Anda di halaman 1dari 8

Robert K.

Merton, Strukturalis yang


bersahaja…
January 19, 2010
By amelliafitta
Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di pemukiman
kumuh di Philadelphia Selatan. Awal mengubah namanya adalah pada usia 14 tahun, dari Meyer R.
Schkolnick ke Robert Merlin kemudian menjadi Robert K. Merton. Ayahnya bekerja sebagai tukang
kayu dan sopir truk. Keluarganya adalah imigran yahudi. Merton dibesarkan dalam semangat belajar
yang sangat tinggi. Sebagai seorang anak, Merton selalu ditemukan sedang membaca buku di Carnegie
Library.
Karena kepandaian Merton, ia mendapatkan beasiswa di Universitas Temple.
Dari universitas tersewbut, ia mendapatkan gelar B.A, dan menjadi tertarik
dengan sosiologi. Dengan bantuan beasiswa p[ulalah, ia mendapatkan gelar
MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Merton adalah murid yang lulus
paling awal dan sangat berpengaruh bagi lingkungan disekitarnya.
Beberapa penulis buku teori sosiologi modern mengatakan bahwa Merton
adalah murid parsons. Artinya, kalau pendekatan Merton ini bersifat
fungsionalisme, hal ini tidak lepas dari pengaruh besar gurunya itu. Tetapi
sementara itu ada pula yang menulis bahwa hubungan merton dan parsons
adalah sebatas kolega. Parsons adalah seniornya Merton. Mungkin
pandangan ini bisa dimengerti ketika kita mengambil bahwa orientasi
fungsionalisme sosiologi Merton tidak sama dengan fungsionalisme Parsons.
Selain itu, merton juga tidak secara langsung banyak mengkritik
pendekatan-pendekatan fungsionalisme parsons, tetapi crak Merton lebih
berani.
Selama kuliah di Harvard, Merton banyak dipengaruhi oleh PitirimSorokin
yangb tidak terlalu suka pada pekerjaannya Parsons. Sorokin berasumsi
bahwa Parsons berteori pada skala luas (makro). Kolega merton yang
sangat berjasa lainnya adalah Paul K. Lazarfeld. Lazarfeldlah yang membuat
mertom sangat aktif dalam penelitian-penelitian empiris sejak tahun 1941.
Kerja sama yang dekat antara keduanya ketika Merton bekerja di Bureau of
Applied Social Resarch di Universitas Columbia sampai Lazarfeld meninggal
pada tahun 1976. Bahkan merton pernah menjabat sebagai associate
director di lembaga tersebut pada tahun 1942-1971. Jasa yang diwariskan
Merton pada lembaga ini cukup jelas, yaitu membuat link
(hubungan/pertemuan) antara teori dan penelitian, mengukuhkan kajian
dan membuat valid beberapa penemuan.
Mungkin bisa kita simpulkan bagaimana bentuk persahabatan antara Paul K.
Lazarfeld denga Meron itu hamper sama denagn persahabatan antara Karl
Marx dengan Friedrich Engels. Sebuah perpaduan yang pas dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya sosiologi. Kalau merton
lebih menguasai dari sisi teori sedangkan lazarfeld lebih kepada empirisme.
Merton telah membuat sebuah buku yang berjudul Social Theory and Social
Structure. Dalam buku tersebut, kita dapat melihat bahwa tidak seperti
parsons yang banyak berhanti pada tipologi dan teori yang bersifat abstrak,
ia merumuskan hipotesis empiris dan mengetesnya dalam dunia nyata
dengan mengumpulkan data dan menganalisis hasilnya.
Merton pernah menjadi pimpinan Jurusan Sosiologi di Tulane, sebelum ulang
tahunnya yang ke-31 dan dating ke Columbia tahun 1941. Pada tahun 1957,
merton terpilih sebagai presiden American Socology Society. Hal yang
cukup membanggakan ketika Merton menjadi Sosiolog Amerika pertama
yang mendapatkan penghargaan berupa National Medal of Science dari
presiden Amerika pada tahun 1994. Lebih dari 20 universitas besar juga
memberikan kepadanya gelar kehormatan, termasuk Harvard, Yale,
Columbia dan Chicago, Universitas Leiden, Wales, Oslo dan Kraków,
Universitas Ibrani Yerusalem dan Oxford.In 1994, Merton was awarded the
US National Medal of Science and was the first sociologist to receive the
prize. [ 2 ] Pada tahun 1994, Merton dianugerahi US National Medal of
Science dan sosiolog pertama untuk menerima hadiah.
Merton was married twice, including to fellow sociologist Harriet Zuckerman
.Merton sudah menikah dua kali, termasuk dengan sesama sosiolog Harriet
Zuckerman. He had one son and two daughters from the first marriage,
including Robert C. Merton , winner of the 1997 Nobel Prize in economics .
Dia punya satu putra dan dua putri dari perkawinan pertama, yaitu Robert
C. Merton, pemenang tahun 1997 Hadiah Nobel di bidang ekonomi dan
putrinya His daughter, Vanessa Merton, is a Professor of Law at Pace
University School of Law .Vanessa Merton, yang kini telah menjadi Guru
Besar Hukum di Pace University School of Law.
Robert K. Merton wafat pada tanggal 23 Februari 2003 dengan usia 93
tahun.
II. KONSEPTUALISASI
Secara keseluruhan, karya Merton mancerminkan suatu kepekaan yang
lebih besar terhadap hubungan dinamis antara penelitian empiris dan
proses berteori daripada karya parsons. Tetapi dari segi teoritis, karya
merton sudah membuatnya menjadi terpandang sebagai seorang
penganalisa fungsional terkemuka dalam sosiologi masa kini yang
pendekatannya merupakan suatu altrernatif yang jelas terhadap gaya
berteori parsons.
Dengan menghubungkan pada teori tentang bunuh diri Emile Durkheim,
gambar bunuh diri pada abad ke-19 di Eropa direvisi oleh merton dengan
membuat proposisi-proposisi sebagai berikut [1]) :
a. kohesi social menyediakan dukungan psikis pada anggota kelompok yang
menderita kecemasan dan ketegangan yang parah.
b. angka bunuh diri adalah fungsi-fungi kecemasan dan ketegangan yang
tidak terbebaskan yang orang derita atau alami.
c. penganut katolik memiliki kohesi social yang lebih besar dibanding
dengan penganut protestan. Oleh karena itu, angka bunuh diri lebih sedikit
dapat diantisipasi disbanding diantara penganut protestan.
Sementara itu pengaruh dari max weber sangat terlihat jelas dalam Robert
K. Merton pada dua hal. Pertama, disertasi doktoralnya membahas tentang
hubungan antara protestanisme dan perkembangan ilmu, khususnya pada
abad ke-17 di Inggris. Disini pandangan Merton hampir sama dengan
Weber, ketika membahas The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism.
Kedua, ketika membahas mengenai birokrasi. Merton menyatakan bahwa
birokrasi memiliki watak-watak sebagai berikut [2]):
- birokrasi meruopakan struktur sosial yang teroganisir secara rasional dan
formal
- ia meliputi suatu pola keguatan yang memiliki bataan yang jelas
- kegiatan tersebut berhubungan dengan tujuan-tujuan organisasi
- jabatan dalam organisasi diintegtrasikan kedalasm keseluruhan struktur
birokratis
- Status dalam birokrasi tersusun dalam susunan yang bersifat hierarkis
- Hak dan kewajiban birokrai dibatai oleh aturan yang terperinci
- Otoritas pada jabatan, bukan pada orang
- Hubungan antar orang dibatai secara formal
Merton tidak berhenti dalam membahas deskripsi birokrasi, tetapi ia
membahas hubungan antara birikrasi dan kepribadian individu. Para
birokrat dididik untuk selalu bekerja berdasarkan aturan yang dibuat.
Akibatnya ia paif atau hanya sekadar menjalankan fungsi-fungsi dari aturan
terebut. Pemahaman mereka tidak samapai pada pemahaman mengapa
aturan-aturan tersebut dibuat. Dimana seharusnya aturan hanya berfungsi
untuk efisiensi, tetapi malahan menjadi orientasi loyalitas yang berlebihan.
III. PEMIKIRAN
1. Teori Jarak Menengah (Middle Range Theory)
Dengan fasih dan meyakinkan Merton mengemukakan bahwa para ahli
sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan
mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar.
Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh merton sebagai :
Teori yang terletak diantara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu,
yang berkembang semakin besar selama penelitian dari hari ke hari,
dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori
terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati
dalam perilaku social.
Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi
untuk membimbing penelitian empiris. Dia merupakan jembatan
penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh
dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan
perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang diamati, dan
gambaran terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu yang
tidak di generaliasi sama sekali. [3])
Teori sosiologi merupakan kerangka proposisi yang saling terhubung secara
logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh. The middle range theory
adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja
mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan
upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh.
Sedangkan cara kerja hipotesisnya agak lebih dari prosedur common sense.
Beberapa ciri The middle range theory [4]) :
1. secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris
2. ia merupakan lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari
penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk
mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan.
3. middle range theory meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data
yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang
memungkinkan tes empiris.
4. middle range theori muncul dari ide yang sangat sederhana. seperti yang
pernah dipraktekkan oleh ilmuwan eksakta, Gilbert. Teori Gilbert muncul
dari asumsi yang sangat sederhana, bumi dibayangkan sebagai manager.
Menyangkut ini semua, Merton berangkat dari sebuah contoh konkrit, yaitu
cara-cara integrasi social. Dengan menyilangkan data-data empiris yang
berasal dari angket atau penelitian dan konseptualisasi logis kita bisa
membentuk lima jenis adaptasi individu tehadap masyarakat, yaitu :
- Kompromisme (individu tunduk pada keinginan kelompok)
- Inovasi (individu menerima nila-nilai kelompok namun tidak
menjadikan norma dan prosedur kebiasaan sebagai miliknya sendiri)
- Ritualisme (individu tetap “membeku” dalam cara berprilaku
yang baik)
- Pelarian (individu hidup secara marginal dalam masyarakat)
- Memberontak (individu membantah dan menolah norma-norma
social yang ada)
2. POSTULAT FUNGSIONAL
- Postulat kesatuan fungsional masyarakat
Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik sosial
budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan
maupun individu dalam masyarakat. Pandangan ni mengandung arti bahwa
berbagai bagian sistem sosial pasti menunjukkan tingginya level integrasi.
Namun, meskipun hal ini berlaku untuk masyarakat primitif dan kecil,
generalisasi dapat diperluas pada masyarakat yang lebih besar dan lebih
kompleks.
Misalnya suatu lembaga dalam masyarakat harus mampu memberikan
peran untuk anggota masyarakat disekitarnya baik secara individu maupun
kelompok.
- Postulat fungsionalisme universal
Menyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial kultural memiliki
fungsi positif. Namun pada kenyataannya, itu semua tidak bisa kita temukan
dalam kehidupan yang sebenarnya.
Sebagai contoh misalnya sebuah kebudayaan yang mewajibkan warganya
untuk memotong salah satu jari tangannya jika dia sudah menikah. Distau
sisis, hal ini dimaksudkan agar si pria tidak akan bisa melakukan
perselingkuhan dengan wanita lain. Tapi disisi lain hal ini merupakan bagian
dari penyiksaan diri.
- Postulat indispensabilitas
Bahwa seluruh aspek standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi
positif namun juga merepresentasikan bagian-bagian tak terpisahkan dari
keseluruhan.
Postulat ini bisa kita lihat dalam sebuah institusi ataupun sebuah lembaga.
Misalnya lembaga keagamaan. Pada lembaga keagamaan, semau struktur
yang terkait denganlembaga itu sendiri harus patuh terhadap semua
aturan-aturan yang telah ditetapkan. Biasanya, aturan-aturan ini
merupakan suatu tindakannya yang positif yang bisa membangun para
pengikutnya.
3. ANOMIE DAN PENYIMPANGAN
Konsep anomie yang dijelaskan oleh Merton adalah “The property of the
social and cultural structure, not a property of individual confronting that
structure”.[5] Anomie adalah bagian dari kebudayaan dan struktur social,
bukan bagian dari individu yang ada di dalam struktur itu.
Merton membedakan konsep anomi dengan menyebutkan lingkingan
penting individu terdiri dari struktur kebudayaan dan srtuktur sosial.
- Struktur kebudayaan : kerangka nila-nila normatif yang terorganisasi
mengatur perilaku umun anggota masyarakat atau kelompok tertentu (pola
normatif).
- Struktur sosial : kerangka terorganisasi dari hubungan sisoal yang
melibatkan anggota-anggota kelompok masyarakat.
Dari konsep-konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anomi adalah
kemacetan dalam struktur kebudayaan, yang terjadi terutama pada saat
ada ketidaksesuaian yang akut antara norma kebudayaan dan norma
tujuan-tujuan serta kapasitas terstruktur secara sosial dari
anggota/kelompok untuk bertindak sesuai denbgan mereka. Dalam konsep
ini, nilai kebudayaan akan membantu menghasilkan perilaku yang
menyimpang dengan amanat nila-nili sendiri.
Istilah anomi, yang berasal dari Emile Durkheim, yang berarti suatu
diskontinuitas antara tujuan budaya dan cara yang sah yang tersedia untuk
menjangkau mereka. Diterapkan ke Amerika Serikat ia melihat impian
Amerika sebagai penekanan pada tujuan kesuksesan moneter tetapi tanpa
yang sesuai penekanan pada jalan yang sah untuk berbaris menuju tujuan
ini. This leads to a considerable amount of (the Parsonian term of) deviance
. Hal ini menyebabkan cukup banyak (dalam jangka waktu Parsonian)
penyimpangan. This theory is commonly used in the study of criminology
(specifically the strain theory ). Teori ini biasanya digunakan dalam studi
kriminologi (khususnya teori strain).
Conformity is the attaining of societal goals by socially accepted means,
while innovation is the attaining of those goals in unaccepted ways.
Kesesuaian adalah mencapai tujuan-tujuan kemasyarakatan oleh diterima
secara sosial berarti, sedangkan inovasi adalah mencapai tujuan mereka
dalam cara-cara tidak diterima. Ritualism is the acceptance of the means
but the forfeit of the goals. Ritualisme adalah penerimaan yang berarti
tetapi kehilangan tujuan. Retreatism is the rejection of both the means and
the goals and rebellion is a combination of rejection of societal goals and
means and a substitution of other goals and means. Retreatism adalah
penolakan baik dari sarana dan tujuan dan pemberontakan adalah
kombinasi dari penolakan terhadap tujuan dan sarana sosial dan substitusi
tujuan dan sarana lainnya. Innovation and ritualism are the pure cases of
anomie as Merton defined it because in both cases there is a discontinuity
between goals and means. Inovasi dan ritualisme adalah kasus murni anomi
sebagai didefinisikan Merton karena dalam kedua kasus ada diskontinuitas
antara tujuan dan sarana.
Dalam kasus anomie dan penyimpangan, kita bisa mengambil contoh
sebuah keluarga. Jika seorang anak melakukan penyimpangan atau seuatu
keslahan, hal ini tidak murni dikarenakan oleh si anak itu sendiri, melainkan
ada faktor eksternal yang mempengaruhinya, misalnya orang tua, teman-
teman, bahkan bisa dari sistem sistem yang diterapkan dalam keluarga itu.
Maka utuk mempertahankan struktur yang ada di keluarga itu sendiri, orang
tua harus memberikan hukuman kepada si anak itu karena telah melakukan
penyimpangan.
Pada kaum-kaum strukturalis seperti Merton ini, jika penyimpangan itu
terjadi, maka individu yang telah melakukan penyimpangan itu harus
diberikan hukuman, karena telah melakukan penyimpangan yang mungkin
akan membuat kerusakan struktur.
4. DISFUNGSI
Konsep disfungsi ini sangat berkaitan erat dengan masalah social dan
perubahan social. Akibat dari adanya konsep disungsi dapat mengurangi
kemampuan beradaptasi dari sistem itu sendiri dan akhirnya membuat
ketegangan dan kekacauan dalam sistem itu. Kemudian secara disadari
atau tidak, maka sistem itu akan mengalami sebuah perubahan stuktural
(perubahan sosial). Berdirinya struktur-strukr yang baru ini akan
menghasilkan akibat-akibat baru dan kemudian begitu seterusnya.
Arti dari disfungsi yang sebenarnya adalah kelonggaran atas sebuah
perubahan dalam suatu sistem yang bersifat fungsional ataupun non-
fungsional.
Contoh dari konsep disfungsi ini adalah undang-undang upah minimum.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk menguntungkan mereka yang
tingkat pendapatannya dibawah tingkat rata-rata. Akan tetapi, dapat
dikemukakan bahwa satu hasil sampingan yang tidak dimaksudkan dari
perundang-undangan seperti itu adalah bahwa pemilik perusahaan yang
menggunakan tenaga buruh yang kurang terampil akan meningkatkan
proses kerjanya, dan demikian tingkat pengangguran akan naik. Hal ini akan
menjadi sebuah masalah sosial yang akan mengakibatkan sebuah
perubahan sosial.
5. REFERENSE GROUP AND COMMON SENSE
Reference group (kelompok referens) adalah kelompok yang merupakan
dasar bagi seseorang untuk melakukan penilaian diri, pengembangan diri,
dan bimbingan normative. Dalam kelompok ini seseorang tidak harus
menjadi anggota dalam kelompok itu.
Teori tentang ini dimulai dengan ide yang sangat sederhana dari James,
Baldwin, Mead, dan kembangkan oleh Hyman dan Stouffer bahwa individu
mengambil standar dari signifikasi yang lain sebagai dasar evaluasi dan
penilaian diri. Sedangkan common sense sesuatu yang didasarkan pada
kerangka asumsi bukti diri yang tidak terjelaskan. Common sense
menyatakan bahwa semakin besar ia kehilangan yang dialami keluarga
dalam bencana massal, semakin parah ia tercabut (Deprive).
Telah jelas bahwa perilaku individu yang berkonfrontasi dengan bencana
massal adalah hanya satu dari susunan besar yang tidak terbatas waktu
dari situasi khusus dimana teori kelompok referens dapat diterapkan dalam
hubungannya dengan teori perubahan dalam staratifikasi social, teori
otoritas atau teori anomie.
Daftar Pustaka
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Remaja Rosda : Bandung.
Giddens, Anthony. 2004. SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya. Kreasi Wacana : Bandung.
Johnson, Doyle Paul. 1986. TEORI SOSIOLOGI Klasik dan Modern.
Gramedia : Jakarta.
Susilo, Rachmad K. Dwi. 20 tokoh sosiologi modern. Ar-Ruzzmedia:
Poloma, Margaret M. Sosiologi kontemporer. Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2008. Troei Sosiologi dari
sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial post
modern. Kreasi Wacana : Yogyakarta.
Zeitlin, Irving M. Memahami kembali sosiologi. Gajahmada university
press : Yogyakarta.
www.wikipedia.com

[1]) 20 Tokoh Sosiologi Modern : Rachmad K. Dwi Susilo : Hal 202:


[2] 20 Tokoh Sosiologi Modern : Rachmad K. Dwi Susilo : Hal 202:
[3]) Teori Klasik dan Modern, Doyle Paul Johnson,1986, hal 146

[4] ) 20 Tokoh Sosiologi Modern : Rachmad K. Dwi Susilo : Hal 202:

[5] 20 Tokoh Sosiologi Modern : Rachmad K. Dwi Susilo : Hal 202

http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/01/19/robert-k-merton-strukturalis-yang-bersahaja/

Anda mungkin juga menyukai