Anda di halaman 1dari 26

PENELITIAN EKSPERIMEN DI BIDANG PENDIDIKAN

Oleh : Prof. Supardi

BAGIAN I

A. PENDAHULUAN

Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke
Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang
dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki
pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb
harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru
Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil?
Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain:
(a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi
uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan
nyata yang dilakukan guru dalam mengembangakan profesinya, (c) sistematika
tulisannya tidak mengikuti sistematika karya ilmiah.

Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi sangat


berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis sesuai
dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya kegiatan
pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya kegiatan
pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang antara lain
belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan
selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan
melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku
pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari ketujuh jenis KTI itu,
hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung
memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum
menguasai cara/metode penelitiannya.

Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses pembelajaran di


klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran tertentu, sebagian
besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani mengeluarkan pendapat,
dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul pertanyaan pernahkah guru mencari
upaya untuk mengatasinya? Apa yang harus dilakukan guru? Apa tidak perlu
dicari akar masalahnya? Apa guru tetap mengajar seperti biasanya dan masalah
itu diabaikan? Tentunya tidak, dan ternyata umumnya guru sudah berupaya
untuk mengatasinya dengan berbagai cara/metode/pendekatan melalui
perubahan cara mengajar seperti metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching
Learning), Quantum learing, cooperative learning, tutor sebaya, local material
learning, dan lain-lain. Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan
Hal ini memberi gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan
pengembangan profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga tidak
punya bukti untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesi.
Ada pula guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode
mengajar yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan baik
prestasi belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan menambah
percaya diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan ilmiah, sudah
melaksanakan pengembangan profesiya, namun lagi-lagi tidak ada bukti tertulis
yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan mengusulkan kenaikan
pangkat.
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir bagaimana
cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka
ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang
diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk
mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat
digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru belum semua menguasai
berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam
mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian
deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan
penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam
membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui
penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan
yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi
syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar bersama untuk memahami
dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah.

Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang


bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment
pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada-
tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu
kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk
menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMU
atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut
bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam
eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua
variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau
melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin
menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang
sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini.


Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah
dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang
lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah
dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita hanya dapat
menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala yang
begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi
ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut
sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding (control
group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan
(experimental group).

Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk


melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu
segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik
yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design experimental), maupun
penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana kondisi kedua
kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan-
kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan
data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para
guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian
itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.

B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN

Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti


melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana di antara
dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar lebih baik (metode
pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena, ditemukan selama
guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi belajar siswanya
belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar
matematika yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep.
Seorang guru matematika waktu mengikuti diklat mendapat metode baru
yaitu metode pemecahan soal“ muncul pertanyaan: manakah di antara
dua metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi
belajar lebih baik?.
2. Tujuannya: Untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih
baik dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan
pemahaman konsep (Untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal
terhadap prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap
siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan
variabel penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman
konsep, serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang
mengarah pada simpulan bahwa metode pemecahan soal lebih baik dalam
menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan metode
pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: “Metode pemecahan soal
lebih baik dibandingkan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika”. Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman peneliti
dalam merancang lebih lanjut..
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran
kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan
/IQ dalam matematika. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai
kesamaan itu dipilih secara random untuk menentukan mana kelompok
kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada
masing-masing kelopok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang
memiliki kualitas yang sama, dipilih secara random untuk ditugaskan ke
kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya sama/satu orang, wajib
menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada
metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.

Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua
komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah
mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.

C. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL

Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta kondisi


apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu diperhatikan. Hal ini
untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar
disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula.
Untuk itu perlu diperhatian agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi
faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama
dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing
kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas
siswa yang pandai sedang lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai.
Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan disebabkan oleh metode
mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan
control itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan,
kepengapan, ventilasi, serta tata ruang lainnya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran,
tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K)
masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau
kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil
eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Jumlah jam kedua kelas/kelompok
harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan
dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru
mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang
dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar di
upayakan mempunyai derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun
kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variable non
eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya
kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya anak
yang suka mengganggu jalannya pelajaran, sehingga memengaruhi temannya untuk
tidak disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa
temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam
pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain..
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu
hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan
timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk mengendalikan.

D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau
tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut
variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variable-variabel yang
berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan
tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering
disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang
tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen
disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang
hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk
mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda
( misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode
pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.

Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok


eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau
controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada
di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut
variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil
yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh
variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane.
Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus
memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.

Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/


pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara
mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya
variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh
variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang
diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam
eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris).
Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable ekstrane, yang selalu
ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat
diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan
dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variable eksperimen.
Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut:
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu
metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur
eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka
peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara
mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari
adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil
eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada
kelompok kontrol terdapat anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut pelajaran
tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali
terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu
diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol
mempunyai kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan
pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan
siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang
diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane yang sulit
diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan
konstan.

Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen


diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar
matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A
(pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B
(pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara teori jelas
bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode
pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu
pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah
dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkan.
Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi
variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada
kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.

Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan
eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen
yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi
pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan
ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana tindakan, siswa
yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasil eksperimen. Selama
proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya
variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil
eksperimen.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu?


Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa
kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain.
Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau
dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola
eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Grup), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas
berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.

a) Kesesaatan Tipe S

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada
suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan
muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun
beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari
kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh
metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar,
mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa
yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses eksperimen
berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan.
Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan
metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada
SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari
kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan
oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang
ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan
eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok
eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi
para peneliti eksperimen pembelajaran.
b) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang
mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan
eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan.
Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi
untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya
sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi
belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang
mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan
kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen
terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas
tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah memengaruhi
eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
c) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang
dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacam-
macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi.
Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang
dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru lain
juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami
apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana
variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi,
tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang
pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat
menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya
yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah
biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain.
Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan
pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu.
Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang
diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh
terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pendahuluan

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang guru sudah berpikir bagaimana
cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin
mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan
metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru
yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis
penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum semua guru
menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam
mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif,
penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang
paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode
pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang
benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat
nilai kreditnya? Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian
melaksanakan secara hati-hati dan terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan
terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh
tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka
tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk
menilai/ membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode
pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA atau untuk
menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan
dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment,
dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan
dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas
adalah mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan
sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan
atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama
tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini. Di dalam
proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/ perlakuan, kita tidak pernah dapat
menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang
baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari
suatu tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses ini begini dan begitu itu akan
menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik
jika gejala lain menjadi ukuran sebagai pembanding. Oleh karena itu dalam suatu
eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai
kelompok pembanding (control group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai
kelompok yang dibandingkan (experimental group).

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ? Untuk melaksanakan
suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang
berkaitan dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-
pola eksperimen (design experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan
kontrol, bagaimana kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara
pelaksanaannya, kesesatan-kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara
pengumpulan data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para
guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian itu, tanpa
meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.

B. Mempersiapkan Eksperimen
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti
melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai
ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang keampuhan dua metode
mengajar dalam bidang Matematika, Mana di antara dua macam metode yang dapat
memberikan prestasi belajar yang lebih baik (metode pemahaman konsep atau metode
pemecahan soal). Hal ini disebabkan karena selama ini ditemukan oleh guru bahwa
penggunaan metode pemahaman konsep yang dilakukan menyebabkan prestasi belajar
siswanya belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika yang selama
ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru matematika sewaktu
mengikuti diklat mendapatkan metode baru yaitu metode pemecahan soal", kemudian
muncul pertanyaan: manakah di antara dua metode pembelajaran Matematika yang dapat
menumbuhkan prestasi belajar lebih baik?
2. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik dalam
mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan pemahaman konsep
(untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar
matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran
tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel penelitian
(metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep, serta prestasi belajar).
Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang mengarah pada simpulan bahwa metode
pemecahan soal lebih baik dalam menanamkan pemahaman matematika dibandingkan
dengan metode pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: "Metode pemecahan soal lebih baik
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika". Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman peneliti dalam merancang lebih
lanjut.
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran kepada dua
kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam matematika. Dari
dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random
untuk menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
kelompok eksperimen.
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing-masing
kelompok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang memiliki kualitas yang sama,
kemudian dipilih secara acak/random untuk ditugaskan ke kelompok eksperimen/kontrol.
Kalau gurunya sama/satu orang, wajib menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua
metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada metode yang
telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.

Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua
komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah mencoba
menyusun rancangan/desain eksperimennya.

C. Faktor Yang Perlu Dikontrol


Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja
yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk
mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh
metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain
sebagai berikut.
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar
kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu
diperhatikan agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode
mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya,
mengikuti pelajaran tambahan setiap sore, dan sebagainya.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/kelompok
perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-
pandai, sedang kelas lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga
adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi
oleh kondisi siswa yang berbeda.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus
dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi
yang kurang, tata ruang, dan tata cahaya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak
diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore
atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk
jam 8.00 kelas K tidak boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh
faktor masuk sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang
lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai
dengan pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan
mempunyai tingkat, level, atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
maupun kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen
agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang
sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka
mengganggu jalannya pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin,
atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi
pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota
keluarga atau yang lain.

Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh
terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap
langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada
upaya untuk mengendalikan.

D. Kesesatan Dalam Eksperimen


Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan
yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam
eksperimen selalu dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung
diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan
dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment
variable, dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi
hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah
kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk
mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan
kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda (misalnya metode pemecahan soal
untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control)
atau yang bervariasi.

Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen


maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable.
Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen
untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variable.
Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol
sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh
variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus
memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.

Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan
tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ekstrane yang
ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen
disebut kesesatan atau errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis
kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan
kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang
selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur
dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan
dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari
kesesatan konstan adalah sebagai berikut.
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode
(pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah
dilaksanakan sesuai dengan metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa
adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya
metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat
mengganggu proses dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan;
misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran
tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap
waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi
orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai
karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan
kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu
mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut
merupakan variabel luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga
disinilah muncul adanya kesesatan konstan.

Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan
dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa
kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan
kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini
terjadi ? Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi
karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada
saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi, hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah
dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal
kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang
menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen
akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.

Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan
eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan
dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik
yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran,
guru pelaksana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan
belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Selama proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya
variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu? Kesesatan tidak
konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu
eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada
kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan
eksperimen, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke
dalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Group), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut
ini disampaikan penjelasan singkatnya.

1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu
penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol
pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau
kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan
salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui
pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar,
mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki
IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes
kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik
dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas
tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari
kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh
metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok
tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada
kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan
perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.

2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi
satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak
menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang
pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL
(eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis
terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang
mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang
disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
nakal, dan sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsung, akan
mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan
tipe G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.

3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan
secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada
eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R
ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan
beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat
mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang
dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar
memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan
pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya
mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang
dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang
akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan
dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka
perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu.
Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang
diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh
terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

E. Pelaksanaan Eksperimen
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha mengantisipasi
berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan dan hasil eksperimen,
maka apa yang harus dilakukan agar eksperimen tersebut dapat berjalan dengan baik?
Namun, sebelum ke pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan
diajarkan sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah
dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan melaksanakan
sudah dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas yang seimbang? Kalau
semuanya sudah dikaji barulah kita memperhatikan langkah berikut ini.
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai kelompok
eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan metode
pembelajaran yang digunakan berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal,
sedangkan kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang
direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar kesesatan tidak
timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
tidak mengganggu hasil eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi berdasarkan pedoman
observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek perhatian siswa, keberanian siswa
berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan siswa, dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes akhir eksperimen.
Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang diberikan pada kelompok
eksperimen dan kontrol harus sama.
5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan dideskripsikan sesuai
dengan tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut
dianalisis dengan statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan, maka perlu dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih
efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan
bahwa metode pemecahan soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
matematika yang berarti hipotesis kerjanya diterima.

Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja? Apakah penelitian
itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk mendapatkan kredit
pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil
penelitian itu tidak bermanfaat? Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu
dikaji secara hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah
kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta temuan
ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana penelitian itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan
eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen?
Jawabannya sudah; baik yang menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan
eksperimen), maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke
pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok eksperimen tersebut
sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah,
lingkungan kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan
komponen lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya kesesatan tidak
konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya adanya siswa yang sering
mengganggu salah satu kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana
eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun
siswa yang memiliki potensi dan motivasi belajar yang kuat yang berkaitan dengan
materi pelajaran yang dieksperimenkan. Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas
terhimpun siswa yang IQ-nya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain.
Kalau hal ini jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu mengajukan
pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil eksperimen tidak

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya. Artinya ketepatan dan ketelitian alat
evaluasinya tidak terpenuhi, atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, atau belum
mencakup seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak
dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan bocoran dari
kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang ke-6.
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat, tidak mengikuti
teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola yang digunakan. Dimulai dari
koreksi hasil post test/evaluasi akhir, tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan
teknik statistiknya harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada
perbedaan menjadi tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilaksanakan
dengan statistik dan prosedur analisis yang tepat dan hati-hati oleh peneliti. maka tinggal
kemungkinan/ alternatif atau asumsi terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan juga tidak
melakukan penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu adanya kesesatan konstan
yang tidak mungkin peneliti mampu untuk mengatasi/menghilangkan, tetapi peneliti juga
tidak mencoba mengurangi kesesatan ini. Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok
sebagian besar siswa pada sore hari mengikuti pelajaran tambahan, banyak dibimbing
saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada
sebagian siswa, alat/sarana/media belajar siswa lengkap atau sebaliknya pada kelompok
lain banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar.

Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi
alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian
tersebut tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat
diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau
hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data
lapangan yang dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat
menumbuhkan pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori
baru kalau penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan.
Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan teori
baru dan meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang
demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil
analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan
alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah dipahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan eksperimen,
melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu hasil
eksperimen, perlu dipelajari beberapa jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi
guru yang akan mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar
siswa. Dipersilahkan Anda membaca bagian berikut ini.

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
F. Desain Eksperimen
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan
dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang
berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat
dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan
langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data
yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif
dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.

Sebagai contoh, untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi
belajar matematika, perlu dipersiapkan rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan
penelitian dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran apa yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa
instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk mengerjakan suatu
eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin, agar dapat dipakai pegangan
dalam pelaksanaannya.

Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis desain/ pola
eksperimen saja. Ada tiga desain yang disajikan, guru dapat memilih alternatif mana yang
paling tepat untuk mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah
mengalami masalah. Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan
kebaikannya, namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat
dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan) desain eksperimen yang dapat kita pelajari, namun
berikut ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru
dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Matched Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs.
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga
desain eksperimen tersebut.

1. Treatment by Levels Designs.


Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok
tinggi dan rendah, ada siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain
ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan
eksperimen. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu
diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di
dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian
bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi
bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok
eksperimen atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan
kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga perlu
diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka
persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.

2. Treatment by Matched Group Designs


Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para guru dalam
menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk
persiapan dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan
pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu
dipikirkan lebih awal pada matching group adalah faktor-faktor yang harus
diseimbangkan agar kelompok-kelompok yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada
kondisi eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang
dipandang dapat mempengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/ treatment harus di-
matched/ dijodohkan sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi
belajar dan kecerdasan /inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen,
maka kedua faktor itu harus di-matched.
Cara melakukan matching dapat dilakukan dengan menguji perbedaan kelompok-
kelompok yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen
tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menunjukkan adanya kesamaan.

3. Matched Subjects Designs


Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang
dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah
menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap
kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok
yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat
dijodohkan dengan sistem: a) nominal pairing, b) ordinal pairing, atau c) combined
pairing. Pada Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis kelamin, jenis
pekerjaan orang tua, sedang ordinal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi,
prestasi belajar, atau tingkat pendidikan. Sedangkan pada combined pairing, yang
dipasang-pasangkan adalah kombinasi antara nominal dan ordinal pairing. Pada
pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau
mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.

G. Laporan Penelitian
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah menyusun
laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar untuk menyusun laporan
dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan kegiatan eksperimennya. Apa yang harus
ditulis awal, penelitiannya saja baru dimulai? Kalau kita memperhatikan materi yang
akan ditulis pada laporan hasil penelitian itu, harus diingat rancangan/proposal penelitian
yang sudah disusun sejak awal. Rancangan penelitian yang sudah lengkap dan terstruktur
secara sistematis, akan memberikan bahan dasar laporan yang sangat berharga dan
mengurangi beban waktu penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada laporan sudah
ada di dalam rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu dipertajam,
disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan peneliti. Oleh
karena itu, sambil melaksanakan eksperimen guru/peneliti dapat mengawali menyusun
laporan pada bab pendahuluan, kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran peneliti dan belum ada di
proposal adalah Bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini baru
dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan data dan kegiatan eksperimennya sudah selesai.
Semua data dari proses sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini.
Cara menyajikan dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan
untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil
analisis data didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket
pada akhir pelajaran/eksperimen.
Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami sistematika penulisan
yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada
prinsipnya sistematika pembahasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal,
bagian inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini memenuhi
syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari kepala sekolah dan
guru pengusul/peneliti.

H. Penutup
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru di
samping penelitian tindakan kelas. Kalau dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar
kemungkinan akan mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik
maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru,
mendapat metode baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas
perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel pengganggu
pelaksanaan eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting
dalam mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya secara

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
nyata dalam menghayati berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari di kelas. Dengan
penguasaan penelitian eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam upaya
mengantarkan para siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat
mencoba untuk melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
sedang ditekuni dan dikembangkan.

I. Penelitian Eksperimen Secara harfiah

Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif,


sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
(cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih
kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya
dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan (Danim, 2OO2).

II. Karakteristik Penelitian Eksperimen

Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental,


yaitu, (1)Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara
tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol,
memanipulasi langsung, maupun random (rambang). (2) Adanya kelompok
kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok
eksperimental. (3) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi,
untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di
samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek,
serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak. (4)
Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang
dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan. (5)
Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
penggeneralisasian pada kondisi yang sama. (6) Semua variabel penting
diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. (Sumber: www .ncrel.org , Action Research,
North Central Regional Education Lab. Diakses Desember 2006.)

III. Penelitian Tindakan Secara harfiah Keilmuan

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
Penelitian tindakan adalah suatu penyelidikan atau penelitian dalam konteks usaha yang
berfokus pada peningkatan kualitas organisasi serta kinerjanya. Biasanya didisain serta
dilakukan oleh praktisi yang menganalisa data untuk mengingkakan mutu praktek
mereka. Penelitian tindakan dapat dilakukan dalam suatu tim atau oleh perorangan.
Pendekatan penelitian dengan tim disebut sebagai Penelitian Kolaborativ. Penelitian
tindakan memiliki potensi untuk menciptakan peningkatan yang relatif stabil disekolah.
Hal ini memberikan kemungkinan baru kepada pendidik untuk melakukan refleksi
terhadap cara mengajar mereka, mencari dan menguji ide, metoda, material baru, serta
melihat seberapa efektifnya suatu pendekatan baru, berbagi upan balik dengan anggota
tim lainnya, membuat keputusan mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam satu
tim mengenai evaluasi terhadap kurikulum, instruksi serta sistem evaluasi

PERBEDAAN PENELITIAN EKSPERIMEN DENGAN PTK:


1. PENELITIAN EKSPERIMEN PADA UMUMNYA DILAKUKAN SATU KALI,
SEDANGKAN PTK BEBERAPA KALI SIKLUS
2. PENELITIAN EKSPERIMEN MENEKANKAN HASIL, SEDANGKAN PTK
MENEKANKAN PADA PROSES
PERBEDAAN PENELITIAN LAIN DENGAN PTK:
1. PENELITIAN LAIN INGIN TAHU APA YANG SUDAH TERJADI SEDANGKAN
PTK INGIN TAHU APA YANG SEDANG TERJADI
2. AKHIR KEGIATAN PENELITIAN LAIN UNTUK MEMBERI SARAN
SEDANGKAN AKHIR PTK UNTUK PERBAIKAN RENCANA KEGIATAN

Kumpulan Materi Penelitian


Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org

Anda mungkin juga menyukai