Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PEMBAHASAN

1. Penilaian Keterampilan Berbicara


a. Bentuk-bentuk Tugas Kemampuan Berbicara

Bentuk-bentuk kemampuan berbicara yang dipilih


seharusnyalah memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan
kemampuan berbahasanya melainkan juga mengungkapkan gagasan,
pikiran atau perasaannya.

1. Pembicaraan berdasarkan pengamatan obyek/gambar


Kemampuan berbicara siswa dapat pula dirangsang dengan
mengamati suatu objek lingkungan tertentu (misalnya: laut,
sungai, sawah, pemandangan atau lingkungan lain). Baik secara
alami maupun melalui pemutaran suatu video tertentu. Dalam hal
ini, siswa akan bercerita berdasarkan apa yang mereka amati,
dengan lihat dan rasakan.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan oleh dua (beberapa) orang
penguji dalam praktik yang sering terjadi di sekolah hanya
seorang penguji. Terhadap siswa atau calon selama jangka waktu
tertentu, misalnya minimum sepuluh menit untuk seorang calon,
penilaian wawancara adalah tekanan, tata bahasa, kelancaran, dan
pemahaman.
3. Bercerita
Pemberian tugas untuk bercerita kepada siswa juga merupakan
salah satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara yang
bersifat pragmatis. Untuk dapat bercerita ada dua hal yang
dituntut untuk dikuasai siswa, yaitu unsur linguistic (bagaimana

1
cara bercerita, bagaimana cara memilih bahasa) dan unsur apa
yang diceritakan, ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan
menunjukkan kemampuan berbicara siswa.
4. Pidato
Dalam kaitannya dengan pengajaran (dan tes) bahasa di
sekolah, tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi.
Misalnya, siswa bersimulasi sebagai kepala sekolah berpidato
dalam upacara bendera, menyambut tahun ajaran baru, hari
sumpah pemuda, dsb.
5. Diskusi
Tugas berdiskusi baik dilakukan para siswa di sekolah dan
terlebih lagi para mahasiswa. Tugas ini tidak saja baik untuk
mengukur kemampuan berbicara siswa (mahasiswa), melainkan
juga sebagai latihan beradu argumentasi. Penilaian berpidato,
yaitu (1) keakuratan informasi, (2) ketepatan bahasa
(diksi,struktur, lafal). (3) kesistematisan, (4) kelogisan, (5) gaya
dan penampilan dan (6) penghayatan.
b. Tingkatan Tes Keterampilan Berbicara
(1) Tes Keterampilan Tingkat Ingatan
Tes keterampilan berbicara pada tingkat ingatan pada
umumnya lebih bersifat teoritis, menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian,
fakta, dan sebagainya.
(2) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Pemahaman
Seperti halnya tes tingkat ingatan, tes keterampilan
bebicara, tingkat pemahaman juga masih lebih bersifat teoritis,
menanyakan masalah-masalah yang berkaitan dengan berbagai
tugas berbicara.
(3) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Penerapan

2
Tes keterampilan berbicara pada tingkat penerapan
tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa
untuk praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk
mampu menerapkan keterampilan berbahasanya untuk dapat
berbicara dalam situasi (dan masalah) tertentu untuk keperluan
komunikasi.
(4) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Analisis
Tes keterampilan berbicara tingkat analisis adalah
menuntut siswa mencermati atau menganalisis isi suatu
pembicaraan lalu mengemukakannya dalam bentuk lisan apa
yang diamati tersebut.
(5) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Sintesis
Tes keterampilan berbicara tingkat sintesis adalah
menuntut siswa untuk menghubungkan, menggeneralisasikan
konsep yang satu dengan yang lain apa yang diamatinya, baik
lisan ataupun tertulis.
(6) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Evaluasi
Tes keterampilan berbicara tingkat evaluasi adalah
menuntut siswa memberi penilaian terhadap objek tertentu,
baik yang didengar, dilihat, dibaca lalu dikemukakan
penilaiannya pada objek tersebut secara lisan. Bahkan, siswa
disuruh juga mengemukakan pemecahan masalah atas objek
itu sesuai pendapatnya.
(7) Catatan Tentang Tingkat Tes Keterampilan Berbicara
Pelaksanaan praktek berbicara hendaknya dilakukan
dengan mempertimbangkan keadaan siswa, baik dari segi
kemampuan berbahasa maupun berfikirnya.

3
c. Penerapan Penilaian Berbicara
1. Penyusunan Kompetensi yang Diukur
Kompetensi yang dapat diukur pada aspek berbicara
lebih difokuskan pada penguasaan system tanda-tanda bahasa
lisan, bukan gagasan/isu pembicaraan atau bentuk susunan isi
pembicaraan yang dikemukakan. System tanda-tanda bahasa
lisan yang dimaksud adalah: (a) lafal/ucapan (vocal, konsonan,
intonasi), (b) tata bahasa, (c) kosakata, (d) kefasihan
(kemudahan dan ketepatan berbicara, dan (e) pemahaman
(Haris, 1969, Brown dan Yule, 1983 dalam Safari 1997: 80).
Kegiatan-kegiatan berbicara misalnya: (1) bercerita, (2)
menyampaikan imformasi; buku, majalah, artikel, hasil
penelitian, program kegiatan, (3) berpidato, (4) seminar atau
gelar wicar (talk show), dan (5) berwawancara.

2. Penilaian Keterampilan Membaca


a. Taksonomi Bloom untuk Tugas Membaca
Tujuan pengajaran biasanya dikaitkan dengan ketiga
taksonomi Bloom: aspek kognitif, afektif, psikomotor, maka tugas
yang diberikan kepada siswa pun hendaknya juga mencakup ketiga
aspek tersebut. Tugas kognitif berupa aktivitas kognitif memahami
bacaan secara tepat dan kritis atau berupa kemampuan membaca.
Tugas psikomotor berupa aktivitas siswa waktu membaca, misalnya
membaca keras, dan membaca indah, untuk mengamati aktivitas
psikomotor membaca, kita perlu menentukan kriteria dan aspek yang
akan diamati, misalnya keaktifan, ketepatan lafal, ketepatan intonasi,
keindahan bunyi dan sebagainya.

4
5

Anda mungkin juga menyukai