PENDAHULUAN
Sejak awal, penelitian dalam bidang manajerial dan juga organisasi telah menggunakan
teknologi informasi sebagai sentral dari sistem informasi (SI). Salah satu teori pentingnya
adalah information richness theory (IRT). Namun, teori ini dianggap telah mengalami
pergeseran definisi terhadap information richness yang terdapat dalam e-mail. IRT juga
telah mendapat banyak kritikan karena pergesaran konteks yang awalnya adalah organisasi
menjadi konteks perorangan dan juga media-media yang digunakan. Padahal yang
dibutuhkan bukanlah sekedar media saja melainkan juga interaksi yang terjadi didalamnya.
Paper ini menawarkan presfektif baru terhadap richness dalam managerial communication
dan melakukan pendekatan terhadap isu tersebut.
Tidak seperti perspektif positifisme, Critical Social Theory (CST) tidak melihat individu
sebagai aktor pasif yang hanya menerima data atau informasi, tetapi sebagai aktor
intelligent yang dapat mengukur trutfullness, completeness, sincerity, dan
Pendengar maupun pembaca bisa menjalin komunikasi dengan pembicara dan penulis untuk
mencapai pemahaman yang bermutu. Komunikasi ini bisa berupa mempertanyakan
kejelasan saat pendengar atau pembaca tidak melihat ekspresi wajah pembicara atau
penulis. Selain itu, pendengar dan pembaca bisa mempertanyakan kesesuaian dengan
konteks atau mempertanyakan ketiadaan latar belakang yang cukup untuk mendukung
pernyataaan atau aksi dari pembicara atau penulis. Hal ini bertujuan untuk membebaskan
pembaca dan pendengar dari pengetahuan yang salah.
Ada dua poin penting pada artikel ini tentang definisi dari communication richness.
Pertama, dari sudut pandang CST sebagai sudut pandang interpretasi, memberikan konsep
tentang isyarat sosial seperti: ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi. Hal ini dianggap
berbeda dari sudut pandang positivist. Perspektif positivist menyatakan bahwa isyarat sosial
itu adalah konsekuensi dari kurangnya communication richness.
Studi pada subbab ini berdasarkan kasus yang terjadi pada perusahaan HCP. Ada beberapa
pihak yang terlibat pada studi kasus ini, yaitu: Sheila, Ted, dan Mike. Ted mengirim email
ke Sheila dan Mike. Sheila mengambil peran pada aksi komunikasi. Aksi komunikasi adalah
suatu aksi untuk mencapai dan mempertahankan saling pengertian antara berbagai pihak
yang berkoordinasi dalam organisasi atau perusahaan. Aksi ini tidak hanya memberikan hasil
biasa bahwa Sheila bisa mengerti arti kata dari kekayaan bahasa dari email ini, tetapi juga
bisa menarik kesimpulan kritis dan bagaimana mengatasinya.
Dari segi CST, urutan kejadian ini bisa dilihat sebagai berikut: pertama-tama saat Sheila
menerima email dari Ted, Sheila melakukan aksi komunikatif, dibuktikan dengan usahanya
untuk mencapai saling pengertian. Tidak ada hal yang mengharuskan Sheila melakukan
tuntutan validitas.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan sudut pandang baru pada wacana ilmiah
tentang teori kekayaan bahasa yang dimediasi oleh teknologi informasi. Makalah ini
memberikan definisi baru tentang communication richness berdasarkan riset CST dengan
membandingkannya dengan teori communication richness terdahulu oleh positivism dan
interpretivism.
Materi empiris pada makalah ini didapatkan dari studi kasus pada perusahaan HCP. Studi
kasus ini membawa pada kesimpulan bahwa tidak ada peneliti communication richness dari
segi positivism dan interpretive yang menjelaskan validitas atau kebenaran dari apa yang
sedang dikomunikasikan. Namun, justru hal inilah yang dianggap vital pada studi CST.
Disamping itu, yang membedakan CST dengan positivism dan interpretive adalah
indentifikasi aktor dalam konteks organisasi atau sosial yang memroses data menjadi
informasi.