Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

a. Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemak dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
b. Hernia ingunialis sinistra adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus
yang terletak di sebelah lateral vasa efigastrika inferior, menyusuri kanalis
ingunialis dan keluar ke rongga perut melalui anulus ingunalis eksternus
(Mansjoer, 2000).
c. Kata hernia pada hakekatnya berati penonjolan suatu kantung peritoneum, suatu
organ atau lemak pra-peritoneum melalui cacat konginetal atau akusita dalam
parietes muskuloaponeuretik dinding abdomen, yang normalnya tak dapat
dilewati. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan dengan
sekitar 50 % dari ini merupakan hernia inguinalis indereks dan 25 % sebagai
inguinalis direk. (www.indonesiaindonesia.com)

2. Klasifikasi hernia
a. Menurut lokalisasi
1) Hernia Inguinalis
a) Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis.
b) Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior.
2) Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma.
3) Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilikal.
4) Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis.
5) Hernia Skrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum.
b. Hernia insisi menurut sifatnya
1) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan
masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri/gejala.
2) Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonial.
3) Hernia Inkaserada/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut.

3. Etiologi

Hal yang dapat mengakibatkan penyakit hernia antara lain:


a. Mengangkat barang berat
b. Batuk
c. Penyakit kronik paru-paru
d. Akibat mengejan pada saat buang aia besar
e. Gangguan metabolisme pada jaringan ikat
f. Diare atau kejang perut
g. Kehamilam
h. Faktor kongenital (bawaan sejak lahir)
(www.mediastor.com)

4. Anatomi fisiologi

Berikut merupakan penjabaran anatomi fisiologi dalam Syaifudin (2000), yaitu:


a. Mulut
Mulul adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dua bagian yaitu bagian
luar yang sempit, di antara gusi, bibir dan pipi, sedangkan bagian dalam dibatasi
oleh maksilaris, palatum dan mandi bularis.
b. Farings
Farings merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dalam
kerongkongan. Dalam lengkung farings terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
c. Esofagus
Esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya 25cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung.
d. Lambung
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang, terutama di
daerah epigasterium.
1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2) Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3) Antrum Piloris, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
berbentuk spinter pylorus.
4) Kurvatura Minor, terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
5) Kurva Mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentuk dari sisi osteum
kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus inferior.
6) Osteum Kardiakum, merupakan tempat di mana osofagus bagian abdomen
masuk ke lambung.
e. Usus
1) Usus halus
Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal dari
pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya ± 6 meter, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan.
Usus halus dibagi tiga bagian, yaitu:
a) Duodenum/Usus 12 jari, panjang ± 25cm berbentuk seperti tapal kuda
melengkung ke kiri, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
disebut papilla vateri, di sini terdapat muara saluran empedu dan saluran
pankreas. Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan di duodenum melalui
duktus koleduktus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan
lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat
arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein
menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
b) Yeyunum/Jejunum
Terletak di regio abdominalis media sebelah kiri dengan panjang ± 2-3
meter.
c) Ileum, terletak di regio abdominalis bawah dengan panjang ± 4-5 meter,
lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior
dengan perantara lipatan peritonium yang berbentuk kipas atau yang
dikenal sebagai mesenteri.
2) Usus besar
Panjangnya 1,5 m, lebarnya ± 5-6 cm. Bagian-bagian usus besar yaitu kolon
asenden panjangnya 13 cm, apendik (usus buntu), kolon tranversum
panjangnya ± 38 cm, kolon desenden panjangnya ± 25 cm, kolon sigmoid,
anus.
f. Peritoneum
Peritonium terdiri dari dua bagian yaitu: Peritonium parietal yang melapisi dinding
rongga abdomen dan peritonium viseral yang melapisi semua organ yang berada
dalam rongga abdomen.
Fungsi peritonium:
1) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.
2) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada
dalam rongga peritonium tidak saling bergesekan.
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding
posterior abdomen.
4) Kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu
melindungi terhadap infeksi.

g. Anatomi panggul
5. Patofisiologi

Hernia adalah potrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (R. Sjamsuhidjat, 1997). Hernia inguinalis
dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat (mengangkat beban
berat, ngedan), hernia dapat terjadi pada semua umur, lebih banyak pada pria dari
wanita.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekiar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa
persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia.
Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten
kontralateral lebih dari separo, sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%.
Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingunalis
yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia ingunalis.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tunggu dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah
apendektomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan
kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui
segitiga Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis,
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan
bulat.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritonium sebagai akibat proses penurunan
testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi disebelah kanan atau kiri. Sebelah kanan
isi hernia biasanya terdiri dari sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan sebelah
kirinya terdiri dari sebagian kolon desendens.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul
di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau
bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata (R. Sjamsuhidajat, 1997).

Patoflowdiagram
Anomali Kongenital-sebab yang didapat

Pria lebih banyak Pada setiap usia Wanita

Penyebab

Pembentukan pintu masuk hernia yang


cukup lebar pada anulus internus

Mekanisme terjadinya hernia inguinalis

Kanalis inguinalis yang Adanya struktur ablikus internus yang Fasia transversa yang
berjalan miring abdominis yang menutupi anulus ketika kuat yang menutupi
berkontraksi trigonum Hasselbach

Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik

Bentuk kronik Hipertrofi prostat Konstipasi asites Hernia scrotalis dextra reponibel

Hernia scrotalis dextra reponibel


Tanda dan gejala
Operasi hernioraphy
Tampak Perasaan Bila
Gangguan Resiko benjolan sakit akan mengedan/
rasa nyaman: Ansietas tinggi dilipat paha bertamba batuk
nyeri infeksi yang muncul h hebat benjolan akan
pada waktu membesar
berdiri

Benjolan sudah Posisi bernafas dengan mulut mengurangi tekanan


ada, benjolan itu intraabdomen, angkat paha perlahan-lahan bila
dapat dimasukan benjolan itu dapat masuk

Tidak mengerti proses, tanda


dan gejala penyakit

Kurang pengetahuan

(R. Sjamsuhidajat, 1997)


6. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu di ketahui untuk mengenali apakah itu
hernia atau bukan:
a. Gejala
1) Rasa nyeri pada tulang belakang yang disebabkan hernia pada diskus
intervertebral.
2) Benjolan hernia dapat menetap dan menghilang lagi. Benjolan pada hernia
dapat menetap karena termasuk pada hernia irreponibel (karena isi hernia
dapat melekat pada peritoneum kantong hernia), sedangkan hernia yang dapat
muncul dan hilang lagi termasuk hernia reponibel.
3) Inkrakerata, benjolan hernia hampir menetap karena telah menjadi sumbatan
pada saluran pencernaan.
4) Strangulate, merupakan tingkat paling parah dari hernia di mana telah terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang ahkirnya dapat membahayakan dan dapat
menyebabkan kematian.

b. Tanda

1) Munculnya benjolan pada titik-titik yang berpeluang besar mengalami hernia.


2) Benjolan tidak berwarna merah
3) benjolan tidak terasa nyeri tetapi cukup menggangu. Benjolan hernia
menggangu tergantung seberapa besar benjolannya.
4) Mual, muntah
(Sjsmsuhidayat, 2003)

7. Tes Diagnostik
Diagnosis pada hernia dapat ditegakan dengan cara sebagai berikut:
a. Hernia femoralis: limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan
sumber infeksi ditungkai bawah, perineum, anau, atau kulit tubuh kaudal.
b. Hernia inguinalis dapat ditegakan diagnosis berdasarkan atas besar
benjolan yang direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah
kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
c. Hernia obturatoria di diagnosis dengan adanya keluhan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan parastesia di daerah lutut.
d. Hernia pantolan didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan
(tanpak dan teraba benjolan diperineum yang mudah keluar masuk dan jarang
mengalami inkarserasi ).
e. Hernia spiegel di diagoisis dengan ditemukannya benjolan di sebelah
atas titik Mc. Burney kanan atau kiri, pada lateral muskulus rektus abdominis.
Pada hernia inguinalis didiagnosis ditegakan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Benjolan akan membesar jika penderita membungkuk,
batuk, mengejan atau mengangkat beban berat. (www.medicastore.com)

8. Penggelolaan Medik
Penggelolaan terhadap hernia dibagi menjadi dua cara, yaitu:
a. Operasi
Dilakukan operasi yaitu mengembalikan (reposisi) terhadap benjolan hernia
tersebut. Dua prinsip yang digunakan dalam operasi hernia, yaitu herniotomi
dengan memotong kantung hernia lalu mengikatnya dan herniorafi dengan
memperbaiki defek perbaikan dengan pemasangan jaringan melalui operasi
terbuka (laparoskopik). Sedangkan hernoplasti memindahkan fasia pada
dinding perut yang lemah, hernoplasti sering dilakukan pada anak-anak.

b. Terapi hernia
1) Terapi umum
a). Terapi konservatif berupa penggunaan alat penyanggah dapat di pakai
sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia
ventralis. Sementara itu pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak
di anjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat
juga melemahkan otot dinding perut.
b). Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau
ada kelainan lokal atau umum yang merupakan kontra indikasi operasi.
c). Pada hernia ventralis, pengelolaan konservatif menggunakan alat
penyanggah luar korset elastis khusus untuk sementara atau lebih lama
bila ada kontra indikasi pembedahan.

2) Hernioplastik endoskopik
Hernioplastik endoskopik merupakan pendekatan dengan penderita
berbaring dalam posisi 40º. Digunakan tiga trokar, yang pertama di garis
tengah dekat umbilikus, dan dua lainnya di lateral. Keuntungan metode
ini yaitu, morbiditas ringan, penderita kurang merasa nyari, dan keadaan
umum kurang terganggu di bandingkan dengan operasi dari luar.
(Sjamsuhidayat, 2003)

3) Perawatan untuk post operasi


a) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, syok,
muntah, distensi, kedinginan, infeksi, dekubitus, sulit BAK.
b) Observasi keadaan klien.
c) Cek tanda-tanda vital.
d) Cuci luka dan ganti balutan operasi sesuai pesanan dokter.
e) Perhatikan drainase.
f) Penuhi nutrisi.
g) Mobilisasi diri
h) Diet

9. Komplikasi
a. Terjadi perlengkatan dengan isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali.
b. Obstruksi usus.
c. Gangguan perfusi jaringan.
d. Perforasi.
e. Nekrosis isi hernia dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus.
f. Nyeri hebat di tempat hernia.(Mansjore, 2000)

10. Prognosis

a. Secara konservatif (non operatif)


1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty sering
dilakukan pada anak-anak
2) Hernioraphy
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan
dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada Tn.”C”
dengan hernia yang sudah nekrosis.

11. Pencegahan
a. Hindari obesitas atau kelebihan berat badan, usahakan agar berat badan
sesuai standar yang sesuai dengan tinggi badan dan tipe badan.
b. Menghindari agar tubuh tidak mengalami konstipasi (ketegangan) dan
tarikan dengan banyak makan makanan yang berserat.
c. Hindari kegiatan mengangkat beban terlalu berat.
d. Melakukan pengobatan hernia, seperti batuk menahun dan sembelit
menahun.
(www.sehatgroup.web.id)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Tahap pengkajian ini merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan kebutuhan individu, sehingga pengkajian akurat, lengkap, sesuai
kenyataan dan kebenaran data sangat penting dalam merunuskan diagnosa
keperawatan.
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri dari tiga metode
yaitu komunikasi efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan
terdiri atas data dasar dan data fokus. (Dikutip dari Iyer, et. al, 1996 oleh Nursalam,
2001)
Untuk membantu klien dalam mengutarakan masalah atau keluhannya secara
lengkap, maka perawat dianjurkan menggunakan analisa simptom PQRST. Anailisa
simptom menguraikan sebagai berikut:
P : Provokativ atau paliatif
Apakah yang menyebabkan gejala? Apa saja yang mengurangi atau
memperberatnya?
Q : Kualitas atau kuantitas
Bagaimana gajala dirasakan nampak atau terdengar? Sejauh mana anda
merasakannya sekarang.
R : Regional atau areal radiasi
Dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
S : Skala keparahan
Seberapa keparahan dirasakan dengan skala 1sampai 10 (paling parah)
T : Timing (waktu)
Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala terasa? Apakah tiba-tiba
atau bertahap? (Periharjo, 1996)
Untuk kasus hernia pengkajian data dasar (Lemone & Burke, 1996),
meliputi:
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan.
2) Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.
3) Apa upaya untuk mempertahankankesehatan dan mencegah penyakit.
4) Apa yang dilakukan klien bila mengalami gangguan kesehatan.
Data objektif:
1) Observasi penampilan dan keadaan fisik klien
2) Kaji kebutuhan klien dan kebutuhan ADL sehari-hari
b. Pola nutrisi metabolik
Data subjektif:
1) Tanyakan makanan dan minuman sehari-hari dalam 24 jam.
2) Kaji makanan kesukaan atau yang tidak disukai klien.
3) Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah.
4) Apakah ada alergi atau pantangan terhadap suatu makanan?
5) Tanyakan frekuensi makan dan jumlah makanan yang mampu dihabiskan.
Data objektif:
1) Observasi dan kaji nilai laboratorium.
2) Timbang berat badan dan catat hasilnya.
c. Pola eliminasi
Data subjektif:
1) Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur atau tidak, frekuensinya dalam
sehari, warna dan konsistensinya, adakah sulit saat membuang air besar dan
bagaimana klien mengatasinya.
2) Kaji frekuensi buang air kecil, apakah sering menahan BAK ?
Data objektif:
1) Observasi dan catat intake dan output setiap shift.
d. Pola aktivitas dan latihan.
Data subjektif:
1) Kaji tingkat aktivitas klien setiap hari.
2) Tanyakan adanya keluhan lemah, nyeri untuk beraktivitas.
Data objektif:
1) Observasi tingkat aktivitas klien.
2) Kaji kemampuan memenuhi kebutuhan ADL.
e. Pola tidur dan istirahat
Data subjektif:
1) Tanyakan jumlah tidur semalam.
2) Tanyakan kebiasaan dan jumlah tidur pada siang hari.
3) Tanyakan kebiasaan sebelum tidur.
4) Adakah kesulitan untuk tidur.
Data objektif:
1) Observasi keadaan lingkungan yang dapat mengganggu istirahat klien.
2) Kaji faktor intrinsik individu yang dapat mengganggu istirahat klien.
f. Pola peran sosial
Data subjektif:
1) Tanyakan apakah penyakit ini mempengaruhi klien dan keluarga.
2) Tanyakan apakah hubungan klien dengan keluarga, teman akan mengalami
perubahan.
Data objektif:
1) Kaji interaksi klien dengan pasien di sebelah kiri, kanan dan dengan tenaga
perawat dan dokter.
g. Persepsi diri-konsep diri
Data subjektif:
1) Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan yang di
alaminya saat ini.
2) Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap diri sendiri.
3) Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya tentang operasi yang di
alaminya.
Data objektif:
1) Kaji adanya ungkapan rendah diri klien.
2) Kaji respon verbal dan non verbal klien.
h. Pola nilai kepercayaan
Data subjektif:
1) Tanyakan apakah klien menganut sistem kepercayaan tertentu.
2) Tanyakan kebebasan klien dalam melakukan kegiatan ibadahnya.
Data objektif:
1) Kaji respon verbal dan non verbal klien saat menanyakan nilai
kepercayaannya.
2)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dan individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dalam memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan membatasi mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang
aktual/potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan
perlu menyusun suatu “sistem” untuk menentukan diagnosa yang akan diambil
tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki
“Kebutuhan Manusia” dikutip dari Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 52).
1) Hirarki “Maslow”
Dalam menentukan prioritas diagnosa mengacu pada teori Abraham Maslow.

Akt
uali
sasi
diri
Harga diri

Mencintai dan dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan biologis/fisiologis O 2 , H2O, Elektrolit, Nutrisi,


Sex

Sumber: Nursalam, (2001; 52)


2) Hirarki “Kalish”
Kalish (1983) lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi
kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan stimulasi”. Kalish
mengidentifikasikan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara, air,
temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri. Jika terjadi kekurangan
kebutuhan tersebut klien cenderung menggunakan semua prasarana untuk
memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja mereka akan mempertimbangkan
terlebih dulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan atau
harga diri. dikutip dari Iyer et. al, 1996 dalam (Nursalam, 2001, hal. 53).
Menurut Doenges (2000; hal 43) diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul adalah sebagai berikut:
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
b. Kecemasan orang tua kilen berhubungan dengan tindakan operasi.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer, luka operasi.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Rencana keperawatan
Perencanaan meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan
dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 1999).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien pre dan post operasi
hernia, rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
Kriteria evaluasi:
1) Klien dapa beradaptasi dengan nyerinya
2) Skala nyeri 0-3
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan keperawatan:
1) Observasi keluhan nyeri.
Rasional:
Berguna dalam pengawasan keefektifan intervensi dan kemajuan
penyembuhan. (Doenges, 1999).
2) Jelaskan prises terjadinya nyeri.
Rasional:
Untuk mengetahui proses terjadinya nyeri dan untuk kebutuhan intervensi.
(Doenges, 1999).
3) Pantau tanda-tanda vital
Rasional:
Respon autonomik meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi, dan
pernafasan, yang berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri.
Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
(Doenges,1999).

b. Kecemasan orang tua klien berhubungan dengan tindakan operasi.


Tujuan: keluarga dapat menreima keadaan
Kriteria evaluasi:
1) Tanpak rileks
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji tingkat kecemasan dan diskasi penyebabnya bila mungkin.
Rasional:
Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih realitas (Doenges, 1999).
2) Kembangkan hubungan pasien dan perawat
Rasional:
Hubungan yang saling mempercayai, diantara pasien/ orang terdekat/ staf akan
meningkatkan perawatan dan dukungan yang optimal(Doenges, 1999).
3) Berikan keluarga dan klien dengan kepastian dan penguatan perilaku koping.
Rasional:
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan respon koping
positif yang akan datang (Capernito, 1999).
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer,
luka operasi
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi:
1) Klien mencapai pemulihan luka tepat waktu
2) Klien bebas dari demam
3) Luka bebas dari drainase purulen atau eritema
4) TTV dalam batas normal
Rencana tindakan keperawatan
1) Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu
Rasional:
Suhu malam hari memuncak yang kembali normal pada pagi hari adalah
karakter infeksi. Peningkatan suhu 4-7 hari setelah pembedahan sering
menandakan abses luka (Doenges, 1999).
2) Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional:
Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan (Doenges, 1999).
3) Pertahankan perawatan luka aseptik. Pertahankan balutan kering
Rasional:
Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan.
Balutan basah menyerap kontaminasi eksternal (Doenges, 1999).
4) Berikan obat-obatan sesuai indikasi: antibiotik.
Rasional:
Diberikan secara profilatif dan untuk mengatasi infeksi (Doenges, 1999).
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : memenuhi kebutuhan belajar klien
Kriteria evaluasi:
1) Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan .
Rencana tindakan keperawatan
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien.
Rasional:
Keinginan untuk belajar tergantung pada kondisi fisik klien dan persiapan
mental (Brunner and Suddarth, 1997).
2) Ajarkan informasi yang diperlukan:
a. Gunakan kata-kata yang sederhana yang dapat klien dan keluarga pahami.
b. Pilih waktu kapan klien siap.
Rasional:
Individualisasi rencana penyuluhan meningkatkan pembelajaran (Brunner
and Suddart, 1997)
c. Demonstrasikan perawatan luka/mengganti balutan yang tepat.
Rasional:
Meningkatkan penyembuhan, menurunkan resiko infeksi, memberikan
kesempatan untuk mengobservasi pemulihan luka (Doenges 1999).
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001). Pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan hernioraphy tentunya merujuk pada rencana keperawatan yang
telah dirumuskan.
Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat berperan sebagai pelaksana
keperawatan, memberi dorongan, pendidik, advokasi, konselor dan penghimpunan
data (Carpenito, 1999).
5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkap proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai (Nursalam, 2001).
Evaluasi terdiri dari 2 jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif (evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau evaluasi berjalan)
dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan
sampai tujuan tercapai.
b. Evaluasi sumatif (evaluasi hasil, evaluasi akhir dan evaluasi jangka panjang),
evaluasi ini dilakukan diakhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan
menjadi metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” (Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik dalam rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan, dan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu:
masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah tidak dapat
teratasi, dan timbulnya masalah baru.
6. Perencanaan Pulang
Pada klien dengan post hernioraphy perlu adanya penyuluhan tentang
penyakit hernia dan cara merawat luka bekas operasi dan mencuci luka dengan
baik serta mengetahui tanda-tanda penyebab infeksi. Dan anjurkan klien supaya
tidak mengangkat beban berat dan beraktivitas berat.
Bila klien mengalami infeksi pada luka operasi maka hendaknya segera di
bawa ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan serta pengobatan
teratur dari rumah sakit.

7. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi memberikan asuhan keperawatan penulis membuat
pendokumentasikan yang ditunjukan kepada klien dengan Hernia.
Pendokumentasian ini dilakukan dari awal pada tahap pengkajian sampai pada
tahap evaluasi. Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis
atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bago individu
berwenang. Dokumentasi yang baik, mencerminkan tidak hanya kualitas tindakan
keperawatan tetapi juga membuktikan pertabggung gugatan setiap anggota tim
keperawatan memberikan asuhan keperawatan.(Poter dan Pery, 2005).

Anda mungkin juga menyukai