Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh aborsi dalam pembangunan

bagi kehidupan bangsa dan agama

INDAH YULIANA
13810106073057

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG


Prodi DIII Kebidanan
2009/2010
Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Telp. (0267) 417267
Karawang 41316
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ilahi Robbi karena hanya dengan limpah
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan malakah ini dengan segala
kemudahan yang diberkan Allah SWT.
Makalah ini memuat tentang Pengaruh Aborsi dalam pembangunan bagi
kehidupan bangsa dan agama. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah AGAMA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN Selain itu, pembuatan makalah
ini juga dimaksudkan untuk menambah pemahaman mahasiswi mengenai hal yang
memang sangat erat dengan kalangan akademis yang bergerak dibidang kesehatan.
Terima kasih yang tulus kami haturkan kepada Yth Ibu Hj. Endah Saodah M,SH..
Selaku dosen mata kuliah Agama dalam pelayanan kebidanan di STIKES Kharisma
Karawang Prodi DIII Kebidanan semester V yang telah memberikan kesempatan kepada
mahasiswi untuk mengemabangkan wawasan dan keilmuannya serta pemahaman
mengenai asuhan kebidanan patologi, khusunya tentang persalinan sungsang. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan – rekan mahasiswa yang telah
membantu baik secara moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Sebagai kalangan akademis, penyusun menyusuri bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik konstruktif sangat diharpakan demi
perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Karawang, November 2009

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat .................................................................1
C. Metode Penulisan .....................................................................1
D. Sistematika Penulisan ..............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ......................................................................................3
B. Macam-macam ...............................................................................4
C. Efek Samping Aborsi .....................................................................5
D. Tinajuan Menurut Hukum Islam ....................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................31
B. Saran ..............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hubungan seksual sangat erat hubungannya dengan aborsi, karena dengan


hubungan inilah awal terjadinya pembuahan antara sel-sel dari kedua jenis makhlik
itu, baik yang di kehendaki maupun yang tidak. Mereka menilainnya sebagai
anugerah tuhan, tetapi antara yang tidak menghendakinya ada yang menganggapnya
sebagai mala petaka yang harus di hindarkan walaupun bertentangan dengan hukum
dan moral. Cara menghindarkan setelah terjadinya pembuahan inilah yang disebut
Aborsi ynag menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini.

"Aborsi tidak aman selalu menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indenesia


terdapat 1,5 juta - 2 juta kasus aborsi setiap tahunnya. Dan secara formal,
aborsi tidak aman diperkirakan menyumbang 11,1% pada kematian ibu," ungkap
Zumrotin K Susilo, Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan saat berbicara dalam
Seminar Pendidikan Seks di Media Massa, menekan angka aborsi yang
diselenggarakan PKBI DKI di Hotel Wisata Jakarta, beberapa waktu lalu.

Angka kematian ibu di Indonesia hingga saat ini masih merupakan angka
tertinggi di Asia Tenggara yaitu 370 per 100 kelahiran. Sementara Shanghai,
Kompas - Penggunaan kontrasepsi di kawasan Asia Pasifik masih rendah. Hal ini
memicu tingginya angka kelahiran tidak diinginkan dan penghentian kehamilan atau
aborsi. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan perlu dilakukan untuk
meningkatkan akses terhadap pelayanan kontrasepsi dan keluarga berencana.
“Metode kontrasepsi yang digunakan seharusnya ditentukan perempuan dan kata
Ketua Umum Badan Kontrasepsi Asia Pasifik (APCOC) Prof Soo Keat Khoo dalam
jumpa pers yang diprakarsai Bayer Schering Pharma, Jumat (9/11) di Shanghai,
China.

Sejauh ini diperkirakan 123 juta perempuan di seluruh dunia tidak menggunakan
al ini antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi dan pendidikan tentang
kontrasepsi, biaya kontrasepsi, dan situasi ekonomi para penggunanya. Hal ini
memicu tingginya kehamilan tidak diinginkan.
data APCOC, di Asia diperkirakan satu dari tiga kelahiran adalah tidak direncanakan.
Pada tahun 1995, ada 27 juta kasus penghentian kehamilan di Asia. Secara
keseluruhan, tingkat aborsi di Asia pada perempuan usia subur masih tinggi, yakni 33
kasus per seribu kelahiran. Angka aborsi tidak aman di Asia, juga tertinggi di dunia.
Kehamilan tidak diinginkan dan penghentian kehamilan dapat menyebabkan beban
sosial, kesehatan, psikologis, dan ekonomi pada perempuan. Kehamilan tidak
terencana dan aborsi meningkatkan risiko kesehatan ibu dan anak.

B. Tujuan dan Manfaat

a. Meningkatkan pengetahuan dan memperdalam pemahaman mengenai


Pengaruh aborsi dalam pembangunan bagi bangsa dan agama
b. Mengetahui Pengertian Tentang Pengaruh aborsi dalam pembangunan bagi
bangsa dan agama
c. Mengetahui macam-macam Aborsi.
d. Mengetahui Efek samping Aborsi
C. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan mengunakan metode perpustakaan, di ambil dari
berbagai macam buku yang ada di perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Aborsi

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi
didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20
minggu.

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus


Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi
keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan
sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum
istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya
janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya
dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan). Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh
Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan
aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus)
mencapai 20 minggu.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi
keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan
sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum,
istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya
janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya
dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan).

2.Macam – Macam Aborsi


Aborsi ada dua macam:
1.Aborsi Spontan (Abortus Spontaneus)

Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka
ini mempunyai dua kelemahan, yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang
tidak terdeteksi, serta aborsi ilegal yang dinyatakan sebagai abortus spontan.

Insiden abortus spontan sulit untuk ditentukan secara tepat, karena sampai
sekarang belum diterapkan kapan sebenarnya dimulainya kehamilan? Apakah penetrasi
sperma kedalam sel telur sudah merupakan kehamilan? Apakah pembelahan sel telur
yang telah dibuahi berarti mulainya kehamilan? Atau kehamilan dimulai setelah
blastocyst membenamkan diri kedalam decidua? Atau setelah janin “bernyawa”?

Dengan pemeriksaan tes yang dapat mendeteksi Human Chorionic Gonadotropin


maka frekuensi abortus akan menjadi lebih tinggi (20% – 62%).

1. Penyebab abortus spontan

Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Setengah di antaranya
disebabkan karena kelainan kromosom. Resiko terjadinya abortus meningkat dengan
makin tingginya usia ibu serta makin banyaknya kehamilan. Selain itu kemungkinan
terjadinya abortus bertambah pada wanita yang hamil dalam waktu tiga bulan setelah
melahirkan.

Pada abortus dini, pengeluaran janin/embrio biasanya didahului dengan kematian


janin/embrio. Sedangkan abortus pada usia yang lebih lanjut, biasanya janin masih hidup
sebelum dikeluarkan.
• Kelainan Pertumbuhan Zygote.

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan


pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk
Zygote, embrio, janin maupun placenta. Ternyata 50% – 60% dari
abortus ini berhubungan dengan kelainan kromosom.

• Faktor Ibu.

Penyakit pada ibu biasanya terjadi pada janin dengan kromosom


yang normal, paling banyak pada usia kehamilan 13 minggu.
Beberapa macam infeksi bakteria atau virus dapat menyebabkan
abortus. Penyakit ibu yang kronis biasanya tidak menyebabkan
abortus, meskipun dapat menyebabkan kematian janin pada usia
yang lebih lanjut atau menyebabkan persalinan prematur. Kelainan
pada uterus (rahim) dapat menyebabkan abortus spontan.

2. Pembagian abortus spontan

• Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang


mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan
masih dapat diselamatkan.
• Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya
aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian
kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
• Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan
sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup
banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim
secepatnya.
• Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim.
Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.
• Missed Abortion. Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan
yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya
biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan
berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang
sama dengan abortus yang lain.

Abortus Therapeuticus

Abortus therapeuticus adalah pengakhiran kehamilan pada saat dimana janin


belum dapat hidup demi kepentingan mempertahankan kesehatan ibu. Menurut
Undang-Undang di Indonesia tindakan ini dapat dibenarkan. Keadaan kesehatan
ibu yang membahayakan nyawa ibu dengan adanya kehamilan adalah penyakit
jantung yang berat, hypertensi berat, serta beberapa penyakit kanker.

Di beberapa negara, termasuk dalam kategori ini adalah kehamilan akibat


perkosaan atau insect, dan pada keadaan dimana bayi yang dikandungnya
mempunyai cacat fisik atau mental yang berat. Di negara-negara Eropa, aborsi
diperbolehkan apabila ibu menderita campak Jerman (German Measles) pada
trimester pertama.

Elective Abortion

Aborsi sukarela adalah pengakhiran kehamilan pada saat janin belum dapat hidup
namun bukan karena alasan kesehatan ibu atau janin. Pada masa kini, aborsi jenis
inilah yang paling sering dilakukan. Di Amerika Serikat, terjadi satu aborsi
sukarela untuk tiap 3 janin lahir hidup.

Eugenic Abortion:

pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat


2.Aborsi yang sengaja ( Abortus Provocatus)

Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-


syarat sebagai berrikut:

• Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang


terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

• Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

• Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

• Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

• Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

• Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung


organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.

• Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang


disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

• Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

• Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan
psikiater.
3. Penyebab abortus
Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

Maternal.

Penyebab secara umum

1. Infeksi akut

• virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

• Infeksi bakteri, misalnya streptokokus

• Parasit, misalnya malaria

2. Infeksi kronis

• Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


• Tuberkulosis paru aktif.
• Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

Janin

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

4. Hak atas pelayanan kesehatan

Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu sangat


memprihatinkan. Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan
masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan. Padahal bagaimanapun kondisinya
atau akibat apapun, setiap perempuan sebagai warganegara tetap memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk
menyediakan hal itu. Hak-hak ini harus dipandang sebagai hak-hak sosial sekaligus
hak individu yang merupakan hak untuk mendapatkan keadilan sosial termasuk
didalamnya hak untuk mendapatkan pelayanan. Hak atas pelayanan kesehatan ini
ditegaskan pula dalam Pasal 12 Konvensi Penghapusan segala bentuk Kekerasan
terhadap Perempuan (Konvensi Perempuan) dan UU Kesehatan.

Dalam hal Hak Reproduksi, termasuk pula didalamnya hak untuk membuat
keputusan mengenai reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan
seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia (Rekomendasi
bab 7 Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional di Kairo 1994).

5.METODE-METODE ABORSI

Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah
hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan
asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal
aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek
samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum
dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan
kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses
melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa
proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya
diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir
dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara
paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna,
trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal
jantung, perobekan rahim.

Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan
lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin
juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke
dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan
lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting
dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang
cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin
yang lebih dahulu ditarik keluar.

Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan
dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan
siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan
wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.

Metode Penyedotan (Suction Curettage)

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini.
Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa
darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol
yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani
metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang
dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi
pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa
plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling
sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan
pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat,
sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya
metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode
D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti
pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi
antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2 hormon


sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan
usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari
klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada
kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak
ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi,
kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka
ia diberikan pil RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk
menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak
mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-
48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon
prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan
membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu
dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di
rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang
perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu
setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika
belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa
kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari
kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.
Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami
serangan jantung.

Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam
badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti
pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel.
MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang
menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak
saja berfungsi sebagai ’sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang,
mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan
produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human
chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan
keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan
menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi
mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil
itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam
setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis
misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat
berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan
selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan
hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum, di tempat
kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan
ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan
janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk
memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping
yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi.

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare,
penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang
belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus
MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk
pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian pernah dilaporkan
pada orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu menyarankan agar hanya para
dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja
yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX
menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk
digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju, karena pada
paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun walau
MTX digunakan dalam dosis rendah

6.EFEK ABORSI

1. Efek Jangka Pendek

• Rasa sakit yang intens


• Terjadi kebocoran uterus
• Pendarahan yang banyak
• Infeksi
• Bagian bayi yang tertinggal di dalam
• Shock/Koma
• Merusak organ tubuh lain
• Kematian

2. Efek Jangka Panjang

• Tidak dapat hamil kembali


• Keguguran Kandungan
• Kehamilan Tubal
• Kelahiran Prematur
• Gejala peradangan di bagian pelvis
• Hysterectom

7. Resiko Aborsi

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun


keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.

Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan
fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ;

• Kematian mendadak karena pendarahan hebat.


• Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
• Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
• Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
• Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
• Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
• Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
• Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
• Kanker hati (Liver Cancer).
• Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
• Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
• Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
• Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi
sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini
dicatat dalam ” Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan
The Post-Abortion Review.

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik
dan benar.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Setelah saya membaca kasus-kasus yang terlampir pada lampiran, kasus aborsi
sampai saat ini sangatlah serius dan membahayakan bagi umat manusia. Menurut data,
sampai saat ini ternyata kasus mengenai aborsi masih sangat tinggi, bahkan sampai
remaja pun telah melakukan tindakan aborsi. Walaupun banyak Negara telah menyerukan
program KB dan banyak Negara telah menyarankan untuk memakai kondom sebagai
pilihan alternative program KB, tetapi hasilnya di dunia ini masih tinggi akan kasus
aborsi.

Saya menanggapi bahwa perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu
memang ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan
maksud tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi
janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan situasi
dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan aborsi tidak
diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko mempunyai anak diluar
nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana seorang ibu yang hamil dan
mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak menginginkan kehadiran anaknya
didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak boleh melakukan tindakan aborsi.

Kita seharusnya menghargai sebuah kehidupan. Janin di dalam kandungan merupakan


anugrah yang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak boleh merampas hak dari janin
tersebut untuk hidup. Jika kita akan melakukan hubungan sex terhadap pasangan kita (di
dalam maupun diluar perkawinan), maka kita harus menanggung resiko untuk
mempunyai anak. Kita tidak boleh lepas begitu saja untuk menggugurkan janin tersebut.

1.2 Saran

Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah
meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah
baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman yang diwujudkan
dengan:

• Sikap hormat terhadap kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan

• Taat kepada perintah Allah khususnya perintah cinta / hukum cinta yaitu Cinta
Kepada Tuhan dan sesama.

• Setia kepada ajaran Gereja yang melarang keras Aborsi (humanae Ultae).

• Pembinaan kaum muda: Memberi Katekese (pelajaran) mengenai seks dan


seksualitas.

• Kursus persiapan perkawinan.

Saya berharap, dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi kita semua. Saya
berharap agar kita semua menjadi sadar dan tidak melakukan tindakan aborsi.
DAFTAR PUSTAKA

Pencarian dari www.google.com yang diakses pada tanggal 7 Desember 2007, dengan
rincian sebagai berikut:

1. http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html
2. http://abortus.blogspot.com/search/label/Abortus
3. http://abortus.blogspot.com/search/label/Resiko
4. http://gemawarta.wordpress.com/2005/11/24/aborsi-pro-life-atau-pro-choice/
5. http://mathiasdarwin.wordpress.com/2007/09/08/apakah-aborsi-salah-satu-hak-
azasi-manusia/

6. http://yesaya.indocell.net/id560.htm

7. http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/aborsi.htm
8. http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0609/15/020926.htm

Anda mungkin juga menyukai