkap
beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada
melafalkannya. Kita harus sadar bahwa yang penting dalam membaca

adalah menangkap ide, bukan mengingat atau menekuni symbol-simbol


yang tercetak itu.

Kiat Meningkatkan Minat Baca Siswa

Ada banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat

baca siswa, antara lain :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Memperkenalkan buku-buku

Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru
pustakawan.
Buku yang diperkenalkan dapat buku fiksi dan non fiksi. Buku yang
diperkenalkan biasanya buku yang baru, menarik dan dapat ditunjukkan
secara langsung, misalnya Harry Potter, Bangku kosong, majalah Info,
menuju surga.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]--> Memperkenalkan hasil karya sastrawan

satrawan tenar di Indonesia banyak sekali, misalnya Umar Kayam, Y.B.


Mangun Wijaya, Rendra, Kahlil Gibran, Mira W, dll. Dengan
memperkenalkan para tokoh dan karyanya serta proses kreatifnya akan
mendorong siswa untuk mengenalnya.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]--> Displey Referensi

Display biasanya digunakan untuk mempromosikan buku yang baru, maka

perlu penataan yang menarik agar para siswa mempunyai keinginan untuk

segera membacanya.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Pameran buku

Pameran buku dapat dilaksanakan dengan bekerjasama dengan totok buku

atau penerbit. Dengan memberikan potongan harga, diharapkan siswa

tertarik untuk membaca atau membelinya.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]--> Majalah dinding

Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana

untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat

menjadi media kelas dan sekolah.


<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Melaksanakan program wajib belajar

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Mengadakan lomba minat baca,


misalnya lomba menulis resensi, lomba menulis puisi, lomba menulis karya
tulis.

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Memilih siswa teladan membaca buku


paling banyak

<!--[if !supportLists]-->i. <!--[endif]-->Mengadakan kuis

<!--[if !supportLists]-->j. <!--[endif]-->Pemutaran film, video, CD di


perpustakaan

<!--[if !supportLists]-->k. <!--[endif]-->Memberikan bimbingan membaca dll.

Merangsang siswa berkunjung ke perpustakaan sekolah memang tidak mudah.


Lebih dulu harus ditumbuhkan minat baca anak. Untuk itu, mulailah kebiasaan
membaca dari rumah.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah menumbuhkan minat baca


pada siswa. Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) Hanna
Latuputty menyebutkan minat membaca pada anak seharusnya diawali dari
rumah.

Malah ada yang bilang minat baca itu seharusnya sudah dimulai sejak dari
kandungan, ujar Hanna saat memberikan materi dalam seminar Kolaborasi Guru
dan Pustakawan dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Islam Al-Ikhlas,
Cipete, Jakarta Selatan, Minggu (9/9).

Kalau orangtuanya sudah rajin membaca, pasti anaknya akan suka pula untuk
membaca. Karena itu, untuk menumbuhkan minat baca, menurut Hanna, bukan
dibebankan pada sekolah saja.

Tetapi semuanya harus bertanggungjawab, ya sekolah, orangtua dan pemerintah,


katanya.

Konsultan pendidikan dan penulis Agus Listiyono mengakui memang tidak


mudah untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Tetapi kita sebagai guru harus
bisa memotivasi anak agar mempunyai minat untuk membaca.
Menurutnya, untuk menumbuhkan minat baca pada siswa memang pada awalnya
sangat sulit. Pengalaman saya, untuk menumbuhkan minat baca, siswa dapat
diajarkan untuk membaca tenang.

Caranya, pada waktu yang sama seluruh siswa diajarkan untuk membaca buku
tanpa bersuara. Waktunya ditentukan, yaitu sepuluh menit. Awalnya, memang
anak tidak akan menikmatinya dan belum tiga menit sudah minta berhenti.

Namun, jangan menyerah, kata Agus. Teruskan cara tersebut, sehingga anak-anak
menjadi terbiasa. Dan memang setelah beberapa lama, anak-anak mulai terbiasa
dan akhirnya menganggap waktu sepuluh menit itu kurang.

Kini kondisinya terbalik. Justru, mereka yang minta agar waktunya diperpanjang,
ujarnya.

Senada dengan itu, guru dan pustakawan SPH Lippo Cikarang Ratna Tan
mengatakan metode membaca tenang ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan
anak untuk belajar serius di kelas.

Dengan membaca tenang 15 menit dapat membuat anak lebih berkonsentrasi


untuk menerima pelajaran selanjutnya, ujarnya.

Setelah istirahat, biasanya anak masih gaduh dan belum siap untuk belajar, jalan
terbaiknya adalah dengan menyuruhnya membaca tenang. Dengan metode ini,
suasana yang sebelumnya gaduh akan berganti menjadi tenang. Bukan hanya itu,
anak pun akan lebih berkonsentrasi untuk menerima pelajaran selanjutnya,
Imbuhnya.

Lantas, bagaimana untuk mendorong anak didik berkunjung ke perpustakaan.


Menurut Ratna, salah satu caranya dengan membuat perpustakaan itu menarik
untuk dikunjungi.

Selama ini, kesan di masyarakat bahwa perpustakaan itu terdiri dari rak-rak buku
yang kotor dan berdebu. Kesannya juga perpustakaan itu gelap dan suram. Untuk
mengubah kesan tersebut, Ratna mencontohkan, perpustakaan dapat saja
berbenah. Artinya, warnanya mungkin dibuat lebih cerah dengan pencahayaan
yang lebih terang.

Tidak hanya itu, agar menarik minat siswa membaca, mungkin buku-bukunya
juga ditambah dan selalu aktual.

Tidak ada salahnya bila di perpustakaan tersebut disediakan majalah remaja,


dengan begitu mereka terbiasa dan akhirnya mau untuk membaca buku-buku
lainnya.

Selain itu, tuturnya, agar siswa mau ke perpustakaan, juru kepustakaan pun harus
mau inovatif dengan mendekati guru kelas.

Juru kepustakaan harus bisa mendekati gurunya, menanyakan apa yang mereka
butuhkan dan sediakan buku yang mereka inginkan, ujar Ratna.

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN PEMNAFAATAN


PERPUSTAKAAN SEKOLAH MATA PELAJARAN IPS – EKONOMI
SISWA KELAS X SMAN 2 KOTA BIMA

Membaca merupakan proses penyerapan informasi dan akan berpengaruh positif


terhadap kreatifitas seseorang. Membaca pada hakikatnya adalah menyebarkan
gagasan dan upaya yang kreatif. Siklus membaca sebenarnya merupakan siklus
mengalirnya IDE pengarang ke dalam diri pembaca yang pada gilirannya akan
mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui buku atau rekaman informasi lain.
Membaca memiliki manfaat dan makna. Dengan banyak membaca, kita akan
memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Begitu penting nya
membaca bagi siswa sehingga masyarakat yang mempunyai peradaban maju
adalah masyarakat yang gemar untuk mengetahui sesuatu dengan membaca
kemudian menuliskan penetahuanya.
Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono dkk, 1989:583)
minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan secara
istilah menurut Crow and Crow sebagaimana disebutkan dalam Sulistyono
(1992:4), “minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang
menaruh perhatian terhadap seseorang, sesuatu objek atau aktivitas tertentu”.
Minat baca harus dipupuk sejak dini, dalam hal ini perpustakaan sekolah sangat
berperan dalam menumbuh kembangkan minat untuk membaca buku. Sebenarnya
banyak cara untuk meningkatkan minat baca siswa dengan berbagai macam
kegiatan yang rekreatif dan mendidik antara lain:
1. membuat mading,
2. tersedianya tempat koran, sebagai media rekreatif setelah siswa penat dengan
pelajaran sehari-hari sehingga media koran/surat kabar dapat dijadikan sebagai
alternatif media belajar dan ilmu pengetahuan
3. mengadakan lomba sinopsis, dengan membuat sinopsis sebenarnya siswa
diajarkan untuk menangkan gagasan ke dalam sebuah tulisan
4. membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan, misalnya setiap hari rabu kelas 5
dan 6 diwajibkan berkunjung ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dalam hal ini pustakawan berperan aktif sebagai pustakawan
referens. Jika, siswa ada yang bertanya tentang referensi sebuah mata pelajaran.
5. mewajibkan semua siswa, guru, dan karyawan sekolah untuk membudayakan
membaca, dan membuat slogan-slogan di kelas seperti “Tiada Hari Tanpa
Membaca”, “Gunakan waktu luang untuk membaca”, dan “Buku adalah jendela
ilmu pengetahuan”.
Dengan membuat kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif diharapkan dapat
membangun minat baca di kalangan siswa sekolah.
Daftar bacaan:
Lasa Hs. 2005. Gairah Menulis: Panduan Untuk Pemula. Yogyakarta: Alenia
Kurniasih, Prawesti. 2005. ” Studi Korelasi Antara Minat Baca Dengan Prestasi
Belajar
Siswa Sd Muhammadiyah Sokonandi Dua Yogyakarta”. Yogyakarta: (skripsi).
Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai