Disampaikan Oleh :
1
Makalah ini disampaikan pada acara Orientasi Wartawan Bidang Properti dan Konstruksi di
Bandung, 17 Mei 2002.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 1
I. KAITAN PENATAAN RUANG DENGAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 2
keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan (transparansi)
dan efisiensi, agar tercipta kualitas permukiman yang layak huni
(livable environment).
3
Kepmen Perumahan dan Permukiman No.09/KPTS/M/IX/1999 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 3
stakeholders. Hal ini dapat terlihat dari berbagai issues dan
permasalahan yang teridentifikasi, yakni :
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 4
Tabel 1
Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Jabodetabek
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 5
11. Sementara untuk kawasan Bopunjur yang merupakan hulu (up-
stream) dari wilayah Jabodetabek, berdasarkan informasi citra
landsat tahun 2001 telah terjadi penyimpangan pemanfaatan
lahan sebesar 79,5% dari arahan yang ditetapkan dalam Keppres
No.114/1999. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kawasan
perkotaan yang cukup pesat dengan luas mencapai 35,000 ha
atau 29% dari total luasan kawasan Bopunjur. (mohon periksa
Tabel 2). Bentuk-bentuk penyimpangan lainnya diantaranya
adalah : (a) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai untuk
permukiman pada sepanjang bantaran sungai-sungai, dan (b)
pemanfaatan ruang untuk permukiman pada wilayah retensi air,
seperti rawa-rawa dan lahan basah. (selengkapnya mohon
periksa Tabel 2).
Tabel 2
Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Bogor – Puncak –
Cianjur (Bopunjur) dibandingkan dengan Keppres
No.114/1999.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 6
Pemerintah maupun oleh masyarakat, (c) lemahnya penegakan
hukum, serta (d) belum terciptanya semangat dan mekanisme
kerjasama lintas wilayah dalam pembangunan yang sinergis.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 7
masyarakat luas. Untuk itu, masyarakat perlu diperkenalkan
pengertian tentang penataan ruang, diberikan akses dan
stimulan, ditumbuhkan rasa peduli dan rasa tanggungjawab,
yang pada akhirnya memunculkan bentuk partisipasi atas
kehendak masyarakat sendiri sebagai benteng terakhir
pengendali pemanfaatan ruang.
21. Pada era demokrasi dewasa ini, maka penataan ruang harus
merupakan keputusan publik atas dasar konsensus bersama
Dalam mekanisme keputusan publik, tentunya kepentingan
masyarakatlah yang harus diutamakan, mengingat masyarakat
merupakan unsur stakeholders pembangunan dengan konstituen
terbesar. Untuk itu, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah
7
:
7
Diadaptasi dari sambutan Pembukan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada
Seminar Sehari “Pengelolaan Kota dan Wilayah yang Berkelanjutan dalam Perspektif Demokrasi”,
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 8
a. Mengacu pada UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
maka penyelenggaraan pembangunan daerah harus
mengikutsertakan masyarakat dan swasta. Karena itu, setiap
jenis rencana pembangunan kota dan wilayah tidak cukup
hanya disosialisasikan kepada masyarakat, tetapi lebih jauh
harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada
masyarakat.
b.Pengembangan wilayah dan kota (kawasan perkotaan)
seyogyanya mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi
rencana pembangunan yang berasal dari masyarakat
(community-driven planning) melalui mekanisme forum kota
atau rembug desa sebagai media untuk menggali ide-ide dan
menjaring aspirasi pembangunan yang orisinal dari
masyarakat.
c. Dengan dikonsultasikannya rencana pengembangan wilayah
dan kota tersebut kepada masyarakat, maka jaminan
keberlanjutan dari suatu proses pembangunan akan lebih
mudah tercapai, mengingat keterlibatan masyarakat dalam
proses pembangunan sejak dini akan melahirkan bentuk-
bentuk peran masyarakat yang cukup tinggi sehingga mampu
memecahkan persoalannya sendiri.
22. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat mengatasi
persoalan-persoalan pembangunan di daerahnya, maka
Pemerintah Pusat (dalam hal ini Depkimpraswil) tidak lagi
berperan sebagai inisiator ataupun aktor utama pembangunan,
melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan enabler
masyarakat. Sedangkan Pemerintah Daerah pun harus mampu
mereposisikan peran yang selama ini ditanganinya untuk dapat
didesentralisasikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang
tumbuh secara demokratis dengan orientasi pada penguatan
peran masyarakat.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 9
IV. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DALAM PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
9
idem.
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 10
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang melalui mekanisme
perizinan (seperti izin prinsip, izin lokasi, IMB dan penegakan
sanksi hukum atas bentuk-bentuk pelanggaran).
V. PENUTUP
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 11
kerjasama antara Pemerintah dengan berbagai unsur
stakeholders – dimana masyarakat sebagai subyek pembangunan
– dalam suatu proses menuju penguatan peran masyarakat
(community driven planning).
c:/Tarunas/TR-Pulau/Paper-Wartawan-170502 12