BAB 1
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Sumberdaya alam pesisir dan laut, dewasa ini sudah semakin disadari banyak
orang bahwa sumberdaya ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan
dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Di
sisi lain, konsekuensi logis dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai sumberdaya
milik bersama (common property) dan terbuka untuk umum (open acces) maka
pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut dewasa ini semakin meningkat di
hampir semua wilayah. Pemanfaatan yang demikian cenderung melebih daya
dukung sumberdaya (over eksploitatiton).
Potensi Sumberdaya Alam di Indonesia cukup besar, baik wilayah laut maupun
pesisir yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hasil kajian yang dilakukan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, menunjukkan bahwa
sumber daya kelautan yang harus dikembangkan dan dijaga ekosistemnya adalah
hutan bakau (mangrove).
Pemanfaatan dan budi daya mangrove mempunyai nilai ganda, selain sebagai
pelindung pantai juga sebagai tempat akumulasi sedimen dan tempat
berkembangnya beberapa biota pantai. Beberapa negara telah melakukan
pengembangbiakan mangrove untuk penelitian, wisata pantai, bahan bangunan/
kerajinan dan obat – obatan. Namun pemanfaatannya kurang memperhatikan
kondisi lingkungan hidup dan ketahanan pantai dari gelombang dan abrasi air
laut, sehingga ekosistem mangrove terus mengalami degradasi, gangguan dan
1
Hutan Mangrove
2
Hutan Mangrove
BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di
mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi
dan evolusi.
Hutan bakau tersebar di sepanjang pantai Indonesia, terutama pada pantai yang
datar seperti pantai timur Sumatra, pantai utara Pulau Jawa, pantai selatan
Kalimantan, dan pantai-pantai lainnya yang ditumbuhi bakau secara alami.
Hutan bakau dapat hidup dengan subur kalau wilayah pesisir tersebut memenuhi
syarat-syarat seperti berikut:
o Terlindungi dari gempuran ombak dan arus pasang surut yang kuat.
o Daerahnya landai atau datar.
o Memiliki muara sungai yang besar dan delta.
o Aliran sungai banyak mengandung lumpur.
o Temperatur antara 20°-40° C.
o Kadar garam air laut antara 10-30 per mil.
Hutan bakau di Indonesia merupakan yang terluas di dunia, akan tetapi sekarang
banyak hutan bakau yang telah musnah dan rusak akibat penebangan–
penebangan, baik diambil kayunya untuk dijadikan arang maupun diubah
menjadi tambak-tambak ikan. Perkiraan luas hutan bakau di dunia sekitar 18
3
Hutan Mangrove
juta hektar. 8,6 juta hektar diantaranya atau 47,8% berada di Indonesia. Sayang
sekali dari 8,6 juta hektar yang ada di Indonesia, hanya tinggal sekitar 32% yang
baik, sedangkan selebihnya 68% atau 5,9 juta hektar telah musnah dan rusak.
Berdasarkan identifikasi dan penelitian Dirjen Rehabilitasi Lahan, kerusakan
hutan bakau yang terbesar terdapat di luar kawasan hutan yang mencapai 4,2
juta hektar (87,5%) sedangkan di dalam kawasan hutan mencapai 1,7 juta hektar
(44,73%).
Fungsi Biologi
Mangrove sebagai tempat hidup, mencari makan dan berkembang biak bagi flora
dan fauna pantai seperti:
Mamalia
Burung
Amphibia
Ikan
Pohon Bakau
Semak
Liana
Epifit
Jamur
Mangrove sebagai sumber mata pencaharian bagi nelayan dan masyarakat pesisir
4
Hutan Mangrove
lainnya serta pemerintah dengan mengeksploitasi sumber daya alam hayati laut
dan pesisir, seperti:
Ikan
Kayu Bakar
Bahan Baku Chip dan Kertas
Bahan Bangunan
Bahan Pangan dan Obat
Lahan Budidaya Perikanan
Wisata Alam
5. Sebagai perangkap dan buffer terhadap polutan dan limbah, baik yang
bersumber dari kegiatan pabrik/ industri maupun dari kegiatan rumah
tangga. Dengan demikian menunjang terhadap keberhasilan usaha
budidaya udang di tambak
6. Sebagai sumber produksi hasil hutan berupa kayu bakar, kayu bangunan,
bahan bakar arang, obat – obatan, bahan baku kertas, pupuk, bahan
penyamak dan sebagainya
Mangrove merupakan sumber daya alam hayati yang sangat potensial untuk
dikembangkan dengan tetap menjaga kelestariannya. Adapun nilai – nilai yang
dapat diperoleh dari pengelolaan mangrove secara optimal dengan tetap
menjaga potensi lestarinya (berwawasan lingkungan) yaitu:
5
Hutan Mangrove
1. Obyek wisata pantai yang saat ini banyak diminati oleh para wisatawan
lokal dan mancanegara
Kerusakan hutan mangrove disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan Alamiah:
· Gunung Api
· Gempa Bumi
· Tsunami
· Perubahan iklim secara global
2. Gangguan Manusia:
· Eksploitasi secara berlebihan
· Penebangan/ perambahan hutan bakau
· Pencemaran dan Sedimentasi dari kegiatan industri dan sebagainya
· Pariwisata/ ekoturisme
3. Kegiatan Perikanan:
Rusaknya hutan mangrove disebabkan karena:
· Kurangnya pengetahuan masyarakat akan fungsi serta adanya anggapan
kurangnya manfaat ekonomi yang dirasakan secara langsung oleh mereka
selain sebagai kayu bakar dan arang;
· Masyarakat menganggap bahwa mangrove merupakan tempat
hinggapnya burung yang menjadi hama bagi benih udang dan ikan yang
dibudidayakan.
Besarnya fungsi, manfaat dan nilai yang terkandung dalam hutan mangrove
menuntut kita untuk bertindak bijaksana, tidak semata – mata mengejar
keuntungan yang sebesar-besarnya dan sesaat, tapi perlu disertai oleh tindakan
pelestariannya sehingga dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi
kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.
Dengan kondisi hutan mangrove seperti saat ini, menyebabkan produksi ikan dari
hasil budidaya air payau mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka langkah yang kita lakukan adalah turut
memelihara kelestarian hutan mangrove, antara lain dengan:
1. Tidak melakukan pengambilan pohon bakau untuk kayu bakar, arang atau
dengan alasan apa pun
6
Hutan Mangrove
7
Hutan Mangrove
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan kondisi hutan mangrove seperti saat ini, menyebabkan produksi ikan dari
hasil budidaya air payau mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka langkah yang kita lakukan adalah turut
memelihara kelestarian hutan mangrove, antara lain dengan:
1. Tidak melakukan pengambilan pohon bakau untuk kayu bakar, arang atau
dengan alasan apa pun
2. Tidak melakukan penebangan atau perambahan hutan bakau baik skala
kecil maupun skala besar untuk pembangunan tambak atau dengan alasan
apa pun
3. Tidak melakukan pengeboman dan penggunaan potas ataupun jenis bahan
kimia lain yang dapat mengancam kelestarian hutan mangrove
4. Tidak melakukan penangkapan ikan secara berlebihan
5. Tidak membuang sampah dan atau limbah di pantai maupun sungai yang
bermuara ke pantai karena hal ini dapat menimbulkan pencemaran dan
penimbunan sedimen di perairan pantai terutama ekosistem mangrove.