PENDAHULUAN
merupakan siklus mengalirnya IDE pengarang ke dalam diri pembaca yang pada
gilirannya akan mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui buku atau rekaman
informasi lain.
Membaca memiliki manfaat dan makna. Dengan banyak membaca, kita akan
Minat sering disebut juga sebagai” interest “. Minat merupakan gambaran sifat
oleh bakat. Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi
dikerjakan dengan baik belum tentu menunjukkan minat yang baik, seperti
masyarakat oral ( lisan ). Masyarakat yang suka bicara, bercerita dimana dan
kapan saja, belum masyarakat yang membaca, apalagi masyarakat yang menulis.
Maka sekarang inilah kita perlu mengubah kebiasaan berbicara kita menjadi
kebiasaan membaca dan menulis.berapa menitkah setiap hari kita membaca ? apa
yang kit abaca, Koran lokal, Koran Nasional, Tabloid, atau buku?.
Pendapat, orang yang mampu membaca dan menulis akan baik jika berbicara,
tetapi suka berbicara belum tentu pembaca dan penulis yang baik. Pembaca yang
baik belum tentu penulis yang baik, tetapi penulis yang baik tentu sebagai
pembaca yang baik. Keterampilan berbicara, membaca, dan menulis sangat erat
kaitannya. Hanya sayangnya mengapa kita suka berbicara ? oleh karena itu perlu
pembinaan minat baca. Dengan pembinaan minat baca diharapakan adanya
perubahan budaya yang mendasar pada masyarakat.
Faktor – Faktor Yang Dapat Meningkatkan Minat Baca Siswa
Untuk membina dan mengembangkan minat baca siswa tidak bisa terlepas dari
pembinaan dan kemampuan membaca siswa, sebab seperti telah dijelaskan bahwa
untuk menjadi orang yang minat tentunya harus mempu membaca. Tanpa
memiliki kemampuan membaca tidak mungkin merasa senang membaca. Sudah
barang tentu pembinaan kemampuan membaca dalam rangka pembinaan dan
pengeembangan minat baca siswa akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan
sekolahannya. Semakin tinggi tingkat sekolah maka semakin ringan pula
pembinaannya, semakin tinggi tingkatan sekolah seseorang akan lebih mampu
membaca.
Faktor Pendukung
1. Secara alamiah orang beragama mempunyai kitab suci yang harus dibaca,
Faktor Penghambat
Pembinaan
Pelaku pembinaan minat baca adalah semua orang, tetapi yang sangat diharapkan
adalah :
1. Orang tua
2. Sekolah
3. Perpustakaan
memilih, dan menyediakan bahan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan usia
dan perkembangan jiwa. Beberapa petunjuk memilih bahan bacaan sesuai dengan
usia :
Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu cepat, seperti seorang yang berlari
menuju garis finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya,ternyata kecepatan
membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya perlu
memperlambat atau bahkan berhenti sebentar, lalu cepat lagi. Kecepatan membaca
sebenarnya tergantung pada tujuan membaca.
Soedarso menyatakan bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering
dilakukan sampai kita dewasa ketika membaca yaitu :
Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca
itu menghambat serius dalam membaca.
Melafalkan dalam batin / pikiran kata-kata yang dibaca juga dilakukan oleh
pembaca yang kecepatannya tinggi. Untuk menghilangkan subvokalisasi
memang tidak mungkin, tetapi masih dapat diusahakan dengan memperlebar
jangkauan mata sehingga satu fiksasi ( pandangan mata ) dapat menangkap
beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada
melafalkannya. Kita harus sadar bahwa yang penting dalam membaca
Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru
pustakawan.
Buku yang diperkenalkan dapat buku fiksi dan non fiksi. Buku yang
diperkenalkan biasanya buku yang baru, menarik dan dapat ditunjukkan
secara langsung, misalnya Harry Potter, Bangku kosong, majalah Info,
menuju surga.
perlu penataan yang menarik agar para siswa mempunyai keinginan untuk
segera membacanya.
Malah ada yang bilang minat baca itu seharusnya sudah dimulai sejak dari
kandungan, ujar Hanna saat memberikan materi dalam seminar Kolaborasi Guru
dan Pustakawan dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Islam Al-Ikhlas,
Cipete, Jakarta Selatan, Minggu (9/9).
Kalau orangtuanya sudah rajin membaca, pasti anaknya akan suka pula untuk
membaca. Karena itu, untuk menumbuhkan minat baca, menurut Hanna, bukan
dibebankan pada sekolah saja.
Caranya, pada waktu yang sama seluruh siswa diajarkan untuk membaca buku
tanpa bersuara. Waktunya ditentukan, yaitu sepuluh menit. Awalnya, memang
anak tidak akan menikmatinya dan belum tiga menit sudah minta berhenti.
Namun, jangan menyerah, kata Agus. Teruskan cara tersebut, sehingga anak-anak
menjadi terbiasa. Dan memang setelah beberapa lama, anak-anak mulai terbiasa
dan akhirnya menganggap waktu sepuluh menit itu kurang.
Kini kondisinya terbalik. Justru, mereka yang minta agar waktunya diperpanjang,
ujarnya.
Senada dengan itu, guru dan pustakawan SPH Lippo Cikarang Ratna Tan
mengatakan metode membaca tenang ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan
anak untuk belajar serius di kelas.
Setelah istirahat, biasanya anak masih gaduh dan belum siap untuk belajar, jalan
terbaiknya adalah dengan menyuruhnya membaca tenang. Dengan metode ini,
suasana yang sebelumnya gaduh akan berganti menjadi tenang. Bukan hanya itu,
anak pun akan lebih berkonsentrasi untuk menerima pelajaran selanjutnya,
Imbuhnya.
Selama ini, kesan di masyarakat bahwa perpustakaan itu terdiri dari rak-rak buku
yang kotor dan berdebu. Kesannya juga perpustakaan itu gelap dan suram. Untuk
mengubah kesan tersebut, Ratna mencontohkan, perpustakaan dapat saja
berbenah. Artinya, warnanya mungkin dibuat lebih cerah dengan pencahayaan
yang lebih terang.
Tidak hanya itu, agar menarik minat siswa membaca, mungkin buku-bukunya
juga ditambah dan selalu aktual.
Selain itu, tuturnya, agar siswa mau ke perpustakaan, juru kepustakaan pun harus
mau inovatif dengan mendekati guru kelas.
Juru kepustakaan harus bisa mendekati gurunya, menanyakan apa yang mereka
butuhkan dan sediakan buku yang mereka inginkan, ujar Ratna.
PROPOSAL