PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis
3
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup epistimologi,
etika, estetika, metafisika, serta sosial dan politis.
a. Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendididkan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran hasil
kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Berikut
diantara hasil kajian filsafat dalam bidang pendidikan
a) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk didunia ini,
seperti yang disimpulkan zoon politicon, homo sapiens, animal
aducantum, dan sebagainya.
b) Masyarakat dan kebudayaannya
c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan; dan
d) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan (wayan ardhana, 1986: modul 1)
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
Berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya
yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat ternyata sangat
bervariasi, bahkan kadang-kadang bertentangan. Secar historis terdapat dua
alira yang saling bertentangan yakni idealisme dan naturalisme (positivisme),
dengan segala variasinya masing-masing (Abu Hanifah, 1950). Di samping
kedua aliran tersebut telah berkembang pula beberapa aliran lain, sehingga
terdapat aliran-aliran filsafat materi filsafat cita, filsafat hidup, filsafat
hakekat, filsafat eksistensi, dan filsafat ujud (Beerling 1951:40). Wayan
ardhana, dan kawan-kawan (1986: modul 1/12-18) mengemukakan bahwa
aliran-aliranh filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga
telah melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a) Idealisme.
b) Realisme.
c) Perenialisme.
4
d) Esensialisme.
e) Pragmatisme dan progresivisme.
f) Eksistensialime
Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992:
145-150) membedakan antara aliran filsafat dan mazhab filsafat pendidikan,
yakni : aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah
idealisme, realisme (positivisme, meterialisme), neothomisme dan
pragmatisme; sedangkan mazhab filsafat pendidikan adalah esensialisme,
perenialisme, progresivismme dan rekronstruksionisme. baik sebagai aliran
filsafat maupun mazhab filsafat pendidikan, pandangan-pandangan tentang
mannusia da dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi atau
penyelenggaraan pendidikan.
5
menegaskan bahwa pembangunan nasional mengusahakan antara lain: “
pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri” (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan
ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu jiwa seluruh
rakyat Indonesia,kepribadian bangsa indonesia, pandangan hidup bangsa
indonesia dan dasar negara RI. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan
mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
segala nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan
tindakan dalam pendidikan, artian pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam
pendidikan.
2. Landasan sosiologis
6
oleh August Comte(1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan psitif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari
berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat
banyaknya realitas sosial maka lahirlah cabang ilmu sosiologi.
a. Pengertian tentang landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara
dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dilembaga
sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologis
pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian
sosiologi pada pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi soaial di dalam sistem pendidikan. Berikut ruang
lingkupnya:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan masyarakat lain, yang mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial, dan sistem
kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses
sosial dan perubahan kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dan kelas sosal atau sistem status.
e) Fungsionalisasi siistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan
ras, kebudayaan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2) Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan
di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau sttruktur masyarakat sekolah.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya yang mempelajari:
a) Peranan sosial guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
7
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya
terhadap organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi dalam
sistemm sosial komunitas kaum tidakk terpelajar.
c) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan
organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana
untuk memahami sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan
masyarakat.
Kajian tentang sosiologi pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikann luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia.
Selanjutnya, disamping sekolah dan kelurga proses pendidikan sangat
dipengaruhi pula berbagai kelompok sosial masyarakat, seperti kelompok
keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain-lain. Terdapat satu
kelolmpok khusus yang datangnya bukan dari orang biasa, tetapi dari anak-
anak lain yang hampir seusia yang disebut kelompok sebaya. Kelompok ini
juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat searah
dengan bertambahnya usia anak. Kkelompok ini terdiri dari individu yang
rata-rata usianya hampir sama yang mempunyai kepentingan tertentu yang
bersifat sangat sementara. Disamping itu kelompok sebya memberikan jalan
kepada anak untuk lebih independen, memahami solidaritas dan
menumbuhkan sikap kerja sama serta membuka horison anak lebih luas.
Paparan tersebut menyoroti terutama pengaruh masyarakat terhadap
pendidikan. Dimulai dari keluarga, kelompok sebaya dan sebagainya. Dan
tentu tidak kala pentingnya adalah pengaruh pendididkan terhadap
masyarakat. Tentang hal ini, terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji
sejak dulu. Permesalahan yang dimaksudadalah dengan kaitannya dengan
tujuan pendidikan, yakni yang harus mendapat penekanan: apakah pendidikan
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakatnya (penekanan pada
sosialisasi), atau mempersiapkan anak untuk merombak/memperbaharui
masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Seperti di banyak negara,
8
pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memilih salah satu kutub
pendapat tersebut, tetapi diupayakan keseimbangan antara pelestarian dan
pengembangan.
9
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat indonesia yang
menonjol adalah :
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan
sosial jajahan yang sering kali memiliki sub-kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktr sosial yang terbagi-bagi
3) Seringkali anggota masyrakat atau kelompok tidak mengembangkan
konsensus di antara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat
mendasar.
4) Di antara kelompok, relatif sering kali mengalami konfli-konflik.
5) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok –
kelompok sosial yang lain
7) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh.
10
di suatu “lokal” tertentu. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia
indonesia dengan wawasan nusantara dengan berjiwa nasional akan tetapi
yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam, sosial, dan budaya)
di sekitarnya.
3. Landasan kultural
11
contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan
mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu
dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan pada siapa mengatakannya.
Contoh lain, setiap masyarakat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam
berpakaian. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan
kemudian menerapkansebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak
sebagai anggota masyarakt. Oleh sebab itu, anak-anak mesti diajarkan pola-
pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Dengan kata lain , fungsi pokok setiap sistem pendidikan adalah
untuk mengajarkan anak-anak pola yingkah laku yanng esensial tersebut
(Redja Mudyaharjo, 1992: 45).
12
peserta didik dengan lingkungannya (alam, sosial, dan budaya) dan sebaiknya
dapat mengembangkannya. Oleh karena itu, muatan lokal tidak hanya
sekedar meneruskan minat akan kemahiran daerah tertentu, tetapi juga
serentak memperbaiki/meningkatkannya sesuai dengan perkembangan
iptek/seni, dan atau kebutuhan masyarakat.
4. Landasan psikologis
13
Pemahaman peserta didik yang berkaiytan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan dalam
penerapannya dalam bidang pendidikan.
1) Kebutuhan fisiologis;
14
2) Kebutuhan rasa aman;
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks,
dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan
suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak
kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan
bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali
15
menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa
ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan
masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri,
bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa
dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan
kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis
identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta
usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan
perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
Pengertian Remaja
Masa Remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun
sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan
21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum dismenore Amerika Serikat saat ini,
individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21
tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock,1991). Pada usia ini, umumnya anak
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
latin adolescere yang artinya ” tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan ”.
16
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas,
psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, suatu usia dismenore mana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada dismenore bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh
karena itu, remaja sering dikenal dengan fase ”mencari jati diri” atau fase ”topan dan
badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
17
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) remaja adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga
21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15
tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun = masa remaja akhir. Â Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa
remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana
pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
Di Susun Oleh :
K7110524 / 23
1A
2010
18
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan hal yang penting untuk kita pelajari
dan kita pahami selaku calon pendidik. Banyak para pendidik yang belum memahami
perkembangan - perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik yang menerapkan
sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak didiknya. Hal ini akan
berakibat adanya ketidakseimbangan antara system pembelajaran dengan
perkembangan anak yang akan menyulitkan anak didik mengikuti system
pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui proses, faktor dan konsep perkembangan
anak didik kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien,
terarah dan sesuai dengan perkembangan anak didik.
Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi - generasi masa
depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan
dan pertumbuhan anak didik. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan
mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
anak ?
C. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini, agar para pendidik mengerti dan memahami
proses, faktor dan konsep perkembangan anak, agar nantinya para pendidik
mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk menerapkan pembelajaran yang
efektif dan sesuai dengan perkembangan anak.
ISI
BAB 1
Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah - ubah. Mulai dari
pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir,
19
belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi
secara terus - menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan
diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang.
Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan. Perilaku dan
keterampilannya juga semakin berkembang. Bayi tersebut mulai bisa melakukan hal -
hal tertentu, seperti membalikan badan, duduk, merangkak, berdiri dan akhirnya bisa
berjalan dan berlari.
Namun, perubahan yang dialami oleh setiap individu tidak selamanya dikatakan
sebagai perkembangan.
Perubahan dalam arti perkembangan mempunyai maksud dan arti yang berbeda -
beda, antara lain :
1. Perubahan yang berakar pada unsur biologis. Perubahan ini bukan merupakan
perkembangan, melainkan diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang dalam
mencapai keinginannya. Misal, seseorang yang terbiasa bernyanyi dan
mengolah vokal akan lebih mahir dibandingkan orang yang tidak terbiasa
mengolah vokalnya. ( Bjorklund & Bjorkund, 1992 ).
Namun, pengalaman belajar yang diperoleh seseorang juga bisa mempengaruhi proses
perkembangan.
Perubahan struktur umumnya merujuk kepada perubahan fisik atau wujud jasadnya,
baik ukuran maupun bentuknya.
Perubahan fungsi mengacu kepada perubahan psikis atau mental serta aktivitas yang
ditimbulkan akibat dari perubahan fisik tersebut.
20
4. Perubahan berlangsung sepanjang hayat. Perubahan ini juga tidak hanya
meliputi proses pertumbuhan, pematangan dan penyempurnaan. Tetapi juga
meliputi proses penurunan dan perusakan.
Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang
hayat dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan
perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.
Perkembangan tidak hanya mencakup evolusi, tetapi juga mencakup involusi atau
penurunan dan perusakan ke arah kematian. Sedangkan pertumbuhan terbatas pada
perubahan yang bersifat evolusi atau perubahan yang menuju ke arah yang lebih
maju.
Perbedaan antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya, melainkan
secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat dibandingkan
orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang berpusat /
berstandar pada diri sendiri ), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial dan
empatik ( menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain ). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal - hal yang
konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan universal.
21
Namun, dengan keterkaitan tersebut, ada perbedaan diantara keduanya.
Perkembangan kognitif mengacu pada perubahan - perubahan kemampuan berfikir,
dan berbahasa serta terjadi dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan kemampuan
belajar lebih cenderung mengacu pada perubahan - perubahan dari hasil pengalaman
atau peristiwa yang lebih khusus, serta terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Proses pertumbuhan biologis, kognitif dan psikososial saling berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, anak yang mengalami gangguan pada
otaknya, akan mengalami keterlambatan dalam berfikir, yang kemudian bisa
mempengaruhi perkembangan psikososialnya.
Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh
genetic dan berlangsung secara bertahab.
Para ahli berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh genetik atau
warisan biologis.
Para ahli lain mengatakan bahwa pengalaman lingkunganlah yang paling berperan
dalam perkembangan anak.
Ada pula ahli yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan.
Sebagai contoh, kecerdasan seseorang bisa merupakan warisan yang diturunkan dari
orang tuanya, bisa pula karena diperoleh dari lingkungan tempat ia tumbuh dan
berkembang.
22
Sedangkan para ahli yang menekankan pada pengalaman ( lingkugan ) berpendapat
bahwa perkembangan itu terjadi secara berkesinambungan ( kontinuitas ) dari masa
konsepsi dampai akhir hayat.
Emde dan Harmon ( Vasta, Haith & Miller, 1992 ) mengatakan bahwa persoalan
kontinuitas dan diskontinuitas melibatkan dua komponen.
Para ahli kontinuitas beranggapan bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan
stabil melalui penambahan dan atau peningkatan yang bertahap dalam hal abilitas
( kemampuan, kepandaian, kecakapan ), keterampilan dan atau pengetahuan baru
pada suatu langkah yang relatif sama. Sedangkan ahli diskontinuitas beranggapan
bahwa perkembangan terjadi pada periode - periode kecepatan yang berbeda, antara
yang sedikit perubahannya dengan yang tajam dan cepat perubahannya.
1. Keterkaitan Perkembangan
BAB 2
PERKEMBANGAN BIOLOGIS
DAN
PERSEPTUAL ANAK
Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa anak sebagai totalitas dan
unsur biologis turut serta mempengaruhi perkembagan anak. Unsur biologis dan
perseptual merupakan aspek yang cukup penting untuk diperhatikan dalam
perkembangan anak. Karena aspek tersebut mempengaruhi perkembangan perilaku
dan mental yang ada dalam diri anak.
23
A. Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan Anak.
1. Faktor hereditas yang bersifat alamiah dan diwariskan oleh orang tua. Pada
faktor hereditas terdapat gen yang merupakan sifat bawaan yang nantinya akan
ditularkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya.
Pertama gen - gen dominant-resesif, yakni apabila gen dari suatu pasangan bersifat
dominant dan yang satu bersifat resesif, maka yang dominant itulah yang nantinya
akan tertanam dalam diri individu tersebut.
Kedua pewarisan poligenik. Sebenarnya, dalam satu sel terdapat banyak gen yang
akhirnya menghasilkan karakteristik yang berbeda - beda. Karena beberapa
karakteristik psikologi merupakan hasil dari pasangan - pasangan tunggal, sedangkan
kebanyakan ditentukan oleh interaksi dari banyak gen yang berbeda.
Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang
berbeda - beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak - anaknya,
dan pergaulan dari masing - masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor
lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan individu.
Masa usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai memasuki dunia pendidikan
formal, yakni sekolah. Sekolah Dasar merupakan pendidikan formal pertama yang
berfungsi sebagai pembuka jalan bagi anak untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan anak serta memudahkan mereka dalam meraih mimpi yang mereka
harapkan untuk masa depannya nanti. Serta sebagai jembatan pertama untuk
melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Usia anak sekolah dasar berkisar antara 6 - 12
tahun.
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum
maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar perlu
dipelajari dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-
aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan fisik
Anak - anak dan orang dewasa mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik
maupun psikisnya. Dilihat dari segi fisik misalnya berat badan, tinggi badan, proporsi
24
dan bentuk tubuh. Sedangkan dari segi psikisnya misal, sifat, tingkah laku dan pola
pikir.
1. Perseptual Anak
Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa perceptual anak menekankan pada
aspek luar ( lingkungan ) sebagai hasil dari rangsangan alat indra. Semua keadaan dan
peristiwa - peristiwa yang ada di lingkungan ditangkap oleh alat - alat indra yang
kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensorik, sehingga segala informasi yang
ada di lingkungan dapat diterima dan diketahui oleh alat - alat indra ( penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa/sentuhan ). Tanpa alat indra, otak kita akan terasa
asing dengan keadaan lingkungan yang ada disekitar.
Perkembangan fisik anak terus berlangsung pada masa usia sekolah dasar, meskipun
tidak sepesat pada masa usia dini. Begitu pula dengan penajaman dan penghalusan
perkembangan perceptual anak.
Cara pembelajaran yang diharapkan antara lain : bersifat langsung, tersusun secara
fleksibel, tidak monoton dan verbalistik, memperhatikan perbedaan individu,
menyajikan aktivitas yang bervariasi seperti eksperimen, praktek, observasi secara
langsung, permainan dan sejenisnya, serta menggunakan berbagai media dan sumber
belajar.
Cara ini tidak hanya akan memunculkan kegemaran dalam belajar, tetapi juga
memberikan hal - hal yang positif, aspek kognisi dan kreativitas, fisik-perseptual, dan
sosial.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
1. Anak sebagai suatu totalitas, maksudnya bahwa anak sebagai suatu kesatuan
dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang ada dalam
diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak berbeda dengan orang
dewasa.
Ada tiga proses perkembangan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu proses
biologis, kognitif dan psikososial.
1. Faktor kematangan dan faktor pengalaman merupakan hal yang utama dalam
mempengaruhi perkembangan anak.
Kedua faktor tersebut sangat penting untuk dipelajari dan dipahami untuk mengetahui
proses perkembangan anak. Misal, seorang anak yang mengalami keterlambatan
dalam berjalan, harus diketahui terlebih dahulu faktor - faktor yang
mempengaruhinya, apakah faktor kematangan (genetik) atau faktor pengalaman
(lingkungan). Apabila sudah diketahui faktor penyebabnya, maka kita akan mudah
mencari solusinya.
1. Cara pembelajaran yang efektif yang diterapkan dalam sekolah akan berjalan
lancar apabila didiringi dengan selalu memperhatikan perkembagan anak.
B. Saran
Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar para pembaca
mencari sumber - sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
26
Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan
seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai
dengan jenisnya. Di samping itu tcrdapat pula pola-pola yang berlaku khusus
sehubungan dengan sifatsifat individualnya. Pola-pola ini mempunyai arti yang
universal yang bisa berlaku di mana-mana. Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa
dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciri perkembangan anakanak,
misalnya anak-anak di Amerika, anak-anak di'Asia, dan juga bagi anak-anak di
Indonesia. Itu semua karena ciri dan sifatnya yang universal. Lingkungan dan latar
belakang kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi pola pertumbuhan dan
perkembangan bangsa itu, dan dengan demikian, akan terjadi atau terbentuk
karakteristikkaxakteristik yang menjadl pola khusus bangsa yang bersangkutan. Di
antara pola-pola khusus itu, dan bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat
perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas apabila
dibandingkan secara keseluruhan pribadi bangsabangsa itu.
1. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan
fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagianbagian pada kepala tumbuh lebih dahulu
daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu
pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat
pada kepala yang lebih "matang" daripada bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa
menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik
pada masa perkembangan pranatal, neonatal, rnaupun anak-anak, proporsi bagian
kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama
perband'rngan ini makin besar.
2. Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan
menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan
lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja
karena alatalat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital daripada misalnya
anggota gerak seperti tangan dan kaki. Anak masih bisa melangsungkan
kehidupannya bila terjadi kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila
terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal.
Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih banyak lagi
ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan fungsi, serta kefaalan
anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-anggota tubuh akan tumbuh,
berkembang, dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Contohnya
27
terlihat pada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang) ketika
anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah "pertumbuhan"
dan "perkembangan" secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa
dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bisa dibedakan untuk ma1_csud lebih memperjelas penggunaannya.
28
perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian; pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan ftsik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi
(the process of coming into being). Organisme merupakan sistem yang mekar secara
kontinu, yang selalu "beroperasi" atau berfungsi, juga bersifat dinamis dan tidak
pernah statis secara komplet. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti derigan
mengukur berat, panjang, dan ukuran lingkarannya; umpama lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap
bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat
kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tetapi mengalami
percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan susunan saraf pusat
berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian menjadi lambat pada
akhir masa kanak-kanak, dan relatif berhenti pada masa pubertas.
29