I. PENDAHULUAN
1
II. EPIDEMIOLOGI
Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada pria (10 %)2,4,6.
Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu 24 : 1. Terutama tampak
pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.
Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun.2
III. ETIOPATOGENESIS
2
Estrogen diduga dapat menyebakan melasma hal ini terlihat timbulnya
melasma pada saat kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, dan hormone
replacement theraphy (HRT) pada wanita post menopause. 12
Gambar 1. Melasma4
3
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)
V. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisis
Lesi yang khas dari melasma ialah makula hiperpigmentasi pada wajah.
Terkait luas, warna dan intensitas bergantung pada fototipe kulit mana yang
terkena. Biasanya simetris. Daerah yang paling sering terkena seperti pipi,
hidung, dan bibir bagian bawah dan dagu. Namun ada juga ditemukan
dalam presentase lebih kecil di daerah malar dan mandibular9.
4
C. Pemeriksaan penunjang
5
terhadap pengobatan
Mixed - Kombinasi antara warna cokelat
tua dan cokelat muda
- Pengobatan hanya berdampak
pada sebagian saja
6
Gambar 3. Bilateral nevus of ota like macules (Hori’s nevus)17
7
Gambar 5. Eythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis)18
• Ephelid
Makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada kulit
yang sering terkena sinar matahari. Dan pada musim panas jumlahnya
akan bertambah lebih besar, dan gelap. 2,10,14,23
Gambar 7. Ephelid22
8
• Senile lentigo
Senile lentigo muncul hampir sama banyaknya baik pada pria dan wanita
paruh baya atau lansia. Bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran
yang bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor
dari lengan yang terpapar sinar matahari.2,23
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan melasma memIliki respon yang cukup lama, kontrol yang
teratur serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang
menanganinya.2,4,13
Penatalaksanaan melasma meliputi:
a. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi.2,15 Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas,
high SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari
sehari-harinya.9,10,13 Sunscreens yang direkomendasikan untuk di
3,4
gunakan ialah yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB.
Penderita diharuskan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet
terutama antara pukul 09.00-15.00. 2,4
2. Meminimalisir efek hormonal
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen antiaging dan krim
pharmacy-compounded yang digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala dari menopose.2,4
b. Pengobatan
1. Pengobatan Topikal
o Hidrokuinon
9
Hidokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma.2,15 Hindrokuinon menghambat konversi dari dopa
3,15
terhadap melanin dengan menghambat aktifitas dari tirosinase.
Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.2,15
o Asam retinoat
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan
atau terapi kombinasi. Krim tersebut juaga dipakai pada malam
hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi. 2,4
o Asam azeleat
Pengobatan dengan asam azaleat 20% selama 6 bulan memberikan
2,3
hasil yang baik. Efek sampingnya berupa rasa panas, gatal dan
eritema ringan. 2, 13, 15
o Asam kojik (Kojic Acid)
KA diprodeksi oleh jamur Aspergilline oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase. Double – blind study membandingkan
penggunaan GA 5 % dan HQ 4% dengan penggunaan KA 4%
selama 3 bualan. Baik kedua kombinasi membuktikan efektifitas
yang hampir sama dalam mengurangi sebanyak 51% pigmentasi
dari pasien.3,15
o Asam glikolik (Glycolic Acid)
Asam glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis, dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi
ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini3,15.
2. Pengobatan sistemik
o Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C memiliki efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.2,3
10
3. Tindakan Khusus
o Pengelupasan Kimiawi (Chemical Peels)
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan
mengoleskan topikal asam glikolat dan krim asam salisilik 2,13,15.
o Bedah Laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switch Ruby dasn Llaser
argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2,3
o Dermabrasi
Harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat merusak melanosit
yang dimana dapat meningkatkan produksi pigmen dan
menggelapkan melasma.3,13
VIII. PROGNOSIS
Biasanya melasma menetap selama beberapa tahun. Melasma yang berkaitan
dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan setelah melahirkan dan
melasma yang berkaitan dengan pengobatan hormonal akan menetap dalam
periode yang panjang setelah berhenti mengkonsumsi kontrasepsi oral. 5,9
KESIMPULAN
11
gambaran klinis, bentuk melasma terbagi dalam tiga bentuk mayor yaitu, pola
sento –fasial, pola malar, dan pola mandibular.
Diagnosis melasma dapat ditegakkan melalui gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lampu Wood, histopatologis dan
mikroskop electron. Diagnosis banding melasma antara lain lentigo, dan efelid
(freckles).
Pengobatan dan perawatan kulit pada penderita melasma harus dilakukan
secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik residif.
Pengobatan pada melasma termasuk diantaranya upaya pencegahan
dengan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet, pemakaian tabir suria
secara tepat, menghindari factor pencetus. Pengobatan topical berupa hidroquinon
(HQ), Asam Retinoat, Asam Aseleat, Asam Kojik, kortikosteroid, N-acetyl-4-S-
cysteaminylphenol, dan senyawa merkuri. Pengobatan sistemik berupa Vitamin C
dan glutation. Dan tindakan khusus berupa pengelupasan kimiawi, bedah laser,
dan dermabrasi.
Prognosis melasma pada umumnya baik jika ditangani secara adekuat dan
tergantung faktor penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grawkrodjer DJ. Pigmentation. In: Dermatology an Illustrated Colour Text. 3rd ed.
British: Crurchill Livingstone; 2002: p.70-1
2. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
p.289-95
3. Damoa AS, Lambert WC, Schwartz RA. Melasma: Insight into a distressing
dyschromia. Aesthetic Dermatology. 2006; 8(1): p.1-6
4. Roberts WE. Melasma. In: Kelly AP, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of
Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. p.332-6
12
5. Salim A, Rengifo-Pardo M, Vincent S, Cuervo-Amore LG. Melasma. In: Williams H,
Bigby M, Diepgen T et al, editors. Evidence-based Dermatology. London: BMJ
Books. 2003. p. 552-67
6. Bleehen SS, Anstey AV. Disorders of Skin Colour. In: Burns T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. Massachusetts :
Blackwell. 2004. p. 39.40
7. Kim EH, Kim YC, Lee ES, Kang HY. The Vascular Characteristics of Melasma.
Journal of Dermatological Science. 2007; 46: p.111-6
8. Laperee H, Boone B, Schepper SD et al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. In:
Armando A, James ST, Apra S, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York: McGraw – Hill; 2008. p.622
9. Wolff K, Richard AJ. Melasma. In Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p.344-6
10. Stery W, Paus R, Burgdorf W. Brown Hyperpigmentation. In: Thieme Clinical
Companions Dermatology. 5th ed. New York: Georg Thieme Verlag; 2006. p.379-80
11. Savin JA. The Skin and Systemic Disease – Genetics and Skin Disease. In:
Buxton PK, editor. ABC Of Dermatology. 4th ed. London: BMJ Books; 2003. p.76-77
12. James WD, Berger TD, Elston DM. Disturbances of Pigmentation. In: Andrews
Disease’s of The Skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Elsevier; 2006. p.854-5
13. Anonim. Melasma. [Online]. 2010. [cited 2011 January 18]. Available from:
http://dermnetnz.org/colour/melasma.html
14. Habif, TP. Disorders of Hyperpigmentation. In: Clinical Dermatology - A Color
Guide to Diagnosis and Therapy. 4thed. Philadelphia: Mosby; 2004. p.691-3
15. Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical Treatments for Melasma and
Postinflammatory Hyperpigmentation. In: Maddin S, editor. Skin Therapy
Letter. 2006.11(9). P.1-4
16. Heath CR, Taylor SC. Postinflammatory Hyperpigmentation. In: Kelly
Ap, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of Colour. New York: McGraw-
Hill; 2009. P. 338
17. Lim JTE, Chan YC. Common Skin Disease and Treatment in Asia. In:
Kelly AP, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of Colour. New York:
McGraw-Hill; 2009. P. 615-617
13
18. Anonym. Erythema Dyschromicum Perstans. In: Bolognia JL, Jorizzo JL,
Rapini RP et al, editors. Dermatology. 2nd ed. London: Elsevier; 2008
19. Schwartz RA, Kihiczak NI. Postinflammatory Hyperpigmentation.
[online]. 2010 June 25. [cited 2011 Jan 22]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview
20. Anonym. Minocycline Pigmentation Photo. [online]. 2011. [cited
2011 Jan 22]. Available from: http://www.dermnet.com/Minocycline-
Pigmentation/picture/4431
21. Anonym. Riehl Melanosis. [online]. 2010. [cited 2011 Jan 22].
Available from: http://dermaamin.com/site/atlas-of-dermatology/17-
r/1078-riehls-melanosis-.html
22. Anonym. 2-freckle or ephelid. [online]. 2008 Jan 2. [cited 2010 May 20].
Available from: http://ourdermatology.blogspot.com/2008/01/2-freckle-or-
ephelid.html
23. Anonym. Disorder of skin colour. In: Shimizu H, editor. Shimizu’s Text
Book of Dermatologi. Hokkaido: Hokaido Publisher; 2007. P. 266-69
14