Oleh:
Indah Permata N.I. 54061001037
Mohd. Nasir bin Mohd. Jaafar 04061001144
Dessi Khairunnisa 04061001103
Pembimbing:
Dr. Mariatul Fadilah, MARS
Tugas Makalah
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Periode 14 Februari – 14 Maret 2011
berjudul
Oleh:
Dosen Pembimbing,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas
3. Menetapkan tujuan
4. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik
5. Menyusun rencana operasional.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pengolahan Data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus
diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa
sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut.
Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, secara manual,
elektrikal dan mekanik.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang
lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan
prioritas masalah yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan
melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan
untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.1,2
Adapun caranya adalah sebagai berikut:3
a) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan;
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan
kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
A. Metode Bryant2,4
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
- Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
- Seriousness :Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu
masalah dalam masyarakat dan dilihat dari
besarnya angka kesakitan dan angka kematian
akibat masalah kesehatan tersebut
- Manageability :Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan
dengan sumber daya
- Community concern :Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah
dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
Penyakit M S V C Total
HIV/AIDS 2 10 2 8 320
TBC 6 5 4 6 720
Malaria 7 4 6 4 672
Ca Paru 3 7 4 4 336
ISPA 10 2 8 3 480
Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara vertikal untuk kelima
masalah tersebut. Skore masing-masing berkisar 1 sampai 10. Kemudian dihitung
skor rata-rata dari sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis dalam
kolom yang relevan (misalnya mulai dari kolom M). Kemudian berikutnya
dilakukan untuk kolom S dari atas ke bawah (vertikal), demikian selanjutnya
untuk kolom V dan C. Setelah itu, skor dikalikan dengan arah horizontal.
Hasilnya ditulis pada kolom paling kanan. Dalam contoh di atas, maka urutan
prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria, (3) ISPA, (4) Ca Paru, dan (5) HIV/AIDS.
Ada beberapa kelemahan cara ini, yaitu: a) Menentukan siapa yang disebut
sebagai ahli atau pakar; b) Orang akan bias terhadap masalah yang dikuasainya,
artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi skor tinggi untuk masalah tersebut;
c) Tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan skor
atas pertimbangan subyektif.
D. Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :
Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
PEARL
A 1 1 1 1 1 1
B 1 1 1 1 1 1
C 1 0 1 1 0 0
E. Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
F. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor.
Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M= Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat
dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I= Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
V= Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat
diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh
dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C= Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
3) Komitmen Global
Prioritas masalah Puskesmas juga perlu memasukan beberapa masalah kesehatan
yang sudah menjadi komitmen global. Berikut ini adalah beberapa masalah
kesehatan yang termasuk dalam komitmen global yaitu Malaria, TB, HIV/AIDS,
Polio, Lepra (WHO), kesehatan anak (Deklarasi Hak Anak, New York 1999,
WHO), dan kesehatan reproduksi (Safe motherhood, Konferensi Kependudukan
Sedunia, Kairo, 1994, WHO).
4) Komitmen Nasional
Disamping masalah kesehatan yang termasuk dalam komitmen global diatas,
pada tingkat nasional juga ada beberapa masalah kesehatan yang ditetapkan
sebagai prioritas, yaitu Keluarga Berencana, Demam Berdarah Dengue, gizi ibu
hamil, balita, dan anak sekolah, pengguna narkoba, PD3I (penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi), dan pneumonia balita. Untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan dalam RO Puskesmas, disarankan untuk menggunakan 3
(tiga) pendekatan berikut, yaitu:
1) Menggunakan informasi tentang komitmen global dan nasional, kecuali
terbukti bahwa masalah yang telah menjadi komitmern global dan nasional
tersebut betul-betul tidak ada di wilayah kerja Puskesmas bersangkutan. Oleh
sebab itu, masalah yang perlu diberikan prioritas adalah PD3I (Penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi), Malaria, TB, HIV/AIDS, Lepra, Demam
Berdarah Dengue, dan Kurang gizi (khususnya ibu hamil, bayi, anak balita dan
anak sekolah).
2) Kalau ada masalah lain di luar masalah yang termasuk dalam komitmen global
dan nasional tersebut, Puskesmas bisa menggunakan teknik PAHO untuk
menelaah prioritasnya. Misalnya Puskesmas tertentu mungkin juga menghadapi
masalah-masalah yang bersifat spesifik lokal (local specific) seperti Filariasis,
Frambusia, Rabies, Keracunan pestisida, Kecelakaan, Penggunaan narkoba, dan
lain-lain.
3) Juga disarankan agar masalah yang menyangkut pembangunan mutu manusia
sejak dini hendaknya diberi prioritas tinggi. Ini berkaitan dengan upaya untuk
menjamin pertumbuhan otak yang optimal. Maka masalah yang menyangkut hal-
hal berikut perlu diprioritaskan, yaitu Kesehatan ibu hamil, Kesehatan ibu
melahirkan, Kesehatan bayi, Kesehatan ibu nifas, Kesehatan anak balita, dan
Kesehatan anak sekolah
BAB III
KESIMPULAN
Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan salah satu bagian
dari proses perencanaan. Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan, ada
beberapa cara pendekatan yang perlu diperhatikan, sehingga masalah yang
dikemukakan merupakan masalah yang benar-benar penting dan memang harus
segera diselesaikan. Selain itu diperlukan ukuran-ukuran dan data untuk
menemukan masalah kesehatan yang ada.
KASUS 1
Kecamatan Randu yang memiliki wilayah kerja 7.700 m2, dan memiliki 6
Puskesmas Pembantu, 14 Posyandu, 8 Bidan Praktek Swata yang ber penduduk
sekitar 95.000 KK.
Di setiap Puskesmas pada kecamatan Randu memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap. Sistim rujukan kesehatanpun dapat ditempuh hanya dalam waktu 2 jam
dari kecamatan ini. Kerjasama dengan lintas sektoral dalam tingkat kecamatan
pun sangat baik.
Meskipun Penduduk dalam wilayah kerja Puskemas melati mayoritas adalah
petani cengkeh dan kopi yang memiliki tingkat pendidikan setingkat SMP
namun tingkat religious nya tinggi dan mereka sangat memegang nilai nilai
tradisional. Desa Randu juga memiliki 16 SD, 7 SMP, 4 SMA dan 1 Madrasah
Ibtidaiah.
Dalam laporan akhir tahun kepada Dinkes, wilayah Kecmatan Randu ini kecuali
mempunyai tingkat kesakitan Diaarhae, Malaria dan angka kematin ibu karena
perdarahan yang sangat tinggi disini pun terjadi endemic Gondok, Filariasis
dan didalam laporan itupun pada tahun yang lalu terdapat balita yang
marasmik dan BB dibawah normal.
Sebagian besar diwilayah kecamatan Randu ini seringkali mengalami banjir bila
musim hujan yang dikarenakan aliran air dari kecamatan ke sungai yang terdapt
di tengah kecamatan itu tidak lancar. Namun ada satu desa di kecmatan ni yang
terletak dilereng bukit yang dipenuhi oleh hutan cengkeh dan kopi.
Pada hari senin yang lalu dr. Indri di undang Camat Randu untuk membicarakan
keadaan kesehatan diwilayan kerja Kecamatan Randu. Camat Randu
menginginkan setiap pimpinan Puskesmsas mempersiapkan satu laporan dan
rencana pencegahan kedepan untuk meningkatkan drajat kesehatan warga
Kecamatan Randu tersebut. Camat Randu pun menjanjikan untuk membantu
sepenuhnya rncana para dokter tersebut.
Anda sebagai salah satu pimpinan puskesmas di kecamatan diminta untuk
mempersiapkan rencana dan mendesain sebuah program health promotion yang
paling cocok untuk mengatasi permasalahan yg endemic pada wilayah kerj
puskesmas yang kalian pimpin sampai 100% siap untuk dilaksanakan
I Jumlah
Priori
Daftar T R IxTx
No. tas
Masalah R
P S RI DU SB PB PC
1 Diare 1 4 2 3 4 3 1 3 2 108
2 Malaria 2 3 4 1 5 2 4 2 2 84
Angka
Kematian
Ibu
3 4 2 5 2 3 1 3 1 4 80
karena
perdaraha
n
4 Gondok
5 Filariasis
6 Marasmus
7 BBLR
2. Metode MCUA
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan
bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100
dengan kriteria:
a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok
penduduk yang ada kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan
masyarakat dan instansi terkait.
b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas
dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang
diperlukan untuk mengatasi masalah baik dari segi instansi yang
bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari
masyarakat yang terkena masalah.
d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga,
sarana/peralatan, waktu serta cara atau metode dan teknologi
penyelesaian masalah seperti tersediannya kebijakan/peraturan,
petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) dan
sebagainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
b. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor
masing-masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot
yang telah disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan
besarnya bobot dan skor yang dipilih reratanya.
c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya
berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.
Jmla
Priorit
Kriteria Dan Bobot Maksimum h
as
Daftar Skor
No.
Masalah Besar Kegawat Biaya Kemudah
masala an an
h
Bob Rata-
8 8 6 7
ot rata
8x8 = 5x6=3
1 Diare 9x8=72 6x7=42 208 I
64 0
2 Malaria 7x8=56 8x8=64 5x6=3 6x7=42 192 II
0
Angka
Kematia
n ibu 5x6=3
3 6x8=48 6x8=48 6x7=42 168 III
akibat 0
perdarah
an
4 Gondok
5 Filariasis
Marasmu
6
s
7 BBLR
5. Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C= Capability
A= Accessibility
R= Readiness
L= Leverage
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Daftar Total
No C A R L Urutan
Masalah Nilai
1 Diare 9 8 8 8 4608 I
2 Malaria 8 8 8 8 4096 II
Angka
kematian
3 8 6 7 7 2352 III
ibu akibat
perdarahan
4 Gondok
5 Filariasis
6 Marasmus
7 BBLR
6. Metode Reinke
Metode Reinke merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai
skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M= Magnitude of the problem
I= Importancy
V= Vulnerability
C= Cost
P= Prioritas atau pemecahan masalah.
Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk
mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-
masing masalah kemudian dihitung dengan rumus:
P = (M x V x I) : C
Prioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan
jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah.
Daftar
No M I V C Total Urutan
Masalah
1 Diare 5 4,6 5 3 38,33 I
2 Malaria 5 4,2 3 5 12,60 III
Angka
Kematian
3 4,6 4 3,5 3,2 20,13 II
ibu akibat
perdarahan
4 Gondok
5 Filariasis
6 Marasmus
7 BBLR
7. Metode Bryant
Metode Bryant menggunakan skoring yang didasarkan pada kriteria:
P= Prevalence
S= Seriousness
C= Community concern
M= Managebility
Skor masing-masing kriteria berkisar 1-5.
Alternatif P S C M Total Prioritas
Masalah
Malaria 5 4,5 3,4 3 15,9 II
Diare 5 3,4 3,1 5 16,5 I
Angka kematian 5 3,4 3 2,5 13,9 III
ibu akibat
perdarahan
Gondok
Filariasis
Marasmus
BBLR
DAFTAR PUSTAKA
4. Leavel dan Clark. 1965. Prevention Medicine for The Doctor in His
Community. London: Mc Graw Hill