Anda di halaman 1dari 139

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT


(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Universitas Negeri Semarang

Oleh
EUNIKE CHRISTINA ELFARINI
NIM. 3351402093

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “ Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap


Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) “ ini
telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi
pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 29 Mei 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Subowo, M.Si Drs.Asrori, M.S


NIP. 131404311 NIP. 131570078

Mengetahui
Ketu Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman M.Si


NIP. 131967646

ii
SURAT REKOMENDASI

Yang bertandatangan dibawah ini, Dosen Pembimbing Skripsi dari mahasiswa :

Nama : Eunike Christina Elfarini


NIM : 3351402093
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : “Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di
Jawa Tengah) “

Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan


bimbingan skripsi dan siap untuk diajukan pada Sidang Ujian Skripsi.

Demikian Surat Rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana


mestinya.

Semarang, Mei 2007

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Subowo, M.Si Drs. Asrori, M.S


NIP. 131404311 NIP. 131570078

Mengesahkan
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si


NIP. 131967646

iii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia sidang ujian skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin
Tanggal : 13 Agustus 2007

Penguji Skripsi

Drs. Sukirman, M.Si


NIP. 131967646

Anggota I Anggota II

Drs. Subowo, M.Si Drs. Asrori, M.S


NIP. 131404311 NIP. 131570078

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M. Si


NIP. 131658236

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakkan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Mei 2007

Eunike Christina Elfarini


NIM. 3351402093

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

” Kamu adalah garam dunia ”

Jika garam itu tawar, dengan apakah ia diasinkan ?

Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

( Matius 5 :13)

” Kamu adalah terang dunia ”

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan semua orang, supaya

mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.

(Matius 5 : 16)

Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan
pendidikan terbaik dalam hidupku.
2. Adik-Adikku yang telah memberi
keceriaan dan semangat.
3. Mas Angga yang selalu memberi
inspirasi dan motivasi.
4. Sahabat-sahabatku curahan hatiku.
5. Almamaterku Universitas Negeri
Semarang yang kubanggakan.

vi
SARI

Eunike Christina Elfarini, 2007. “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi


Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada kantor Akuntan Publik Di
Jawa Tengah )”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.

Kata Kunci : Kompetensi, Independensi Auditor, Kualitas Audit.

Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa


kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha
berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Berdasarkan hal tersebut maka akuntan publik memiliki kewajiban menjaga
kualitas audit yang dihasilkannya. Terlebih dengan adanya kasus keuangan yang
menimpa banyak perusahaan yang ikut melibatkan akuntan publik, membuat
akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Karena
dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan yang mampu
menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya tentang kondisi
keuangan kliennya. Adapun kualitas audit, dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor yang sangat
penting peranannya dalam menentukan kualitas audit tersebut diantaranya adalah
kompetensi dan independensi. Oleh karena itu maka permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah : (1)Apakah kompetensi dan independensi secara
simultan mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. (2)Apakah kompetensi dan
independensi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah dengan sampel penelitian yang diambil
menggunakan teknik Proportional Simple Random Sampling berukuran 77
auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi dan
independensi, sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Untuk
metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Data yang
terkumpul dianalisis dengan teknik analisis diskriptif dan analisis statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi dan
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan hasil secara
parsial menunjukkan bahwa variabel kompetensi dan independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan
bahwa secara bersama-sama kompetensi dan independensi memberikan
sumbangan terhadap variabel terikat (Kualitas Audit) sebesar 28,2% sedangkan
sisanya 71,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan
independensi auditor secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap
kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP)
diharapkan dapat meningkatkan kualitas auditnya. Adapun untuk meningkatkan
kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditor yakni

vii
dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para
auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.
Sedangkan untuk meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari
kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien
dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam
melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit
yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor mapun
Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.

viii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena

kasih karunia dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) ”.

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan

melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan

Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis

ucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo,M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin,M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Sukirman,M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang sekaligus Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan

memberi masukan kepada penulis.

4. Drs. Subowo,M.Si, Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran

dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Drs. Asrori,M.S, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

ix
6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai

harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

7. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Jawa Tengah, yang telah bersedia menjadi

responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang disebarkan

penulis.

8. Bapak dan Ibu tercinta, penulis khusus mempersembahkan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu atas segala nasehat, tauladan

dan doa yang selalu menyertai setiap langkah hidup penulis untuk menjadikan

penulis lebih dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

9. Adik-adikku Rani dan Brian atas segala keceriaan yang selalu memberi

semangat kepada penulis.

10. Mas Angga Rizki Adityawan yang selalu memberikan dukungan, motivasi,

kasih sayang dan doanya kepada penulis. Thanks for All ...

11. My best friends, Dini, Puji, Tita, Ayu, Lubuk, Luki, terima kasih untuk

kebersamaan, keceriaan, dan kenangan yang terindah yang tak terlupakan.

Ayo...semangat..!!!

12. Teman-teman peneliti seperjuangan di Kantor Akuntan Publik, Lina, Astri,

Nat, Rini, All, Tyo, terima kasih atas kerjasama dan masukannya kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-temanku semua di kelas Akuntansi B angkatan 2002 yang telah

memberikan motivasi kepada penulis.

x
14. Semua pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahan

rahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,

dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan pihak-pihak yang bersangkutan.

Semarang, Mei 2007

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
SURAT REKOMENDASI . ......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv
PERNYATAAN ........................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
SARI.............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9

1.3 Penegasan Istilah......................................................................... 9

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. 13

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan ......................................................................... 15

2.2 Kualitas Audit ............................................................................ 15

2.3 Kompetensi ................................................................................ 26

2.3.1 Pengetahuan ...................................................................... 29

2.3.2 Pengalaman ....................................................................... 32

xii
2.4 Independensi .............................................................................. 33

2.4.1 Lama hubungan dengan klien ........................................... 35

2.4.2 Tekanan dari klien ............................................................ 36

2.4.3 Telaah rekan auditor .......................................................... 38

2.4.4 Jasa non audit ..................................................................... 39

2.5 Kerangka Berpikir ...................................................................... 40

2.6 Hipotesis...................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............ 44

3.1.1 Kompetensi ...................................................................... 44

3.1.1.1 Pengetahuan ......................................................... 44

3.1.1.2 Pengalaman .......................................................... 45

3.1.2 Independensi ................................................................... 46

3.1.2.1 Lama hubungan dengan klien ............................. 46

3.1.2.2 Tekanan dari klien .............................................. 47

3.1.2.3 Telaah rekan auditor ........................................... 48

3.1.2.4 Jasa non audit ..................................................... 48

3.1.3 Kualitas Audit ................................................................. 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 50

3.4 Populasi dan Sampel ................................................................ 52

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................ 56

3.6 Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 59

xiii
3.7 Metode Analisis Data............................................................... 62

3.8.Uji Asumsi Klasik .................................................................... 62

3.9 Pengujian Hipotesis.................................................................. 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ..................................................... 67

4.2 Diskripsi Responden ................................................................. 70

4.3 Diskripsi Variabel Penelitian .................................................... 72

4.4 Analisis Regresi ........................................................................ 80

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................... 82

4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 87

4.7 Pembahasan................................................................................ 90

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 93

5.2 Keterbatasan ............................................................................. 93

5.3 Saran ......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................... 24

Tabel 3.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor ..................... 52

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Penelitian .......................................................... 54

Tabel 3.3 Nama Kantor Akuntan Publik dan Alamat .................................. 55

Tabel 3.4 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Sampel ..................... 56

Tabel 3.5 Aras Pengukuran ......................................................................... 57

Tabel 3.6 Penilaian Skor Pernyataan ........................................................... 58

Tabel 3.7 Nomor dari Setiap Jenis Pernyataan ............................................ 59

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas........................................................................ 61

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas.................................................................... 62

Tabel 4.1 Profil Responden.......................................................................... 71

Tabel 4.2 Sampel dan tingkat Pengembalian sampel .................................. 72

Tabel 4.3 Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang

kompetensi auditor ..................................................................... 73

Tabel 4.4 Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang

independensi (jasa non audit) ..................................................... 75

Tabel 4.5 Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang

kualitas audit ............................................................................... 78

Tabel 4.6 Deskripsi data setiap variabel dan sub variabel ........................... 80

Tabel 4.7 Model Summary Regresi ………………………………………. 80

Tabel 4.8 ANOVA Regresi ………………………………………………. 81

xv
Tabel 4.9 Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda.. 81

Tabel 4.10 Tabel ringkasan hasil analisis regresi ......................................... 82

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data ......................................................... 83

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Multikolinieritas ............................................... 87

Tabel 4.13. Koefisien regresi secara parsial dan uji signifikansi ................. 89

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 42

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normalitas dengan Histogram ........................ 84

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas dengan P Plot ............................... 85

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Scatterplot........... 86

Gambar 4.4. Kurva F untuk pengujian hipotesis secara simultan ................. 88

Gambar 4.5. Kurva t pengujian hipotesis secara parsial ............................... 89

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Daftar Kuesioner....................................................................... 98

Lampiran B Hasil Uji Coba Instrumen (Uji Validitas dan Uji Reliabilitas).. 99

Lampiran C Data Hasil Penelitian ............................................................... 100

Lampiran D Data Persiapan Regresi, Deskripsi Data, Analisis Regresi dan

Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 101

Lampiran E Tabel Distribusi F, t, Korelasi Product Moment ....................... 102

Lampiran F Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi UNNES ............... 103

Lampiran G Surat Keterangan Penelitian Dari KAP .................................... 104

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak

memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Profesi akuntan publik

bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan

perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal

sebagai dasar pengambilan keputusan.

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor

dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan

cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang

mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup

dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan

lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor

untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara

keseluruhan.

Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik

profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik

1
2

profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode

etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang

auditor dalam menjalankan profesinya.

Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit

perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam

lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan

tanggung jawab dari manajemen (Agen) untuk mengaudit laporan keuangan

perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya

terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik

(prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya

auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang

telah dibiayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang

berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa

lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan

akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun

pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan

publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan

publik baik diluar negeri maupun didalam negeri. Skandal didalam negeri terlihat

dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan

melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada


3

tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik

yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan

didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan 2003:82).

Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik

juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang

menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan

kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,Tbk.

Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam

yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset

hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang

mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam

membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan

bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut

menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal

28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya

Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas

Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.

Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan

apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang

mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun

auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang

terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan,
4

maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor

tersebut. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan

praktik rekayasa tersebut, seperti yang terungkap juga pada skandal yang

menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia

dan Walt Disney (Sunarsip 2002 dalam Christiawan 2003:83) maka inti

permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait dengan konteks

inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi

auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut

berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka

akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar

pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhwatiran akan merebaknya skandal

keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan

dan profesi akuntan publik.

De Angelo dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit

sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan

dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada

kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah

saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial

Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa

“Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua

hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.


5

Berkenaan dengan hal tersebut, Trotter(1986) dalam Saifuddin (2004:23)

mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan

ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat

jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Senada dengan pendapat Trotter,

selanjutnya Bedard (1986) dalam Sri Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi

sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang

luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

Adapun Kusharyanti (2003:3) mengatakan bahwa untuk melakukan tugas

pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus),

pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri

klien.

Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli

dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan

pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit

(SPAP, 2001). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup

yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam

Kusharyanti (2003:26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman

mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga

lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan

dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada

tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Kemudian Tubbs

(1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin


6

berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian

laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan

yang ditemukan tersebut.

Sehingga berdasarkan uraian di atas dan dari penelitian yang terdahulu

dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat dibentuk diantaranya melalui

pengetahuan dan pengalaman.

Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya

perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam

pengauditan. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa.

Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari auditor sehingga masyarakat

tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain,

keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988).

Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan

bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor “. Standar ini mengharuskan

bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian ia tidak

dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk

bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun

juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan

keuangan auditan.
7

Hal inilah yang menarik untuk diperhatikan bahwa profesi akuntan publik

ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas

dan etika profesi, namun disisi lain auditor juga harus menghadapi tekanan dari

klien dalam berbagai pengambilan keputusan. Jika auditor tidak mampu menolak

tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau keuangan maka

independensi auditor telah berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi independensi tersebut adalah jangka

waktu dimana auditor memberikan jasa kepada klien (auditor tenure).

Selain itu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

independensi auditor maka pekerjaan akuntan dan operasi Kantor Akuntan Publik

(KAP) perlu dimonitor dan di “audit“ oleh sesama auditor (peer review) guna

menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan

standar kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat

mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme

monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa

akuntansi dan audit. Selain itu peer review dirasakan memberi manfaat baik bagi

klien, kantor akuntan publik maupun akuntan yang terlibat dalam peer review.

Manfaat tersebut antara lain mengurangi risiko litigation (tuntutan), memberikan

pengalaman positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge

dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan (Harjanti, 2002:59)

Ada beberapa penelitian tentang kualitas audit yang telah dilakukan baik

dari segi topik maupun metode penelitian (Kusharyanti, 2003). Dari segi topik

antara lain: Besaran KAP (De Angelo,1981; Palmrose, 1986 ;Deis dan Giroux,
8

1992), audit tenure (Aldhizer dan Lampe, 1997), audit fee (Jansen dan Payne,

2003), jasa non audit (Standards dan Poor, 2000 ; Wooten, 2003).

Sedangkan dari segi metode penelitian, saat ini masih sedikit penelitian

yang difokuskan pada pengembangan rerangka konseptual yang bisa menangkap

konstruk kualitas audit. Pengembangan model yang komprehensip mengenai

kualitas audit perlu dilakukan sehingga model tersebut dapat menangkap

kompleksitas yang ditemukan dalam penelitian kualitas audit. Salah satu model

kualitas audit yang dikembangkan adalah model De Angelo (1981). Dimana

fokusnya ada pada dua dimensi kualitas audit yaitu kompetensi dan independensi.

Selanjutnya, kompetensi diproksikan dengan pengalaman dan pengetahuan.

Sedangkan independensi diproksikan dengan lama hubungan dengan klien (audit

tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review) dan jasa non

audit. Adapun model kualitas audit lain yang dikembangkan adalah model kualitas

audit menurut Catanach dan Walker (1999), dimana mereka memfokuskan pada

dimensi kemampuan auditor, professional conduct, dampak insentif ekonomi dan

struktur pasar.

Namun dalam penelitian ini akan menggunakan model De Angelo. Hal ini

berkaitan dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu yang ternyata belum

menemukan kesepakatan sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Selain itu,

lingkungan audit yang juga berubah terus memicu penelitian dari lingkup yang

lebih luas. Dari segi metoda penelitian, pengembangan model kualitas audit yang

dapat menangkap kompleksitas kualitas audit masih sedikit sehingga perlu digali

lagi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan menguji kembali model De Angelo
9

dengan menggunakan dimensi kompetensi yang diproksikan menjadi dua sub

variabel yakni pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan dimensi independensi

dikembangkan proksi antara lain lama hubungan dengan klien (audit tenure),

tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review), dan jasa non audit.

Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar

mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan

selanjutnya dapat meningkatkannya kualitas audit yang dihasilkannya. Bagi

pemakai jasa audit, penelitian ini penting yakni untuk menilai sejauh mana

akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang

diberikannya.

Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul

“Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit

(Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)“

I.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Apakah kompetensi dan independensi auditor secara simultan berpengaruh

terhadap kualitas audit ?

2. Apakah kompetensi dan independensi auditor secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas audit ?

I.3 Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini maka perlu

diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah berikut ini :


10

I.3.1 Kompetensi

Bedard (1986) dalam Sri Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi

sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang

luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

Dalam standar pengauditan, khususnya standar umum disebutkan bahwa

audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis cukup sebagai auditor serta dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama. De Angelo(1981) dalam Kartika Widhi (2005:7)

memproksikan kompetensi kedalam 2 (dua) komponen yaitu pengetahuan dan

pengalaman.

I.3.1.1Pengetahuan

Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang

auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin

banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya

sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam,

selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan

yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto,

2004:35).

Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan

pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan

mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Secara

umum ada lima jenis pengetahuan yang harus dimiliki auditor yaitu
11

(1.) pengetahuan umum, (2.) area fungsional, (3.) isu akuntansi, (4.)

industri khusus, dan (5.) pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian

masalah.

I.3.1.2Pengalaman

Menurut Loeher (2002) Pengalaman merupakan akumulasi

gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan

berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam,

keadaan, gagasan, dan penginderaan.

I.3.2 Independensi

Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap

yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan

pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip

integritas dan objektivitas. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak

dilakukan baik itu dalam negeri maupun luar negeri dengan menggunakan

berbagai ukuran. Namun dalam penelitian ini independensi auditor diukur melalui

: Lama hubungan dengan klien (audit tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan

auditor (peer review), dan jasa non audit.

I.3.2.1Lama hubungan dengan klien (audit tenure).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik, membatasi masa

kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara

untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.


12

Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan

klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

I..3.2.2Tekanan dari klien.

Tekanan dari klien dapat timbul pada situasi konflik antara

auditor dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika antara auditor

dengan manajemen atau klien tidak sependapat dengan beberapa aspek

hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan (atestasi).

Tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau

keuangan dapat mengakibatkan independensi auditor berkurang dan

dapat mempengaruhi kualitas audit (Kusharyanti 2002:29). Dengan

menerima fee audit yang besar dan pemberian fasilitas dari klien,

auditor dapat mengalami tekanan dari klien.Tekanan dari klien tersebut

dapat berupa tekanan untuk memberikan pernyataan wajar tanpa

pengecualian pada laporan audit atas laporan keuangan yang disajikan

oleh pihak manajemen.

I.3.2.3Telaah dari rekan auditor (peer review).

Telaah dari rekan auditor (peer review) merupakan mekanisme

monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan

kualitas jasa akuntansi dan audit (Harjanti, 2002:59)

I.3.2.4Jasa non audit.

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi

melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi


13

manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa

penyusunan laporan keuangan.(Kusharyanti, 2002:29)

I.3.3 Kualitas Audit

De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas

audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi

kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung

pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan

salah saji tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit ini sangat penting

karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat

dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.

I.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

I.4.1 Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kompetensi dan independensi

secara simultan terhadap kualitas audit.

2. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kompetensi dan independensi

secara parsial terhadap kualitas audit.

I.4.2 Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris

tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika


14

lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan..

2. Kegunaan Praktis

a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan

Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan

kualitas auditnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan

Ng(1978) dalam Mardiyah (2005:35) mencoba menjelaskan adanya konflik

kepentingan antara manajemen selaku agen dan pemilik serta entitas lain dalam

kontrak (misal kreditur) selaku principal. Principal ingin mengetahui segala

informasi termasuki aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau

dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan

pertanggungjawaban dari agen (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut,

principal dapat menilai kinerja manajemen. Namun yang seringkali terjadi adalah

kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang membuat laporannya

kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk mengurangi atau

meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan

keuangan yang dibuat manajemen lebih dapat dipercaya (reliabel) maka

diperlukan pengujian dan dalam hal itu pengujian tersebut hanya dapat dilakukan

oleh pihak ketiga yang independen yaitu auditor independen.

2.2 Kualitas Audit

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya

harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada 8

prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

15
15
16

1. Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam

kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan

menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya

dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai

atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.


17

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi

profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan

profesi.

8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),

dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum,

standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP,2001;150:1):

1. Standar Umum.

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan.

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.


18

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat,

dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai

dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan auditan.

3. Standar Pelaporan.

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses

untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan

para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan

pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan


19

terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada

laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan

penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu

auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi

ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana

dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan

mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini

dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur,

sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya

(Parasuraman, et.al 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2003:49)). Hal ini

terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa

dengan cara yang berbeda-beda. Walaupun demikian, Cheney (1993) dalam

Nurchasanah dan Rahmanti (2003:49) menyatakan bahwa penelitian terhadap

kualitas jasa tetap penting mengingat meningkatnya tuntutan konsumen terhadap

kualitas jasa yang mereka beli.

Sutton (1993) dalam Kartika Widhi (2006:7) menyatakan bahwa tidak

adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya

pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas dan sering terjadi konflik

peran antara berbagai pengguna laporan audit. Sutton (1993) menjelaskan bahwa

dengan mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada

perbedaan persepsi mengenai kualitas audit. Pengukuran kualitas audit tersebut

membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih
20

banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara

langsung sedangkan pengukuran hasil biasanya menggunakan ukuran besarnya

audit. Hal tersebut senada dengan Moizer (1986) yang menyatakan bahwa

pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan

kepatuhan pada standar yang telah digariskan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan

auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar

pengendalian mutu.

Selanjutnya menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25)

mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability)dimana auditor

akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi

klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam

laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan

kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada

independensinya.

AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002)

menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi

(keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap

kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas

audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian

auditor“. Lucas (1996) dalam Ratnawati (2005) menyatakan bahwa kunci untuk

mempertahankan kualitas antara lain : reliability, tangibles, emphaty, dan

responsiveness.
21

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor

pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang

terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan

auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada

standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat terlihat bahwa auditor dituntut

oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat

tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen

perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen yang harus

dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due

professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami

konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi

perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba

yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya

oleh Deis dan Giroux (1992) mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di

sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor

publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure),

jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan

keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan

kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah
22

pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme

dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin

menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.

Sedangkan hasil penelitian Behn et. al dalam (Simposium Nasional

Akuntansi V, 2002:563) menunjukkan 6 atribut kualitas audit (dari 12 atribut)

yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu : pengalaman

melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat

pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit.

Kemudian Harhinto (2004) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh

keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan

dengan pengalaman dan pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan dalam

lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor. Adapun

untuk mengukur kualitas audit digunakan indikator antara lain : (a)Melaporkan

semua kesalahan klien, (b)Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien,

(c)Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d.)Berpedoman pada prinsip

auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e.)Tidak

percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f.)Sikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan responden 120 auditor dari

19 KAP di Surabaya, Malang dan Jember. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa keahlian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan besarnya

tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit tenure)
23

berhubungan negatif dengan kualitas audit. Akan tetapi telaah rekan auditor tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

Adapun Adi Purnomo (2007) melakukan penelitian mengenai persepsi

auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap

kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan dengan pengalaman dan

pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan dalam lama ikatan dengan

klien, tekanan dari klien dan pelaksanaan jasa lain dengan klien. Hasil penelitian

faktor keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan dari faktor

independensi hanya tekanan dari klien yang berpengaruh terhadap kualitas audit

Selanjutnya Kartika Widhi (2006) juga melakukan penelitian serupa

dengan Harhinto (2004) tetapi dengan obyek penelitian auditor pada KAP di

Jakarta Selatan, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian dan telaah

dari rekan auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit. Sedangkan lama

hubungan dengan klien dan tekanan dari klien berpengaruh negatif terhadap

kualitas audit. Berikut adalah tabel ringkasan dari penelitian terdahulu yang

menjadi dasar dari penelitian empiris ini.


24

Tabel 2.1 Kajian penelitian terdahulu

N Peneliti Judul Variabel yang diteliti Hasil Penelitian


o dan (Kesimpulan)
. Tahun
1 Supriyono, Faktor-faktor Ikatan kepentingan Ikatan kepentingan keuangan
R.A. (1988) Yang keuangan dan hubungan dan hubungan usaha dengan
Mempengaruhi usaha dengan klien, jasa- klien, jasa-jasa lainnya selain
Independensi jasa lainnya selain jasa jasa audit, lamanya hubungan
Penampilan audit, lamanya hubungan audit antara akuntan publik
Akuntan Publik audit antara akuntan publik dengan klien, persaingan
dengan klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan
antar KAP, ukuran KAP, audit fee secara signifikan
audit fee. mempengaruhi independensi
penampilan akuntan publik.

2 Sekar Pengaruh Keahlian dan indepedensi Bahwa auditor yang memiliki


Mayangsari keahlian audit sebagai variabel bebas, dan keahlian dan independensi
(2003) dan independensi pendapat audit sebagai akan memberikan pendapat
terhadap variabel terikat. tentang kelangsungan hidup
pendapat audit: perusahaan yang cenderung
Sebuah besar dibandingkan yang
kuasieksperimen. hanya memiliki salah satu
karakteristik atau sama sekali
tidak memiliki keduanya.
3 Kusharyanti. Temuan Faktor-faktor kualitas audit Banyak faktor memainkan
(2003) penelitian menurut De Angelo dan peran penting dalam
mengenai Catanach Walker mempengaruhi kualitas audit
kualitas audit dari sudut pandang auditor
dan individual, auditor tim
kemungkinan maupun KAP.
topik penelitian
di masa datang.
4 Nurchasanah Analisis faktor- Pengalaman melakukan Hanya pengalaman melakukan
dan faktor penentu audit, memahami industri audit dan keterlibatan
Rahmanti kualitas audit klien, respon atas kebutuhan pimpinan KAP yang
(2003) klien, taat pada standar berpengaruh signifikan
umum, keterlibatan terhadap kualitas audit.
pimpinan KAP,
keterliibatan pimpinan
KAP, Independensi anggota
tim audit, komunikasi tim
audit dan manajemen klien.
5 Teguh Pengaruh Keahlian diproksikan dalam Keahlian dan independensi
Harhinto Keahlian dan 2 sub variabel pengalaman berpengaruh signifikan
(2004) Independensi dan pengetahuan. terhadap kualitas audit.
Terhadap Sedangkan Independensi
Kualitas Audit diproksikan dalam tekanan
Studi Empiris dari klien, lama hubungan
Pada KAP di dengan klien, dan telaah
Jawa Timur rekan auditor.
25

Tabel 2.1 (Lanjutan)

6 Hexana Sri Tinjauan Kompetensi diproksikan Kepercayaan masyarakat


Lastanti Terhadap dalam strategi penetuan terhadap laporan keuangan
(2005) Kompetensi dan keputusan, psikologis, keuangan auditan dan profesi
Independensi pengetahuan, kemampuan akuntan publik ditentukan
Akuntan Publik : berpikir dan analisis tugas. oleh kompetensi dan
Refleksi Atas Sedangkan independensi independensi aukntan publik
Skandal diproksikan dalam ikatan dalam melaksanakan proses
Keuangan kepentingan keuangan dan pengauditan.
hubungan usaha dengan
klien, pemberian jasa
lainnya kepada klien,
lamanya hubungan
/penugasan audit, ukuran
KAP, persaingan KAP, dan
besarnya fee audit.
7 Frianty Pengaruh faktor- Keahlian diproksikan dalam Keahlian dan independensi
Kartika faktor keahlian 2 sub variabel pengalaman berpengaruh signifikan
Widhi dan independensi dan pengetahuan. terhadap kualitas audit.
(2006) auditor terhadap Sedangkan Independensi
kualitas audit diproksikan dalam tekanan
(Studi dari klien, lama hubungan
Empiris:KAP di dengan klien, dan telaah
Jakarta) rekan auditor.
8 Adi Persepsi Auditor Keahlian diproksikan dalam Menurut persepsi auditor
Purnomo Tentang 2 sub variabel pengalaman faktor-faktor keahlian yaitu
(2007) Pengaruh Faktor- dan pengetahuan. pengalaman dan pengetahuan
Faktor Keahlian Sedangkan Independensi berpengaruh terhadap kualitas
Dan diproksikan dalam lama audit. Sedangkan faktor-faktor
Independensi ikatan dengan klien, tekanan independensi menurut
Terhadap dari klien dan pelaksanan persepsi auditor hanya
Kualitas Audit jasa lain dengan klien. tekanan klien yang
berpengaruh terhadap kualitas
audit.

Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas

audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi

berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan

publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan

salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independen

berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan

siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas
26

pekerjaan akuntan publik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini

akan meneliti pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit.

Dimana kompetensi diproksikan pada 2 (dua) sub variabel yaitu pengetahuan dan

pengalaman, sedangkan independensi diproksikan dalam 4 (empat) sub variabel

yakni lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan audit dan

jasa non audit

2.3 Kompetensi

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan

bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga

(SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit

dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care).

Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang

cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara

objektif. Pendapat lain adalah dari Dreyfus dan Dreyfus (1986), mendefinisikan

kompetensi sebagai keahlian seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang

mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari “ mengetahui sesuatu “ ke

“ mengetahui bagaimana “. Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang

tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif.

Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa

seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya


27

mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak

pernah membuat kesalahan.

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri Lastanti

(2005:88) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli.

Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan

tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari

pelatihan dan pengalaman.

Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005:88) mengartikan keahlian

atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan

prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Sementara itu

dalam artikel yang sama, Shanteau (1987) mendefinisikan keahlian sebagai orang

yang memiliki ketrampilan dan kemampuan pada derajad yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi

auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan

eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

Adapun kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002)

dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual,

audit tim dan Kantor AkuntanPublik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan

dibahas lebih mendetail berikut ini :

a. Kompetensi Auditor Individual.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor,

antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas

pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum


28

dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi

dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam

melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick

(1990) bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman

yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang

diambil bisa lebih baik.

b. Kompetensi Audit Tim.

Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika

pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan

semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri

dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Tim audit ini

dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit

(Wooten,2003). Kerjasama yang baik antar anggota tim,

profesionalime, persistensi, skeptisisme, proses kendali mutu yang

kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman industri yang baik

akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi. Selain itu,

adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan ditemukan

memiliki kaitan dengan kualitas audit.

c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP.

Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) diukur dari jumlah

klien dan persentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan

kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain.


29

Berbagai penelitian (misal De Angelo 1981, Davidson dan Neu

1993, Dye 1993, Becker et.al. 1998, Lennox 1999) menemukan

hubungan positif antara besaran KAP dan kualitas audit. KAP yang

besar menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi karena ada insentif

untuk menjaga reputasi dipasar. Selain itu, KAP yang besar sudah

mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak sehingga mereka

tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien ( De Angelo,1981).

Selain itu KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang

lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai

auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan

pengujian audit daripada KAP kecil.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kompetensi dapat dilihat melalui

berbagai sudut pandang. Namun dalam penelitian ini akan digunakan kompetensi

dari sudut auditor individual, hal ini dikarenakan auditor adalah subyek yang

melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit

sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang

berkualitas. Dan berdasarkan konstruk yang dikemukakan oleh De Angelo (1981),

kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman.

2.3.1 Pengetahuan

Kartika Widhi (2006) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tentang standar umum,

menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan

struktur pengetahuan yang cukup.


30

Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor

karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan

(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui

berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah

dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987

dalam Harhinto, 2004:35).

Harhinto (2004 ) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi

keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit.

Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang

auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1.) Pengetahuan pengauditan umum, (2.)

Pengetahuan area fungsional, (3.) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang

paling baru, (4.) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5.) Pengetahuan

mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan pengauditan

umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh

diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Untuk area

fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian

didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan

dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa

mendapatkannya dari pelatihan profesional yang diselenggarakan secara

berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum

kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.

Selanjutnya Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) meneliti auditor dari

berbagai tingkat jenjang yakni dari partner sampai staf dengan 2 pengujian.
31

Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan antara pengetahuan auditor

mengenai frekuensi dampak kesalahan pada laporan keuangan (error effect) pada

5 industri dengan frekuensi archival. Pengujian kedua dilakukan dengan

membandingkan pengetahuan auditor dalam menganalisa sebab (error cause) dan

akibat kesalahan pada industri manufaktur dengan frekuensi archival. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pengetahuan auditor mempengaruhi

error effect pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama

pengalaman dalam mengaudit industri tertentu dan jumlah klien yang mereka

audit. Selain itu pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama

mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya,

auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu

pengetahuan yang dimiliki sama pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya

pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan

suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki unsur lain

disamping pengalaman, misalnya pengetahuan.

Berdasarkan Murtanto dan Gudono (1999) terdapat 2(dua) pandangan

mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang

didasarkan pada paradigma einhorn. Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan

lebih banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua,

pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat

di masa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak langsung

(pendidikan).
32

2.3.2 Pengalaman

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian

tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain

yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Tubbs (1992) dalam

Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal :

(1.) Mendeteksi kesalahan, (2.) Memahami kesalahan secara akurat, (3.) Mencari

penyebab kesalahan.

Murphy dan Wrigth (1984) dalam Sularso dan Naim (1999) memberikan

bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang subtantif

memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya. Weber dan Croker

(1983) dalam artikel yang sama juga menunjukkan bahwa semakin banyak

pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak

mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.

Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002:25), pengalaman

menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan

yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka

panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat

kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh

pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang

berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori

lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.

Libby (1991) dalam Hernadianto (2002:26) mengatakan bahwa seorang

auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman.


33

Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik

dalam mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang

berpengalaman.

Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2002:5) menemukan

bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik.

Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-

kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan

berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari

(Libby et. al, 1985) dalam Mayangsari (2003:4).

Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman

auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Kartika Widhi ( 2006)

memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan

temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat

kesuksesan dalam melaksanakan audit.

2.4 Independensi

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan

publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik

berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan,

namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas

pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah

sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
34

kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan

prinsip integritas dan objektivitas.

Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi

akuntan publik, yaitu : (1.)Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting

interest dengan klien, (2.)Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri,

(3.)Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4.)Bertindak

sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu

independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau

karyawan dengan kliennya.

Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu

dalam negeri maupun luar negeri. Lavin (1976) meneliti 3 faktor yang

mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu : (1.)Ikatan keuangan dan

hubungan usaha dengan klien, (2.)Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada

klien, dan (3.)lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien. Shockley

(1981) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu (1.)Persaingan

antar akuntan publik, (2.)Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien,

(3.)Ukuran KAP, dan (4.)Lamanya hubungan audit.

Sedangkan Supriyono (1988) meneliti 6 faktor yang mempengaruhi

independensi, yaitu: (1.)Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan

klien, (2.)Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3.)Lamanya hubungan audit antara

akuntan publik dengan klien, (4.)Persaingan antar KAP, (5.)Ukuran KAP, dan

(6.)Audit fee.
35

Adapun dalam penelitian ini independensi auditor diukur melalui : Lama

hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan

pemberian jasa non audit.

2.4.1 Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)

Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien

sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang

jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor

paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan

Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor

tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal

akuntansi.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bertentangan

mengenai lamanya hubungan dengan klien. Penelitian yang dilakukan oleh Gosh

dan Moon (2003) dalam Kusharyanti (2003) menghasilkan temuan bahwa kualitas

audit meningkat dengan semakin lamanya audit tenure. Temuan ini menarik

karena ternyata mendukung pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan

audit antara auditor dengan klien berkurang. Terkait dengan lama waktu masa

kerja, Deis dan Giroux (1992) menemukan bahwa semakin lama audit tenure,

kualitas audit akan semakin menurun. Hubungan yang lama antara auditor dengan

klien mempunyai potensi untuk menjadikan auditor puas pada apa yang telah

dilakukan, melakukan prosedur audit yang kurang tegas dan selalu tergantung

pada pernyataan manajemen.


36

Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian Shockley (1980)

dalam Supriyono (1988:6) yang menunjukkan bahwa lama hubungan dengan

klien tidak berpengaruh terhadap rusaknya independensi auditor.

Adapun penjelasan perbedaan beberapa penelitian hasil penelitian

terdahulu dinyatakan sebagai berikut :“ Penugasan audit yang terlalu lama

kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya

karena akuntan publik tersebut merasa puas, kuarng inovasi, dan kurang ketat

dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama

kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah

familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap

tekanan klien “( Supriyono, 1988:6).

2.4.2 Tekanan dari klien

Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik

kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi

perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang

lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan

melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang

dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Media akuntansi, 1997). Pada situasi

ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor mengikuti keinginan

klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti klien

maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya.


37

Goldman dan Barlev (1974) dalam Harhinto ( 2004:34) berpendapat

bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang melanggar

standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada kekuatan

yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan mudah

mengganti auditor KAP jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi

keinginannya. Sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi

kebutuhannya. Sehingga akan lebih mudah dan murah bagi klien untuk mengganti

auditornya dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan

atau alternatif sumber fee lain ( Nichols dan Price, 1976 dalam harhinto, 2004:44).

Selain itu, persaingan antar kantor akuntan (KAP) semakin besar. KAP

semakin bertambah banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak sebanding

dengan pertumbuhan KAP. Terlebih lagi banyak perusahaan yang melakukan

merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi di Indonesia banyak perusahan

yang mengalami kebangkrutan. Sehingga oleh karena itu KAP akan lebih sulit

untuk mendapatkan klien baru sehingga KAP enggan melepas klien yang sudah

ada.

Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan auditor

untuk mengatasi tekanan klien ( Knapp,1985) dalam ( Harhinto,2004:44). Klien

yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang

cukup besar dan juga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu

probabilitas terjadinya kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan

baik relatif kecil. Pada situasi ini auditor menjadi puas diri sehingga kurang teliti

dalam melakukan audit.


38

Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang strategis

baik di mata manajemen maupun dimata pemakai laporan keuangan. Selain itu

pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil

pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam

menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik,

standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap

auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan

tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat

bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk

memenuhi kepentingan pribadinya (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998)

2.4.3 Telaah dari rekan auditor (Peer Review)

Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang berkualitas

menuntut tranparansi informasi mengenai pekerjaan dan operasi Kantor Akuntan

Publik. Kejelasan informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang

sesuai dengan standar profesi merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban

terhadap klien dan masyarakat luas akan jasa yang diberikan.

Oleh karena itu pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan

Publik perlu dimonitor dan di “audit“ guna menilai kelayakan desain sistem

pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang

diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar kualitas

yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor

dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review dirasakan
39

memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor Akuntan Publik yang direview dan

auditor yang terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer

review antara lain mengurangi resiko litigation, memberikan pengalaman positif,

mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan

klien atas kualitas jasa yang diberikan.

2.4.4 Jasa Non Audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga

jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa

akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan (Kusharyanti, 2002:29).

Adanya dua jenis jasa yang diberikan oleh suatu KAP menjadikan independensi

auditor terhadap kliennya dipertanyakan yang nantinya akan mempengaruhi

kualitas audit.

Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi

independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada

auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh

manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian (Barkes dan Simnet (1994), Knapp

(1985) dalam Harhinto (2004:45)). Pemberian jasa selain jasa audit berarti auditor

telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian

laporan keungan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang

diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak mau reputasinya buruk karena

dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi kliennya. Maka hal ini dapat

mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut. Maka berdasarkan hal tersebut

diajukan hipotesis sebagai berikut: Standards & Poor dalam Mayangsari (2003)
40

menunjukkan bahwa berbagai jasa non audit yang diberikan oleh KAP kepada

satu klien dapat merusak independensi.

2.5 Kerangka Berpikir

Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang

akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik

kepentingan antara pihak internal dan eksternal perusahaan, menuntut akuntan

publik untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang dapat

digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Selain itu dengan menjamurnya skandal

keuangan baik domistik maupun manca negara, sebagian besar bertolak dari

laporan keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan. Hal inilah yang

memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh

akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan klien.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit yang pernah dilakukan

menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit.

Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang

berkualitas, seorang akuntan publik yang bekerja dalam suatu tim audit dituntut

untuk memiliki kompetensi yang cukup dan independensi yang baik.

Berdasarkan logika dari paparan di atas maka dikembangkan suatu

kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu :

1. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan

pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara

objektif, cermat dan seksama.


41

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya

tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan

publik yang relevan.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan

mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam

mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit

kliennya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki

auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya.

2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan

publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan

tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang

berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor

kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan.
42

3. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan

pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih

mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya.

Kemudian dengan sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan

dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan

kliennya.

Sehingga berdasarkan logika di atas maka kompetensi dan independensi

memiliki pengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas baik itu proses

maupun outputnya.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Kompetensi
1.Pengetahuan
2.Pengalaman
Kualitas
Audit
Independensi
1.Lama hubungan dengan klien
2.Tekanan dari klien
3.Telaah dari rekan auditor
4.Jasa non audit
43

II.6 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran diatas maka disusun hipotesis sebagai
berikut :
(H1) Kompetensi dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap

kualitas audit

(H2) Kompetensi dan independensi secara parsial berpengaruh terhadap

kualitas audit
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Kompetensi (X1)

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan

pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,

cermat dan seksama. Oleh karena itu maka pada penelitian ini variabel

kompetensi akan diproksikan dengan 2 sub variabel yaitu pengetahuan dan

pengalaman.

3.1.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan menurut KBBI didefinisikan sebagai segala sesuatu

yang diketahui berkenaan dengan hal tertentu.

Kusharyanti (2003:3) mengatakan bahwa untuk melakukan tugas

pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan

khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta

memahami industri klien.

Oleh karena itu dalam penelitian ini pengetahuan diartikan sebagai

pengetahuan yang dimiliki auditor yang meliputi pengauditan (umum dan

khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta

memahami industri klien. Sehingga indikator yang digunakan untuk mengukur

pengetahaun auditor adalah: (a.)Pengetahuan akan prinsip Akuntansi dan

standar auditing, (b.)Pengetahuan akan jenis industri klien, (c.)Pengetahuan

44
45

tentang kondisi perusahaan klien, (d.)Pendidikan formal yang sudah ditempuh,

(e.)Pelatihan, kursus dan keahlian khusus.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan terdiri

dari 6 item pernyataan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur

dengan menggunakan Skala Likert 5 poin, dimana smakin mengarah ke poin 1

menunjukkan bahwa kuantitas pengetahuan yang dimiliki auditor rendah dan

semakin mengarah ke poin 5 menggambarkan bahwa pengetahuan auditor

semakin tinggi.

3.1.1.2 Pengalaman

Menurut Loeher (2002) Pengalaman merupakan akumulasi gabungan

dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara

berulang-ulang dengan sesama, benda alam, keadaan, gagasan, dan

penginderaan.

Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003) menemukan

bahwa auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih

baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.

Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas

kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka dapat mengelompokkan

kesalahan berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang

mendasari.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman adalah

sebagai berikut : (a)Lama melakukan audit, (b)Jumlah klien yang sudah

diaudit, (c)Jenis perusahaan yang pernah di audit. Instrumen yang digunakan


46

untuk mengukur pengalaman terdiri dari 4 item pernyataan. Masing-masing

item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert 5 poin,

dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa pengalaman yang

dimiliki auditor rendah dan semakin mengarah ke poin 5 menggambarkan

bahwa pengalaman auditor tinggi.

3.1.2 Independensi (X2)

Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap

yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan

pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip

integritas dan objektivitas.

Pada penelitian ini variabel independensi akan diproksikan menjadi 4

(empat) sub variabel yakni :

3.1.2.1 Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)

Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa

akuntan publik membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien

yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5

tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan

klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Untuk mengetahui lama hubungan auditor dengan klien digunakan

indikator sebagai berikut : (a.)Lama mengaudit klien.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur lama hubungan terdiri

dari 3 item pernyataan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur

dengan menggunakan Skala Likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin


47

1 menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien mempengaruhi

independensi auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas sedangkan

semakin mengarah ke poin 5 menggambarkan lama hubungan dengan klien

tidak mempengaruhi independensi auditor dalam menghasilkan audit yang

berkualitas.

3.1.2.1 Tekanan Dari Klien

Tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau

keuangan dapat mengakibatkan independensi auditor berkurang dan dapat

mempengaruhi kualitas audit (Kusharyanti 2002:29).

Untuk mengetahui tekanan apa saja yang berasal dari klien yang

dapat mempengaruhi auditor dalam melaksanakan tugas auditnya maka

digunakan indikator sebagai berikut :(a.)Besar fee audit yang akan diberikan

oleh klien, (b.)Pemberian sanksi dan ancaman pergantian auditor dari klien,

(c.)Fasilitas dari klien.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tekanan

dari klien dapat mempengaruhi auditor terdiri dari 6 item pernyataan. Masing-

masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert 5

poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa tekanan dari

klien mempengaruhi auditor sedangkan semakin mengarah ke poin 5

menggambarkan menunjukkan bahwa tekanan dari klien tidak dapat

mempengaruhi auditor.
48

3.1.2.2 Telaah Dari Rekan Auditor (Peer Review)

Telaah dari rekan auditor (peer review) merupakan mekanisme

monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa

akuntansi dan audit (Harjanti, 2002:59)

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh telaah dari rekan auditor,

digunakan indikator sebagai berikut :(a.)Manfaat telaah dari rekan auditor,

(b.)Konsekuensi terhadap audit yang buruk.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur manfaat telaah rekan

auditor dalam menciptakan independensi auditor terdiri dari 2 item

pernyataan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan

menggunakan Skala Likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1

menunjukkan bahwa telaah rekan auditor tidak memberikan manfaat dalam

menciptakan independensi auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas

sedangkan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa telaah rekan

auditor bermanfaat dalam menciptakan independensi auditor dalam

menghasilkan audit yang berkualitas

3.1.2.3 Jasa Non Audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan

juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan

serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.(Kusharyanti,

2002:29)

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh jasa non audit digunakan

indikator sebagai berikut : (a.)Pemberian jasa audit dan non audit kepada
49

klien yang sama, (b.)Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan

informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan akuntan publik.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengaruh jasa non audit

yang diberikan auditor pada klien dalam menciptakan independensi auditor

terdiri dari 3 item pernyataan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur

dengan menggunakan Skala Likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin

1 menunjukkan bahwa jasa non audit mempengaruhi auditor dalam

menciptakan independensi auditor sedangkan semakin mengarah ke poin 5

menunjukkan bahwa jasa non audit tidak mempengaruhi auditor dalam

menciptakan independensi auditor.

3.1.3 Kualitas Audit (Y)

Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang

auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem

akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji

tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan

melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.(De Angelo, 1981

dalam Kusharyanti, 2002:1).

Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Jawa Tengah

digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) dan

Kartika Widhi(2006) yaitu sebagai berikut : (a)Melaporkan semua kesalahan

klien, (b)Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (c)Komitmen

yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d.)Berpedoman pada prinsip auditing dan
50

prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e.)Tidak percaya begitu

saja terhadap pernyataan klien, (f.)Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas audit terdiri dari 6

item pernyataan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan

menggunakan Skala Likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1

menunjukkan bahwa kualitas audit yang dimiliki auditor rendah sedangkan

semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa kualitas audit yang dimiliki

auditor tinggi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau

tempat dimana penelitian dilakukan secara langsung (Indriantoro dan

Bambang Supeno, 1999:65). Data primer dalam penelitian ini diperoleh

melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden.

2.) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Bambang Supeno,

1999:65). Sebagai suatu penelitian empiris maka data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Jawa Tengah. Dipilih Jawa Tengah karena propinsi ini merupakan propinsi nomor
51

3 (Tiga) setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur yang mempunyai jumlah penduduk

yang padat dan memiliki industri yang cukup berkembang yang sangat

membutuhkan jasa akuntan publik.

Di samping itu, KAP yang berdomisili di Jawa Tengah sudah cukup

representatif untuk menjadi responden penelitian dengan kriteria KAP yang tidak

terlalu besar. Dimana penelitian ini akan mengarahkan pada KAP yang berbeda

dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket (kuesioner). Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Arikunto.1996;139). Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pendahuluan, tahap persiapan penelitian

dan tahap pelaksanaan penelitian.

1. Tahap pendahuluan

Pada tahap ini penulis melakukan pencarian informasi tentang KAP

yang ada di Jawa Tengah pada Sekretariat IAI KAP Wilayah Jawa Tengah dan

selanjutnya dengan surat ijin penelitian dari Dekan Ekonomi UNNES, peneliti

mengadakan penelitian pada KAP di Jawa Tengah.

2. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mempelajari literatur yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Tahap pelaksanaan penelitian


52

Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan datang secara langsung ke

KAP di Jawa Tengah dan melakukan penyebaran kuesioner pada para auditor,

untuk memperoleh data penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini.

Setelah data diperoleh langkah berikutnya adalah melakukan analisis data.

3.4 Populasi dan Sampel

1.) Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto,1998:115).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang terdaftar

dan bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah.

Tabel 3.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor


No Nama KAP Jumlah Auditor
1 KAP. Darsono & Budi Cahyo Santoso 20
2 KAP. Didin Afifudin 5
3 KAP. Drs. I Soetikno 10
4 KAP. Irawati Kusumadi 15
5 KAP. Soekamto 8
6 KAP. Drs Sugeng Pamudji 13
7 KAP. Drs. Tahrir Hidayat 5
8 KAP. Drs. Y. Darriyono Prajitno 5
9 KAP. Ngurah Arya & Rekan 17
10 KAP. Yulianti, SE, BAP 15
11 KAP. Benny Gunawan 8
12 KAP. Harjati 10
13 KAP. Drs.Supriyanto, Auditor, Tax And Managment 10
14 KAP. Hadori dan Rekan 9
15 KAP. Hananta Budianto dan Rekan 10
16 KAP. Bayudi Watu dan Rekan 9
17 KAP. Suhartati dan Rekan 8
18 KAP. Leonard Mulya dan Rekan 56
19 KAP. Ruchendi, Mardjito & Rushadi 5
20 KAP. Busroni dan Payamta 7
21 KAP. Rachmad Wahyudi 8
22 KAP. Drs. Soemantri S 13
23 KAP. Wartono 12
24 KAP. Oetoet Wibowo 5
Total 283
Sumber : Data yang diolah
53

2.) Sampel

Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto

1998:117). Sampel yang dipilih dari populasi dianggap mewakili

keberadaan populasi.

3.) Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode proportional

simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari tiap-

tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub

populasi tersebut. Formula yang digunakan untuk menentukan sampel

dalam penelitian ini adalah seperti yang dikemukakan Yamane (1973)

dalam Supramono dan Intiyas Utami (2004:56)

n = N
Nd² + 1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel

N = Ukuran Populasi

d = Prosentase kelonggaran ketidaktelitian 10 %

Maka berdasarkan formula di atas diperoleh ukuran sampel :


n = 283
283 (0,1) ² + 1
= 283
3,83
= 73,89033943
= 74 auditor
Dari perhitungan di atas didapat jumlah sampel minimal berukuran 74

orang auditor, dan berikut adalah perhitungan proporsi pengambilan

sampel.
54

Tabel 3.2 Proporsi sampel penelitian


No Nama KAP Jumlah Proporsi Jumlah
Auditor sampel sampel
1 KAP. Darsono & Budi Cahyo S 20 20 x 74 6
283
2 KAP. Didin Afifudin 5 5 x 74 2
283
3 KAP. Drs. I Soetikno 10 10 x 74 3
283
4 KAP. Irawati Kusumadi 15 15 x 74 4
283
5 KAP. Soekamto 8 8 x 74 3
283
6 KAP. Drs Sugeng Pamudji 13 13 x 74 4
283
7 KAP. Drs. Tahrir Hidayat 5 5 x 74 2
283
8 KAP. Drs. Y. Darriyono Prajitno 5 5 x 74 2
283
9 KAP. Ngurah Arya & Rekan 17 17 x 74 6
283
10 KAP. Yulianti, SE, BAP 15 15 x 74 4
283
11 KAP. Benny Gunawan 8 8 x 74 3
283
12 KAP. Harjati 10 10 x 74 3
283
13 KAP. Drs.Supriyanto 10 10 x 74 3
283
14 KAP. Hadori dan Rekan 9 9 x74 3
283
15 KAP.Hananta Budianto & Rekan 10 10 x 74 3
283
16 KAP. Bayudi Watu dan Rekan 9 9 x 74 3
283
17 KAP. Suhartati dan Rekan 8 8 x 74 3
283
18 KAP. Leonard Mulya dan Rekan 56 56 x 74 15
283
19 KAP. Ruchendi, Mardjito,Rushadi 5 5 x 74 2
283
20 KAP. Busroni dan Payamta 7 7 x 74 2
283
21 KAP. Rachmad Wahyudi 8 8 x 74 3
283
22 KAP. Drs. Soemantri S 13 13 x 74 4
283
23 KAP. Wartono 12 12 x 74 3
283
24 KAP. Oetoet Wibowo 5 5 x 74 2
283
Total 283 74

Sumber : Data yang diolah


55

Dari 24 KAP yang ada di Jawa Tengah yang masih aktif, hanya 17 KAP

yang bersedia mengisi kuesioner. Berikut adalah daftar nama KAP yang bersedia

dijadikan objek penelitian :

Tabel 3.3 Nama Kantor Akuntan Publik dan Alamat

NO Nama KAP Alamat


1 KAP. Darsono & Budi Cahyo S Jl. Mugas Dalam No. 65 Semarang
2 KAP. Dra. Suhartati & Rekan Jl. Citarum Tengah No.22 Semarang
3 KAP. Drs. I Soetikno Jl. Durian Raya 1B.A3 Perum Durian,
Mediterania Villa Banyumanik
4 KAP. Bayudi Watu & Rekan Jl. Dr. Wahidin No.85 Semarang
5 KAP. Soekamto Jl. Durian Selatan I No.16 Banyumanik
6 KAP. Drs Sugeng Pamudji Jl. Bukit Agung Blok AA No. 1-2,
Perum Pondok Bukit Agung Semarang
7 KAP. Drs. Tahrir Hidayat Jl. Pusponjolo Tengah 1-2 A Semarang
8 KAP.Drs.Y.Darriyono Prajitno Gang Besen No. 60 Semarang
9 KAP. Ngurah Arya & Rekan Jl. Pamularsih Raya No. 16 Semarang
10 KAP. Ruchendi, Mardjito &Rushadi Jl. Beruang Raya No.48 Semarang
11 KAP. Benny Gunawan Jl. Puri Anjasmoro Blok DI/3 Semarang
12 KAP. Hadori & Rekan Jl. Tegalsari Raya No.53 Semarang
13 KAP.Drs.Supriyanto Jl. Puri Anjasmoro EE-3/12A
Puri Arta Plaza Semarang
14 KAP. Wartono Jl. KH. Samanhudi No.121 Surakarta
15 KAP. Busroni & Payamta Jl. Ir. Sutami 25 Surakarta
16 KAP. Drs. Soemantri S Jl. Ki Mangun Sarkoro No.55 Solo
17. KAP. Rachmad Wahyudi Jl.Dr. Cipto Mangunkusumo No.3A
Solo
Sumber : IAI 2006

Dari 17 KAP tersebut masing-masing KAP ternyata hanya bersedia

menerima 2-8 kuesioner saja. Berikut ini adalah tabel mengenai distribusi

kuesioner pada sampel dari tiap-tiap KAP :


56

Tabel 3.4 Nama KAP dan Jumlah Sampel

NO Nama KAP Sampel


1 KAP. Darsono & Budi Cahyo Santoso 3
2 KAP. Dra. Suhartati & Rekan 5
3 KAP. Drs. I Soetikno 5
4 KAP. Bayudi Watu & Rekan 8
5 KAP. Soekamto 5
6 KAP. Drs Sugeng Pamudji 5
7 KAP. Drs. Tahrir Hidayat 5
8 KAP. Drs. Y. Darriyono Prajitno 7
9 KAP. Ngurah Arya & Rekan 5
10 KAP. Ruchendi, Mardjito & Rushadi 4
11 KAP. Benny Gunawan 3
12 KAP. Hadori & Rekan 2
13 KAP. Drs.Supriyanto Auditor,Tax and Manajemen 7
14 KAP. Wartono 5
15 KAP. Busroni & Payamta 5
16 KAP. Drs. Soemantri S 6
17 KAP. Rachmad Wahyudi 5
Jumlah 85
Sumber : Data yang Diolah
3.5 Instrumen Penelitian

Konsep dalam penelitian ini meliputi konsep kompetensi dan independensi

sebagai variabel bebas, dimana kompetensi diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu

pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan independensi diproksikan kedalam 4

sub variabel yaitu tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien, telaah dari

rekan audit dan jasa non audit. dan sebagai variabel terikatnya adalah kualitas

audit.

Konsep-konsep tersebut diukur dengan menggunakan aras pengukuran

interval / skala interval yang memungkinkan penulis untuk memberikan skor

untuk setiap jawaban responden. Berikut adalah tabel aras pengukuran interval

pada masing-masing variabel.


57

Tabel. 3.5 Aras Pengukuran Statistik Deskriptif Tiap-Tiap Variabel


Keterangan Variabel Deskripsi
X1 X2 Y
Skor Minimal 1 X 50 = 10 1 X 70 = 14 1 X 30 = 6
5 5 5
Skor Maksimal 5 X 50 = 50 5 X 70 = 70 5 X 30 = 30
5 5 5
Rentang 50 – 10 = 40 70 – 14 = 56 30 – 6 = 24
Panjang Kelas 40 = 8 56 = 11,2 24 = 4,8
Interval 5 5 5
Kelas Interval 10 – 18 14 – 25,2 6 – 10,8 SangatRendah
18 – 26 25,2 – 36,4 10,8 – 15,6 Rendah
26 – 34 36,4 – 47,6 15,6 – 20,4 Cukup
34 – 42 47,6 – 58,8 20,4 – 25,2 Tinggi
42 – 50 58,8 – 70,0 25,2 – 30,0 Sangat Tinggi
Sumber : Data yang diolah

Adapun metode perskalaannya yaitu dengan cara penunjukan angka atau

simbol terhadap kategori jawaban dalam instrumen penelitian (Supramono,

2000:59). Metode persekalaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

likert 5 poin untuk setiap pernyataan yang diajukan kepada responden.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian

Supriyono (1988) dan Harhinto (2005) dengan beberapa modifikasi berdasarkan

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Adapun dalam penyebaran kuesioner ini

peneliti menghadapi kendala yaitu rendahnya respon dari responden, dimana dari

24 KAP yang masih aktif hanya 17 KAP yang bersedia untuk diteliti itupun

dibatasi hanya 2-10 kuesioner saja.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Data diri responden

Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang identitas

responden. Data demografi tersebut meliputi : Jabatan, lama pengalaman


58

kerja, keahlian khusus, lama menekuni keahlian tersebut, latar belakang

pendidikan, serta gelar profesional lain yang menunjang bidang keahlian.

2. Pernyataan mengenai kompetensi, independensi dan kualitas audit

Pada bagian ini berisi pernyataan pernyataan mengenai

kompetensi, independensi dan kualitas audit. Jenis pernyataan adalah

tertutup, dimana responden tinggal memberi tanda tick mark (√) pada

pilihan jawaban yang telah tersedia.

Adapun setiap jawaban dari pernyataan tersebut telah ditentukan skornya.

Berikut tabel penilaian atau skor alternatif dari setiap jenis pernyataan yang akan

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.6 Penilaian skor pernyataan


Jenis pernyataan Jenis jawaban Skor
Positif Sangat sesuai (SS) 5
Sesuai (S) 4
Ragu-ragu 3
Tidak sesuai (TS) 2
Sangat tidak sesuai (STS) 1
Negatif Sangat sesuai (SS) 1
Sesuai (S) 2
Ragu-ragu 3
Tidak sesuai (TS) 4
Sangat tidak sesuai (STS) 5
Sumber : Data yang diolah

Bentuk pernyataan terbagi atas pernyataan positif dan negatif. Tabel berikut

ini menyajikan nomor dari setiap jenis pernyataan yang terdapat dalam instrumen

penelitian.
59

Tabel 3.7 Nomor dari setiap jenis pernyataan


Variabel Sub Variabel Penelitian Jenis Nomer
Penelitian Pernyataan Pernyataan
Kompetensi 1. Pengetahuan Positif 1,2,3,4,5,6
Negatif -
2. Pengalaman Positif 7,8,10
Negatif 9
Independensi 3.Lama hubungan dengan klien Positif 1,2
Negatif 3
4. Tekanan dari klien Positif -
Negatif 4,5,6,7,8,9
5. Telaah dari rekan auditor Positif -
Negatif 10,11
6. Jasa non audit Positif 12,14
Negatif 13
Kualitas audit Positif 1
Negatif 2,3,4,5,6
Sumber : data diolah

3.6Validitas Dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan program SPSS

a. Validitas instrumen

Validitas adalah seberapa cermat alat ukur dapat mengungkap dengan

jitu gejala-gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur (Hadi,1996:289).

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya

instrumen yang kurang valid atau berarti memiliki validitas rendah

(Arikunto,2000:144). Validitas dihitung setiap butirnya dengan rumus product

moment dengan rumus :

rxy = N Σ XY – (ΣX) (ΣY)


√ { N Σ X ² - ((ΣX)²} { N Σ Y ² - ((ΣY)²}
60

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan. (x=X-Xdan y=Y- Y)

N = jumlah subyek

ΣX = jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total

Σ XY = Jumlah perkalian x dan y

X² = kuadrat dari x

Y² = kuadrat dari y

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf kesalahan

5 %, jika rxy > rtabel maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2000:145).

Berdasarkan pengujian validitas yang telah dilakukan ternyata

pertanyaan dalam instrumen penelitian dinyatakan valid dan berikut adalah

tabel hasil uji validitas :

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas

No Koefisien Korelasi Butir Total Keterangan


Butir Kompetensi Independensi Kualitas
(X1) (X2) Audit
Petahu Pengal Lama Teka Tlh Jasa Non (Y)
an aman Hub nan Rkn Audit
1 0,6421 0,6401 0,413 0,806 0,731 0,432 0,442 Valid
2 0,8166 0,4885 0,544 0,670 0,440 0,467 0,753 Valid
3 0,9062 0,4616 0,866 0,856 0,481 0,775 Valid
4 0,6594 0,3620 0,748 0,614 Valid
5 0,4987 0,792 0,800 Valid
6 0,5365 0,859 0,463 Valid
Sumber : Data yang diolah

Dari pengujian validitas yang terlihat dalam Tabel 3.7 di atas maka

diketahui bahwa setiap butir pertanyaan kuesioner memiliki koefisien korelasi


61

butir total diatas r tabel (0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap butir

pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

b. Reliabilitas Instrumen.

Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner

dalam mengukur suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika

digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Uji reliabilitas dilakukan

dengan metode internal consistency. Reliabilitas instrumen penelitian diuji

menggunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha. Jika nilai koefisien alpha

lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa intrumen penelitian tersebut

handal atau reliabel (Nunnaly dalam Ghozali,2005:42). Adapun rumus yang

digunakan sebagai berikut :

r11 = [ k ] [ 1 - Σ σb ² ]
k–1 σ t²
Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σ σb² = jumlah varians skor butir

σ t² = varians total

k = banyaknya butir

(Ghozali, 2005)

Untuk selanjutnya dalam penghitungan reliabilitas data akan

digunakan alat bantu dengan program SPSS V.12. Dan berikut ini adalah tabel

hasil uji reliabilitas.


62

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas

Nilai X1 X2 Y
Cronbach’s Alpha 0,786 0,901 0,651
Sumber : Data yang diolah

3.7 Metode Analisis Data

Analisa data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul

kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan

untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda

dengan persamaan sebagai berikut :

Y = β0+ β1X1 + β2X2 + e


Dimana :
Y : Kualitas Audit
X1 : Kompetensi
X2 : Independensi
β0 : Intercept (Konstanta)
β1, β2 : Koefisien regresi.
e : Error
Toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikasi

sebesar 95%.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi

berganda, terlebih dahulu akan diuji normalitas, uji heterokedastisitas dan uji

multikolinieritas.
63

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak (Ghozali 2005:110). Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji

normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu

menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan

kurva penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji K-S >

dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka sebaran data tidak menyimpang

dari kurva normalnya itu uji normalitas. Sedangkan melalui pola

penyebaran P Plot dan grafik histogram, yakni jika pola penyebaran

memiliki garis normal maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamataan ke pengamatan yang lain tetap, atau disebut

homoskedastisitas (Ghozali, 2005 :105). Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas(Ghozali, 2005 :105).

3. Uji Multikolinearitas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara

variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Uji

Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF

(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai
64

tolerance < 0,10 maka tidak terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali,

2005:92).

3.9 Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Uji Simultan (uji F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas) terhadap

variabel dependen (terikat). Pembuktian dilakukan dengan cara

membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5% dan

derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah

responden dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika Fhitung> Ftabel (n-k-1) maka Ho ditolak

Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa

semua variabel independen ( X1 dan X2 ) berpengaruh terhadap

nilai variabel ( Y )

Jika Fhitung< Ftabel (n-k-1) maka Ho diterima

Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa

semua variabel independen (X1 dan X2) tidak berpengaruh terhadap

nilai variabel (Y)


65

Selain itu uji F dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value (p

value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Adapun Kriteria

pengujian yang digunakan adalah :

Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak

Jika p value > 0,05 maka Ho diterima

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan

dari variabel independen X1,X2 secara bersama-sama terhadap kualitas audit

sebagai variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi

(R2). Dimana R2 menjelaskan seberapa besar variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen.

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara

t hitung dengan t tabel. Untuk menentukan nilai t tabel ditentukan dengan tingkat

signifikasi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah

responden dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika t hitung > t tabel (n-k-1) maka Ho ditolak

Jika thitung < ttabel (n-k-1) maka Ho diterima

Selain itu uji t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas

value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%).

Adapun Kriteria pengujian yang digunakan adalah :


66

Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak

Jika p value > 0,05 maka Ho diterima

Untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari variabel

independen X1,X2 secara parsial terhadap kualitas audit sebagai variabel

dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (r2). Dimana r2

menjelaskan seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor

Akuntan Publik (KAP) yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari

menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi akuntan

publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik atau auditor

independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan

atau pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya.

Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa

yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut yaitu :

1. Jasa Audit Laporan Keuangan

Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan publik

melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

2. Jasa Audit Khusus

Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan tertentu

yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati bersama, audit

atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang komprehensif dan

audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu.

67
68

3. Jasa Atestasi

Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu

kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung

jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang

disepakati bersama.

4. Jasa Review Laporan Keuangan

Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi

material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi

komprehensif lainnya.

5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan

Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data keuangan

serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas tertentu.

6. Jasa Konsultasi

Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensi

akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak manajemen,

perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi, penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan rekruitmen pegawai sampai

memberikan jasa konsultasi lainnya.

7. Jasa Perpajakan

Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,

perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian

masalah perpajakan.
69

Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas dan persekutan

dimana beberapa akuntan publik bergabung untuk menjalankan usahanya

bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (partner). Selain itu kantor akuntan

publik dapat juga berbentuk koperasi jasa audit (KJA) yang hanya memberikan

jasanya pada koperasi saja. Struktur keorganisasian dalam KAP sebagai berikut :

1. Rekan atau partner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan

tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara keseluruhan

terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP.

2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior.

Tugasnya mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan audit dan

manajemen letter.

3. Akuntan senior atau koodinator akuntan yunior, yaitu akuntan perencana dan

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya

mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan yunior.

4. Akuntan yunior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan

secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya adalah

membuat kertas kerja.

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik dengan sampel 77

responden. Hal yang diungkap adalah faktor-faktor kompetensi yang meliputi

pengetahuan dan pengalaman, faktor-faktor independensi yang meliputi lama

hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah rekan auditor, dan jasa non

audit, serta kualitas audit. Data diambil menggunakan instrumen berupa angket

yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.


70

4.2 Deskripsi Responden

Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman kerja, keahlian

khusus, lama menekuni keahlian khusus, jenjang pendidikan dan kepemilikan

sertifikat selain akuntan publik. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan

latar belakang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di

antaranya adalah sebagai partner 20 responden atau (26,0 %), senior auditor

sebanyak 13 responden atau ( 16,9 %), junior auditor sebanyak 20 responden atau

(26,0 %), dan ada jabatan lain sebanyak 24 responden atau (31,2 %).

Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 16

responden atau (20,8 %), berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 44

responden atau (57,1 %), berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 17

responden atau (22,1 %).

Berdasarkan keahlian khusus auditor yakni sebagai analis sistem sebanyak

17 responden atau (22,1%), sebagai konsultan pajak sebanyak 18 responden atau

(23,4 %), sebagai konsultan manajemen sebanyak 17 responden atau (22,1 %),

dan keahlian lainnya sebanyak 25 responden atau (32,5 %).

Berdasarkan lama menekuni keahlian khusus yaitu kurang dari 5 tahun

sebanyak 28 responden atau (36,4 %), 5 sampai 10 tahun sebanyak 44 responden

atau (57,1 %), dan yang lebih dari 10 tahun sebanyak 4 responden atau (5,2 %).

Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 15 responden atau

(19,5 %), S1 sebanyak 56 responden atau (72,7 %), S2 sebanyak 6 responden atau

(7,8 %) dan S3 sebanyak 0 responden.


71

Berdasarkan kepemilikan sertifikat lain selain akuntan publik, yang

memiliki adalah sebanyak 34 responden atau (44,2%) sedangkan yang tidak

memiliki sebanyak 43 responden atau (55,8 %). Berikut adalah tabel yang

menunjukkan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini :

Tabel 4.1 Profil Responden (N=77)

Keterangan Jumlah Prosentase


Jabatan
1. Partner 20 26,0 %
2. Senior Auditor 13 16,9 %
3. Yunior Auditor 20 26,0 %
4. Lain-lain 24 31,2 %
Pengalaman Kerja
1. Kurang dari 5 tahun 16 20,8 %
2. 5 s/d 10 tahun 44 57,1 %
3. Lebih dari 10 tahun 17 22,1 %
Keahlian Khusus
1. Analis Sistem 17 22,1 %
2. Konsultan Pajak 18 23,4 %
3. Konsultan Manajemen 17 22,1 %
4. Keahlian lainnya 25 32,5 %
Lama Menekuni Keahlian Khusus
1. Kurang dari 5 tahun 28 36,4 %
2. 5 s/d 10 tahun 45 58,4 %
3. lebih dari 10 tahun 4 5,20%
Jenjang Pendidikan
1. D3 15 19,5 %
2. S1 56 72,7 %
3. S2 6 7,8 %
4. S3 0 0
Kepemilikan Sertifikat Profesional Selain Audit
1. Tidak Memiliki 43 55,8 %
2. Memiliki 34 44,2 %
Sumber : Data yang diolah

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 80 kuesioner secara

langsung kepada KAP yang berada diwilayah Semarang dan Solo, sedangkan 5

kuesioner dikirimkan melalui jasa pos kepada KAP di Purwokerto. Penelitian

sejak tanggal pengiriman dan pengumpulan data berlangsung selama kurang lebih

1 bulan. Data kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 77 kuesioner dari 85


72

kuesioner yang disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian

kuesioner dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Prosentase


Total kuesioner yang dibagikan 85 100 %
Total kuesioner yang tidak kembali 5 5,9 %
Total kuesioner yang tidak lengkap 3 3,5 %
Total kuesioner yang dapat digunakan 77 90,6 %
Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 3 3,5 %
Total kuesioner yang diterima tepat waktu 77 90,6 %
Total kuesioner yang diterima tidak tepat waktu 3 3,5 %
Sumber : Data yang diolah

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kompetensi, independensi dan

kualitas audit pada akuntan publik di Jawa Tengah, peneliti menggunakan analisis

deskriptif prosentase. Adapun hasil perhitungan dari analisis deskriptif prosentase

untuk tiap variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi Auditor

Dalam mengukur tingkat kompentensi auditor, maka dalam penelitian ini

digunakan 2 dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh data mengenai kompetensi auditor, yaitu terlihat pada tabel

berikut ini.
73

Tabel 4.3. Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang


kompetensi auditor
Dime Indikator Item Jenis Ket Kategori Jawaban Jml
nsi
Pertanyaan Item STS TS R S SS

Penge Pengetahu 1. Setiap akuntan (+) Fr 0 0 11 25 41 77


tahu an akan publik harus
prinsip memahami dan
an
Akuntansi melaksanakan jasa
dan profesionalnya sesuai
Standar dengan Standar
Auditing Akuntan Keuangan % 0,0 0,0 14,3 32,5 53,2 100
(SAK) dan Standar
Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang
relevan.
Pengetahu 2. Untuk melakukan (+) Fr 1 0 12 48 16 77
an tentang audit yang baik, saya
jenis perlu memahami
industri jenis industri klien % 1,3 0,0 15,6 62,3 20,8 100
klien
Pengetahu 3. Untuk melakukan (+) Fr 1 0 13 44 19 77
an tentang audit yang baik, saya
kondisi perlu memahami
perusahaa kondisi perusahaan % 1,3 0,0 16,9 57,1 24,7 100
n klien klien
Pendidika 4. Untuk melakukan (+) Fr 0 0 16 50 11 77
n formal audit yang baik, saya
yang membutuhkan
sudah pengetahuan yang % 0,0 0,0 20,8 64,9 14,3 100
ditempuh diperoleh dari tingkat
pendidikan formal.
Pelatihan, 5. Selain pendidikan (+) Fr 0 0 8 54 15 77
kursus dan formal, untuk
keahlian melakukan audit
khusus yang baik, saya juga
yang membutuhkan
dimiliki pengetahuan yang % 0,0 0,0 10,4 70,1 19,5 100
diperoleh dari kursus
dan pelatihan
khususnya dibidang
audit.
6. Keahlian khusus (+) Fr 0 0 3 56 18 77
yang saya miliki
dapat mendukung
proses audit yang % 0,0 0,0 3,9 72,7 23,4 100
saya lakukan
74

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Dime Indikator Item Jenis Ket Kategori Jawaban Jml


nsi
Pertanyaan Item STS TS R S SS

Penga Lama 7. Semakin banyak (+) Fr 0 1 21 45 15 77


laman melakukan jumlah klien yang
audit saya audit
menjadikan audit % 0,0 1,3 27,3 51,9 19,5 100
yang saya lakukan
semakin lebih baik.
8.Saya telah (+) Fr 0 0 16 48 13 77
memiliki banyak
pengalaman dalam
bidang audit dengan
berbagai macam
klien sehingga audit % 0,0 0,0 20,8 62,3 16,9 100
yang saya lakukan
menjadi lebih baik.
Jumlah 10.Walaupun (+) Fr 2 3 32 36 4 77
klien yang sekarang jumlah
sudah klien saya banyak,
diaudit audit yang saya % 2,6 3,9 41,6 46,8 5,2 100
lakukan belum tentu
lebih baik dari
sebelumnya.
Jenis 9.Saya pernah (-) Fr 5 1 29 38 4 77
Perusahaan mengaudit
yang perusahaan yang go
pernah publik, sehingga
diaudit saya dapat
mengaudit % 6,5 1,3 37,7 49,4 5,2 100
perusahaan yang
belum go publik
lebih baik.
Sumber : Data yang diolah

Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi auditor di

Jawa Tengah ditinjau dari dimensi pengetahuan dan pengalaman termasuk dalam

kategori tinggi, hal ini terlihat dari dukungan setuju dan sangat setuju pada setiap

pernyataan rata-rata berjumlah lebih dari 34 responden atau mencapai prosentase

lebih dari 44 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi yang

diproksikan dalam pengetahuan dan pengalaman auditor pada keadaan baik, hal

ini didukung juga dengan rata-rata jumlah skor mencapai 39,45 dan standar
75

deviasinya sebesar 4,39, nilai tertinggi 50 dan terendahnya 25 (Jumlah ideal 10

s.d. 50) (Lihat Tabel 4.6)

2. Independensi Auditor

Untuk mengukur independensi auditor di Jawa Tengah, dalam penelitian

ini digunakan 4 proksi yaitu lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien,

telaah dari rekan auditor dan jasa non audit yang diberikan. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh data mengenai independensi auditor, yaitu terlihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.4 Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang


independensi auditor
Dimensi Indikator Pertanyaan Jenis Ket Kategori Jawaban Jml
Item
STS TS R S SS
Lama Lama 1.Auditor sebaiknya (+) Fr 1 10 29 33 4 77
Hubungan mengaudit memiliki hubungan
Dengan klien dengan klien yang
Klien sama paling lama 3 % 1,3 13,0 37,7 42,9 5,2 100
tahun.
2.Saya berupaya tetap (+) Fr 1 9 12 39 16 77
bersifat independen
dalam melakukan
audit walaupun telah
lama menjalin
% 1,3 11,7 15,6 50,6 20,8 100
hubungan dengan
klien.
3.Tidak semua (-) Fr 16 29 20 10 2 77
kesalahan klien yang
saya temukan saya
laporkan karena % 20,8 37,7 26,0 13,0 2,6 100
lamanya hubungan
dengan klien tersebut.
Tekanan Pemberian 4. Agar tidak (-) Fr 29 29 13 6 0 77
Dari Klien sanksi dan kehilangan klien,
ancaman kadang-kadang saya
pergantian harus bertindak tidak % 37,7 37,7 16,9 7,8 0,0 100
auditor jujur
dari klien
76

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Dimensi Indikator Pertanyaan Jenis Ket Kategori Jawaban Jml


Item
STS TS R S SS
5. Jika audit yang (-) Fr 2 21 25 25 4 77
saya lakukan buruk,
maka saya dapat
menerima sanksi dari % 2,6 27,3 32,5 32,5 5,2 100
klien.
6.Tdk semua (-) Fr 21 28 17 9 2 77
kesalahan klien saya
laporkan krn saya
mendapat peringatan % 27,3 36,4 22,1 11,7 2,6 100
klien
7. Saya tidak berani (-) Fr 31 22 13 10 1 77
melaporkan
kesalahan klien
karena klien dapat % 40,3 28,6 16,9 13,0 1,3 100
mengganti posisi
saya dengan auditor
lain.
Besar fee 8. Jika audit fee dari (-) Fr 10 21 23 22 1 77
audit yang satu klien merupakan
diberikan sebagian besar dari
klien total pendapatan
suatu kantor akuntan % 13,0 27,3 29,9 28,6 1,3 100
maka hal ini dapat
merusak
independensi akuntan
publik.
Fasilitas 9. Fasilitas yang saya (-) Fr 21 31 14 10 1 77
dari klien terima dari klien
menjadikan saya
sungkan terhadap % 27,3 40,3 18,2 13,0 1,3 100
klien sehingga
kurang bebas dalam
melakukan audit.
Telaah Manfaat 10. Saya tidak (-) Fr 5 36 24 11 1 77
dari rekan telaah dari membutuhkan telaah
auditor rekan dari rekan auditor
auditor untuk menilai
prosedur audit saya
% 6,5 46,8 31,2 14,3 1,3 100
karena kurang dirasa
manfaatnya.
77

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Dimensi Indikator Pertanyaan Jenis Ket Kategori Jawaban Jml


Item
STS TS R S SS
Konsekue 11. Saya bersikap (-) Fr 2 2 5 66 2 77
nsi jujur untuk
terhadap menghindari
audit yang penilaian kurang dari % 2,6 2,6 6,5 85,7 2,6 100
buruk rekan seprofesi
(sesama auditor)
dalam tim.
Jasa Non Pemberian 12.Selain (+) Fr 2 13 8 49 5 77
Audit Jasa Audit memberikan jasa
dan Non audit, suatu kantor
Audit akuntan dapat pula % 2,6 16,9 10,4 63,6 6,5 100
pada klien memberikan jasa-jasa
yang sama lainnya kepada klien
yang sama.
13. Jasa non audit (-) Fr 3 29 25 18 2 77
yang diberikan pada
klien dpt merusak
independensi % 3,9 37,7 32,5 23,4 2,6 100
penampilan akuntan
publik tersebut.
Pemberian 14. Pemberian jasa (+) Fr 0 7 18 45 7 77
jasa non lain selain jasa audit
audit dapat meningkatkan
dapat informasi yang
meningkat disajikan dalam
% 0,0 9,1 23,4 58,4 9,1 100
kan laporan pemeriksaan
informasi akuntan publik.
pada lap.
keuangan
Sumber : Data yang diolah

Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa independensi auditor di Jawa

Tengah ditinjau dari lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari

rekan auditor dan jasa non audit termasuk dalam kategori kurang sampai dengan

tinggi, hal ini terlihat bahwa dukungan setuju dan sangat setuju dari responden

pada items pertanyaan positif berkisar antara 25 sampai 58 responden atau antara

32% sampai 75%. Sedangkan untuk items pertanyaan negatif jawaban sangat

tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu, rata-rata sebanyak 14 sampai 36


78

responden atau berkisar antara 18% sampai 46%. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel independensi auditor adalah pada keadaan cukup untuk melakukan audit

yang berkualitas, hal ini ditunjukkan juga dengan rata-rata jumlah skor mencapai

40,36 dan standar deviasinya sebesar 7,51 sedangkan untuk nilai tertinggi adalah

62 dan terendahnya 26 (Jumlah ideal 14 s.d. 50) (Lihat Tabel 4.6)

3. Kualitas Audit

Kualitas audit diungkap dengan enam butir pernyataan, dan jawaban

responden seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang kualitas
audit
Dimensi Indikator Pertanyaan Item Ket Kategori Jawaban Jml
STS TS R S SS
Kualitas Melaporkan semua 1.Besarnya kompensasi yang (+) Fr 20 34 18 3 2 77
Audit kesalahan klien saya terima akan
mempengaruhi saya dalam
melaporkan kesalahan klien. 26,0 23,4 3,9 2,6
% 44,2 100
Pemahaman 2.Pemahaman terhadap sistem (+) Fr 1 1 1 62 12 77
terhadap sistem informasi akuntansi klien
informasi akuntansi dapat menjadikan pelaporan
klien audit saya menjadi lebih baik. 1,3 1,3 1,3 15,6
% 80,5 100
Komitmen yang kuat 3.Saya mempunyai komitmen (+) Fr 0 0 3 57 17 77
dalam yang kuat untuk
menyelesaikan audit menyelesaikan audit dalam
waktu yang tepat. 0,0 0,0 3,9 22,1
% 74,0 100
Berpedoman pada 4. Saya menjadikan SPAP (+) Fr 0 0 6 52 19 77
prinsip auditing dan sebagai pedoman dalam
prinsip akuntansi melaksanakan pekerjaan
dalam melakukan laporan.
pekerjaan lapangan
% 0,0 0,0 7,8 67,5 24,7 100
Tidak percaya 5.Saya tidak mudah percaya (+) Fr 0 7 18 44 8 77
begitu saja pada terhadap pernyataan klien
pernyataan klien selama melakukan audit.
% 0,0 9,1 23,4 57,1 10,4 100
Sikap hati-hati 6.Saya selalu berusaha (+) Fr 0 1 1 45 30 7
dalam pengambilan berhati-hati dalam
keputusan pengambilan keputusan
selama melakukan audit.
% 0,0 1,3 1,3 58,4 39,0 100
Sumber : Data yang diolah
79

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa pernyataan mengenai besarnya

kompensasi yang diterima akan mempengaruhi dalam melaporkan kesalahan klien

, pada pertanyaan negatif ini umumnya responden menjawab sangat tidak disetuju

dan tidak setuju adalah 20 dan 34 responden atau 25 % dan 44 % sedangkan pada

pernyataan-pernyataan yang berjenis items positif : Pemahaman terhadap sistem

informasi akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit responden menjadi

lebih baik, responden mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit

dalam waktu yang tepat, responden menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam

melaksanakan pekerjaan laporan, responden tidak mudah percaya terhadap

pernyataan klien selama melakukan audit, dan selalu berusaha berhati-hati dalam

pengambilan keputusan selama melakukan audit, mendapatkan dukungan

responden dengan persentase yang setuju dan sangat setuju 44 sampai 62

responden atau 57 % sampai 81 %. Sehingga berdasarkan analisis deskriptif

tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit pada auditor di Jawa Tengah

berada pada kategori lebih dari cukup atau cukup tinggi. Hal tersebut didukung

pula dengan hasil rata-rata jumlah skor kualitas audit sebesar 22,60 dan standar

deviasinya 2,07, sedangkan jumlah skor tertinggi 30 dan terendah 15 (Skor Ideal

terendah=6 dan tertinggi=30) (Lihat Tabel 4.6)

Adapun secara keseluruhan rata-rata jumlah skor setiap variabel/sub

variabel dapat dilihat seperti ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut ini
80

Tabel 4.6. Deskripsi data setiap variabel dan sub variabel


Max
Variabel/Sub Variabel N Butir Min Max Mean s
Ideal
Pengetahuan 77 6 18 30 24,66 2,918 30
Pengalaman 77 4 7 20 14,79 1,976 20
Kompetensi (X1) 77 10 25 50 39,45 4,394 50
Lama Hubungan dengan Klien 77 3 5 15 9,55 2,143 15
Tekanan dari Klien 77 6 7 29 14,36 4,701 30
Telaah dari Rekan Auditor 77 2 3 9 6,40 1,115 10
Jasa Non Audit 77 3 5 13 10,05 1,385 15
Independensi (X2) 77 14 26 62 40,36 7,511 70
Kualitas Audit (Y) 77 6 15 30 22,60 2,066 30
Sumber : Data yang diolah

Dari Tabel 4.6 di atas nampak bahwa rata-rata jumlah skor kompetensi

(X1) sebesar 39,45 sudah mendekati skor maksimum idealnya 50, sementara rata-

rata jumlah skor independensi sebesar 40,36 relatif masih jauh dari jumlah

maksimum idealnya yaitu 70, sementara itu rata-rata jumlah skor kualitas audit

cukup tinggi sebesar 22,60 sudah mendekati jumlah maksimum idealnya yaitu 30.

Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi auditor sudah cukup baik, begitu juga

dengan kualitas audit yang dilaksanakannya, namun untuk independensi masih

belum begitu baik, masih perlu ditingkatkan.

4.4 Analisis Regresi

Hasil analisis regresi berganda didapatkan koefisien korelasi berganda (R)

sebesar 0,531 dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,282 atau 28,2%.

Tabel 4.7. Model Summary Regresi

Model Summary b

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 ,531a ,282 ,263 1,774 1,977
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit
81

Nilai F regresi sebesar 14,533 dengan signifikansi sebesar 0,000, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8. ANOVA Regresi


ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 91,520 2 45,760 14,533 ,000a
Residual 232,999 74 3,149
Total 324,519 76
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit

Adapun untuk koefisien-kofisien regresinya secara parsial seperti

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9. Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Std. Zero-
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part
1 (Constant) 12,698 1,882 6,747 ,000
Kompetensi ,186 ,050 ,396 3,685 ,000 ,487 ,394 ,363
Independensi ,063 ,030 ,231 2,148 ,035 ,388 ,242 ,212
a. Dependent Variable: Kualitas Audit

Dari Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa koefisien korelasi product moment

(Zero-order correlation) pada variabel kompetensi sebesar 0,487 dan

independensi sebesar 0,388, sementara itu koefisien korelasi parsialnya (partial

correlation) adalah masing-masing 0,394 dan 0,242. Nampak bahwa koefisien

korelasi parsial kompetensi lebih tinggi dibandingkan dengan independensi.


82

Dari penjelasan di atas maka berikut tabel ringkasan analisis regresi :

Tabel 4.10 Tabel ringkasan hasil analisis regresi

Variabel Koefisien t hitung Signifikansi r ² Parsial


Independen Regresi
Kompetensi 0,186 3,685 0,000 0,155
Independensi 0,063 2,148 0,035 0,059
Constant = 12,698
F Hitung = 14,533
R ² (Simultan) = 0,282
Maka dari penjelasan dan Tabel 4.10 di atas, didapat persamaan regresi

berganda sebagai berikut :

Y’ = 12,698 + 0,186 X1 + 0,063 X2

,dan berikut adalah penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang

terbentuk :

1. Baik konstanta maupun koefisien variabel-variabel independen

memiliki nilai positif. Hal ini menandakan bahwa persamaan regresi

berganda tersebut memiliki hubungan yang searah. Yang berarti

kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya

kompetensi dan independensi auditor.

2. Konstanta sebesar 12,698 berarti bahwa seorang auditor tetap dapat

memiliki kualitas audit sebesar konstanta meskipun variabel

independennya (bebas) nol.

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi

berganda, terlebih dahulu diuji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinieritas dan uji linearitas.


83

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmologorov-

Smirnov (Uji K-S) dengan ringkasan hasil analisis sebagaimana disajikan pada

tabel berikut ini.

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Error for Y Error for Y


with X1 from with X2 from
CURVEFIT, CURVEFIT,
MOD_3 MOD_4 Unstandardiz
LINEAR LINEAR ed Residual
N 77 77 77
Normal Parameters a,b Mean ,0000000 ,0000000 ,0000000
Std. Deviation 1,80469252 1,90482008 1,75093580
Most Extreme Absolute ,113 ,122 ,170
Differences Positive ,113 ,120 ,170
Negative -,072 -,122 -,121
Kolmogorov-Smirnov Z ,988 1,069 1,093
Asymp. Sig. (2-tailed) ,283 ,203 ,123
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Hasil uji normalitas pada Tabel 4.11 di atas didapatkan nilai signifikansi

dari Uji K-S Z masing-masing yaitu: Residual regresi X1 terhadap Y sebesar

0,283, residual regresi X2 terhadap Y sebesar 0,203, dan residual regresi ganda

X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,123. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa

sebaran data tidak menunjukkan penyimpangan dari kurva normalnya, yang

berarti bahwa sebaran data telah memenuhi asumsi normalitas.


84

Untuk lebih memperjelas tentang sebaran data dalam penelitian ini maka

akan disajikan dalam grafik histogram dan grafik normal P-plot . Dimana dasar

pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005:76) yaitu :

1. Jika sumbu menyebar sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan Histogram
Variabel Dependet Kualitas Audit

Histogram

Dependent Variable: Kualitas Audit

20

15
Frequency

10

Mean =-1.29E-15
Std. Dev. =0.987
0 N =77
-2 0 2 4
Regression Standardized Residual
85

Gambar 4.2
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P-Plot
Variabel Dependent Kualitas Audit

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kualitas Audit

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal P-Plot

diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi

yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P-Plot terlihat titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis

diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai

karena memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan

varian masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat (Y).

Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian digunakan uji

heterokedastisitas. Deteksi terhadap masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat grafik sebaran nilai residual. Uji heteroskedastisitas menggunakan metode


86

grafik plot Regression Standarized Predicted Value dengan Regression

Stutentised Residual. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: Kualitas Audit

4
Regression Studentized Residual

-2

-2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value

Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data tidak

membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tidak terjadi heteroskedastisitas, dengan kata lain pada model regresi terjadi

kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dengan

demikian dapat disimpulkan model regresi ini telah memenuhi asumsi

heterokedastisitas, hal ini menunjukkan bahwa variasi data homogen.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas penelitian. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Ada tidaknya
87

korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF<10 maka dinyatakan tidak ada korelasi

sempurna antar variabel bebas dan sebaliknya (Ghozali,2005:92). Hasil uji

multikolinieritas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 (Constant)
Kompetensi ,842 1,187
Independensi ,842 1,187
a Dependent Variable: Kualitas Audit

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa angka tolerance dari

variabel bebas kompetensi dan independensi mempunyai nilai tolerance lebih dari

10% (0,842 / 84,2%) dan nilai Variance Inflantion Factor (VIF) tidak lebih 10

(1,187). Dengan demikian dapat disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi

multikolinieritas antar variabel bebas tersebut.

4.6 Hasil Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh secara Simultan (Uji F) Kompetensi dan Independensi terhadap

Kualitas Audit

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan F

Hitung dengan F Tabel dengan tingkat kepercayaan 5%. Dari hasil analisis

didapatkan model regresi ganda sebagai berikut :

Y’ = 12,698 + 0,186 X1 + 0,063 X2


88

Sedangkan nilai F regresi sebesar 14,533 dengan signifikansi sebesar

0,000 hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho secara simultan ditolak karena F

hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel pada derajat bebas (2;74) dan

signifikansi 5% adalah 3,12 dan p-value kurang dari taraf signifikansi α=0,05

(5%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4. Kurva F untuk pengujian hipotesis secara simultan

Daerah Daerah
penerimaan Ho Penolakan Ho
(α=5%)

0 3,12 14,533

Terlihat dari Gambar 4.4 di atas, nilai F regresi hasil perhitungan berada di

daerah penolakan Ho. Dengan ditolaknya Ho berarti hipotesis alternatif (Ha)

dalam penelitian ini diterima, yaitu ada pengaruh yang signifikan secara simultan

kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor

Akuntan Publik Jawa Tengah. Serta tinggi rendahnya kualitas audit dapat

ditentukan oleh tinggi rendahnya kompetensi dan tingkat independensi auditor

dengan koefisien determinasinya (R²) sebesar 28,2%.

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat yaitu antara kompetensi terhadap kualitas audit dan

independensi terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa


89

koefisien regresi, nilai t dan signifikansi secara partial adalah sebagai berikut

:Tabel 4.13. Koefisien regresi secara parsial dan uji signifikansi

Coefficients(a)
Unstandardized Stand
Coefficients ardize
Model d t Sig.
B Std. Error Coeffi
cients
1 (Constant) 12,69
1,882 6,747 ,000
8
Kompetensi ,186 ,050 ,396 3,685 ,000
Independensi ,063 ,030 ,231 2,148 ,035
a Dependent Variable: Efektifitas Komunikasi

Dari Tabel 4.14 di atas terlihat bahwa nilai t hitung dari masing-masing

variabel kualitas kompetensi dan independensi adalah 3,685 dan 2,148 serta

signifikansinya masing-masing adalah 0,000 dan 0,035. Adapun signifikansi

semuanya kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yang berarti hipotesis nol

ditolak atau nilai t hitung lebih tinggi dibandingkan dengan t tabel pada taraf

signifikansi 5% yaitu sebesar (1,658).

Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.5, kurva t sebagai kurva pengujian

hipotesis secara parsial seperti gambar berikut ini.

Gambar 4.5. Kurva t pengujian hipotesis secara parsial

Daerah
Daerah
penerimaan Ho
Penolakan Ho
(α=5%)

Semua t hitung
0 ttabel=1,658
90

Melihat Gambar 4.5 di atas, semua t hasil kedua variabel independen

(kompetensi dan independensi) berada di daerah penolakan Ho, dengan demikian

hipotesis alternatif dalam penelitian ini diterima sehingga ada pengaruh yang

signifikan secara parsial pada variabel kompetensi dan independensi terhadap

kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah.

4.7 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi

dan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat

kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula

tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

Untuk variabel kompetensi (X1) yang diproksikan melalui pengetahuan

dan pengalaman auditor memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,186 satuan yang

berarti bahwa jika kompetensi yang dimiliki auditor naik satu satuan maka akan

meningkatkan kualitas audit sebesar 0,186 satuan. Sedangkan berdasarkan hasil

penelitian variabel kompetensi memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r²)

sebesar 15,5 %, artinya variabel kompetensi memberikan kontribusi sebesar

15,5% dalam menjelaskan variabel kualitas audit. Hasil ini sejalan dengan

pendapat De Angelo bahwa kemungkinan (probablity) dimana auditor akan

menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi).

Selain itu hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Harhinto (2004) dan Kartika Widhi (2006) bahwa keahlian yang diproksikan
91

dalam intensitas pengalaman dan tingkat pengetahuan auditor berhubungan positif

terhadap kualitas.

Adapun untuk variabel independensi yang diproksikan dalam lama

hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah rekan audit dan jasa non audit

yang diberikan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit,

yakni dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,063 yang berarti bahwa setiap

kenaikan satu satuan variabel independensi maka akan meningkatkan kualitas

audit yang dihasilkan oleh auditor sebesar 0,063 satuan. Dan berdasarkan hasil

penelitian variabel independensi memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r²)

sebesar 5,9 %, artinya variabel independensi memberikan kontribusi sebesar 5,9

% dalam menjelaskan kualitas audit. Hasil ini sejalan dengan pendapat De Angelo

bahwa kemungkinan dimana auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada

independensi auditor.

Dari hasil analisis secara simultan, menunjukkan bahwa kompetensi dan

independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut berarti

sesuai dengan dengan pendapat De Angelo yang menyatakan bahwa kualitas audit

adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan

dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada

kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah

saji tergantung pada independensi auditor telah terbukti secara signifikan, dan dari

hasil penelitian secara simultan diketahui bahwa kualitas audit pada auditor di

Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dapat ditentukan oleh faktor kompetensi
92

dan independensi yakni terlihat dalam koefisien determinasi (R ²) sebesar 28,2 % ,

dan selebihnya 71,8 % ditentukan oleh faktor lain diluar model penelitian ini.

Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan kualitas audit,

seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Jika auditor

memiliki kompetensi yang baik maka auditor akan dengan mudah melakukan

tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam melaksanakan

tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan sehingga kualitas audit

yang dihasilkan akan rendah pula.

Adapun tingkat independensi merupakan faktor yang menentukan dari

kualitas audit, hal ini dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen

maka akan tidak terpengaruh oleh kliennya. Auditor akan dengan leluasa

melakukan tugas-tugas auditnya. Namun jika tidak memiliki independensi

terutama jika mendapat tekanan-tekanan dari pihak klien maka kualitas audit yang

dihasilkannya juga tidak maksimal.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan

independensi auditor terhadap kualitas audit pada auditor di kantor akuntan publik

Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kompetensi dan independensi secara simultan dan parsial berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit.

2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi (R²)

sebesar 0,282. Koefisien ini mempunyai arti bahwa kedua variabel

bebas tersebut secara bersama-sama (simultan) memberikan

sumbangan terhadap variabel terikat sebesar 28,2 % sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Sedangkan sumbangan

variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial yaitu dapat

dilihat berdasarkan koefisien determinasi parsial (r²) variabel

kompetensi sebesar 15,5 % dan variabel independensi sebesar 5,9 %.

5.2 Keterbatasan

1. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian profesi auditor yang

bekerja dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah.

Sehingga dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun

kesimpulan untuk objek penelitian yang berbeda. Pengukuran kualitas

93
94

audit akan lebih baik jika menambahkan objek penelitian lain misal

pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP).

2. Dalam penelitian ini pengukuran kualitas audit hanya ditinjau dari

aspek pelaksanaan audit, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat

meninjau dari aspek yang lain.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran,

antara lain :

1. Untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan

kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan

serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti

kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.

2. Untuk para auditor diharapkan meningkatkan independensinya, karena

faktor independensi dapat mempengaruhi kualitas audit. Auditor yang

mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen,

tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan

sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan

dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

3. Responden pada penelitian selanjutnya hendaknya diperluas, tidak

hanya dari dari lingkup auditor pelaksana tetapi dapat pula dari

pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP).

4. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan

untuk menambah faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.


Edisi Revisi IV, Jakarta : Rineka Cipta.

Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:


Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4
No. 2 (Nov) Hal. 79-92

Ghozali, Imam.2005. Aplikasi analisis multivariat dengan program SPSS.


Semarang : BP Undip

Gujarati, D.1999. Ekonometrika (Alih bahasa: Sumarno Zein). Jakarta: PT.Gelora


Aksara Pratama.

Himawan DN, Arief. 2000. Pertimbangan Peningkatan Keahlian Audit Dalam


Profesi Akuntan Publik. Jurnal Gema Stie Stikubank (Desember)
Hal.29 -36

Hernadianto. 2002. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan dan


Penggunaan Intuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jateng dan DIY).
Semarang. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan)

Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas


Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi :
Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan)

Indriantoro, Nur dan Bambang Supeno. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi I.
Yogyakarta : BPFE

IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Johan, Windy dan Nur Indriantoro.1999. Analisis hubungan persepsi investor


terhadap kualitas KAP dan pengaruhnya terhadap earnings response
coefficients. Jurnal Akuntansi dan Manajemen ( Januari ) Hal 8-14

Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan


topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(Desember). Hal.25-60

95
96

Kartika Widhi, Frianty . 2006. Pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi


auditor terhadap kualitas audit (Studi Empiris:KAP di Jakarta).
Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan)

Mardiyah, Aida Ainul.2005. Pengaruh faktor klien dan faktor auditor terhadap
auditor changes. Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro.(Tidak
dipublikasikan)

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap


pendapat audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol.6 No.1 (Januari)

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta.


Salemba Empat.

Murtanto dan Gudono, 1999. Identifikasi karakteristik-karakteristik audit profesi


akuntan publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing 2 (1)
Januari

Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. 2003. Analisis faktor-faktor penentu


kualitas audit . Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Agustus). Hal.47-60

Novianty, Retty dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Vol.5. Hal.1-14

Purnomo, Adi, 2007. Persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian


dan independensi terhadap kualitas audit. Tersedia:
http://www.library@lib.unair.ac.id

Said, Samsuar. 2006. Menkeu Bekukan Izin Akuntan Publik Justinus Aditya.
Tersedia:http://www.depkeu.go.id/Ind/News/NewsControl.asp?cdcate=SP
_AkuntanPublik.(28 Nopember 2006)

Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit


Going Concern ( Studi Kuasieksperimen pada Auditor dan Mahasiswa ).
Semarang. Tesis Undip.(Tidak dipublikasikan)

Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN


97

Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi


Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset
Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005. Hal 85-97

Supramono, Utami, Intiyas .2004. Desain Proposal Penelitian Akuntansi &


Keuangan. Yogyakarta : Andi

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta.
Salemba Empat

Widiastuti, Harjanti . 2002 . Peer Review : Upaya Meningkatkan Kualitas Jasa


Firma Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 3 ( Januari )
Hal. 51-60
DATA HASIL PENELITIAN

Pernyataan Mengenai Faktor-Faktor Kompetensi


NO Pengetahuan Pengalaman Σ
Σ Σ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
2 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
3 4 1 1 4 4 4 18 2 3 1 1 7 25
4 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
5 4 5 4 3 5 4 25 5 3 4 3 15 40
6 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 15 39
7 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 16 41
8 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
9 5 5 5 5 5 5 30 5 4 1 4 14 44
10 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 3 15 40
11 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 40
12 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
13 5 4 4 4 4 4 25 3 4 3 4 14 39
14 5 5 5 4 5 5 29 4 4 4 3 15 44
15 5 4 5 4 5 4 27 5 4 5 4 18 45
16 4 5 4 3 5 4 25 3 4 3 4 14 39
17 5 4 4 4 4 5 26 4 4 3 4 15 41
18 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
19 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 15 39
20 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
21 5 3 3 4 4 4 23 4 4 3 3 14 37
22 3 3 3 3 4 4 20 3 3 3 3 12 32
23 5 4 4 4 5 4 26 5 5 5 2 17 43
24 4 4 3 4 4 4 23 4 4 3 3 14 37
25 5 5 5 5 5 5 30 5 5 1 4 15 45
26 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 4 15 39
27 4 4 4 4 4 4 24 5 5 4 2 16 40
28 5 5 5 5 5 5 30 5 5 2 4 16 46
29 5 4 4 5 4 5 27 5 5 4 1 15 42
30 5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 20 50
31 5 4 4 4 4 4 25 3 3 3 4 13 38
32 5 4 4 4 4 5 26 5 4 4 3 16 42
33 5 4 4 4 4 4 25 4 4 3 4 15 40
34 5 4 4 4 4 4 25 4 3 3 4 14 39
35 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 4 15 37
36 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 4 15 37
37 5 4 5 4 4 4 26 4 4 3 4 15 41
38 5 5 5 4 4 4 27 4 4 4 3 15 42
39 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 4 15 37
40 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 16 41
41 5 4 4 4 4 5 26 4 4 4 3 15 41
42 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 4 15 37
43 4 4 4 3 3 4 22 3 4 4 4 15 37
44 5 5 5 4 4 4 27 4 4 4 4 16 43
45 4 4 4 4 4 4 24 4 5 4 5 18 42
46 5 5 5 4 4 4 27 5 5 5 4 19 46
47 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 40
48 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 40
49 5 5 5 4 4 4 27 4 4 4 4 16 43
50 5 4 4 4 5 5 27 4 4 4 4 16 43
51 5 4 4 4 4 4 25 4 4 3 5 16 41
52 4 3 4 4 4 4 23 3 4 4 4 15 38
53 5 4 4 5 4 5 27 4 4 4 3 15 42
54 5 4 4 4 5 5 27 4 4 4 4 16 43
55 5 4 4 4 4 4 25 4 4 3 3 14 39
56 5 4 4 4 4 4 25 4 4 3 4 15 40
57 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 40
58 5 4 5 5 3 3 25 4 5 4 3 16 41
59 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 40
60 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 16 41
61 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 16 41
62 5 5 4 4 4 5 27 5 4 4 3 16 43
63 4 4 5 4 5 4 26 4 5 4 5 18 44
64 3 4 3 4 3 4 21 3 3 3 3 12 33
65 5 5 5 5 5 5 30 5 4 1 4 14 44
66 5 5 5 5 4 4 28 4 4 1 4 13 41
67 5 4 5 5 5 5 29 3 3 3 2 11 40
68 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 14 38
69 5 5 5 4 4 5 28 5 5 4 3 17 45
70 5 4 5 5 5 5 29 4 5 4 3 16 45
71 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 14 38
72 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 14 38
73 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 14 38
74 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 12 30
75 3 3 3 4 4 3 20 3 3 3 3 12 32
76 5 5 5 4 4 5 28 5 5 4 3 17 45
77 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 16 41
Pernyataan Mengenai Faktor-Faktor Independensi
Telaah
Lm Hub.Dgn dr Rkn Jasa Non Σ
Klien Σ Tekanan Dari Klien Σ Aud Σ Audit Σ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
1 1 3 5 3 2 3 3 2 4 17 1 4 5 1 2 2 5 32
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
3 5 1 9 1 3 2 3 3 2 14 2 4 6 3 4 2 9 38
2 4 2 8 2 4 2 2 2 2 14 2 4 6 4 2 2 8 36
3 4 3 10 2 2 1 1 3 3 12 3 4 7 4 3 4 11 40
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
2 3 2 7 1 4 1 4 4 1 15 1 5 6 1 5 2 8 36
3 4 3 10 3 4 3 3 2 2 17 2 4 6 4 2 2 8 41
4 4 2 10 2 2 2 2 3 3 14 3 4 7 4 3 4 11 42
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
3 2 2 7 2 4 2 2 4 2 16 2 4 6 4 3 4 11 40
3 4 3 10 2 4 2 2 2 2 14 2 4 6 4 2 2 8 38
3 4 3 10 2 2 1 1 2 2 10 3 4 7 4 3 4 11 38
2 4 4 10 2 4 5 2 3 2 18 4 5 9 2 3 3 8 45
3 4 3 10 2 2 1 1 4 3 13 3 4 7 4 3 4 11 41
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
3 4 3 10 3 4 3 3 4 3 20 3 4 7 4 4 3 11 48
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 24 3 4 7 5 3 4 12 55
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 2 4 3 9 29
2 4 2 8 1 4 2 2 2 1 12 2 2 4 4 5 4 13 37
4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 24 4 4 8 4 4 4 12 56
4 4 2 10 1 4 2 1 4 2 14 2 4 6 4 2 4 10 40
4 4 3 11 2 3 2 2 4 2 15 3 4 7 4 3 4 11 44
5 5 4 14 4 4 4 4 3 1 20 4 4 8 4 4 4 12 54
4 4 2 10 2 4 2 2 4 1 15 2 4 6 5 2 4 11 42
3 5 2 10 1 4 1 1 1 2 10 2 4 6 4 2 4 10 36
5 5 5 15 4 5 5 5 5 5 29 5 4 9 2 3 4 9 62
2 2 2 6 2 4 2 1 4 4 17 3 4 7 4 2 4 10 40
3 5 2 10 1 3 3 2 3 2 14 2 4 6 4 2 4 10 40
4 4 3 11 2 2 3 2 2 2 13 3 4 7 4 3 4 11 42
4 4 4 12 2 2 3 2 3 3 15 3 4 7 4 3 4 11 45
4 4 4 12 3 3 4 4 4 4 22 4 4 8 3 4 3 10 52
4 4 4 12 3 3 4 4 4 4 22 4 4 8 3 4 3 10 52
4 4 3 11 3 3 3 3 3 3 18 3 3 6 5 2 4 11 46
4 4 1 9 1 2 2 1 3 1 10 2 4 6 4 3 5 12 37
4 4 4 12 3 3 4 4 4 4 22 4 4 8 3 4 3 10 52
3 4 2 9 2 3 2 2 3 3 15 2 4 6 4 3 4 11 41
4 5 3 12 2 4 2 1 3 2 14 3 3 6 4 3 4 11 43
4 4 4 12 3 3 4 4 4 4 22 4 4 8 3 4 3 10 52
4 4 4 12 3 3 4 4 4 4 22 4 4 8 3 4 3 10 52
3 4 3 10 3 4 3 3 3 3 19 3 4 7 4 2 5 11 47
2 5 2 9 2 5 3 3 2 3 18 3 4 7 4 3 4 11 45
5 5 5 15 4 4 4 4 4 4 24 4 4 8 5 2 5 12 59
3 4 3 10 3 2 3 3 2 3 16 2 4 6 4 2 5 11 43
4 4 2 10 2 4 2 3 4 2 17 1 4 5 4 2 4 10 42
4 4 2 10 2 2 2 2 2 2 12 4 4 8 4 2 4 10 40
4 4 2 10 2 3 2 2 2 2 13 3 3 6 4 2 4 10 39
4 5 2 11 1 3 3 3 3 2 15 2 4 6 4 2 4 10 42
3 2 2 7 2 2 2 1 2 2 11 2 1 3 2 1 2 5 26
3 5 3 11 1 4 1 1 3 2 12 3 4 7 5 2 4 11 41
3 4 3 10 1 3 3 2 2 1 12 3 4 7 4 2 4 10 39
5 4 2 11 4 3 2 3 3 3 18 3 3 6 3 3 4 10 45
4 4 3 11 2 2 3 2 3 3 15 4 4 8 4 2 4 10 44
4 4 3 11 2 3 3 3 2 2 15 2 4 6 4 2 4 10 42
4 4 2 10 2 4 2 2 4 1 15 2 4 6 4 2 3 9 40
4 4 3 11 2 3 3 2 2 2 14 3 4 7 4 2 4 10 42
4 5 1 10 1 3 2 1 3 2 12 3 4 7 4 3 5 12 41
4 5 2 11 1 3 2 1 4 2 13 2 4 6 4 3 4 11 41
4 5 2 11 3 3 2 2 3 2 15 3 4 7 4 3 4 11 44
4 4 2 10 2 1 3 1 3 2 12 2 2 4 2 2 5 9 35
3 3 3 9 2 1 2 1 2 1 9 2 1 3 2 4 4 10 31
4 4 1 9 1 4 1 1 4 1 12 2 4 6 4 2 3 9 36
4 4 1 9 1 4 1 1 4 2 13 2 4 6 4 2 4 10 38
4 2 2 8 1 4 1 1 2 2 11 3 4 7 4 2 4 10 36
4 2 1 7 1 5 1 1 2 1 11 1 4 5 4 3 4 11 34
3 5 2 10 1 5 1 1 2 1 11 2 4 6 4 3 4 11 38
3 5 2 10 1 4 1 1 2 1 10 2 4 6 4 3 4 11 37
2 2 2 6 2 3 2 2 3 2 14 2 4 6 4 1 4 9 35
2 2 2 6 2 3 2 2 3 2 14 2 4 6 4 2 4 10 36
2 2 2 6 2 3 2 2 3 3 15 1 4 5 4 2 4 10 36
3 3 3 9 3 3 3 3 3 3 18 3 3 6 3 3 3 9 42
3 3 1 7 1 2 1 1 1 1 7 2 4 6 4 1 4 9 29
2 2 1 5 1 3 2 1 2 2 11 3 4 7 4 3 5 12 35
4 5 2 11 1 3 2 1 4 2 13 2 4 6 4 3 4 11 41
Pernyataan Mengenai Kualitas
Audit
Kualitas Audit
Σ
1 2 3 4 5 6
1 4 4 5 3 5 22
1 4 4 5 3 5 22
1 1 3 4 2 4 15
1 4 4 5 3 5 22
3 4 4 5 3 4 23
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
1 4 4 5 3 5 22
1 4 5 5 4 5 24
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
1 4 4 5 3 5 22
3 4 4 4 2 2 19
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
3 2 3 5 4 5 22
2 4 4 4 4 4 22
1 4 4 5 4 5 23
3 4 4 4 4 4 23
1 4 4 5 3 5 22
4 4 4 4 4 4 24
1 4 4 5 3 5 22
2 4 5 4 5 5 25
4 4 4 4 4 4 24
2 4 4 5 5 5 25
4 4 4 4 4 4 24
1 5 5 5 5 5 26
2 5 5 5 5 5 27
3 4 5 4 4 5 25
2 5 5 5 5 5 27
2 4 4 4 3 4 21
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
3 4 4 5 3 4 23
3 4 4 3 4 4 22
3 4 4 3 4 4 22
2 5 5 5 4 5 26
1 5 4 5 3 5 23
3 4 4 3 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
3 5 4 4 3 4 23
3 4 4 3 4 4 22
3 4 4 3 4 4 22
3 4 4 4 4 4 23
2 5 5 4 4 5 25
5 5 5 5 5 5 30
2 5 5 4 3 5 24
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
1 4 5 4 5 4 23
1 4 4 4 4 4 21
3 5 5 4 4 5 26
2 4 4 4 4 4 22
1 4 4 4 4 5 22
2 4 4 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 22
2 5 5 4 4 4 24
2 4 4 4 4 4 22
1 4 4 4 4 5 22
3 4 4 4 2 5 22
3 4 4 4 3 5 23
2 4 4 4 4 5 23
1 4 4 4 4 4 21
2 4 4 4 4 4 22
2 5 5 4 4 4 24
1 4 4 4 4 4 21
1 4 5 4 3 4 21
2 4 5 4 3 4 22
2 4 5 4 3 4 22
2 4 4 4 2 4 20
2 4 4 4 2 4 20
2 4 4 4 2 4 20
3 3 3 3 3 3 18
2 5 5 5 5 5 27
1 4 4 4 4 5 22
3 4 4 4 2 5 22
HASIL ANALISIS RELIABILITAS

1. Reliability: Kompetensi

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,786 10

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
KE1 36,70 14,079 ,561 ,761
KE2 37,00 11,586 ,726 ,727
KE3 37,10 10,921 ,855 ,704
KE4 36,97 13,551 ,561 ,757
KE5 37,20 14,510 ,387 ,776
KE6 37,17 15,040 ,471 ,775
KE7 36,87 13,568 ,534 ,759
KE8 36,83 14,489 ,370 ,777
KE9 37,83 13,868 ,261 ,801
KE10 38,03 14,585 ,147 ,818
2. Reliability: Independensi

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,901 14

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
I1 35,23 91,082 ,343 ,902
I2 34,70 89,183 ,486 ,898
I3 36,00 77,310 ,828 ,883
I4 36,40 80,248 ,760 ,886
I5 35,30 83,734 ,602 ,893
I6 36,33 77,816 ,817 ,883
I7 36,27 79,720 ,682 ,890
I8 35,73 78,202 ,734 ,887
I9 36,27 79,030 ,824 ,884
I10 35,93 84,823 ,685 ,891
I11 34,53 90,740 ,373 ,901
I12 35,20 88,166 ,327 ,906
I13 34,93 88,409 ,379 ,902
I14 35,07 89,444 ,410 ,900
3. Reliability: Kualitas Audit

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,651 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
A1 20,50 6,603 ,054 ,782
A2 18,67 5,540 ,601 ,530
A3 18,47 6,189 ,687 ,547
A4 18,33 6,230 ,426 ,595
A5 18,83 5,109 ,650 ,498
A6 18,20 6,786 ,230 ,658
HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS SPSS

A. DESKRIPSI DATA

1. Pernyataan Mengenai Faktor-Faktor Kompetensi

a. Pengetahuan
X111

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 11 14,3 14,3 14,3
4 25 32,5 32,5 46,8
5 41 53,2 53,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

X112

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1,3 1,3 1,3
3 12 15,6 15,6 16,9
4 48 62,3 62,3 79,2
5 16 20,8 20,8 100,0
Total 77 100,0 100,0

X113

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1,3 1,3 1,3
3 13 16,9 16,9 18,2
4 44 57,1 57,1 75,3
5 19 24,7 24,7 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 1


X114

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 16 20,8 20,8 20,8
4 50 64,9 64,9 85,7
5 11 14,3 14,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

X115

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 8 10,4 10,4 10,4
4 54 70,1 70,1 80,5
5 15 19,5 19,5 100,0
Total 77 100,0 100,0

X116

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 3 3,9 3,9 3,9
4 56 72,7 72,7 76,6
5 18 23,4 23,4 100,0
Total 77 100,0 100,0

b. Pengalaman
X127

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 1,3 1,3 1,3
3 21 27,3 27,3 28,6
4 40 51,9 51,9 80,5
5 15 19,5 19,5 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 2


X128

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 16 20,8 20,8 20,8
4 48 62,3 62,3 83,1
5 13 16,9 16,9 100,0
Total 77 100,0 100,0

X129

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 6,5 6,5 6,5
2 1 1,3 1,3 7,8
3 29 37,7 37,7 45,5
4 38 49,4 49,4 94,8
5 4 5,2 5,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

X1210

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2,6 2,6 2,6
2 3 3,9 3,9 6,5
3 32 41,6 41,6 48,1
4 36 46,8 46,8 94,8
5 4 5,2 5,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

2. Pernyataan Mengenai Faktor-Faktor Independensi

a. Lama Hubungan dengan Klien


X211

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1,3 1,3 1,3
2 10 13,0 13,0 14,3
3 29 37,7 37,7 51,9
4 33 42,9 42,9 94,8
5 4 5,2 5,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 3


X212

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1,3 1,3 1,3
2 9 11,7 11,7 13,0
3 12 15,6 15,6 28,6
4 39 50,6 50,6 79,2
5 16 20,8 20,8 100,0
Total 77 100,0 100,0

X213

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 16 20,8 20,8 20,8
2 29 37,7 37,7 58,4
3 20 26,0 26,0 84,4
4 10 13,0 13,0 97,4
5 2 2,6 2,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

b. Tekanan dari Klien

X224

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 29 37,7 37,7 37,7
2 29 37,7 37,7 75,3
3 13 16,9 16,9 92,2
4 6 7,8 7,8 100,0
Total 77 100,0 100,0

X225

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2,6 2,6 2,6
2 21 27,3 27,3 29,9
3 25 32,5 32,5 62,3
4 25 32,5 32,5 94,8
5 4 5,2 5,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 4


X226

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 21 27,3 27,3 27,3
2 28 36,4 36,4 63,6
3 17 22,1 22,1 85,7
4 9 11,7 11,7 97,4
5 2 2,6 2,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

X227

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 31 40,3 40,3 40,3
2 22 28,6 28,6 68,8
3 13 16,9 16,9 85,7
4 10 13,0 13,0 98,7
5 1 1,3 1,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

X228

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 10 13,0 13,0 13,0
2 21 27,3 27,3 40,3
3 23 29,9 29,9 70,1
4 22 28,6 28,6 98,7
5 1 1,3 1,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

X229

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 21 27,3 27,3 27,3
2 31 40,3 40,3 67,5
3 14 18,2 18,2 85,7
4 10 13,0 13,0 98,7
5 1 1,3 1,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 5


c. Telaah dari Rekan Auditor
X2310

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 6,5 6,5 6,5
2 36 46,8 46,8 53,2
3 24 31,2 31,2 84,4
4 11 14,3 14,3 98,7
5 1 1,3 1,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

X2311

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2,6 2,6 2,6
2 2 2,6 2,6 5,2
3 5 6,5 6,5 11,7
4 66 85,7 85,7 97,4
5 2 2,6 2,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

d. Jasa Non Audit

X2412

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2,6 2,6 2,6
2 13 16,9 16,9 19,5
3 8 10,4 10,4 29,9
4 49 63,6 63,6 93,5
5 5 6,5 6,5 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 6


X2413

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 3,9 3,9 3,9
2 29 37,7 37,7 41,6
3 25 32,5 32,5 74,0
4 18 23,4 23,4 97,4
5 2 2,6 2,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

X2414

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 7 9,1 9,1 9,1
3 18 23,4 23,4 32,5
4 45 58,4 58,4 90,9
5 7 9,1 9,1 100,0
Total 77 100,0 100,0

c. Pernyataan Mengenai Kualitas Audit


Y1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 20 26,0 26,0 26,0
2 34 44,2 44,2 70,1
3 18 23,4 23,4 93,5
4 3 3,9 3,9 97,4
5 2 2,6 2,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

Y2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1,3 1,3 1,3
2 1 1,3 1,3 2,6
3 1 1,3 1,3 3,9
4 62 80,5 80,5 84,4
5 12 15,6 15,6 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 7


Y3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 3 3,9 3,9 3,9
4 57 74,0 74,0 77,9
5 17 22,1 22,1 100,0
Total 77 100,0 100,0

Y4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 6 7,8 7,8 7,8
4 52 67,5 67,5 75,3
5 19 24,7 24,7 100,0
Total 77 100,0 100,0

Y5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 7 9,1 9,1 9,1
3 18 23,4 23,4 32,5
4 44 57,1 57,1 89,6
5 8 10,4 10,4 100,0
Total 77 100,0 100,0

Y6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 1,3 1,3 1,3
3 1 1,3 1,3 2,6
4 45 58,4 58,4 61,0
5 30 39,0 39,0 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 8


Descriptives Jumlah Skor setiap Variabel/Sub Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Pengetahuan 77 18 30 24,66 2,918
Pengalaman 77 7 20 14,79 1,976
Kompetensi 77 25 50 39,45 4,394
Lama Hubungan dengan
77 5 15 9,55 2,143
Klien
Tekanan dari Klien 77 7 29 14,36 4,701
Telaah dari Rekan Auditor 77 3 9 6,40 1,115
Jasa Non Audit 77 5 13 10,05 1,385
Independensi 77 26 62 40,36 7,511
Kualitas Audit 77 15 30 22,60 2,066
Valid N (listwise) 77

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 9


B. Analisis Regresi Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Kualitas Audit 22,60 2,066 77
Kompetensi 39,45 4,394 77
Independensi 40,36 7,511 77

Correlations

Kualitas Audit Kompetensi Independensi


Pearson Correlation Kualitas Audit 1,000 ,487 ,388
Kompetensi ,487 1,000 ,397
Independensi ,388 ,397 1,000
Sig. (1-tailed) Kualitas Audit . ,000 ,000
Kompetensi ,000 . ,000
Independensi ,000 ,000 .
N Kualitas Audit 77 77 77
Kompetensi 77 77 77
Independensi 77 77 77

Variables Entered/Removedb

Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Independensi, Kompetensi a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kualitas Audit

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 ,531a ,282 ,263 1,774 1,977
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 10


ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 91,520 2 45,760 14,533 ,000a
Residual 232,999 74 3,149
Total 324,519 76
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit

a
Coefficients

UnstandardizedStandardized Collinearity
Coefficients Coefficients Correlations Statistics
Std. Zero- Toler
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part ance VIF
1 (Constant) 12,698 1,882 6,747 ,000
Kompetensi ,186 ,050 ,396 3,685 ,000 ,487 ,394 ,363 ,842 1,187
Independen ,063 ,030 ,231 2,148 ,035 ,388 ,242 ,212 ,842 1,187
a.Dependent Variable: Kualitas Audit

a
Coefficient Correlations

Model Independensi Kompetensi


1 CorrelationsIndependensi 1,000 -,397
Kompetensi -,397 1,000
Covariances Independensi ,001 -,001
Kompetensi -,001 ,003
a. Dependent Variable: Kualitas Audit

a
Collinearity Diagnostics

Condition Variance Proportions


Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) Kompetensi Independensi
1 1 2,975 1,000 ,00 ,00 ,00
2 ,019 12,522 ,13 ,06 ,97
3 ,006 22,337 ,87 ,94 ,02
a. Dependent Variable: Kualitas Audit

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 11


Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 19,38 25,93 22,60 1,097 77
Std. Predicted Value -2,934 3,038 ,000 1,000 77
Standard Error of
,203 ,701 ,329 ,120 77
Predicted Value
Adjusted Predicted Value 20,06 25,75 22,59 1,076 77
Residual -4,378 6,510 ,000 1,751 77
Std. Residual -2,467 3,669 ,000 ,987 77
Stud. Residual -2,686 3,788 ,002 1,018 77
Deleted Residual -5,187 6,939 ,007 1,866 77
Stud. Deleted Residual -2,808 4,190 ,009 1,052 77
Mahal. Distance ,011 10,868 1,974 2,269 77
Cook's Distance ,000 ,444 ,023 ,071 77
Centered Leverage Value ,000 ,143 ,026 ,030 77
a. Dependent Variable: Kualitas Audit

Charts

Histogram

Dependent Variable: Kualitas Audit

20

15
Frequency

10

Mean =-1.29E-15
Std. Dev. =0.987
0 N =77
-2 0 2 4
Regression Standardized Residual

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 12


Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kualitas Audit

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Scatterplot

Dependent Variable: Kualitas Audit

4
Regression Studentized Residual

-2

-2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 13


C. NPar Tests: Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Error for Y Error for Y


with X1 from with X2 from
CURVEFIT, CURVEFIT,
MOD_3 MOD_4 Unstandardiz
LINEAR LINEAR ed Residual
N 77 77 77
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000 ,0000000 ,0000000
Std. Deviation 1,80469252 1,90482008 1,75093580
Most Extreme Absolute ,113 ,122 ,170
Differences Positive ,113 ,120 ,170
Negative -,072 -,122 -,121
Kolmogorov-Smirnov Z ,988 1,069 1,093
Asymp. Sig. (2-tailed) ,283 ,203 ,123
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

D. IDENTITAS RESPONDEN

Jabatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Partner 20 26,0 26,0 26,0
Senior Auditor 13 16,9 16,9 42,9
Juniro Auditor 20 26,0 26,0 68,8
Lainnya 24 31,2 31,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

Pengalaman Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 th 16 20,8 20,8 20,8
5- 10 th 44 57,1 57,1 77,9
Lebih 10 tahun 17 22,1 22,1 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 14


Keahlian Khusus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Alnalisis sistem 17 22,1 22,1 22,1
Konsultan Pajak 18 23,4 23,4 45,5
Konsultan Manajemen 17 22,1 22,1 67,5
Lainnya 25 32,5 32,5 100,0
Total 77 100,0 100,0

Lama Menekuni Keahlian Khusus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 th 28 36,4 36,4 36,4
5- 10 th 44 57,1 57,1 93,5
Lebih 10 tahun 4 5,2 5,2 98,7
5 1 1,3 1,3 100,0
Total 77 100,0 100,0

Jenjang Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid D3 15 19,5 19,5 19,5


S1 56 72,7 72,7 92,2
S2 6 7,8 7,8 100,00
S3 0 0 0 0
Total 77 100,00 100,00

Sertifikat Profesional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 55,8 55,8 55,8
Ya 34 44,2 44,2 100,0
Total 77 100,0 100,0

Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS Page 15

Anda mungkin juga menyukai