Wimmy Ario Kuntjahjo Perilaku Kepemimpinan Inovatif Dan Pengaruhnya Pada Mutu Institusi Pendidikan
Wimmy Ario Kuntjahjo Perilaku Kepemimpinan Inovatif Dan Pengaruhnya Pada Mutu Institusi Pendidikan
(Studi pada institusi pendidikan tenaga kesehatan jenjang pendidikan tinggi Departermen
Kesehatan di Propinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta)
dr.H.Wimmy Ario Kuntjahjo,M.Kes.
Fakta membuktikan bahwa tidak mudah pimpinan institusi pendidikan untuk dapat
menerima suatu “top-down model innovation” karena sering dianggap sebagai beban
yang merepotkan atau ‘pemaksaan struktural’ yang mau tidak mau harus dilaksanakan
dan dianggap bukannya memecahkan masalah justru menimbulkan masalah, sedangkan
‘bottom-up model innovation’ sering dianggap akan menggoyahkan kedudukan sang
direktur atau setidaknya dapat membuat ‘instabilitas’ atau gejolak yang tidak diinginkan.
Kedua, dalam tingkatan pengaruh yang berbeda, motivasi, perilaku inovatif dan gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap perilaku kepemimpinan inovatif maupun terhadap
mutu institusi pendidikan, lebih lanjut penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku
kepemimpinan inovatif mempunyai pengaruh secara langsung dan positif terhadap mutu
institusi pendidikan.
Ketiga, ditinjau dari besaran koefisien determinasi (R2) berbagai kontrol terhadap
variabel dependen menunjukkan bahwa ‘wanita dengan tiga bintang’ diyakini
mempunyai perilaku kepemimpinan inovatif yang tinggi yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi peningkatan mutu institusi pendidikan, sedangkan ‘pria dengan tiga
bintang’ diyakini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk secara langsung
meningkatkan mutu institusi pendidikan.
Keempat, dengan demikian pria maupun wanita yang mempunyai kemampuan “tiga
bintang” diyakini peneliti berkaitan erat dengan perilaku kepemimpinan inovatif dan
pada akhirnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat meningkatkan
mutu instirusi pendidikan. Tiga bintang yang dimaksud, adalah (a) berpendidikan S2-S3
yang sesuai dengan bakat dan menunjang proses pembelajaran; (b) mempunyai
kemampuan dalam berbahasa Inggris dan (c) mempunyai kemampuan
mengoperasionalkan internet.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan kesimpulan tersebut diatas maka dengan berani
peneliti menyatakan bahwa keterlibatan pemerintah pusat dalam arti adanya ‘political
will’ berkaitan dengan “Proyek tiga bintang”adalah sangat serius, karena dalam rangka
globalisasi kalau pemerintah tidak menghendaki ketertinggalan lebih berlarut khususnya
sumber daya manusia di bidang pendidikan, maka pelaksanaan proyek tiga bintang harus
menjadi perhatian dan segera harus dilaksanakan.