Anda di halaman 1dari 12

Asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum

A. Pengertian
Hiperemis gravidum adalah mual muntah yang berkelanjutan sehingga menimbulkan
kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Dimana hal ini terhadi
pada kehamilan trimester I dan gejala-gejala ini + 10 minggu bahkan dapat
memperberat 4 bulan. Akibatnya berat badan menurun terjadi intoleransi pada semua
makanan, tubuh lemah, turgor kulit menuru, nadi meningkat, bibir kering dan mata
cowong sebagai akibat daripada dehidrasi.

B. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh, antara lain :
* Faktor predisposisi, yaitu primigravida, mola hidotidosa dan kehamilan ganda.
* Faktor organik, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolic akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun.
* Faktor psikologi

C. Manifestasi Klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu
:
* Tingkat I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan
rasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan nyeri epigastrium. Frekuensi
nadi naik, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung
* Tingkat II : pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang naik dan mata sedikit ikterik. BB turun timbul hipotensi, hemokonsentrasi,
oliguri, konstipasi dan nafas berbau aseton.
* Tingkat III : kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah makin tuun.

D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang mungkin berasal
dari system syarat pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung dan terjadi
dehidrasi yang menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Tanda-tanda lainnya adalah defisiensi albumin seperti polinuritis dapat juga
berkembang. Dengan bertambahnya mual muntah yang terus menerus dapat merusak
hati.

E. Pemeriksaan
1. USG
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan fungsi hepar

F. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
2. Isolasi
3. Terapi psikologik
4. Cairan parenteral
5. Penghentian kehamilan

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalahnya, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental
sosial dan lingkungan. (Effendy N, 1995).
Tahap pengkajian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokan
data, perumusan diagnosa keperawatan. (Lismidar, 1989)
a. Pengumpulan data
1) Biodata, pada biodata ini yang perlu dikaji adalah umur dimana sering terjadi pada
usia produktif 20-40 tahun, pada primigravida 60¬80%, multigravida 40-6%.
Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan pasien, dengan mengetahui tingkat
pendidikan akan memudahkan dalam melakukan komunikasi terapeutik. Pada alamat
untuk melihat apakah pasien berada dalam lingkungan kumuh, karena bisa berdampak
pada mual muntah yaitu higiene nutrisi yang kurang baik sehingga bisa memperburuk
keadaan. Pada pekerjaan juga berperan, dengan tuntutan kerja keras dapat
mempengaruhi keadaan hamil dengan gangguan Hiperemeris gravidarum. (Hanifa
Wiknjosastro, 1999). Pada biodata suami juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah
suami adalah suami yang syah, bertanggung jawab dalam masalah biaya perawatan di
rumah sakit serta peran sebagai suami siaga dengan memberikan support sistem dan
perhatian agar pasien lebih kooperatif dalam perawatan.
2) Keluhan utama terjadi mual muntah secara terus menerus dapat menurunkan berat
badan dengan tanda-tanda dehidrasi.
(Hanifa Wiknjosastro, 1999).
3) Riwayat penyakit sekarang, pada tubuh wanita hamil terjadi perubahan-perubahan
yang cukup besar yang mungkin mengganggu keseimbangan dalam tubuh, misal sebab
mual muntah pasien merasa pusing di pagi hari dan mudah lelah. Pada mual yang
berlanjut bisa terjadi intoleransi pada semua makanan baik padat atau cair akibatnya
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi
lemak yang tak sempurna terjadilah ketosis dan tertimbunnya asam aseton-asetik dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kekurangan cairan, muntah bisa
menyebabkan dehidrasi. Dimana dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi yang dapat
memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan
berkurang. Kekurangan inilah yang dapat menimbulkan kerusakan jaringun. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan
gastro intestinal, dan umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri. Bila hal ini terus saja dibiarkan akan mengancam keadaan janin dan ibu hamil
(Hanifa Wiknjosastro, 1999)
4) Riwayat penyakit masa lalu, hal ini yang perlu dikaji adalah apakah pasien
mempunyai riwayat kehamilan muda dengan penyakit polionefritis, hepatitis, ulkus
ventrikuli, dan tumor serebri yang dapat memberikan gejala mual-muntah pada kasus
Hiperemesis gravidarum. Selain itu faktor pencetus juga ditelusuri untuk
memungkinkan penyebab daripada hiperemesis gravidarum, seperti faktor adaptasi dan
hormonal, faktor alergi, faktor psikologik. (Hanifa Wiknjosastro, 1999). Karena
Hiperemesis gravidarum ini mungkin sekali akan terjadi pada kehamilan selanjutnya.
5) Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat di dalam keluarga pasien. Hal ini perlu
dikaji pada riwayat kesehatan maupun kehamilan yang erat hubungannya dengan kasus
ini adalah kebiasaan hidup sehat dari keluarga terutama kebiasaan ibu selama
kehamilan, jika mempunyai kebiasaan higiene nutrisi yang kurang baik dan
ketidakteraturan memeriksakan kehamilan akan mempengaruhi kesehatan Ibu hamil.
Dan pada riwayat keluarga yang perlu dikaji adanya riwayat Diabetes Militus,
Hipertensi, Penyakit Infeksi dan lainnya yang. kemungkinan dapat terjadi pada pasien,
sehingga dapat memberi gambaran penanggulanannya.
6) Riwayat haid yang berhubungan dengan gangguan kehamilan Hiperemesis
gravidarum adalah siklus haid kadang teratur dan tidak dengan keluaran yang
jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan bertambahnya
aliran darah ke vagina. Keluaran itu sendiri warnanya keputih-putihan bisa kental atau
cair. Hal ini bukanlah gejala suatu masalah karena meningkatnya keluaran vagina
merupakan hal yang normal dalam kehamilan. (Philip D Sloane M.D, 1997).
7) Riwayat perkawinan yang berhubungan dengan kasus Hiperemesis gravidarum
adalah usia perkawinan yang sering terjadi pada usia produktif yaitu 20-d0 tahun. Pada
dampak psikologis memegang peranan yang penting pada kasus Hiperemesis
gravidarum, misal takut terhadap kehamilan dan persalinan, kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebabai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar keengganan manjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
(Hanifa Wiknjosastro, 1999 ).
8). Riwayat obstetri. Pada riwayat ini yang perlu dikaji adalah pasien sudah berapa kali
hamil. Kemungkinan pada kasus hiperemesis gravidarum bisa menyebabkan abortus,
sedangkan keputusan untuk melaksanakan abortus terapeutik sering sulit diambil. Oleh
karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Hanifa Wiknjosastro,
1999). Dan keadaan yang memerlukan pertimbangkan abortus adalah gangguan
kejiwaan, gangguan penglihatan misalnya perdarahan retina dan kemunduran
penglihatan, dan gangguan faal seperti hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria. (Manuaba Ida Bagus G.de, 1998). Dari kesimpulan diatas maka ibu hamil
dengan kasus Hiperemesis gravidarum disarankan untuk mengakhiri kehamilan
selanjutnya karena dapat mempengaruhi keadaan janin dan kondisi ibu itu sendiri.
9) Riwayat KB, pada riwayat ini bila pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB pada
kasus Hiperemesis gravidarum akan menambahkan perasaan mual, karena peningkatan
hormon estrogen yang diakibatkan pemakaian kontrasepsi itu sendiri. (Nyata. 4 Januari
2001 ).
10) Riwayat kelainan reproduksi, hal yang dikaji adalah kemungkinan mempunyai
riwayat canser kandungan, cystoma ovarii, mola hidatidosa. Karena pada mola
hidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi
hiperemesis gravidarum. (Manuaba Ida Bagus C.de, 1998).
11) Riwayat psikososial, hal yang perlu dikaji adalah pemahaman keluarga terhadap
proses penyakit, prognosa dan program perawatan atau terapi. Respon keluarga
terhadap masalah pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan pada pasien
dengan kasus Hiperemesis gravidarum. Kekhawatiran, ketakutan hinggu timbul
kecemasan juga dapat terjadi pada pasien karena ketidaktahuan akan penyakitnya.
Dimana hal yang paling berhubungan erat pada dampak psikologik pasien, yaitu
kemungkinan wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan karena harus
memikirkan masalah ekonomi yang lemah, dan keretakan hubungan dengan suami yang
dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis gravidarum. Maka lnteraksi dengan dengan
pasien, keluarga juga perlu diidentifikasikan karena keluarga adalah salah satu faktor
pendukung memecahkan suatu masalah. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa
dalam artian ibadah juga perlu diketahui dalam membantu mengatasi cemas yang
dialami pasien.
12) Pola aktifitas pasien
- Nutrisi
Pada gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum sering mengeluhkan mual-muntah,
karena pasien dapat mengalami intolemmsi pada semua makanan baik bentuk padat dan
cair sehingga sering memuntahkan sebala apa yang dimakan dan minum (Brata D,
1997).
- Eliminasi
Pada pola eliminasi buang air besar / buang air kecil mengalami gangguan dikarenakan
input yang tidak adekuat. Jika buang air besar pasien merasakan nyeri perut karena pada
lambung terjadi kekosongan (anoreksia). dan buang air kecil mulanya produksi urine
normal lalu produksi akan berkurang dan warnanya bertambah pekat sebagi akibat
dehidrasi. (Brata D, 1997 ).
- Personal higiene
Pada personal higiene tingkat ketergantungan pasien meningkat sehingga keluarga
pasien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhan personal higienenya.
- Istirahat
Pasien dengan gangguan hiperemesis gravidarum ini mengalami kesulitan tidur karena
pasien sering mual-mual sehingga kebutuhan istirahat (tidur) kurang.
13) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum Pasien dengan gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum
keadaannya lemah ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi, tanda¬-tanda vital, nadi >
100/menit, suhu 38° C, tensi 100/80 mmHg, pernafasan teratur, dan terjadi emeciasi
(pengurusan yang hebat). (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
b) Riview of system
1) Wajah dan mulut
Muka terlihat pucat dan anemis konjungtiva, palpebra, kelihatan pucat dan mata
cowong. Bibir kering menunjukkan adanya gangguan keseimbangan cairan elektrolit
serta penurunan oksigen dalam darah. Pada mulut terdapat hawa pernafasan berbau
asam karena cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
sehingga oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton, asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang dapat
mempengaruhi hawa pernafasan, pada lidah kering dan pecah-pecah akibat muntah
yang berlebihan. (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
2) Dada dan thorax
Pada payudara terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae dan payudara tegang,
bentuk puting menonjol. Dan terdapat nyeri tekan pada daerah cardia, kadang-kadang
juga pada daerah hepar. (Brata D, 1997).
3) Abdomen
- Inspeksi : pada hiperemesis gravidarum terjadi anoreksia, mual muntah sehingga
turgor kulit menurun, bentuk perut terlihat cekung dan belum terlihat tanda-tanda linea
alba karena umur kehamilan yang masih muda.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pemeriksaan pada leopold I untuk menentukan usia
kehamilan dan bagian apa dalam Fundus karena dengan usia kehamilan yang masih
muda.
- Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik usus menurun diakibatkan karena kurangnya
aktivitas dan masukan makanan yang kurang.
4) Integumen dan kuku :
Turgor kulit kembali lebih 1 detik, pergerakan bebas dan lemah, kulit yang pucat,
kering dan keluar keringat dingin terutama ujung-ujung ekstremitas.
5) Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah dan atas biasanya lemah yang diakibatkan muntah yang terus
menerus sehingga tidak terdapat cadangan karbohidrat dalam tubuh sehubungan dengan
proses penyakit.
6) Genetalia
Meningkatnya keluaran cairan vagina separti keputihan merupakan hal yang normal
dalam kehamilan. Keluaran yang jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena
perubahan hormon dan berwarna keputih-putihan, biasanya kental atau cair. Hal ini
bukanlah gejala suatu masalah. (Philip D Sloane MD, 1997).
14) Pemeriksaan penunjang
Yang dilakukan pada pasien dengan gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum
adalah :
- Urine lengkap untuk mengetahui adanya uremia, proteinuria, sebagai tanda
intoksikasi.
- Cek Hb untuk mengetahui apakah terjadi penurunan kadar Hb atau tidak.
15) Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kasus Hiperemesis gravidarum harus dimulai jauh sebelum terjadi
kerusakan. Bila tanda-tanda dehidrasi berkembang biasanya dirawat dirumah sakit,
dengan memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, proterin dan
glukosa, vitamin B komplek untuk melawan defisiensi vitamin dan mual. Semua
makanan dan minuman dari mulut sementara dihindarkan kemudian diberikan dalam
jumlah kecil sering. Mungkin diberikan sedatif, tranquilizing dan obat-obatan
antiemetik dan psikoterapi, pengunjung terutama keluarga mungkin dibatasi karena
pengaruh fisik mereka. (Ni Luh Gede Yasmin, 1995).

b. Analisa data
Analisa data merupakan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan pasien. (Effendy N, 1995).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Yang dimaksud dengan masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada
saat dilakukan pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah yang kemungkinan akan
timbul kemudian.(Effendy N, 1995).
Maka diagnosa yang mungkin muncul pada gangguan hiperemesis gravidarum menurut
Linda Juall Capenito, 1998 adalah sebagai berikut :
a. Defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan Rasional :
Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan keadaan umum yang
lemah.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan mual dan muntah
yang berlebihan.
Rasional :
Adanya gangguan dari sistem pencernaan berakibat muntah yang dikeluarkan sebagian
cairan lambung serta elektrolit, natnum, kalium, kalsium sehingga makin berkurang
kalium dalam keseimbangan tubuh makin menambah berat terjadinya muntah.
c. Gangguan pemenuhan personal higiene berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
Rasional :
Dengan tubuh yang lemah makin mengalami kesulitan dalam melakukan pemenuhan
personal higienenya sehingga butuh bantuan dan tergantung pada keluarga.
d. Gangguan pemenuhan istirahat (tidur) berhubungan dengan peningkatan mual dan
muntah.
Rasional :
Dengan adanya peningkatan mual muntah maka mengganggu istirahat (tidur) karena
sering terbangup.
e. Gangguan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kondisi fisik yang lemah.
Rasional :
Adanya dampak dari dehidrasi akibat mual muntah yang berlebihan mempengaruhi
keadaan kondisi pasien dimana kondisi menjadi lemah dan kebutuhan aktivitasnya
menurun.
f. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan situasi krisis. Rasional :
Ansietas merupakan hal yang wajar dirasakan setiap manusia karena dia belum
mengetahui dan merupakan hal yang baru baginya.
g. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan ( penyakitnya ).

Rasional :
Kurang pengetahuan hal yang amat dirisaukan bagi mereka yang kurang mendapatkan
informasi tentang keadaan penyakit dan segala hal yang harus dilakukan, dari situ perlu
dibina suatu hubungan komunikasi terapeutik guna dapat memecahkan suatu
masalahnya.

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksnaan tindakan keperawatan. Rencana Asuhan Keperawatan adalah petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan
terhadap pasien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan,
dimana dengan melibatkan pasien secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan terjalin suatu hubungan kerja sama. (Effendy N,1995).
encana keperawatannya pada pasien dengan gangguan kehamilan hiperemesis
gravidarum sebagai berikut :
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan.
Tujuan :
- Mual muntah segera hilang
- Tanda-tanda dehidrasi dapat teridentifikasi
- Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria standart :
- Mual muntah hilang
- Tanda-tanda dehidrasi hilang
- Keadaan umum kembali membaik
- Nadi : 60 - 100 x/menit
Suhu : 36° - 37 ° C
Tensi : l20/80 mmHg
RR : 16 - 24 x/menit

Intervensi :
- Monitor intake dan out put
Rasional :
Mengetahui banyak muntah yang keluarkan dan cairan yang masuk melalui cairan
parenteral dan minum air, sehingga mudah untuk menentukan sejauh mana tubuh
kekurangan cairan.
- Pertahankan infus tetap terpasang dan berikan makanan berinfus glukosa 10% dan
larutan garam fisiologis
Rasional :
Keadaan infus yang tertata dan tetap menunjang kelancaran masukan cairan parenteral
dalam tubuh dan glukosa serta larutan garam menggantikan cairan yang keluar dari
tubuh dan mengikat larutan elektrolit yang masuk dalam tubuh
- Anjurkan untuk banyak minum
Rasional :
Banyak minum adalah salah satu upaya dalam dehidrasi dan cairan tubuh yang hilang
melalui muntah akan membantu terpenuhi terutama minum yang banyak.
- Cek HB.
Rasional : Merupakan petunjuk yang lebih berguna untuk menentukan hilangnya cairan
dan seberapa banyaknya cairan yang dibutuhkan.
- Pertahankan atau anjurkan bedrest total.
Rasional :
Mual muntah dapat disebabkan karena perubahan aktivitas pasien sehingga pasien
dianjurkan istirahat guna mengurangi muntah yang berulang.
- Anjurkan pasien untuk mobilisasi selama bedrest
Rasional :
Mobilisasi miring kiri miring kanan melancarkan sirkulasi atau mengurangi
kemungkinan kekakuan serta melatih gerakan sendi.
- Observasi tanda-tanda vital
Rasional :
Perubahan dari tanda-tanda vital menunjukkan adanya gangguan dalam tubuh dan bila
terjadi suatu keadaan yang gawat yaitu tensi menurun nadi meningkat, suhu panas yang
diakibatkan oleh dehidrasi dengan tanda-tanda vital dapat diketahui segera.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan
muntah
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi segera terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria standart :
- Diet yang disediakan dapat dihabiskan
- Berat badan kembali ideal
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda dehidrasi dapat diidentifikasikan

Intervensi :
- Sajikan makanan dalam bentuk menarik dan sesuai dengan selera. Rasional :
Mengkaji menu makanan dan penyajian yang menarik diharapkan dapat merangsang
nafsu makan.
- Anjurkan makan porsi kecil tapi sering atau dengan selingan biscuit. Rasional :
Porsi kecil dan selingan biscuit dapat menghindari rangsangan terjadi muntah.
- Anjurkan untuk tidak makan makanan yang berlemak
Rasional :
Makanan yang berlemak dapat menimbulkan rasa mual.
- Perhatikan kebersihan pasien, makanan dan ruangan.
Rasional :
Keadaan yang bersih dapat mendorong pasien dalam mengkonsumsi makanan dengan
nyaman dan tenang.
- Beri penjelasan pada pasien tentang fungsi makanan bagi tubuh
Rasional :
Penjelasan tentang pentingnya makanan bagi tubuh dan ibu hamil dapat menambah
pengetahuan pasien tentang gizi dan diharapkan pasien menghabiskan porsi makannya
yang disediakan.
- Timbang berat badan pasien tiap hari.
Rasional :
Tingkat keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi dapat diketahui dengan menimbang
berat badan, berat badan yang meningkat sebagai gambaran tentang keberhasilan.
- Kolaborasi dengan tim medis.
Rasional :
Bisa memberikan yang tepat misalnya pemberian primperan tablet yang mengurangi
rasa mual muntah sehingga pasien bisa tenang.

c. Gangguan pemenuhan personal higiene berhubungan dengan kondisi tubuh yang


lemah
Tujuan :
Kebutuhan personal higiene pasien terpenuhi

Kriteria standart :
- Pasien tampak bersih dan tidak berbau
- Pasien tampak lebih segar
- Pasien mengerti tentang kebersihan

Intervensi :
- Kaji kabiasaan mandi pasien
Rasional :
Mengkaji kebiasaan mandi pasien memudahkan dalam memberi bantuan memenuhi
kebutuhan personal higiene dengan tidak mempersulit gerakan pasien.
- Jelaskan pada pasien tentang manfaat kebersihan diri
Rasional :
Penjelasan tentang manlaat kebersihan diri dapat menambah pengetahuan dan
pengertian pada pasien bahwa mandi (kebersihan diri) merupakan salah satu kebutuhan
mutlak dalam membantu proses pemulihan keadaan.
- Libatkan keluarga dalam ha1 personal higiene pasien.
Rasional :
Melibatkan keluarga menambah rasa percaya dan pasien dalam memenuhi kebutuhan
personal higienenya.
- Anjurkan pasien untuk mandi dua kali sehari dan selalu berganti pakaian
Rasional :
Mandi dua kali sehari meningkatkan keadaan bersih pasien dalam membantu proses
pemulihan keadaan.

- Motivasi pasien dalam melakukan personal higiene.


Rasional :
Menambah kepercayaan diri pasien dalam melaksanakan personal higiene pada
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.

d. Gangguan pemenuhan istirahat (tidur) berhuhubungan dengan peningkatan mual


muntah
Tujuan :
Kebutuhan istirahat (tidur) pasien terpenuhi

Kriteria standart :
- Pasien tampak segar tidak kelelahan
- Istirahat ( tidur ) terpenuhi ± 6 - 8 jam/hari

Intervensi :
- Menjelaskan arti penting tidur.
Rasional :
Memberikan pengertian bahwa tidur merupakan kebutuhan mutlak dalam membantu
proses pemulihan
- Berikan lingkungan yang nyaman.
Rasional :
Lingkungan nyaman memberikan ketenangan dalam istirahat (tidur) pasien.
- Mengatur jam pengunjung
Rasional :
Pengaturan jam pengunjung, dapat memperbanyak waktu istirahat (tidur) pasien tanpa
gangguan dari luar.
- Ajarkan melakukan distraksi dan relaksasi
Rasional :
Melakukan distraksi dan relaksasi dapat menghilangkan rasa mual muntah sehingga
pasien dapat istirahat (tidur) dengan baik dan cukup.
- Kolaborasi dengan tim medis
Rasional :
Bisa memberikan yang tepat misai pemberian roborantia dapat mengurangi rasa mual
muntah sehingga pasien dapat istirahat dengan baik tanpa gangguan.
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan kondisi fisik yang
lemah.
Tujuan :
Kebutuhan aktivitas terpenuhi

Kriteria standart :
- Kondisi fisik membaik
- Dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri

Intervensi:
- Melatih melakukan mobilisasi secara bertahap
Rasional :
Dengan latihan secara bertahap melatih pasien bisa mandiri.
- Beri motivasi dan support pada pasien untuk melakukan latihan
Rasional :
Support sistem yang baik dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien dalam
melakukan latihan.
- Libatkan keluarga dalam hal latihan
Rasional :
Keluarga adalah orang terdekat pasien dalam membantu latihan aktivitas pasien secara
bertahap.
- Mengawasi dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien
Rasional :
Pengawasan dapat mengantisipasi kejadian yang salah yang dapat berakibat buruk pada
pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis
Rasional :
Kolaborasi denban tim medis dapat memberikan yang tepat misalnya roborantia dalam
memulihkan keadaan yang lemah.

f. Ansietas yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan status kesehatan dan
situasi krisis
Tujuan :
Setelah diberikan penjelasan ansietas bisa berkurang

Kriteria standart :
- Pasien tidak tampak gelisah
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Permasalahan dapat teratasi lewat hubungan terapeutik dengan keluarga

Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan dan kecemasan pasien
Rasional :
Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan kecemasan pasien akan mempermudah
dalam komunikasi sehingga dapat diketahui keadaan psikologis pasien.
- Lakukan pendekatan, berbicara dan tenangkan pasien
Rasional:
Memperoleh kepercayaan dari pasien dan keluarga sehingga mempermudah komunikasi
dalam memberikan penjelasan.
- Bed penjelasan tentang penyakitnya
Rasional :
Pasien mengerti dan faham sehingga rasa cemas berkurang.
- Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan pertanyaan dan berbagi beban
yang pasien rasakan.
Rasional :
Penggalian dapat memberikan kesempatan dalam memperbaiki misi informasi dan
memvalidasi situasi yang sulit.
- Identifikasi pasien beresiko terhadap ketidakberhasilan bagian penyesuaian ; cari
karakteristik berikut :
a. Kekuatan ego yang buruk
b. Strategi pemecahan masalah inefektif
Rasional :
Keberhasilan penyesuaian paslen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keberhasilan
koping sebelumnya, pencapaian tugas perkembangan sebelum sakit dan persepsi
realistis tentang situasi dari dirinya dan orang pendukung
- Libatkan keluarga untuk memberikan support pada pasien
Rasional :
Support sistem yang baik pada pasien meningkatkan rasa percaya diri dan dapat
mengurangi rasa kecemasan sehingga menambah kekuatan mental dalam menghadapi
kenyataan.
g. Kurang pengetahuan yang berhubungan kuranganya informasi perawatan
(penyakitnya).
Tujuan :
Setelah diberikan penjelasan diharap pengetahuan pasien bertambah

Kriteria standart :
- Pasien dapat mengerti tentang keadaannya
- Pasien tidak sering bertanya
- Pasien tidak menampakkan wajah sedih

Intervensi
- Jelaskan pada pasien tentang prosedur perawatan yang dilakukan Rasional :
Pemahaman pasien tentang prosedur perawatan dapat mengurangi kecemasan
- Motivasi pasien untuk optimis terhadap prosedur perawatan
Rasional :
Meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap prosedur perawatan sehingga pasien
merasa lebih tenang.
- Lakukan tindakan keperawatan dengan penuh simpati dan sesuai prosedur.
Rasional :
Pasien merasa bahwa tindakan yang dilakukan memang benar-benar membantu
kesembuhan
- Libatkan keluarga dalam hal pemberian informasi.
Rasional :
Keluarga disamping orang terdekat pasien juga bisa memberikan informasi dan
motivasi sehingga meningkatkan rasa percaya diri pasien dalam menambah kekuatan
mentalnya.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini ada yang secara langsung
yaitu tangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan pasien dan
delegasi yaitu diserahkan kepada orang lain yang dapat dipercaya untuk melakukan
tindakan keperawatan pasien (Effendy N, 1995).

5. Evaluasi
Evaluasi merupak,an tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak, dan
penilaian merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan kegiatannya disengaja
dan secara terus menerus dengan melibatkan keluarga, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya :
Dalam mengevaluasi ada tiba alternatif yang dipakai perawat dalam memutuskan sejauh
mana tujuan yang telah dicapai meliputi :
a. Tujuan tercapai jika keluarga mampu menunjukkan prilaku pada waktu atau tanggal
yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian jika keluarga telah mampu menunjukkan prilaku tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
c. Tujuan tidak tercapai jika keluarga tidak mau sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Lismidar H, 1990).

Anda mungkin juga menyukai