Anda di halaman 1dari 22

BAB I .

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang dengan pesat dan di
beberapa jenjang sekolah, khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SLTA) dan
sekolah menengah pertama (SLTP) dan sederajat, termasuk juga sebagian kecil sekolah
dasar, kini para siswa telah diberi sebuah mata pelajaran yang berhubugan dengan teknologi
informasi dan komunikasi, sehingga diharapkan para siswa setidaknya sudah tidak asing
dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan tidak kalah pentingnya adalah
guru yang berperan sebagai pengajar dapat menggunakan media pembelajaran berbasis TIK
dalam membantu proses belajar mengajar dan kegiatan lainnya.
Menurut Drs. Cece Wijaya dalam bukunya Guru dalam pelaksanaannya sebaiknya
mempunyai kemampuan dasar yang tidak lain adalah kompetensi guru. Cooper
mengemukakan empat kompetensi guru, yakni (a) mengetahui kemampuan belajar dan
tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang
dibinanya, (c) mempunyai sifat yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan
bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Dari
pernyataan kompetensi guru yang mengharuskan guru mempunyai keterampilan dalam
teknik mengajar yaitu salah satunya menggunakan pemanfaatan TIK.
Guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan
lain dianggap masih gagap teknologi. Keadaan tersebut memperihatinkan untuk kondisi saat
ini. Guru kini banyak yang tidak fasih menggunakan komputer. Para guru menggunakan
komputer sekedar untuk mengetik dengan MS Word itupun tidak paham semua fasilitas
yang ada pada program tersebut, akan tetapi pembelajaran interaktif mengharuskan guru-
guru menggunakan cara belajar yang interaktif juga seperti menggunakan media
pembelajaran dengan memakai komputer, contohnya penyampaian materi menggunakan
Microsoft Power Point.
Pengajar yang professional akan berpengaruh pada efektivitas pembelajaran
siswanya. keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan masing-masing guru dikelasnya.
Tenaga pengajar yang profesional akan terukur dari sejauh mana dia menguasai kelas yang
diasuhnya hingga mengantarkan peserta didiknya mencapai basil belajar yang optimal.
Dalam pandangan psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan tenaga
pengajamya. Hal ini disebabkan tenaga pengajar sebagai orang yang berperan dalam proses
transformasi pengetahuan dan keterampilan juga dia memandu segenap proses
pembelajaran. Pada pengajarlah pembelajaran diarahkan kemana akan dibawa.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, para guru dalam proses belajar mengajar
selalu mempertimbangkan teknik mengajarnya. Kemudian para guru di dalam menentukan
teknik mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswani Zan (1996:82-92), faktor-faktor tersebut yaitu (1) nilai strategi metode, (2)
efektivitas penggunaan metode, (3) anak didik, (4) tujuan, (5) situasi, (6) Fasilitas, dan (7)
guru.
Dari sekian pertimbangan tersebut, teknik mengajar mengajar berbasis TIK sudah
biasa digunakan dalam proses belajar mengajar yang interaktif dan menarik. Pada saat
sekarang ini, beberapa guru di SMAN 1 Cileunyi sudah menggunakan TIK sebagai alat
untuk mengajar dikelasnya. Berangkat dari karakteristik guru SMAN 1 Cileunyi maka
penulis ingin mengetahui Sejauh mana penguasaan guru terhadap TIK mempengaruhi
kemampuan guru dalam memperoleh sumber pembelajaran ?. Bagaimana penguasaan guru
dalam pemanfaatan TIK dapat mempengaruhi efektivitas belajar mengajarnya ?.
Bagaimanakah pengaruh pengguanaan media pembelajaran menggunakan TIK terhadap
motivasi belajar siswa ?.
Keterikatan penulis terhadap fenomena permasalahan tersebut akan lebih lanjut dan
diteliti dari aspek guru sebagai pengajar yang mampu memanfaatkan TIK dengan judul :
“PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN GURU DALAM PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN SISWA” (Studi Deskriptif Implementasi TIK oleh Guru dalam Proses
Pembelajaran di SMAN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana penguasaan guru terhadap TIK mempengaruhi kemampuan guru dalam
memperoleh sumber pembelajaran ?
2. Bagaimana penguasaan guru dalam pemanfaatan TIK dapat mempengaruhi efektivitas
belajar mengajarnya ?
3. Bagaimanakah pengaruh pengguanaan media pembelajaran menggunakan TIK terhadap
motivasi belajar siswa ?

C. Hipotesis
1. Semakin tinggi tingkat penguasaan guru dalam menggunakan TIK semakin mudah dalam
mencari sumber pembelajarannya.
2. Semakin tinggi tingkat penguasaan guru dalam menggunakan TIK semakin efektif proses
pembelajarannya.
3. Penguasaan guru terhadap media pembelajaran berbasis TIK sangat mempengaruhi
motivasi belajar siswa.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Sejauh mana penguasaan guru terhadap TIK mempengaruhi kemampuannya dalam
memperoleh sumber pembelajaran.
2. Penguasaan guru dalam pemanfaatan TIK dapat mempengaruhi efektivitas belajar
mengajarnya.
3. Pengaruh pengguanaan media pembelajaran menggunakan TIK terhadap motivasi belajar
siswa.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini :
1. Bagi peneliti
a. Memberikan jawaban dari permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya
penelitian ini.
b. Membuktikan hipotesis yang menjadi pedoman dalam penelitian ini.
2. Bagi dinas pendidikan
a. Memberikan masukkan untuk penyusunan kebijakan di lingkungan dinas pendidikan
dalam menyelenggarakan proses pendidikan sebagai realisasi untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
3. Bagi pengembangan keilmuan
a. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan konsep, paradigma dan teori
efektifitas pembelajaran.
4. Bagi Siswa
a. Dapat termotivasi dan merasa senang dalam mengikuti proses belajarnya.
b. Dapat mengetahui perangkat dan manfaat teknologi informasi dan komunikasi.
5. Bagi pembaca atau peneliti lain
a. Memberikan wawasan yang berhubungan dengan penelitian.
b. Dapat memberikan stimulus guna diadakan penelitian selanjutnya untuk lebih
meningkatkan konsep dan teori tentang hubungan pemanfaatan TIK terhadap
efektivitas pembelajaran.

c. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman permasalahan ini, penulis menjelaskan beberapa
istilah-istilah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan
sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dan sebagainya).
(Purwodarminta:1994:731).
2. Penguasaan
Penguasaan berasal dari kata kuasa yang artinya kemampuan, kekuatan atau
kesanggupan (purwodarminta:1994:731). jadi penguasaan adalah perbuatan menguasai
atau menguasakan. Yang dimaksud penguasaan dalam penelitian ini yaitu kemampuan
guru untuk menguasai teknologi informasi dan kamunikasi.
3. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menurut Eric Deeson, Harper Collins Publishers, Dictionary of Information
Technology, Glasgow,UK,1991 “Information Technology (IT) the handling of
information by electric and electronic (and microelectronic) means.” Here handling
includes transfer. Processing, storage and access, IT special concern being the use of
hardware and software for these tasks for the benefit of individual people and society as
a whole”
Dari penjelasan di atas kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan ,
mengolah dan memproses informasi dalam konteks social yang menguntungkan diri
sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. Bagaimana implikasinya agar dapat
menguntungkan secara individual dan masyarakat secara keseluruhan tidak didefinisikan
secara lebih khusus.
Menurut anatta sannai, Jakarta Indonesia, 2004 Teknologi Informasi dan komunikasi
adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang
kepada orang lain.
4. Efektivitas
Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Efektivitas berasal dari efektif adanya akibat, kesannya (Purwodarminta:1994:231).
efektivitas artinya keadaan yang ditimbuilakan karena adanya pengaruh. Efektivitas
menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika
hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Jadi efektivitas dalam penelitan ini dilihat dari aspek apakah tujuan atau sasarann
pembelajaran menggunakan tik tercapai, daya serap anak, hasil belajar anak, dan presensi
guru serta murid.
5. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses untuk menciptakan anak belajar. Yang dimaksud
pembelajaran disini adalah sebagaimana anak belajar dengan menggunakan teknologi
informasi sehingga anak lebih menyenangkan belajarnya.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penguasaan Guru dalam Pemanfaatan TIK


1. Pengertian Penguasaan guru
Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan
sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dan sebagainya).
(Purwodarminta:1994:731). Yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini yaitu daya atau
sumber yang timbul dari benda atau perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
terhadap efektivitas pembelajaran.
Dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru
dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap
masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan
menyakitkan, sebab di tengah digunakannya pembelajaran interaktif yang juga harus
melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis apabila gurunya
sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah
kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Peran pimpinan atau kepala sekolah sangat penting dalam memajukan sekolah,
khususnya penguasaan para guru dalam pemanfaatan TIK. Pimpinan yang tidak sigap dalam
adaptasi dengan perkembangan teknologi dapat mengakibatkan kebijakan yang menjadikan
guru gagap teknologi, padahal ini bisa jadi mengakibatkan hilangnya daya tarik dalam
proses belajar. Terlebih dalam era informasi ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti,
menggunakan, dan mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru
sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama bisa jadi hilang,
sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi.
Masih ada guru yang beranggapan tidak menggunakan komputer dan TIK dalam
proses pembelajaran bukan hal mengganggu jalannnya pelajaran, karena guru merasa tidak
mendapatkan fasilitas komputer saat mengajar, jadi inilah yang membuat mereka merasa
tidak perlu untuk tahu cara menggunakan komputer. Kasus ini terjadi pada guru-guru yang
sudah berusia tua, walaupun yang guru yang yunior pun masih ada yang gagap pada
kemanjuan TIK.
Dilema yang muncul di lapangan, dari berbagai upaya yang telah dilaksanakan untuk
membantu para guru mengenal TIK, terganjal di tengah jalan, penyebabnya adalah; 1) takut
akan kesalahan yang diperbuat, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan media; 2) merasa
usianya sudah tua, sehingga kurang bermanfaat bagi dirinya; 3) kurang memahami bahasa
teknik TI (bahasa inggris); 4) banyaknya rutinitas di luar pelajaran TIK.
Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu ketrampilan atau
keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan
bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa
faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, Lokasi, bagi guru yang
mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang
urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. Kedua,
kesadaran yang masih rendah mengenai mengenai arti penting teknologi untuk menunjang
professi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya kesempatan dan peluang
untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih.
Menurut ilmu tarbiyah islami : 2010 beberapa hal yang perlu diperhatikan pengajar
sebelum memulai pembelajaran :
a. Pengajar sebaiknya harus sudah dapat mengoprasikan LCD projector dan komputer
b. Cantumkan poin poin penting saja dalam power point
c. Gunakan warna warna yang menarik
d. Gunakan animasi secukupnya agar tidak mengganggu
e. Kalau bisa sebaiknya dihindari suara yang muncul dari animasi, karena akan mengganggu
pembicaraan fasilitator
f. Gunakan animasi gambar
g. Gunakan foto –foto secukupnya
h. Bila memungkinkan gunakan film pendek
i. Segera di-minimize-kan apabila power point tidak digunakan
j. Prinsip satu slide satu menit
k. Jangan terlalu banyak slide setiap sesi, maksimal 20 slide

2. Pemanfaatan TIK untuk Memperoleh Sumber Pembelajaran


a. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan dan diperlukan
untuk membantu pengajar maupun peserta didik dalam proses pembelajaran, yang
berupa buku teks, media cetak, media elektronik, nara sumber, lingkungan alam sekitar
dan sebagainya.
Sumber Belajar berupa bahan belajar adalah rujukan, referensi, atau literature yang
digunakan baik untuk menyusun silabus maupun buku yang akan digunakan oleh
pengajar. dalam mengajar, sehingga ketika menyusun silabus akan terhindar dari
kesalahan konsep.
Sudirman N, (1991) sumber belajar adalah sebagai berikut:
Manusia, bahan (materials), lingkungan (setting) Alat dan perlengkapan (tool and
quipment) ktifitas (avtivities).
Menurut Wina Sanjaya sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar
lingkungan kegiatan yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu
optimalisasi hasil belajar, proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber
yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan
penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.
b. Fungsi sumber belajar
Mengajar bukanlah menyelesaikan penyajian suatu buku, melainkan membantu
peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu hendaknya pengajar menggunakan
sebanyak mungkin sumber bahan pelajaran, karena sumber belajar memiliki beberapa
fungsi yaitu :
 pengembangan bahan ajar secara ilmiah dan objektif.
 membantu pengajar dalam mengefisienkan waktu pembelajaran dan menghasilkan
pembelajaran yang efektif.
 mendukung terlsaksananya program pembelajaran yang sistematis.
 meringankan tugas pengajar dalam menyajikan informasi atau materi pembelajaran
sehingga pengajar dapat lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar
kepada peserta didik.
 Meningkatkan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik dapat belajar lebih
cepat dan menunjang penguasaan materi pembelajaran.
 Mempermudah peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik sehingga peran pengajar tidak dominan dan menciptakan kondisi atau
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar.
 Peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minatnya,
8. Memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang,
waktu, dan keterbatasan indera.
c. Jenis dan klasifkasi sumber belajar
Pengklasifikasian sumber belajar (learning resources), termasuk didalamnya
sumber belajar pada pembelajaran berbasis TIK terdapat beberapa versi, diantaranya :
 ada yang mengklasifikasikan sumber belajar menjadi empat kategori yaitu, bahan
belajar, peralatan dan fasilitas, orang dan lingkungan.
 Ada mengklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu sumber belajar manusia
(human resourses), dan sumber belajar bukan manusia (non human resources).

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Menggunakan TIK


a. Kelebihan
 Pembelajaran dengan menggunakan TIK bisa menamplkan audio visual, animasi,
teks, gambar yang dapat membantu siswa lebih memahami konsep-konsep dan
permasalahan dalam pembelajaran.
 TIK dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, animasi, gambar, audio dan video.
 Pembelajaran menggunakan TIK lebih simpel dalam pengemasan dan
pengelolaannya. Contohnya dalam pembelajaran biologi pada pembelajaran organ
tubuh manusia tidak harus membawa alat peraganya sehingga cukup membawa
laptop dan software yang mendukung peragaannya.
 Dapat mempermudah menampilkan benda kongkrit dalam wujud abstrak. Contoh
peristiwa ledakan granat.
 Siswa dapat dengan mudah memperoleh bahan ajar dari gurunya, tidak perlu
menyalin atau mengcopynya cukup membawa usb.
b. Kelemahan
 Memerlukan sarana dan prasarana tertentu yang tidak semua sekolah bisa
memenuhinya.
 Memerlukan keahlian khusus dalam mencari, menciptakan, mengelola dan
mengembangkannya.
 Guru yang mengajar menggunakan TIK cenderung pasif.

B. Efektivitas Pembelajaran
1. Pengertian Efektifitas
Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara
sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang
telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi
efektivitasnya.
Sementara itu Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas adalah pemanpaatan sumber
daya, sarana dan prasaranadalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”.
Proses belajar mengajar yang dikembangkan di sekolah dasar dan sekolah
menengah harus mempunyai target dalam penyampaian materi pelajaran yang dilakukan
oleh masing-masing guru mata pelajaran, dimana harus berdasarkan pada kurikulum yang
berlaku pada saat ini, karena kurikulum saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat
signifikan jika dibandingkan dengan kurikulum zaman dulu. Bahan mata pelajaran banyak
sekali yang masuk dalam sebuah kurikulum, tentunya semua mata pelajaran tersebut harus
disesuaikan dengan waktu yang tersedia pada hari yang efektif, tapi materi pelajaran yang
ada di kurikulum lebih banyak dari waktu yang tersedia. Ini sangat ironis karena semua mata
pelajaran dituntut untuk bisa mencapai target yang ditentukan dalam kurikulum.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang
berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang
bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan
keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian
antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah
pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang
dilakukan.
2. Kriteria Efektivitas Pembelajaran
Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap berhasilnya
sebuah pembelajaran, antara lain kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa dan prestasi
belajar.
a. Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu “cuciculum”semula berarti “a running course, or
race cource, especially a chariot race cource” dan dalam bahasa perancis “courier” yang berarti
“to run” (berlari). Kemudian istilah itu dipergunakan untuk sejumlah “cource” atau mata
pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Smith memandang bahwa kurikulum sebagai “a sequence of potencial experience of
disciplining children and youth in group ways of thinking acting” yaitu penekanannya pada
aspek sosial, yakni mendidik anak menjadi anggota masyarakat. Dari uraian diatas telah jelas
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dicapai/diselesaikan oleh peserta
didik untuk mendapatkan ijazah (STTB). Sebelum abad ke 20 setelah kurikulum belum banyak
digunakan dalam kontek pendidikan. Para ahli mencatat bahwa konsep-konsep tentang
kurikulum mulai berkembang sejak dipublikannya sebuah buku yang berjudul “The
Curriculum” yang ditulis oleh Franklin Bobblilt pada tahun 1918. Yang pada garis besarnya
berisi tentang kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar dan kurikulum sebagai rencana belajar.
b. Daya Serap
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap diartikan sebagai kemampuan
seseorang atau suatu menyerap. Daya serap yang di maksud disini adalah kemampuan siswa
untuk menyerap atau menguasai materi/bahan ajar yang di pelajarinya sesuai dengan bahan ajar
tersebut yang meliputi:
c. Evaluasi Hasil Belajar
Kegiatan evaluasi atau menilai hasil-hasil dari belajar siswa merupakan tindak
lanjut dari semua rangkaian aktivitas pembelajaran. Evaluasi ini bermaksud untuk
mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menyerap materi pelajaran yang telah
diberikan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas belajar di kelas. Kegiatan
evaluasi ini tentu akan menjadi pedoman baik untuk guru atau siswa, dimana akan
terlihat dengan jelas letak kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga akan menjadi
tolak ukur dan perbaikan untuk masa yang akan datang.
a. Prestasi Belajar
Secara bahasa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dari yang telah dikerjakan
atau dilakukan). Sedangkan belajar itu sendiri adalah suatu peroses aktivitas yang dapat
membawa perubahan pada individu, dan prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya
ditunjukan dengan tes atau angka nilai yang diberikan guru. Dengan demikian seseorang
telah mengalami peroses aktifitas belajar mengajar akan mengalami perubahan tingkah
laku, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun dari segi lainnya. Proses belajar
mengajar tidak hanya dilakukan didalam kelas saja yaitu intraksi antara guru dengan
siswa dalam situasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Siswa
Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. faktor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor
fisiologis dan factor psikologiss.
a.       Faktor fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
 
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi
fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran


fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat
menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar
adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga
panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif.
Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang
bergizi , dan lain sebagainya.
 
b. Factor psikologis
Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh
Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto  2002).

Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi


140 – 169 Amat superior
120 – 139 Superior
110 – 119 Rata-rata tinggi
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
70 – 79 Batas lemah mental
20 — 69 Lemah mental
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:
o Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—
IQ 169;
o Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
o Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
o Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
o Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
o Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
o Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ
69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang
tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah
mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap
tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan
bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Menentukan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih penulis dengan sengaja, yaitu di beberapa SMA Negeri 1
di kabupaten bandung. Adapun penulis menggunakan lokasi tersebut karena terjangkau oleh
penulis serta cukup tersedia data dan sumber penelitian.

B. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,1991:102).
Sehubungan dengan penelitian ini maka populasi yang akan teliti penulis adalah SMAN 1
Cileunyi sekaligus menjadi populasi dalam penelitian ini.
2) Sampel
Sebagai acuan dalam membuat sampel ini, menggunakan teknik sampel acak atau
random yang berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (1991:107) yang menyatakan
bahwa jika populasi kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya. Tetapi jika populasi
lebih besar dapat diambil 10% sampai 15% atau 20% sampai 25%. Untuk keperluan
penelitian ini, penulis mengangkat seluruh guru memanfaatkan TIK dalam mengajarnya dan
siswanya 15 % dari jumlah 1016 siswa yaitu sejumlah 152,4 dibulatkan sebesar 152 orang.

C. Penentuan Metode dan Teknik Penelitian


Nana Sudjana (1989:16) mengatakan bahwa metodologi mengandung makna yang
lebih luas menyangkut prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah penelitia, termasuk untuk menguji hipotesis.
Sedangkan teknik penelitian harus menyangkut tiga persyaratan yaitu dilakukan secara
sistematis, berencana dan prosedur ilmiah. Yang dimaksud sistematis yaitu dilaksanakan
menurut pola tertentu dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks hingga tercapai
suatu tujuan yang efektif dan efisien. Berencana artinya dilaksanakan berdasarkan pemikiran
dan langkah-langkah pelaksanaannya bukan atas dasar kesengajaan. Sedangkan menurut
pendapat Suharsimi Arikunto (1991:12) mengatakan prosedur ilmiah artinya mulai awal
sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan’ yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahuan.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki atau dengan kata lain
pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat (Moh. Nazir, 1985:63).

D. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara,
angket dan studi dokumentasi. Penelitian ini dapat dikatakan bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Penjelasan penulis dalam pengumpalan data menggunakan teknik penelitian diatas
adalah sebagai berikut :
1) Teknik Observasi
Teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara
langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu
dilakukan didalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus
diadakan (Winarno Sukhahmad, 1985:162). Penulis menggunakan teknik observasi
langsung karena dengan menggunakan metode ini diharapkan penulis dapat mengumpulkan
data dengan mengamati langsung objek yang diteliti.
2) Teknik Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara peneliti dengan responden untuk
memperoleh informasi. Sejalan dengan pendapat diatas, luhut banggabean dalam bukunya
“Dasar-dasar Penelitian Pendidikan” (1991:39) mengemukakan bahwa wawancara adalah
suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam pecakapan yang bertujuan untuk mencapai
informasi. Pelulis mengharapkan dengan metode ini dapat memperoleh data sejauh mana
tingkat penguasaan guru dalam pemanfaatan TIK dapat berpengaruh terhadap efektifitas
pembelajaran siswa.
3) Teknik Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan secara tertulis untuk diajukan kepada responden,
agar dapat memberikan informasi yang menyangkut pribadinya dan hal-hal yang mereka
ketahui (Suharsimi Arikunto, 1991:181). Dalam penggunaan teknik ini penulis
mengharapkan jawaban dari responden secara jujur menjawab pertanyaan yang diberikan.
Dalam angket ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyan yang menyangkut
masalah yang akan diteliti kemudian melakukan pembobotan nilai pada tiap-tiap masing
jawaban yang dipilih oleh responden.
4) Tes
Salah satu alat untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan tes. Tes tersebut
diajukan terhadap siswa yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan individu.
Penyusunan tes sebagai alat ukur harus mempertimbangkan faktor a. bagaimana tes
dilakukan b. kemampuan alat tes yang digunakan (Mohamad Ali, 1985 : 102).

E. Prosedur Penelitian
Pengolahan data pada penelitiaian ini dengan cara mengumpulkan data-data yang
besifat kuantitatif dari hasil angket akan diolah dengan teknik-teknik statistik, sedangkan
data-data yang bersifat kualitatif dari hasil observasi dan wawancara akan dianalisis untuk
melengkapi data-data hasil pengolahan angket. Kesimpulan dari penelitian ini akan
mengambil dari data-data yang diperoleh, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Secara garis besar analisis dibagi menjadi dua tahap pertama dengan analisis parsial
dan tahap kedua menggunakan analisis korelasional.
1) Analisis Parsial
a. Analisis parsal perindikator Variabel X, yaitu dengan cara melihat mean
perindikator.
Rumus :

M=
∑ FX
N ( Jumla h Item)
Setelah dketahui nilai rata-rata varabel X, kemudian proses interprestasi akan
didasarkan pada rentang skala nilai alternatf jawaban terendah sampa tertinggi, yaitu
0,50 – 5,50. Dengan demikian secara procedural untuk menginterprestasikan tinggi
rendahnya variable X akan dlihat pada skala nilai sebagai berikut :
1. Antara 0,50 – 1,50 = Sangat Rendah
2. Antara 1,50 – 2,50 = Rendah
3. Antara 2,50 – 3,50 = Cukup
4. Antara 3,50 – 4,50 = Tinggi
5. Antara 4,50 – 5,50 = Sangat Tinggi (Suharsimi Arkunto, 1993:247).
b. Uji Normalitas variabel X dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Mencari rentang (r), dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
R = Xt – Xr (Sudjana, 1996:47)
 Mencari kelas interval (Ki) dengan rumus :
Ki = 1 + (3,3) log n (Sudjana, 1996:47)
 Mencari panjang interval (P) dengan rumus :
P = R : Ki (Sudjana, 1996:47)
 Menyusun table distibusi masing-masing variabel.
5. Menghitung Mean (X) dengan rumus :

X́ =
∑ fiXi
∑ fi
(Sudjana, 1996:70)
 Menghtung median (Md) dengan rumus :
1/2n - F
___________
Md = b + p ( ) (Sudjana, 1996:70)
f
 Menghitus modus (Mo) dengan rumus :
Mo = 3 Md – 2X (A. Hasan Gaos, 1983:44)
 Menghitung harga standar deviasi (SD) dengan rumus :

n ∑ fi xi 2−(fiXi)2
SD=
√n(n−1)
(Sudjana, 1996:70)
 Membuat tabel prekuensi observasi dan ekspektasi masing-masing variabel.
 Menghitung harga Chi Kuadrat (X2) dengan Rumus :

2
(Oi− E )2
x =∑ i

Ei
(Sudjana, 1996:273)
 Mencari derajat kebebasan (db) dengan rumus :
db = k – 3 (Endi Nugraha, 1996:9)
 Menentukan nilai X2 tabel dengan taraf signifikan 5 %
 Menginprestasikan hasil pengujian normalitas dengan ketentuan :
o Data di atas dkatakan normal jika x 2 hitung lebih kecil daripada x 2tabel.
o Data di atas dikatakan tidak normal jika x 2 hitung lebih besar dar harga x 2
tabel.
c. Analisis parsial perindikator variabel Y
Sebagaimana pada variabel X proses analisis datanya menggunakan langkah-
langkah yang sama. Sedangkan untuk menginterprestasikan skor rata-rata jawaban
responden varabel Y akan dilihat pada skala nilai sebagai berikut :
1. 80 – 100 = Sangat Tinggi
2. 70 – 79 = Tinggi
3. 60 – 69 = Cukup
4. 50 – 59 = Rendah
5. 0 – 49 = Sangat Rendah (Muhibbin Syah, 1995:153).
2). Analisis korelasional
a. Pengujian linearitas regresi
 Membuat tabel untuk mencar harga-harga yang dperlukan dalam pengujian
linieritas regresi.
 Menentukan umus persamaan lnieritas regresi :
¥ = a + bX
Dimana :
( ∑ Y i ) (∑ X i2 )−( ∑ Y i )( ∑ X i Y i )
a= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )

n ∑ ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i)
b= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )
(Sudjana, 1996:315)
 Menguji linieritas regresi dengan langkah-langkah sebaga berkut :
o Menghitung jumlah derajat koefisien a (JKa) dengan rumus :
2
(∑ Y )
JKa=
n
(Endi Nugraha, 1985:59)
o Menghitung jumlah kuadrat gabungan antar koefisien a dan b (JKb/a) dengan
rumus :
X i )( ∑ Y i )
JK ( ba )=b {∑ X Y − (∑
i i
n }
(Sudjana, 1996:328)
o Menghitung jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus :
2
b ( ∑ Y i)
2
Jkres=∑ Y i −JK
a

n ()
(Sudjana, 1996:328)
o Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan (JKkk) dengan rumus :
2

JKkk=∑ { (∑ Y )
∑Y − n 2
}
(Endi Nugraha, 1985:59)
o Menentukan jumlah kuadrat ketidak cocokan dengan rumus :
JKtc = JKr – JKkk (Endi Nugraha, 1985:61)
o Menentukan derajat kebebasan kekeliruan dengan rumus :
dbkk = n – k (Endi Nugraha, 1985:61)
o Menentukan derajat kebebasan ketidak cocokan dengan rumus :
dbtc = k - 2 (Endi Nugraha, 1985:61)
o Menentukan rata-rata kuadrat kekeliruan dengan rumus :
RKkk = JKkk : dbkk (Endi Nugraha, 1985:61)
o Menentukan rata-rata kuadrat ketidak cocokan dengan rumus :
Rktc = JKtc : dbtc (Endi Nugraha, 1985:61)
o Menentukan nilai F ketidak cocokan dengan rumus :
Ftc = Rktc : RKkk (Endi Nugraha, 1985:62)
o Menentukan nlai F tabel pada tabel signifikansi 5% dengan rumus :
db = (dbtc : dbkk) (Endi Nugraha, 1985:62)
o Membandingkan Ftc dengan F tabel. data tergolong memiliki regresi linear
jika Ftc < daripada F tabel pada taraf signifikasi 5%
b. Menghitung Koefisien Kolerasi
Teknik perhtungan akan didasarkan pada normalitas dan integritas regresi,
artinya apabila distribusi kedua variabel itu normal atau regresinya tidak linear, maka
di berlakukan rumus kolerasi pearson product moment, yaitu :
n. ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑ Y )
' XY =
2
√ {n ∑ X −(∑ X )} {n . ∑ ∑ Σ −(∑ Y ) }
2 2 2

(Suharsimi Arkunto, 1998:162)


Apabila terjadi kesalahan satu atau dua varabel berdistribusi tidak normal
maka pendekatan kolerasnya yatu rumus kolerasi rank dari spearman :
6 ∑ b2
r ' =1−
n ( n2−1 )
(Endi Nugraha, 1985:70)
Apabila koefisien kolerasnya telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah :
 Menentukan uji signifkansi dengan rumus :
r √n−2
t=
√1−r 2
(Sudjana, 1996:377)
Jika t > ttabel maka kolerasi antara variabel X dengan variabel Y adalah signifikans.
Akan tetapi jika sebaliknya maka tidak signifikans.
 Menentukan tinggi rendahnya kolerasi
Hasil perhitungan kolerasi akan dicocokan dengan tingkat kolerasi sebagai berikut :
0,00 – 0,20 = Hampir tidak ada kolerasi
0,20 – 0,40 = Kolerasi rendah
0,40 – 0,60 = Kolerasi sedang
0,60 – 0,80 = Kolerasi tinggi
0,80 – 1,00 = Kolerasi sempurna
 Mengukur kadar tinggi rendahnya varabel X terhadap Variabel Y dengan
menggunakan rumus Frederict A. Court, yaitu :
E = 100 (1 – K) dimana K= √ 1−r 2 (Joesoef Adnan tt. :25)
DAFTAR PUSTAKA

Sudjana. (1996). Metode Statitiska. Bandung: Tarsito.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, M. (1999). Pskologi Belajar. Jakarta: Logos

Nugraha, E. Statitiska untuk Penelitian. Bandung: Permadi.

Suprapto, E. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. [Online].

Tersedia: http://ekosuprapto.wordpress.com[18 April2009].

Islami T. (2010). TIK dan Sumber Belajar. [Online] Tersedia:

http://sahlanpermana.blogspot.com/2010/05/tik-dan-sumber-belajar.html[26

Mei 2010].

Panggabean, L (1991). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan. Bandung: Depdikbud

Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai