Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang sistemik – sisitematik


selalu bertolak dari landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.
Landasan serta asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan
pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masarakat suatu bangsa.
Untuk Indonesia pendidikan diharapkan mengusahakan (i) pembentukan
manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan
mampu mandiri, dan (ii) pemberian dukungan bagi perkembangan masarakat,
bangsa dan negara Indonesia (Undang-Undang, 1992:24). Landasan-landasan
pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan
manusia Indonesia, dan serentak dengan itu mendukung perkembangan
masarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan
memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu dan pada
gilirannya akan memberi pula corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni
manusia dan masarakat Indonesia.

Beberapa dari landasan pendidikan tersebut adalah landasan fislosofis,


sosiologis dan kultural yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi
akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai
landasan pendidikan itu akan berbentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan
menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi
peluang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program
pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan prespektif yang luas
terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

1
1.2 Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari kedua permasalahan ini, kita mengharapkan agar


anda dapat:

1. Memahami berbagai landasan pendidikan utamanya landasan filosofis,


landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, serta
landasan ilmiah dan teknologi, baik pada pendidikan pada umumnya
maupun khusus untuk Indonesia.
2. Memahami makna serta cara-cara penerapan berbagai asas pendidikan,
utamanya asas Tut Wuri Handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan
asas kemandirian dalam belajar.
3. Memiliki wawasan kependidikan dengan prespektif yang luas tentang
pendidikan, baik dari segi konseptual maupun dari segi operasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak


terputus dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Upaya
memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan
pandangan hidup dan latar sosial-kebudayaan setiap masarakat tertentu. Oleh
karena itu meskkipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-
perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosio-kultural
tersebut. Artian pendidikan diselenggarakan berdasarkan berdasarkan falsafah
hidup dan latar-sosiokultural setiap masarakat, termasuk di Indonesia. Kajian
ketiga landasan itu (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap
tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang
bidang dan tugasnya.

1. Landasan Filosofis

Landasan ini berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang


berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti : “Apakah pendidikan itu?;
mengapa pendidikan diperlukan?; apa yang seharusnya menjadi tujuannya?”
dan masih banyak lagi. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan
atau bersifat filsafat. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan
dunia.
Tinjauan filosofis tentang pendidikan ini berarti berpikir bebas serta
menantang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan
istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
1) Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan serta
sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya
itu.

3
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup epistimologi,
etika, estetika, metafisika, serta sosial dan politis.
a. Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendididkan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran hasil
kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Berikut
diantara hasil kajian filsafat dalam bidang pendidikan
a) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk didunia ini,
seperti yang disimpulkan zoon politicon, homo sapiens, animal
aducantum, dan sebagainya.
b) Masyarakat dan kebudayaannya
c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan; dan
d) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan (wayan ardhana, 1986: modul 1)
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
Berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya
yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat ternyata sangat
bervariasi, bahkan kadang-kadang bertentangan. Secar historis terdapat dua
alira yang saling bertentangan yakni idealisme dan naturalisme (positivisme),
dengan segala variasinya masing-masing (Abu Hanifah, 1950). Di samping
kedua aliran tersebut telah berkembang pula beberapa aliran lain, sehingga
terdapat aliran-aliran filsafat materi filsafat cita, filsafat hidup, filsafat
hakekat, filsafat eksistensi, dan filsafat ujud (Beerling 1951:40). Wayan
ardhana, dan kawan-kawan (1986: modul 1/12-18) mengemukakan bahwa
aliran-aliranh filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga
telah melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a) Idealisme.
b) Realisme.
c) Perenialisme.

4
d) Esensialisme.
e) Pragmatisme dan progresivisme.
f) Eksistensialime
Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992:
145-150) membedakan antara aliran filsafat dan mazhab filsafat pendidikan,
yakni : aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah
idealisme, realisme (positivisme, meterialisme), neothomisme dan
pragmatisme; sedangkan mazhab filsafat pendidikan adalah esensialisme,
perenialisme, progresivismme dan rekronstruksionisme. baik sebagai aliran
filsafat maupun mazhab filsafat pendidikan, pandangan-pandangan tentang
mannusia da dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi atau
penyelenggaraan pendidikan.

b. Pancasila sebagai landasan filosofis sistem pendidikan nasional ( sisdiknas)


Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Sekolah adalah suatu
lingkungan khusus yang merupakan sambungan dari lingkungan sosial yang
lebih umum. sekolahh merupakan lenbaga masyarakat yang bertugas memilih
dan menyederhanakan unsur kebudayaan yang dibutuhkan oleh individu,
belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif dengan cara memecahkan
masalah. Guru harus bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator bagi
siswa.
Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori
pendidika yang mendasakan diri pada beberapa prinsip, antara lain :
a) Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
b) Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang
minat belajar.
c) Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan
belajar
d) Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk
melakukan reformasi pedagogis dan eksperimentasi.
Pasal 2 UU-RI NO.2 Tahun 1989 menetapakan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Rincian selanjutnya tentang
hal itu selanjutnya tercantum dalam perincian UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang

5
menegaskan bahwa pembangunan nasional mengusahakan antara lain: “
pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri” (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan
ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu jiwa seluruh
rakyat Indonesia,kepribadian bangsa indonesia, pandangan hidup bangsa
indonesia dan dasar negara RI. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan
mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
segala nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan
tindakan dalam pendidikan, artian pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam
pendidikan.

2. Landasan sosiologis

Manusia selalu hidup berkelompok seperti makhluk hidup lainnya,


yakni hewan. Meskipun demikian kelompok manusia jauh lebih rumit. Pada
hewan, hidup berkelompok memiliki ciri-ciri (wayan ardhana, 1986: modul
1/62) sebagai berikut:
a) Ada pembagian kerja yang tetap pada anggotanya
b) Ada ketergantungan antara anggota
c) Ada kerjasama antara anggota
d) Ada komunikasi antara anggota
e) Ada diskriminasi antarindividu yang hidup dalam suatu
kelompok dengan induvidu yang hidup dalam kelompok lain.
Ciri-ciri hewan tersebut dapat pula ditemukan pada manusia.
Kehidupan sosial manusia dipelajari oleh filsafat yang berusaha menjadi
hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat sosial sering membedakan
manusia sebagtgai individu dan manusia sebagi anggota masyarakat.
Pandangan aliran-alira filsafat tentang realitas sosial itu berbeda-beda,
sehingga dapat ditemukan bermacam-macam aliran filsafat sosial.
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran
pandangan tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh
pijakan yang kukuh. Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena
terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan

6
oleh August Comte(1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan psitif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari
berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat
banyaknya realitas sosial maka lahirlah cabang ilmu sosiologi.
a. Pengertian tentang landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara
dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dilembaga
sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologis
pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian
sosiologi pada pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi soaial di dalam sistem pendidikan. Berikut ruang
lingkupnya:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan masyarakat lain, yang mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial, dan sistem
kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses
sosial dan perubahan kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dan kelas sosal atau sistem status.
e) Fungsionalisasi siistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan
ras, kebudayaan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2) Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan
di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau sttruktur masyarakat sekolah.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya yang mempelajari:
a) Peranan sosial guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:

7
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya
terhadap organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi dalam
sistemm sosial komunitas kaum tidakk terpelajar.
c) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan
organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana
untuk memahami sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan
masyarakat.
Kajian tentang sosiologi pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikann luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia.
Selanjutnya, disamping sekolah dan kelurga proses pendidikan sangat
dipengaruhi pula berbagai kelompok sosial masyarakat, seperti kelompok
keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain-lain. Terdapat satu
kelolmpok khusus yang datangnya bukan dari orang biasa, tetapi dari anak-
anak lain yang hampir seusia yang disebut kelompok sebaya. Kelompok ini
juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat searah
dengan bertambahnya usia anak. Kkelompok ini terdiri dari individu yang
rata-rata usianya hampir sama yang mempunyai kepentingan tertentu yang
bersifat sangat sementara. Disamping itu kelompok sebya memberikan jalan
kepada anak untuk lebih independen, memahami solidaritas dan
menumbuhkan sikap kerja sama serta membuka horison anak lebih luas.
Paparan tersebut menyoroti terutama pengaruh masyarakat terhadap
pendidikan. Dimulai dari keluarga, kelompok sebaya dan sebagainya. Dan
tentu tidak kala pentingnya adalah pengaruh pendididkan terhadap
masyarakat. Tentang hal ini, terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji
sejak dulu. Permesalahan yang dimaksudadalah dengan kaitannya dengan
tujuan pendidikan, yakni yang harus mendapat penekanan: apakah pendidikan
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakatnya (penekanan pada
sosialisasi), atau mempersiapkan anak untuk merombak/memperbaharui
masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Seperti di banyak negara,

8
pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memilih salah satu kutub
pendapat tersebut, tetapi diupayakan keseimbangan antara pelestarian dan
pengembangan.

b. Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologis sistem pendidikan


nasiional (Sisdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar
sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi
bersama, setta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan
adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan
bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan dalam artian yang luas
maupun dalam arti yang sempit seperti masyarakat, bangsa ataupun kesatuan
kelompok kekerabatan di suatu desa dalam, suatu marga. Masyarakat dalam
arti luas pada umumnya lebih abstrak apabila dibandingkan dengan
masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebai kesatuan hidup memiliki ciri
utama antara lain :
a) Ada interaksi antara warga-warganya.
b) Pola tingkah laku warganya diatur oleh norma-norma hukum, dann
aturan-aturan yang khas.
c) Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya
Masyarakat indonesia mempunyai perjalanan sejarah yang panjang,
bahkan telah dimulai pada jaman prasejarah, zaman kerajaan nusantara, zaman
penjajahan sampai saat ini. Hingga kini ciri yang menonjol dari masyarakat
indonesia adalah sebagai massyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau
di nusantara. Sampai saat ini masyarakat indonesia masih ditandai oleh dua
ciri unik, yakni :
1) Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial atau
komunitas berdasarkan perbedaan-perbedaan suku, agama, adat istiadat,
dan kedaerahan.
2) Secara vertikal ditandai oleh adanya pola kehidupan antara lapisan atas,
menengah, dan lapisan rendah.

9
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat indonesia yang
menonjol adalah :
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan
sosial jajahan yang sering kali memiliki sub-kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktr sosial yang terbagi-bagi
3) Seringkali anggota masyrakat atau kelompok tidak mengembangkan
konsensus di antara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat
mendasar.
4) Di antara kelompok, relatif sering kali mengalami konfli-konflik.
5) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok –
kelompok sosial yang lain
7) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh.

Masyarakat indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman


pemerintahan orde baru telah mengalami banyak perubahan. Sebagai
masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unuk, baik secara
horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan, demikian pula halnya
dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya.
Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa
indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan,
utamanya dalam pendidikan politik, maka sisi ketunggalan dari bhineka
tunggal ika makin mencuat. Berbagai upay yang dilakukan baik melalui
kegiatan jalur sekolah (penataran P4, pemasyrakatan P4 nonpenataran, dan
lain-lain), telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang
semakin kukuh. Berbagai upaya tersebut dilaksanakan denagn tidak
mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat indonesia. Hal
terakhir tersebut kini mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain
dimasukkannya muatan lokal di dalam kurikulum sekolah. Muatan lokal yang
didasarkan pad kebhinekaan masyarakat indonesia itu telah dikukuhkan dalam
UU-RI No. 2 Tahun 1989 dan Pasal 38, PP-RI No. 28 tahun 1990 Pasal 14
Ayat 3 dan 4. Perlu ditegaskan bahwa muatan lokal di dalam kurikulum tidak
dimaksudkan sebagai upaya membentuk “manusia lokal”, akan tetapi haruslah
dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan “manusia indonesia”

10
di suatu “lokal” tertentu. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia
indonesia dengan wawasan nusantara dengan berjiwa nasional akan tetapi
yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam, sosial, dan budaya)
di sekitarnya.

3. Landasan kultural

Pendidikan selalu terkait dengan manusia sedang setiap manusia selalu


menjadi anggota masyarakat dann pendukung kebudayaan tertentu. Oleh
karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan
bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia yang
berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal
maupun infoormal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan
pendidikan itu ikut dii tentukan oleh kebudayaan masyarakat dimana
proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan
adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai
kepercayaan, tingkah laku, dan tekknologi yang diipelajari dan dimiliki
oleh semua anggota masyarakat tertentu.

a. Pengertian tentang landasan kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil dan


budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar
kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud:

1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.

2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan

3) Fisik yakni benda hasil karya manusia.

(Koentjaraningrat, 1975: 15-22).

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan atau dikembangkan karena


dan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau
kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan sebagai

11
contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan
mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu
dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan pada siapa mengatakannya.
Contoh lain, setiap masyarakat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam
berpakaian. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan
kemudian menerapkansebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak
sebagai anggota masyarakt. Oleh sebab itu, anak-anak mesti diajarkan pola-
pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Dengan kata lain , fungsi pokok setiap sistem pendidikan adalah
untuk mengajarkan anak-anak pola yingkah laku yanng esensial tersebut
(Redja Mudyaharjo, 1992: 45).

b. Kebudayaan nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas)

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, yang dimaksud dengan


sisdiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia. (UU-RI No.2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Karena masyarakat Indonesia
sebagai pendukung kebudayaan tersebut adalah masyarakat majemuk, maka
kebudayaan bangsa tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan
Nusantara yang beragam.

Pada awal perkembangannya, suatu kebudayaan terbentuk berkat


kemampuan manusia mengatasi kehidupan alamiahnya, dan kesengajaan
manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya. Setiap
individu yang terlahir akan menghadapi dua sistem lingkungan yang berbeda,
sistem kebudayaan dan sistem alamiah. Individu dalam masyarakat modern
sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya masyarakat modern dan
kecanggihan kenudayaannya, ini berarti bahwa individu hanya dapat hidup
dalam masyarakat modern apabila ia mau dan mampu belajar terus menerus.

Salah satu upaya pendidikan jalur sekolah dengan keberagaman latar


belakang sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan
lokal dalam kurikulum sekolah, utamnya Sekolah Dasar (SD).

Beberapa tahun terakhir, makin kuat pendapat bahwa pendidikan


seharusnya diupayakan agar lebih menjamin adanya rasa ketertarikan antara

12
peserta didik dengan lingkungannya (alam, sosial, dan budaya) dan sebaiknya
dapat mengembangkannya. Oleh karena itu, muatan lokal tidak hanya
sekedar meneruskan minat akan kemahiran daerah tertentu, tetapi juga
serentak memperbaiki/meningkatkannya sesuai dengan perkembangan
iptek/seni, dan atau kebutuhan masyarakat.

4. Landasan psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Hingga


landasan psikologis menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan dunia
pendidikan, umunya tertuju pada pemahaman manusia, khususnya proses
perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan tenntang
hakekat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan
pendidikan, yaitu (i) Strategi disposisional; terutama pandangan konstitusiona
dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada peranan faktor
hereditas dalam perkembangan manusia; (ii) Strategi behavioral dan Strategi
phenomenologis/humanistik hyang keduanya memberikan penekanan pada
peranan faktor belaja dalam perkembangan tersebut, akan tetappi keduanya
mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu
terjadi. Perbedaan pandangan ini terjadi karena adanya “two models of man”
(sitilah dari William D. Hitt; 1969) yang menyebabkan terjadinya “Lockean
and Leibnitzian tradition” (istilah dari G.W. Allport). Bagi tradisi ala Jhon
Locke (Lockean Tradition) berpendapat bahwa pengetahuan dihasilkan dari
dalam, manusia sebagai pembangkit atau generator informasi. Berbeda
dengan pandangan sebaliknya yang menganggap manusia sebagai makhluk
pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya; pandangan ini tampak
antara lain pada B.F. Skinner dengan “A Scientify Psychology”-nya.
Perbedaan pandangan manusia tentang hakekat manusia ditijau dari segi
psikoedukatif tersebut antara lain tampak pada perbedaan pandangan tentang
teori-teori belajar, faktor-faktor penentuperkembangan manusia dan
sebagainya. Ini dapat berdampak pula pada pandangan pendidikan.

a. Pengertian tentang landasan psikologis

13
Pemahaman peserta didik yang berkaiytan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan dalam
penerapannya dalam bidang pendidikan.

Individu dilahirkan berbeda, baik bakat, kemampuan, minat, kekuatan


serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya.
Sangat sukar untuk diharapkan sama, terlebih-lebih apabila mempunyai
pengalaman hidup yang berbeda. Sebagai implikasinya, pandidik tidak
mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun
mereka memiliki beberapa kesamaan. Perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan aspek kejiwaan peserta didik, bukan hanya yang terkait dengan
kecerdasandan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Perlu ditekankan, bahwa kepribadian itu
unik. Keunikan itu bukan hanya dikarenakan perbedaan potensial, tetapi
juga perbedaan dalam perkembangannya karena pengaruh sekitar.

Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi


dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi
kebutuhannya itu, maka manusia berinteraksi dengan lingkungannya.
Interaksi dengan lingkungannya itu akan menyebabkan manusia
mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar. Semakin kuat
motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses
belajar yang terjadi, dan pada gilirannya semakin tinggi hasil yang
dicapainnya. Berbagai pendapat tentang motivasi tersebut sangat
didominasi oleh konsep-konsep nafsu dan atau kebutuhan. Sigmund Freud
menekankan peranan nafsu (drive) terhadap perilaku manusia, baik nafsu
hidup (libido) maupun nafsu mati (thanatos). Bahkan teori Freud tersebut
tidak sekedar teori motivasi, tetapi telah diakui sebagai teori kepribadian
(Sulo Lipu La Sulo, 1981: 10-18). Selanjutnya, contoh lain, A. Maslow
mengemukakan kategorisasi kebutuhan-kebutuhan menjadi enam
kelompok, mulai dari yang paling sederhana dan mendasar meliputi:

1) Kebutuhan fisiologis;

14
2) Kebutuhan rasa aman;

3) Kebutuhan akan cinta dan pengakuan;

4) Kebutuhan harga diri;

5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri; dan

6) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami.

b. Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikolofgis

5. Landasan ilmiah dan teknologis

a. Pengertian tentang Landasan ilmiah dan teknologis

b. Perkembangan Landasan ilmiah dan teknologis

2.2 ASAS PENDIDIKAN

BAB III

KESIMPULAN

Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks,
dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan
suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak
kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan
bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali

15
menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa
ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan
masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri,
bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa
dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan
kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.

Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis
identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta
usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan
perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

Pengertian Remaja

            Masa Remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun

sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan

21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum dismenore Amerika Serikat saat ini,

individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21

tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock,1991). Pada usia ini, umumnya anak

sedang duduk di bangku sekolah menengah.

            Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa

latin adolescere yang artinya ” tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan ”.

16
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik ( Hurlock, 1991).

Pandangan ini dismenoredukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara

psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam

masyarakat dewasa, suatu usia dismenore mana anak tidak merasa bahwa dirinya

berada dismenore bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau

paling tidak sejajar.

            Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.

Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak

hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga

merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua priode perkembangan.

(Shaw dan Costanzo,1985)

            Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak

termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk

masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh

karena itu, remaja sering dikenal dengan fase ”mencari jati diri” atau fase ”topan dan

badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal

fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk.,1989).

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli


Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua.

17
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) remaja adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga
21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15
tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa
remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)

Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana
pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.

Di Susun Oleh :

Eni Barokatur Rofi’ah

K7110524 / 23

1A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010

18
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan hal yang penting untuk kita pelajari
dan kita pahami selaku calon pendidik. Banyak para pendidik yang belum memahami
perkembangan - perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik yang menerapkan
sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak didiknya. Hal ini akan
berakibat adanya ketidakseimbangan antara system pembelajaran dengan
perkembangan anak yang akan menyulitkan anak didik mengikuti system
pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui proses, faktor dan konsep perkembangan
anak didik kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien,
terarah dan sesuai dengan perkembangan anak didik.

Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi - generasi masa
depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan
dan pertumbuhan anak didik. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan
mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan pengertian perkembangan dan pertumbuhan ?


2. Apakah bukti bahwa anak sebagai totalitas ?
3. Mengapa perkembangan disebut sebagai proses holistic ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan anak ?
5. Apakah perbedaan kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan ?
6. Apa perbedaan perkembangan biologis dan perceptual anak ?
7. Apa perbedaan faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam perkembangan

anak ?

1. Bagaimana penerapan faktor perkembangan dalam pembelajaran ?

C. Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah ini, agar para pendidik mengerti dan memahami
proses, faktor dan konsep perkembangan anak, agar nantinya para pendidik
mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk menerapkan pembelajaran yang
efektif dan sesuai dengan perkembangan anak.

ISI

BAB 1

HAKIKAT PERKEMBANGAN ANAK DIDIK

A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan

Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah - ubah. Mulai dari
pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir,

19
belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi
secara terus - menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan
diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang.

Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan. Perilaku dan
keterampilannya juga semakin berkembang. Bayi tersebut mulai bisa melakukan hal -
hal tertentu, seperti membalikan badan, duduk, merangkak, berdiri dan akhirnya bisa
berjalan dan berlari.

Namun, perubahan yang dialami oleh setiap individu tidak selamanya dikatakan
sebagai perkembangan.

Perubahan dalam arti perkembangan mempunyai maksud dan arti yang berbeda -
beda, antara lain :

1. Perubahan yang berakar pada unsur biologis. Perubahan ini bukan merupakan
perkembangan, melainkan diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang dalam
mencapai keinginannya. Misal, seseorang yang terbiasa bernyanyi dan
mengolah vokal akan lebih mahir dibandingkan orang yang tidak terbiasa
mengolah vokalnya. ( Bjorklund & Bjorkund, 1992 ).

Namun, pengalaman belajar yang diperoleh seseorang juga bisa mempengaruhi proses
perkembangan.

1. Perkembangan meliputi perubahan struktur maupun fungsi ( fisik maupun


psikis ). ( Bjorklund & Bjorkund, 1992; Abin Syamsuddin Makmun,1996 ).

Perubahan struktur umumnya merujuk kepada perubahan fisik atau wujud jasadnya,
baik ukuran maupun bentuknya.

Perubahan fungsi mengacu kepada perubahan psikis atau mental serta aktivitas yang
ditimbulkan akibat dari perubahan fisik tersebut.

1. Perubahan bersifat terpola, teratur, terorganisasi dan dapat diprediksi atau


dapat diperkirakan, bahkan juga dapat diketahui. Misal, pada usia sekitar 11 -
12 bulan anak sudah bisa berjalan. (Bjorklund & Bjorkund, 1992; Santrock &
Yussen, 1992 ).
2. Perkembangan bersifat unik. Santrock & Yussen ( 1992:7 ) menyatakan ”
Each of us develops in certain ways like all other individuals, like some other
individuals, and like no other individuals “. Yang artinya, masing - masing
kita berkembang dalam cara - cara tertentu, seperti semua individu yang lain,
seperti beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu yang lain.
Selain kesamaan - kesamaan umum dalam pola - pola perkembangan yang
dialami oleh setiap individu, variasi individual dalam perkembangan anak juga
bisa terjadi karena suatu proses perubahan yang kompleks, dan melibatkan
unsur - unsur yang saling terpengaruh satu sama lain. (Bjorklund & Bjorkund,
1992; Santrock & Yussen, 1992 ).
3. Perubahan terjadi secara bertahap dalam suatu proses yang berkelanjutan dan
dalam jangka waktu yang relatif lama.

20
4. Perubahan berlangsung sepanjang hayat. Perubahan ini juga tidak hanya
meliputi proses pertumbuhan, pematangan dan penyempurnaan. Tetapi juga
meliputi proses penurunan dan perusakan.

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang
hayat dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan
perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.

Perkembangan tidak hanya mencakup evolusi, tetapi juga mencakup involusi atau
penurunan dan perusakan ke arah kematian. Sedangkan pertumbuhan terbatas pada
perubahan yang bersifat evolusi atau perubahan yang menuju ke arah yang lebih
maju.

B. Anak Sebagai Suatu Totalitas

Sebagai subjek studi psikologi perkembangan, konsep anak sebagai totalitas


mempunyai arti bahwa terdapat keterkaitan antara aspek fisik dan psikis yang terdapat
dalam dirinya dan secara terintegrasi saling terjalin dan memberi dukungan fungsional
satu sama lain. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit bisa tidak berselera makan;
anak yang sedang ketakutan bisa kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat
dan aktif melakukan sesuatu akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang
melibatkan fisik anak selalu mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya.

Perbedaan antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya, melainkan
secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat dibandingkan
orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang berpusat /
berstandar pada diri sendiri ), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial dan
empatik ( menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain ). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal - hal yang
konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan universal.

C. Perkembangan Sebagai Proses Holistik Seluruh Aspek Perkembangan

Perkembangan merupakan suatu proses yang melibatkan keseluruhan aspek yang


saling keterkaitan satu dengan yang lain.

Proses perkembangan individu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu proses biologis,


kognitif dan psikososial.

1. Proses biologis, mencakup perubahan - perubahan fisik individu yang bersifat


alami, bukan karena kecelakaan, sakit atau peristiwa - peristiwa lainnya.
Misal, pertumbuhan otak, sistem syaraf, hormone, keterampilan motorik,
perkembangan seksual, perubahan penglihatan dan lain sebagainya.
2. Proses kognitif, melibatkan perubahan - perubahan kemampuan berfikir,
berbahasa dan cara memperoleh pengetahuan dari lingkungan. Perkembangan
kognitif dan pengalaman belajar sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perkembangan kognitif anak akan menfasilitasi dan membatasi kemampuan
belajar anak, begitu juga sebaliknya.

21
Namun, dengan keterkaitan tersebut, ada perbedaan diantara keduanya.
Perkembangan kognitif mengacu pada perubahan - perubahan kemampuan berfikir,
dan berbahasa serta terjadi dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan kemampuan
belajar lebih cenderung mengacu pada perubahan - perubahan dari hasil pengalaman
atau peristiwa yang lebih khusus, serta terjadi dalam waktu yang relatif singkat.

1. Proses psikososial, melibatkan perubahan - perubahan dalam aspek perasaan,


emosi dan kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan
dengan anggota keluarga, teman, guru dan yang lainnya.

Proses pertumbuhan biologis, kognitif dan psikososial saling berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, anak yang mengalami gangguan pada
otaknya, akan mengalami keterlambatan dalam berfikir, yang kemudian bisa
mempengaruhi perkembangan psikososialnya.

D. Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak

Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh
genetic dan berlangsung secara bertahab.

Pengalaman merupakan peristiwa - peristiwa yang dialami oleh individu dalam


kehidupannya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Para ahli berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh genetik atau
warisan biologis.

Para ahli lain mengatakan bahwa pengalaman lingkunganlah yang paling berperan
dalam perkembangan anak.

Ada pula ahli yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan.

Sebagai contoh, kecerdasan seseorang bisa merupakan warisan yang diturunkan dari
orang tuanya, bisa pula karena diperoleh dari lingkungan tempat ia tumbuh dan
berkembang.

E. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan

Banyak para ahli yang memperdebatkan masalah perkembangan merupakan


kontinuitas atau diskontinuitas.

Para ahli yang berpandangan pada unsur kematangan, menganggap bahwa


perkembangan itu diskontinuitas atau tidak berkesinambungan. . Proses
perkembangan individu terjadi dalam tahap - tahap yang berbeda, perubahan -
perubahannya relatife tiba - tiba dan terjadi perubahan atau peralihan secara tajam dari
tahap yang satu ke tahap perkembangan selanjutnya.

Para ahli yang mendukung pandangan diskontinuitas beranggapan bahwa


perkembangan dipengaruhi oleh faktor - faktor internal biologis.

22
Sedangkan para ahli yang menekankan pada pengalaman ( lingkugan ) berpendapat
bahwa perkembangan itu terjadi secara berkesinambungan ( kontinuitas ) dari masa
konsepsi dampai akhir hayat.

Dalam proses perkembangan yang kontinuitas, terjadi perbaikan, penambahan dan


atau penurunan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Emde dan Harmon ( Vasta, Haith & Miller, 1992 ) mengatakan bahwa persoalan
kontinuitas dan diskontinuitas melibatkan dua komponen.

1. Pola - Pola Perkembangan

Para ahli kontinuitas beranggapan bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan
stabil melalui penambahan dan atau peningkatan yang bertahap dalam hal abilitas
( kemampuan, kepandaian, kecakapan ), keterampilan dan atau pengetahuan baru
pada suatu langkah yang relatif sama. Sedangkan ahli diskontinuitas beranggapan
bahwa perkembangan terjadi pada periode - periode kecepatan yang berbeda, antara
yang sedikit perubahannya dengan yang tajam dan cepat perubahannya.

1. Keterkaitan Perkembangan

Para ahli kontinuitas berpendapat bahwa perkembangan - perkembangan yang terjadi


saling berkaitan. Perilaku - perilaku awal akan berpengaruh dan membentuk perilaku -
perilaku selanjutnya.

Sebaliknya, para ahli diskontinuitas berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi


muncul secara independent ( berdiri sendiri ) dari yang sebelumnya dan tidak dapat
diprediksi dari perilaku - perilaku sebelumnya.

BAB 2

PERKEMBANGAN BIOLOGIS

DAN

PERSEPTUAL ANAK

Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa anak sebagai totalitas dan
unsur biologis turut serta mempengaruhi perkembagan anak. Unsur biologis dan
perseptual merupakan aspek yang cukup penting untuk diperhatikan dalam
perkembangan anak. Karena aspek tersebut mempengaruhi perkembangan perilaku
dan mental yang ada dalam diri anak.

Perkembangan biologis menekankan pada perkembangan fisiknya yang dipengaruhi


oleh faktor hereditas atau faktor keturunan.

Sedangkan perceptual anak menekankan pada aspek luar ( lingkungan ) yang


merupakan hasil rangsangan alat indra. Seperti penglihatan, penciuman, pendengaran,
dan perasaan ( sentuhan ).

23
A. Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Anak.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan


makhluk - makhluk lainnya. Manusia memiliki potensi untuk berkembang dan
meningkatkan kehidupannya baik secara fisik maupun psikis.

Ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan individu.

1. Faktor hereditas yang bersifat alamiah dan diwariskan oleh orang tua. Pada
faktor hereditas terdapat gen yang merupakan sifat bawaan yang nantinya akan
ditularkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya.

Pertama gen - gen dominant-resesif, yakni apabila gen dari suatu pasangan bersifat
dominant dan yang satu bersifat resesif, maka yang dominant itulah yang nantinya
akan tertanam dalam diri individu tersebut.

Kedua pewarisan poligenik. Sebenarnya, dalam satu sel terdapat banyak gen yang
akhirnya menghasilkan karakteristik yang berbeda - beda. Karena beberapa
karakteristik psikologi merupakan hasil dari pasangan - pasangan tunggal, sedangkan
kebanyakan ditentukan oleh interaksi dari banyak gen yang berbeda.

1. Faktor lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman - pengalaman


interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.

Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang
berbeda - beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak - anaknya,
dan pergaulan dari masing - masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor
lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan individu.

B. Perkembangan Fisik dan Perseptual Anak Sekolah Dasar

Masa usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai memasuki dunia pendidikan
formal, yakni sekolah. Sekolah Dasar merupakan pendidikan formal pertama yang
berfungsi sebagai pembuka jalan bagi anak untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan anak serta memudahkan mereka dalam meraih mimpi yang mereka
harapkan untuk masa depannya nanti. Serta sebagai jembatan pertama untuk
melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Usia anak sekolah dasar berkisar antara 6 - 12
tahun.

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum
maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar perlu
dipelajari dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-
aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan fisik

Anak - anak dan orang dewasa mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik
maupun psikisnya. Dilihat dari segi fisik misalnya berat badan, tinggi badan, proporsi

24
dan bentuk tubuh. Sedangkan dari segi psikisnya misal, sifat, tingkah laku dan pola
pikir.

1. Perseptual Anak

Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa perceptual anak menekankan pada
aspek luar ( lingkungan ) sebagai hasil dari rangsangan alat indra. Semua keadaan dan
peristiwa - peristiwa yang ada di lingkungan ditangkap oleh alat - alat indra yang
kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensorik, sehingga segala informasi yang
ada di lingkungan dapat diterima dan diketahui oleh alat - alat indra ( penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa/sentuhan ). Tanpa alat indra, otak kita akan terasa
asing dengan keadaan lingkungan yang ada disekitar.

C. Penerapan Faktor Perkembangan dalam Pembelajaran

Perkembangan fisik anak terus berlangsung pada masa usia sekolah dasar, meskipun
tidak sepesat pada masa usia dini. Begitu pula dengan penajaman dan penghalusan
perkembangan perceptual anak.

Penyelenggaraan pembelajaran yang “hidup” dan sesuai dengan karakteristik dan


kebutuhan fisik anak sangatlah dibutuhkan untuk memfungsikan unsure - unsure fisik
dan atau aspek - aspek perseptualnya.

Cara pembelajaran yang diharapkan antara lain : bersifat langsung, tersusun secara
fleksibel, tidak monoton dan verbalistik, memperhatikan perbedaan individu,
menyajikan aktivitas yang bervariasi seperti eksperimen, praktek, observasi secara
langsung, permainan dan sejenisnya, serta menggunakan berbagai media dan sumber
belajar.

Cara ini tidak hanya akan memunculkan kegemaran dalam belajar, tetapi juga
memberikan hal - hal yang positif, aspek kognisi dan kreativitas, fisik-perseptual, dan
sosial.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah :

1. Perbedaan perkembangan dan pertumbuhan

Perkembangan merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikisnya dan


berlangsung sepanjang hayat, perubahan - perubahannya tidak hanya bersifat evolusi,
tetapi juga bersifat involusi ( penurunan dan perusakan menuju kematian )

Pertumbuhan merupakan perubahan individu yang terbatas pada perubahan fisiknya


dan berlangsung sampai pada masa tertentu, perubahan - perubahannya bersifat
evolusi ( menuju ke arah yang lebih sempurna ).

25
1. Anak sebagai suatu totalitas, maksudnya bahwa anak sebagai suatu kesatuan
dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang ada dalam
diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak berbeda dengan orang
dewasa.

1. Perkembangan sebagai proses holistic, maksudnya perkembangan tidak hanya


terjadi pada aspek tertentu, melainkan secara keseluruhan ( holistic ).

Ada tiga proses perkembangan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu proses
biologis, kognitif dan psikososial.

1. Faktor kematangan dan faktor pengalaman merupakan hal yang utama dalam
mempengaruhi perkembangan anak.

Kedua faktor tersebut sangat penting untuk dipelajari dan dipahami untuk mengetahui
proses perkembangan anak. Misal, seorang anak yang mengalami keterlambatan
dalam berjalan, harus diketahui terlebih dahulu faktor - faktor yang
mempengaruhinya, apakah faktor kematangan (genetik) atau faktor pengalaman
(lingkungan). Apabila sudah diketahui faktor penyebabnya, maka kita akan mudah
mencari solusinya.

1. Perkembangan anak merupakan proses yang kontinuitas ( berkesinambungan )


dan diskontinuitas ( tidak berkesinambungan ).

1. Perbedaan perkembangan biologis dan perceptual anak.

Perkembangan biologis menekankan pada perkembangan fisik yang dipengaruhi oleh


faktor hereditas ( keturunan ). Sedangkan perceptual anak menekankan pada aspek
luar ( lingkungan ) yang merupakan hasil rangsangan alat indra.

1. Perbedaan faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam perkembangan anak


teretak pada sebab dan akibat yang disebabkan oleh kedua faktor tersebut.

1. Cara pembelajaran yang efektif yang diterapkan dalam sekolah akan berjalan
lancar apabila didiringi dengan selalu memperhatikan perkembagan anak.

B. Saran

Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar para pembaca
mencari sumber - sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.

26
Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan

Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan
seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai
dengan jenisnya. Di samping itu tcrdapat pula pola-pola yang berlaku khusus
sehubungan dengan sifatsifat individualnya. Pola-pola ini mempunyai arti yang
universal yang bisa berlaku di mana-mana. Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa
dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciri perkembangan anakanak,
misalnya anak-anak di Amerika, anak-anak di'Asia, dan juga bagi anak-anak di
Indonesia. Itu semua karena ciri dan sifatnya yang universal. Lingkungan dan latar
belakang kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi pola pertumbuhan dan
perkembangan bangsa itu, dan dengan demikian, akan terjadi atau terbentuk
karakteristikkaxakteristik yang menjadl pola khusus bangsa yang bersangkutan. Di
antara pola-pola khusus itu, dan bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat
perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas apabila
dibandingkan secara keseluruhan pribadi bangsabangsa itu.

Berdasar persamaan-persamaan clan perbedaan-perbedaan itulah diperoleh


kecenderungan - kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang
selanjutnya dinamakan hukum-hukum perkumbuhan dan perkembangan. Hukum-
hukum perkembangan itu antara lain:

1. Hukum Cephalocoudal

Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan
fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagianbagian pada kepala tumbuh lebih dahulu
daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu
pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat
pada kepala yang lebih "matang" daripada bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa
menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik
pada masa perkembangan pranatal, neonatal, rnaupun anak-anak, proporsi bagian
kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama
perband'rngan ini makin besar.

2. Hukum Proximodistal

Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan
menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan
lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja
karena alatalat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital daripada misalnya
anggota gerak seperti tangan dan kaki. Anak masih bisa melangsungkan
kehidupannya bila terjadi kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila
terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal.

Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih banyak lagi
ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan fungsi, serta kefaalan
anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-anggota tubuh akan tumbuh,
berkembang, dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Contohnya

27
terlihat pada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang) ketika
anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi

Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam penggunaan istilah,


sebaiknya istilah remaja dijelaskan terlebih dulu. Istilah asing yang sering dipakai
untuk menunjukkan makna remaja, antara lain adalah puberteit, adolescentta, dan
youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja. Istilah
puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa Latin: pubertas yang
berarti usai kedewasaan (the age of manhood). Istilah ini berkaitan dengan kata Latin
lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut di daerah tulang `pusic" (di
wilayah kemaluan). Penggunaan istilah ini lebih terbatas dan menunjukkan mulai ber-
kembang dan tercapainya kematangan seksual. Pubescere dan puberty sering diartikan
sebagai masa tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologisnya.

Istilah adolescentia berasal dari kata Latin: Adulescentis. Dengan adulescentia


dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukkan masa yang tercepat antara usia
12 - 22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa
tersebut. Untuk

Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Di dalam bab pertama diuraikan tentang arti pertumbuhan dan perkembangan


manusia. Ada beberapa pendapat yang berbeda untuk memberi arti istilah
"pertumbuhan" dan "perkembangan". Untuk menghindari penafsiran yang berbeda
tentang kedua istilah itu, maka pengertian "pertumbuhan" dan "perkembangan" yang
dimaksud dalam bab ini akan dibahas terlebih dahulu. Pengertian "pertumbuhan" dan
"perkembangan" yang disajikan pada bab kedua ini digunakan secara umum untuk
seluruh isi buku.

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah "pertumbuhan"
dan "perkembangan" secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa
dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bisa dibedakan untuk ma1_csud lebih memperjelas penggunaannya.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan


ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.

Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuranukuran kuantitatif


badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan
mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan

28
perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian; pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan ftsik.

Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi
(the process of coming into being). Organisme merupakan sistem yang mekar secara
kontinu, yang selalu "beroperasi" atau berfungsi, juga bersifat dinamis dan tidak
pernah statis secara komplet. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti derigan
mengukur berat, panjang, dan ukuran lingkarannya; umpama lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap
bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat
kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tetapi mengalami
percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan susunan saraf pusat
berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian menjadi lambat pada
akhir masa kanak-kanak, dan relatif berhenti pada masa pubertas.

29

Anda mungkin juga menyukai