Defenisi
Pielonefritis adalah radang pada pielum dan nefron yang disebabkan oleh
infeksi pada ginjal, umumnya berasal dari infiltrasi bakteri dan pelvis tenis renis
ginjal.
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah
jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara
prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Inflamasi
pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke
pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong. 200)
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula
dan jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit
(paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih
mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah,
2001).
B. Etiologi
besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari
daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat,
naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan
kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya
batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.
adalah:
Kehamilan
kencing manis
D. Gejala
gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal.
Kadang otot perut berkontraksi kuat. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita
Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu
ginjal.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama
sekali. Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan
utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik
air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat
E. Manifestasi klinis
bakteri dan sel darah putih dalam urinselain itu gejala saluran urinarius bawah
sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko
medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat badan. Infeksi yang
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
2. Bakteriologis
- Biakan bakteri
- Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji
carik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
5. Metode tes
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
simplek).
hiperplasie prostate.
yang resisten.
H. Penatalaksanaan
selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila
yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada
sistitis.
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah
faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil.
bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
I. Pengobatan
- Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
tersebut.
J. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
c. Pengkajian fisik :
d. Riwayat psikososial
K. Diagnosa Keperawatan
pengobatan
L. Perencanaan
Dp. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan
Batasan karateristik :
makanan.
Objektif : adanya bukti kekurangan makanan, bising usus hiperaktif,
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
pemasukan makanan.
uremik/menurunnya paristaltik
selang hiperalimentasi
Subjektif : keletihan
perubahan pola tidur, penurunan interaksi dengan orang lain, perubahan berat badan.
Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak
tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak
ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1 Pantau intensitas, lokasi, dan factor Rasa sakit yang hebat menandakan
nyeri
2 Berikan waktu istirahat yang cukup Klien dapat istirahat dengan tenang
dan tingkat aktivitas yang dapat di dan dapat merilekskan otot – otot
toleran.
urinalisis ulang
istirahat
uretra
Kolaborasi :
bertambah sakit
ml/hari berkemih
berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1 Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ; Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan
terinfeksi
tujuan pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien
Batasan Karakteristik : klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah,
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
1 Beri kesempatan klien untuk Agar klien mempunyai semangat
kecemasan klien
Batasan karakteristik :
Subjektif : ketidak puasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur,
Objektif : total waktu tidur kurang dari lama tidur normal, bangun 3 kali atau lebih di
malam hari
Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
tepat.
Kolaborasi :
aktifitas.
Batasan Karakteristik :
aktivitas
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
penyembuhan.
Batasan Karakteristik :
Subjektif :
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
mengetahui input/output
kebutuhan
5 Kolaborasi :
keseimbangan
mungkin dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
www.google.com
6. EGC. Jakarta