Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Kontroversi utama dalam penetapan standar akuntansi adalah


pertanyaan “peraturan siapa yang harus dipatuhi, dan apa peraturannya?”.
Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah begitu jelas karena pemakai laporan
akuntansi keuangan memiliki hubungan yang beragam terhadap berbagai jenis
informasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, dan untuk memenuhi tanggung jawab
pelaporan fiduisari, disajikanlah laporan keuangan bertujuan umum (general
purpose financial statements). Laporan ini diharapkan akan menyajikan secara
wajar, jelas, dan lengkap operasi keuangan.
Sebagai akibatnya, profesi akuntansi berupaya mengembangkan
seperangkat standar yang dapat diterima umum dan dipraktekkan secara
universal. Tanpa standar-standar semacam ini, setiap perusahaan akan
membuat standar-standar mereka sendiri, dan pemakai laporan keuangan harus
dapat memahami praktik-praktik akuntansi serta pelaporan unik dari setiap
perusahaan. Hampir tidak mungkin untuk membuat laporan keuangan yang
dapat diperbandingkan.
Persoalan ini kemudian bertambah rumit ketika di bawah ke konteks
global. Perbedaan standar akuntansi yang di pakai oleh berbagai negara di
berbagai belahan dunia mengakibatkan perbedaan dalam praktik akuntansi di
negara tersebut. Di Meksiko, asset harus disesuaikan terhadap tingkat harga,
sementara di Amerika Serikat, aktiva secara umum dinilai pada biaya historis. Di
Jepang, “perbaikan” laba sebagai akibat keleluasaan untuk memperlakukan
pos-pos penyusutan justru menjadi tindakan terlarang di Amerika Serikat.
Contoh lain adalah periode amortisasi untuk aktiva tak berwujud di Jerman
adalah 5 tahun sedangkan di Amerika Serikat adalah 40 tahun.
Perbedaan praktik ini akhirnya menyadarkan praktisi akuntansi di
berbagai negara mengenai kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku
secara internasional. Hal ini berujung pada terciptanya IFRS sebagai standar
akuntansi internasional untuk semua negara. Persoalannya adalah apakah

1|Page
laporan keuangan harus disusun dengan menggunakan IFRS atau cukup
dengan menggunakan GAAP yang bberlaku di negara bersangkutan ataukah
terdapat kebebasan untuk memilih di antara keduanya.

2|Page
PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI
INTERNASIONAL

A. Standar Akuntansi
Selama beberapa dekade, seperangkat standar dan prosedur umum
dalam pelaporan keuangan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum
(generally accepted accounting principle—GAAP). Istilah “diterima
umum” berarti bahwa sebauh badan pembuat akuntansi yang berwenang
telah menetapkan prinsip pelaporan di bidang tertentu, atau bahwa dari
waktu ke waktu suatu praktik tertentu telah dipandang tepat karena dapat
diterapkan secara universal.
Prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP) merupakan prinsip-
prinsip yang dirumuskan oleh sebuah lembaga akuntansi di Amerika yang
dikenal dengan nama Financial Accounting Standard Board (FASB). Misi
utama dari organisasi ini sebenarnya adalah untuk membentuk dan
memperbaiki standar-standar akuntansi serta pelaporan keuangan dalam
rangka membimbing dan mendidik publik, yang meliputi emiten, auditor,
serta pemakai laporan keuangan. GAAP sendiri merupakan satu dari empat
jenis ketetapan yang dikeluarkan oleh FASB, yakni 1) standard an
interpretasi (GAAP), 2) Konsep akuntansi keuangan (SFACs), 3) bulletin
teknis FASB, dan 4) Pernytaan Emerging Issues Task Force (EITF).
Sejak diluncurkannya, GAAP (US-GAAP) telah menjadi standar
akuntansi yang paling diterima oleh seluruh komunitas akuntansi dunia. Hal
ini menjadikan US-GAAP sebagai kiblat dari standar akuntansi di beberapa
negara termasuk Indonesia. Meski demikian, beberapa negara yang tidak
mengadopsi GAAP memunculkan praktik akuntansi yang berbeda seperti
yang telah dibahas sebelumnya.
Perbedaan praktik akuntansi tersebut akhirnya membuat sebagaian
besar negara menyadari kebutuhan akan standar yang lebih seragam.
Karena hal ini, maka dibentuklah International Accounting Standards

3|Page
Committee (IASC) pada tahun 1973 yang bertujuan untuk menyeragamkan
standar-standar akuntansi di antara negara. Tujuan IASC dalam penetapan
standar adalah untuk memperbaiki dan menyeragamkan secara umum
regulasi, standar, serta prosedur akuntasi yang berhubungan dengan
penyajian laporan keuangan.
Tahap awal beridirnya IASC tidaklah sesuai dengan apa yang
diharapkan. Keberadaan IASC sebagai pembuat standar akuntansi yang
unik menemui banyak kendala dalam mengajak komunitas akuntansi untuk
menggunakan aturannya. Meskipun sebagian besar professional akuntansi
secara teoritis setuju untuk menggunakan IFRS pada level nasional,
sebagian besar negara menyusun standar dengan berkiblat kepada negara-
negara yang mereka hargai (Amerika Serikat dan Inggris) dan hanya
sebagian kecil yang mengacu kepada standar yang diajukan oleh IASC. Di
Eropa, IFRS telah digunakan oleh sebagian entitas pelaporan di Italia,
sedang di negara lainnya seperti Malaysia, IFRS digunakan hanya sebagai
bahan pertimbangan dalam pembuatan standar nasional. Hal ini secara
eksplisit membuktikan bahwa IFRS hanya diadopsi sebagai bagian dari
GAAP nasional.
Melalui perjalanan panjang, akhirnya pada tahun 2000, semua
anggota IASC sepakat untuk merestukturisasi IASC menjadi sebuah
lembaga professional dengan struktur baru. Memasuki awal tahun 2001,
terbentuklah lembaga baru yang disebut International Financial Standard
Board (IASB) yang kemudian mengadopsi standar yang dirumuskan oleh
IASC dan menjadikannya standar akuntansi internasional. Pembentukan
IASB ini kemudian memperkuat posisi IFRS sebagai standar akuntansi
internasional yang diterima oleh sebagian besar negara di dunia. Pada tahun
2005, 7000 perusahaan yang listing di bursa efek di 25 negara di Uni Eropa,
dan beberapa negara lain seperti Australia, Selandia Baru, Rusia, dan Afrika

4|Page
Selatan memproduksi laporan keuangan tahunan dengan menggunakan
satu standar, yakni IFRS.
Lebih lanjut, beberapa negara yang menggunakan GAAP sebagai
standar keuangannya kini mulai melakukan pembenahan untuk melakukan
konvergensi ke IFRS. Sebagai contoh, Kanada yang memiliki GAAP yang
sangat mirip dengan US-GAAP mengumumkan akan mengeliminasi GAAP-
nya dan menggantinya dengan IFRS pada Tahun 2007. Bahkan, China telah
mewajibkan perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek untuk
menggunakan IFRS pada tahun 2007.
Dengan melihat fakta bahwa 15.000 perusahaan listing di Amerika
Serikat masih menggunakan US-GAAP sebagai pedoman pembuatan
laporan keuangan, maka timbul pertanyaan apakah laporan keuangan harus
disusun berdasarkan satu atau salah satu dari kedua standar akuntansi
tersebut (IFRS atau US-GAAP).
Untuk mengatasi persoalan ini, IASB sebagai lembaga otoritas IFRS
dan FASB sebagai lembaga otoritas GAAP terus melakukan pertemuan
untuk melakukan konvergensi GAAP dengan IFRS.

B. Fungsi dan Peran Standar Akuntansi Internasional


Seperti namanya, standar akuntansi internasional berarti standar
akuntansi yang akan dijadikan patokan dan akan dipatuhi oleh seluruh
entitas akuntansi di berbagai di dunia. Hal ini tentu saja akan menciptakan
komparabilitas yang lebih tinggi terhadap laporan keuangan yang dihasilkan
di berbagai negara.
Untuk menjelaskan fungsi dari standar akuntansi internasional,
anggaplah sebuah bank di London menerima aplikasi kredit dari perusahaan
yang berasal dari 12 negara – dan setiap perusahaan membuat perusahaan
membuat laporan keuangannya sesuai dengan standar negara mereka
masing-masing. Kecuali kalau sang banker memahami ke-12 standar

5|Page
akuntansi, dia tidak akan mampu memperbandingkan laporan-laporan
keuangan tersebut. Apa yang terjadi apabila seorang manajer reksadana
Amerika Serikat yang mengelola dana ekuitas internasional mencoba
membaca laporan keuangan perusahaan yang berasal dari 50 negara?
Perusahaan-perusahaan tersebut akan diuntungkan jika membuat laporan
keuangan dengan memakai standar yang dapat dipahami secara baik oleh
manajer reksdana. Di sinilah standar akuntansi internasional berperan
sebagai wahana untuk mendapatkan komparablitas yanag tinggi laporan
keuangan dari berbagai entitas bisnis di berbagai negara.

C. Rerangka Konseptual US-GAAP dan IFRS


Dalam perekayaasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan
perekayasaan akan menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam
dokumen resmi yang dikenal dengan istilah rerangka konseptual (conceptual
framework). Bila operasi akuntansi dianalogikan sebagai kegiatan
kenegaraan, rerangka konseptual dapat dianggap sebagai konstitusi
sedangkan prosesnya dianggap sebagai proses pemikiran dalam pembuatan
konstitusi negara. Rerangka konseptual juga dikenal sebagai seperangkat
prinsip umum (a set of broad principles), seperangkat doktrin (a body of
doctrine), atau struktur konsep-konsep yang terpadu atau saling berkaitan (a
structure or scheme of interrelated ideas).
Rerangka konseptual memegang pernanan yang penting dalam
penetapan standar akuntansi. Tanpa rerangka konseptual sebagai
“konstitusi” akan sulitlah bagi penyusun standar untuk mengevaluasi
argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam
menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan
akuntansi tertentu lebih efektif daripada perlakuan yang lain dalam rangka
mencapai tujuan sosial atau ekonomik. Tidak adanya rerangka konseptual
dapat mengakibatkan penyusunan standar akuntansi diperalat oleh pihak

6|Page
tertentu (vested-interest group) untuk menghasilkan standar yang
menguntukan pihak tersebut.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep koheren yang menetapkan
sifat dan fungsi pelaporan keuangan, Kam (1990) menguraikan manfaat-
manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
 Memberi pengarahan atau pedomen kepada badan yang
bertanggungjawab dalam penyususnan/penetap standar
akuntansi.
 Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-maslah
akuntansi yang dijumpai dalam praktik yang perlakuannya
belum diatur dalam standar atau pedoman spesifik.
 Menentukan batas-batas pertimbangan (bounds for judgment)
dalam penyusunan statemen keuangan.
 Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan
meningkatkan keyakinan terhadap statemen keuangan.
 Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan
antarperusahaan.

1. Rerangka Konseptual US-GAAP


Pada tahun 1976, FASB menerbitkan memorandum diskusi tiga
bagian yang berjudul Conceptual Framework for Financial Accounting and
Reporting : Elements of Financial Statements and Their Measurement.
Memorandum ini berisi isu-isu penting yang harus ditangani dalam rangka
membangun rerangka kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi
penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan
keuangan. Sejak dokumen tersebut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan
enam Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) yang
berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, dan satu SFAC

7|Page
yang berhubungan dengan organisasi non-bisnis. Ketujuh SFAC tersebut
adalah sebagai berikut :
 SFAC No. 1, Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises, yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
 SFAC No. 2, Qualitative Characteristics of Accounting
Information, yang menjelaskan karakteristik yang membuat
informasi akuntansi bermanfaat.
 SFAC No. 3, Elements of Financial Statements of Business
Enterprise, yang memberikan defenisi dari pos-pos yang
terdapat dalam laporan keuangan.
 SFAC No. 4, Objectives of Financial Reporting by
Nonbussiness Organization.
 SFAC No. 5, Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprise, yang menetapkan kriteria
pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman
tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam
laporan keuangan dan kapan waktunya.
 SFAC No. 6, Elements of Financial Statements, menggatikan
SFAC No. 3.
 SFAC No. 7, Using Cash Flow Information and Present Value
in Accounting Measurements, yang memberikan rerangka
kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan
dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
Keenam rerangka kerja konseptual di atas (tidak termasuk SFAC No.
4) dapat di break down menjadi tiga tingkatan, yakni 1) tujuan dasar, 2)
konsep-konsep fundamental, dan 3) konsep-konsep pengakuan dan
pengukuran.
1. Tingkatan Pertama : Tujuan Dasar

8|Page
Penentuan tujuan laporan keuangan merupakan langkah yang
paling krusial dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan
menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang
akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan laporan keuangan.
Adapun tujuan dari pelaporan keuangan (financial reporting) adalah
menyediakan infromasi :
 Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai
tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan
investasi serta kredit.
 Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang
ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu
dan ketidakpastian arus kas masa depan.
 Tentang sumber daya ekonomi, klaim tentang sumber daya
tersebut dan perubahan di dalamnya.
2. Tingkatan Kedua : Konsep-Konsep Fundamental
Tingkatan kedua dalam rerangka konseptual menjelaskan
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi dan mendefenisiskan
unsur-unsur laporan keuangan.
a. Karakteristik kualitatif dari laporan keuangan
FASB telah mengidentifikasi karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi yang membedakan informasi yang lebih baik (lebih
berguna) dengan informasi yang inferior. Karakteristik kualitatif
tersebut meliputi kualitas primer, yakni relevansi dan realibilitas, dan
kualitas sekunder, yakni komparabilitas dan konsistensi. Konsep
relevansi berkaitan dengan nilai prediktif, nilai umpan balik, dan
ketepatan waktu, sedangkan konsep reliabilitas berkenaan dengan
daya uji, ketepatan penyajian dan netralititas.
b. Elemen-elemen dari laporan keuangan

9|Page
Elemen-elemen laporan keuangan adalah makna (meaning) atau
konstruk (construct) yang sengaja ditentukan dalam perekayasaan
akuntansi untuk menyimbolkan atau mempresentasi realitas kegiatan
usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat membayangkan
realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan
sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Elemen-elemen tersebut
meliputi asset, liabilitas, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi
kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan,
dan kerugian.
3. Tingkatan Ketiga : Konsep-Konsep Pengakuan dan Pengukuran
Tingkatan ketiga dari kerangka kerja konseptual terdiri dari
konsep-konsep yang dipakai mengimplementasikan tujuan dasar dari
tingkat pertama. Konsep-konsep tersebut dapat dibagi menjadi :
a. Asumsi-asumsi dasar
Empat asumsi dasar yang mendasari strktur akuntansi adalah :
 Entitas ekonomi (economic entity), mengandung arti bahwa
aktivitas ekonomi dapat diidentfikasi dengan unit
pertanggujawaban tertentu.
 Kelangsungan Hidup (going concern), mengandung arti
bahwa entitas bisnis akan memiliki umur yang panjang.
 Unit moneter (monetary unit), mengandung arti bahwa uang
adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan
dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
 Periodisitas (periodicity), mengandung arti bahwa aktivitas
ekonomi suatu entitas dapat dipisahkan ke dalam periode waktu
artifisial.
b. Prinsip-prinsip dasar
Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat
transaksi adalah : 1) biaya historis (hirtorical cost), 2) pengakuan

10 | P a g e
pendapatan (revenue recognition), 3) penandingan (matching
principle), dan 4) pengungkapan penuh (full disclosure).
c. Kendala-kendala
Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik
kualitatif agar membuatnya menjadi berguna, dua kendala
(constraints) yang dominan harus diperhitungkan : 1) hubungan biaya
menfaat dan 2) materialitas. Dua kendala penting lainnya yang kurang
dominan, namun merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah
praktik industri dan konservatisma.

2. Rerangka Konseptual IFRS


Rerangka kerja IASB telah disetujui oleh Dewan IASC pada bulan
April 1989 untuk diterbitkan pada bulan Juli 1989, dan telah diadopsi oleh
IASB pada bulan April 2001. Secara singkat, rerangka konseptual tersbut
adalah sebagai berikut :
• Mendefinisikan tujuan laporan keuangan
• Mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna
• Asumsi-asumsi dasar
• Mendefinisikan unsur-unsur dasar laporan keuangan dan konsep-konsep
untuk mengakui dan mengukur mereka dalam laporan keuangan
• Menyediakan konsep pemeliharaan modal

1. Tujuan umum Laporan keuangan


Tujuan umum pelaporan keuangan entitas bisnis (baik dalam
sektor publik atau swasta) adalah mempersiapkan dan menyajikan
laporan keuangan setidaknya setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan
informasi umum dari berbagai pengguna di luar entitas. Oleh karena itu,
rerangka ini tidak selalu berlaku untuk tujuan khusus laporan keuangan

11 | P a g e
seperti laporan kepada aparat pajak, laporan kepada badan pengawas
pemerintah, prospektus untuk penawaran sekuritas, dan laporan untuk
kombinasi bisnis.
Sementara itu, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam
membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil dari pekerjaan manajemen, atau akuntabilitas dari manajemen
dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan padanya.

2. Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik ini adalah atribut yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi investor, kreditur, dan lain-lain. Rerangka
mengidentifikasi empat karakteristik kualitatif pokok, yakni :
a. Understandability
Understandability mengandung makna bahwa Informasi harus
disajikan dengan cara yang mudah dipahami oleh pengguna yang
memiliki pengetahuan tentang bisnis, kegiatan ekonomi, akuntansi
dan yang bersedia untuk mempelajari informasi dengan tekun
b. Relevansi,
Relevansi mengandung makna bahwa Informasi dalam
laporan keuangan yang relevan adalah ketika hal tersebut
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Yaitu, hal tersebut
dapat (a) membantu mereka mengevaluasi masa lalu, sekarang, atau
kejadian masa depan yang berkaitan dengan suatu entitas (b)
mengkonfirmasi atau mengoreksi masa lalu evaluasi yang telah
mereka buat.
Materialitas juga merupakan komponen relevansi. Informasi
adalah material jika kelalaian atau kesalahan pernyataan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna.

12 | P a g e
Komponen lain dari relevansi adalah Ketepatan waktu. Untuk
menjadi berguna, informasi harus diberikan kepada pengguna dalam
jangka waktu yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi
keputusan mereka.
c. Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan dapat diandalkan jika hal
tersebut bebas dari kesalahan dan bias dan dapat diandalkan oleh
pengguna untuk mewakili peristiwa dan transaks. Kadang-kadang ada
tradeoff antara relevansi dan keandalan - dan penghakiman
diperlukan untuk memberikan keseimbangan yang tepat.
Keandalan dipengaruhi oleh penggunaan perkiraan dan
ketidakpastian yang terkait dengan item yang diakui dan diukur dalam
laporan keuangan. Ketidakpastian ini ditangani dengan, sebagian,
dengan pengungkapan dan sebagian, dengan menjalankan prinsip
kehati-hatian dalam menyusun laporan keuangan. Kehati-hatian
adalah dimasukkannya tingkat kehati-hatian dalam pelaksanaan
penilaian yang diperlukan dalam membuat perkiraan yang diperlukan
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
dilebih-lebihkan dan kewajiban atau pengeluaran yang tidak
sederhana. Namun, kebijaksanaan hanya dapat dilakukan dalam
konteks karakteristik kualitatif lainnya dalam Kerangka, terutama
relevansi dan representasi setia transaksi dalam laporan keuangan.
Kebijaksanaan tidak membenarkan disengaja berlebihan dari
kewajiban atau pengeluaran, atau sengaja meremehkan aset atau
pendapatan, karena laporan keuangan tidak akan netral dan,
karenanya, tidak memiliki kualitas kehandalan.
d. Keterbandingan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
dari suatu badan dari waktu ke waktu sehingga mereka dapat

13 | P a g e
mengidentifikasi tren dalam posisi keuangan dan kinerja. Pengguna
harus juga dapat membandingkan laporan keuangan entitas yang
berbeda. Pengungkapan kebijakan akuntansi yang penting untuk
perbandingan.
3. Elemen-elemen dari laporan keuangan
Laporan keuangan menggambarkan efek keuangan dari transaksi
dan peristiwa-peristiwa lain dengan mengelompokkannya secara garis
besar berdasarkan karakteristik ekonominya. Pengelompokkan ini yang
menjadi aturan dari elemen-elemen laporan keuangan. Elemen-elemen
dapat di bagi ke dalam dua kategori, takni :
a. Elemen-elemen yang secara langsung berkenaan dengan posisi
keuangan, meliputi :
 Aset (Asset), didefenisikan sebagai sumber daya yang
dikendalikan oleh entitas sebagai hasil peristiwa masa lalu dan
diharapakan memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang.
 Liabiliti (liability), didefenisikan sebagai kewajiban saat ini
dari sebuah entitas yang dihasilkan dari peristiwa masa lalu, yang
di masa depan menghasilkan outflow pada entitas yang
menghasilkan manfaat ekonomi terhadap sunber daya.
 Ekuitas (equity), didefenisikan sebagai kepentingan residual
dari asset suatu entitas setelah dikurangi dengan liabilitinya.
b. Elemen-elemen yang secara langsung berkenaan dengan
pengukuran kinerja, meliputi :
 Pendapatan (income), didefenisikan sebagai peningkatan
dalam manfaat ekonomi dari peningkatan asset dan penurunan
liability yang menghasilkan peningkatan dalam ekuitas, selain dari
aktivitas yang memberikan kontribusi dari partisipasi ekuitas.

14 | P a g e
 Biaya (expenses), didefenisikan sebagai penurunan
manfaat ekonomi sepanjang periode akuntansi dalam bentuk
outflow atau penipisan dari asset atau terjadinya kewajiban yang
menghasilkan penurunan dalam ekuitas, selain dari aktivitas yang
memberikan kontribusi dari partisipasi ekuitas.
4. Asusmsi-asumsi dasar (Underlying Asumpstions)
Dalam Framework of International Financial Reporting Standards
dijelaskan bahwa terdapat dua asumsi yang mendasari laporan
keuangan, yakni akuntansi dasar akrual (accrual basis) dan
kelangsungan hidup (going concern).
Menurut akuntansi dasar akrual, efek dari transaksi dan peristiwa-
peristiwa ekonomi (enomic events) di akui pada saat peristiwa tersebut
terjadi (bukan pada saat kas atau ekuivalen dari kejadian tersebut
diterima), dan dicatat dalam catatan akutansi yang kemudian dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode di mana peristiwa tersebut terjadi.
Laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan dasar akrual
menginformasikan kepada para pengguna tidak hanya transaksi masa
lalu yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi juga
pembayara kas obligasi di masa yang akan dating dan sumber daya yang
merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Singkatnya,
akuntansi dasar akrual menyediakan informasi keuangan mengenai
transaksi dan peristiwa masa lalu yang lebih bermanfaat dalam
pengambilan keputusan.
Sementara itu, asumsi going concern merujuk kepada pandangan
bahwa sebuah entitas bisnis akan berlangsung hidup dan melanjutkan
operasinya untuk masa depan yang dapat diduga.
5. Konsep Modal dan pemeliharaan Modal (Concepts of Capital and Capital
Maintenance)

15 | P a g e
Konsep keuangan modal (financial concept of capital) di adopasi
oleh sebagian besar entitas dalam menyiapkan laporan keuangannnya.
Menurut konsep ini, dalam uang investasi atau daya beli investasi, modal
(capital) disinonimkan dengan asset bersih atau ekuitas sebuah entitas.
Sementara itu, menurut konsep fisik modal, seperti misalnya kemampuan
operasi (operating capability), modal di anggap sebagai kapasitas
produksi yang dijadikan dasar oleh sebuah entitas. Misalnya, uni produksi
per hari.
Pemilihan konsep modal yang tepat oleh suatu entitas bisnis
harus didasarkan pada kebutuhan pengguna terhadap laporan keuangan.
Konsep keuangan modal seharusnya diadopasi jika para pengguna
laporan keuangan secara mendasar mempertimbangkan pemeliharaan
terhadap nominal dari modal investasi ataupun daya beli modal investasi.
Namun, jika petimbangan terbesar dari pengguna dititikberatkan pada
kapasitas operasi dari sebuah entitas, konsep fisik modal-lah yang harus
digunakan.
Konsep modal sepertti yang di bahas di atas kemudian
melahirkan konsep mengenai pemeliharaan modal, yakni :
a. Pemeliharaan modal keuangan (financial capital maintenance).
Menurut konsep ini, keuntungan (profit) dihasilkan hanya jika jumlah
keuangan (uang) terhadap asset bersih (net asset) pada akhir periode
melebihi jumlah keuangan (uang) terhadap asset bersih (net asset)
pada awal periode, setelah menghilangkan distribusi dan kontribusi
dari pemilik sepanjang periode tersebut.
b. Pemeliharaan modal fisik (physical capital maintenance). Menurut
konsep ini, (profit) hanya dihasilkan jika kapasitas produksi fisik
(kapasitas operasi) dari suatu entitas (atau sumber daya atau dana
yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas tersebut) pada akhir
periode melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode, setelah

16 | P a g e
menghilangkan distribusi dan kontribusi dari pemilik sepanjang
periode tersebut.

KESIMPULAN

Standar akuntansi internasional (IFRS) adalah wahana untuk


menciptakan komparabilitas yang lebih tinggi di antara berbagai laporan
keuangan yang dibuat oleh berbagai entitas bisnis di berbagai negara. Dengan
adanya IFRS berarti laporan keuangan akan mengacu hanya pada satu aturan
sehingga memudahkan para pihak-pihak yang berkepentingan dalam
menggunakannya. Sebagai contoh misalnya bankir yang menerima permintaan
kredit dari 12 perusahaan di 12 negara yang berbeda.
Meski demikian, IFRS tidk serta merta langsung dapat diterapkan dalam
taraf nasional. Meskipun sudah ada beberapa negara yang telah
mengadopsinya secara penuh, beberapa negara yang lain masih memerlukan
tahapan-tahapan lebih lanjut untuk menkorvengensi GAAP nasionalnya ke
IFRS.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai