Anda di halaman 1dari 13

Bab I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Revolusi industri yang terjadi di Inggris, mengakibatkan
terjadinya perkembangan mesin – mesin berskala besar yang
terbuat dari besi dan baja. Di lain pihak, mesin - mesin ini
memerlukan pelumasan, sehingga digunakan minyak pelumas
yang terbuat dari lemak binatang. Minyak bumi mulai diproduksi
sebagai minyak pelumas mulai tahun 1850-an di Amerika,
Canada, Rusia, dan Rumania. Sejak saat itulah pelumas mulai
banyak dikembangkan. Pada awal tahun 1920-an produksi
minyak pelumas dari minyak bumi semakin dikembangkan.
Minyak pelumas sendiri dibuat dari bahan dasar yang disebut
dengan base oil. Base oil ini yang nantinya dicampur dengan
bahan aditif dan diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pelumas yang dikehendaki. Sedangkan penggunaan aditif dalam
minyak pelumas mulai digunakan sejak tahun 1930. Tujuan
penambahan aditif adalah untuk meningkatkan performa base oil.
Dewasa ini teknologi di dunia semakin berkembang
dengan pesat. Banyaknya industri - industri baru tersebut
membutuhkan energi dalam jumlah besar. Selama ini, kebutuhan
energi dicukupi dari minyak bumi yang tidak dapat diperbarui.
Padahal persediaan energi tersebut semakin menipis. Maka dari
itu, perlu dikembangkan teknologi untuk mencari pengganti
berupa sumber daya alam yang dapat diperbarui. Salah satu
sumber yang dikembangkan berasal dari tumbuh – tumbuhan
(minyak nabati). Minyak nabati menjadi alternatif karena sifatnya
yang lebih mudah diuraikan oleh alam. Sifat lainnya adalah tidak
beracun dan sumbernya yang melimpah karena dapat
diperbaharui. Hal ini juga mendukung upaya pelestarian
lingkungan, mendorong berkembangnya sektor pertanian, dan
mengurangi kerusakan di bumi. Salah satu sumber minyak nabati
yang dikembangkan sebagai bahan baku base oil berasal dari CPO

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-1


Bab I Pendahuluan

(Crude Palm Oil). Bahan nabati ini mendapat perhatian dari


pemerintah karena di Indonesia tersedia cukup untuk keperluan
ekspor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPPT sumber
bahan bakar nabati yang ada di Indonesia cukup banyak yaitu 30
jenis tanaman. Di antara 30 jenis tanaman tersebut yang paling
memungkinkan di pakai sebagai sumber bahan nabati ditinjau dari
aspek teknis dan aspek ekonomi yaitu kelapa sawit. Untuk
mencukupi kebutuhan akan minyak pelumas yang tidak sedikit
dan perlunya upaya pelestarian lingkungan inilah yang merupakan
dasar pendirian pabrik base oil dari Crude Palm Oil (CPO/Minyak
sawit mentah). Selain tuntutan kebutuhan pendirian pabrik juga
untuk mengembangkan industri kelapa sawit di Indonesia.
(Kompas,2001)
Base oil yang dibutuhkan saat ini semakin meningkat
seiring dengan kebutuhan minyak pelumas yang digunakan
untuk perawatan alat transportasi maupun mesin – mesin
industri. Base oil merupakan bahan dasar dari pembuatan minyak
pelumas. Pelumas sendiri didefinisikan sebagai zat yang berada
atau disisipkan diantara di permukaan mesin yang bergerak untuk
mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Komposisi antara
aditif dan base oil yang berbeda dan macam aditif yang digunakan
disesuaikan dengan jenis mesin, kerja mesin, teknologi mesin, dan
kerja mesin kendaraan. Pelumas tidak hanya dibedakan
berdasarkan bahan bakar yang digunakan, tapi juga berdasar pada
fungsi yang diharapkan dari pelumas tersebut. Hal ini
menyebabkan banyaknya pelumas yang beredar di pasaran.
(Pertamina articles)
Penentuan kapasitas pabrik minyak pelumas dari minyak
sawit ditentukan berdasarkan ketersediaan bahan baku, produksi,
serta nilai ekspor dan impor. Ketersediaan minyak sawit di
Indonesia sangat besar, mengingat Indonesia adalah negara tropis
dan tanaman sawit dapat tumbuh di daerah tropis maupun
subtropis yang memiliki curah hujan rendah dan temperatur
ambien yang cukup tinggi.

I-2 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

Tabel 1.1 Data statistik kebutuhan pelumas di Indonesia

Pemakaian per tahun (ton/th)


Kegunaan
pelumas
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Otomotif 112218 114547 118171 119838 124230 128582 151954

Industri 94107 180177 192252 180412 179422 201689 233672


Lain-lain 133 221 263 320 384 396 438
(Data dari Indocommercial dan Badan Pusat Statistik)

Tabel 1.2 Data statistik ekspor minyak pelumas di Indonesia


Ekspor per tahun (ton/th)
Ekspor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
319808 193784 618525 535551 461350 147270 541239
(Data dari Indocommercial dan Badan Pusat Statistik)

Tabel 1.3 Data statistik impor minyak pelumas di Indonesia


Impor per tahun (ton/th)
Impor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
3443 16394 36331 26378 103237 112657 68718
(Data dari Indocommercial dan Badan Pusat Statistik)

Selama ini, minyak pelumas dari minyak nabati masih


dalam tahap penelitian lebih lanjut. Konsumsi minyak pelumas
dalam negeri sulit diprediksi. Banyak hal yang membedakan
pemakaian minyak pelumas pada suatu jenis kendaraan atau
mesin, tergantung dari karakteristik minyak pelumas itu sendiri.
Menurut perhitungan Indocommercial dan Badan Pusat Statistik,
volume konsumsi minyak pelumas pada 2003 mencapai 310686
ton/th. Pada tahun berikutnya sempat turun menjadi 300570
ton/th, tetapi kemudian naik lagi pada 2007 hingga mencapai
386064 ton/th. Otomotif menyerap paling besar yakni 60%,

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-3


Bab I Pendahuluan

industri 32,48%, dan sisanya penerbangan, perkapalan, traktor,


dan bisnis-bisnis lainnya.
Dari data-data yang diperoleh masa konstruksi pabrik
base oil ini diperkirakan memakan waktu dua tahun, sehingga
direncanakan akan mulai berproduksi pada tahun 2011. Indonesia
yang merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua
setelah malaysia merupakan salah satu faktor dalam pemilihan
raw material dalam pendirian pabrik base oil ini. Maka dari itu
peluang kapasitas apabila dilihat dari market oriented sangatlah
besar, namun dipengaruhi juga oleh raw material oriented dimana
bahan baku yang akan digunakan adalah CPO yang produksinya
musiman. Sehingga diambil kapasitas produksi sebesar 30.000
ton/th.
Pabrik base oil dari CPO ini direncanakan didirikan di
Pekanbaru, Riau. Beberapa alasan pemilihan daerah ini
dikarenakan masih banyaknya lahan kosong sebagai tempat
pendirian pabrik dan daerah Riau merupakan salah satu sumber
penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Alasan lain adalah
menyangkut sarana dan prasarana transportasi dan pemasaran.
Dimana Batam merupakan daerah pelabuhan dan transit sehingga
rencana pemasaran, yang sebagian berorientasi eksport dapat
berjalan lancar dan sesuai sasaran. Dengan demikian untuk
pemasaran produk base oil sendiri tidak membutuhkan biaya
operasional maupun biaya transportasi yang tinggi.
Selama ini lemak dari kelapa sawit dari industri fraksinasi
digunakan sebagai bahan baku sabun dengan kualitas menengah.
Maka dari itu untuk lebih meningkatkan manfaat CPO dan nilai
jual, CPO dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pabrik base oil
atau bahan dasar minyak pelumas. Dalam pembuatan bahan baku
minyak pelumas dari Crude Palm Oil ini terdapat beberapa
proses yaitu meliputi proses degumming, proses hidrolisa, proses
esterifikasi, masing-masing proses tersebut dijelaskan pada bab
selanjutnya.
(Kompas,2001)

I-4 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

I.2 Dasar Teori


Base oil didefinisikan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan pelumas. Base oil yang dihasilkan merupakan gugus
ester yaitu trimetyolpropane ester (TMP ester) . Base oil yang
diproduksi masih banyak mengandung impuritis dan kandungan
zat lain. Pengolahan base oil menjadi pelumas memerlukan
tahapan proses yang lebih lanjut, diantaranya pemurnian,
penambahan zat aditif sehingga menjadi pelumas yang baik.
Pelumas sendiri adalah zat yang berada atau disisipkan diantara
dua permukaan yang bergerak untuk mengurangi gesekan antar
permukaan tersebut. Pelumas ttidak boleh meiliki viskositas yang
terlau tinggi dan juga terlalu rendah. Pelumas tidak hanya
dibedakan berdasarkan bahan bakar yang digunakan, tetapi juga
berdasarkan pada fungsi yang diharapkan dari pelumas
tersebut.
Klasifikasi minyak pelumas yang beredar di
pasaran antara lain berdasarkan bahan baku:

ƒ Synthetic hydrocarbon
∼ Alkylated Aromatic
∼ Olefin oligomer
∼ Cycloaliphatics

ƒ Organic esters
∼ Dibasic acid esters
∼ Polyol esters
∼ Polyester

ƒ Halogenated hydrocarbon
∼ Phosphate esters
∼ Polyglycol ethers
∼ Polyphenyl ethers
∼ Silicate esters
∼ Silicones

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-5


Bab I Pendahuluan

Klasifikasi berdasarkan fungsi:


ƒ Minyak pelumas untuk mesin uap.
ƒ Minyak pelumas untuk mesin turbin uap.
ƒ Minyak pelumas untuk roda gigi reduksi
ƒ Minyak pelumas untuk kompresor
ƒ Minyak pelumas untuk motor bakar.
ƒ Minyak pelumas untuk kabel pengangkat.
(Fred C. Jahnke)
Minyak pelumas yang berasal dari bahan baku minyak
nabati termasuk dalam organic esters. Dengan adanya
penambahan TMP (Trymethylolpropane) maka minyak nabati
tersebut akan menjadi senyawa polyol esters.
Dalam pelumasan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
Pelumas tidak boleh mempunyai nilai viskositas yang
rendah, karena hal ini akan menyebabkan terjadinya kontak
antar logam. Viskositas yang rendah dapat menyebabkan
berkurangnya pelumas.
Pelumas tidak boleh mempunyai nilai viskositas yang tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan bertambahnya tenaga untuk
operasi.
Pelumas tidak boleh mempunyai indeks viskositas yang
terlalu rendah karena hal ini berarti lapisan film pelumas
sangat tipis pada temperatur tinggi. Sebaliknya pada
temperatur rendah, lapisan film tidak boleh terlalu tebal.
Volatility pelumas tidak boleh terlalu tinggi. Apabila hal ini
terjadi, maka konsumsi pelumas akan tinggi dan kandungan
pelumas dapat berkurang
Pelumas tidak boleh berbusa saat digunakan, karena akan
mengurangi sifat pelumasan dan mengurangi jumlah pelumas
Terhadap oksidasi atau reaksi kimia, pelumas harus stabil.
Hal ini disebabkan oleh temperatur operasi yang tinggi.
Adanya kontaminasi asam atau zat kimia lainnya juga
berpengaruh, agar pelumas tetap awet.

I-6 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

Pelumas tidak boleh merusak komponen sistem emisi,


coating ataupun seal. Kerja konverter katalis dapat
terdegradasi oleh pelumas yang tidak stabil atau
menggunakan aditif yang tidak sesuai. Beberapa peralatan
menggunakan cat atau coating dan kebanyakan mempunyai
fungsi sebagai seal. Bahan – bahan ini dapat terdegradasi
oleh pelumas.
Pelumas tidak boleh menghasilkan deposit dari residu,
karena ini akan mengganggu gerak. Jika pelumas mengalami
dekomposisi karena adanya logam, maka akan menghasilkan
produk – produk oksidasi yang berpolimerisasi membentuk
lapisan kuning atau coklat yang disebut varnish atau lacquer.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya karbonisasi sehingga
menjadi karbon padat.
Beracun dan berbau tidak sedap adalah sifat yang tidak boleh
dimiliki pelumas.
Harga pelumas tidak boleh terlalu mahal. Kendala ini
menjadikan pelumas tidak berguna jika ditinjau dari segi
ekonomi. Dan akan menimbulkan persaingan yang tidak
sehat antara produsen

Pelumas saat ini khusus dan kompleks dengan berbagai


macam aditif yang digunakan. Komposisi antara aditif dan
minyak pelumas yang berbeda, dan macam adifif yang digunakan
disesuaikan dengan jenis mesin, kerja mesin, teknologi mesin, dan
kerja mesin kendaraan. Maka dari itu saat ini trdapat banyak
sekali jenis pelumas yang beredar di pasaran. Zat aditif yang
ditambahkan ke dalam minyak pelumas mempunyai bermacam –
macam tujuan dan peranan yang sebagian besar untuk
memperbaiki mutu minyak pelumas. Berbagai macam aditif pada
minyak pelumas adalah sebagai berikut :
∼ Deterjen.
∼ Dispersan.
∼ Pelindung korosi.

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-7


Bab I Pendahuluan

∼ Anti oksidan.
∼ Indeks viskositas improver.
∼ Aditif tekanan ekstrem.
∼ Aditif lainnya seperti anti karat, anti busa, dan sebagainya
Untuk memilih pelumas yang tepat, harus dipahami jenis
mesin kendaraan, mengikuti petunjuk SAE (Society of
Automotive Engineers) dan API (American Petroleum Institute)
yang direkomendasikan. Keaslian pelumas akan sangat
diutamakan untuk menjaga mutu dan performa.
(maintenance,AJI)

1.3. Kegunaan
Minyak pelumas mempunyai fungsi yang amat penting
dan kompleks bagi perlindungan mesin, diantaranya adalah :
a. Mengurangi gesekan
Dengan pengurangan gesekan, energi juga akan berkurang dan
pemanasan secara lokal juga dapat dikurangi.
b. Menambah wear
Untuk menjaga peralatan agar awet, tetap bisa beroperasi untuk
periode yang lama dan dapat bekerja secara efisien.
c. Sebagai pendingin
Di dalam mesin, pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar
panas akibat pembakaran dan sistem pelepas panas. Pada sistem
yang lain, pelumas juga berfungsi sebagai pelepas panas dari hasil
gesekan atau kerja mekanik lainnya.
d. Anti korosi
Dalam mesin, bisa terjadi uap air yang dapat menyebabkan
korosi. Sebagai pembersih
Dari hasil pembakaran atau proses mekanis lainnya, bisa
menimbulkan serpihan – serpihan atau endapan, seperti karbon
padat. Hal ini dapat menyebabkan piston tidak dapat bergerak,
aliran minyak tersumbat, dan dapat mengganggu operasi alat.
Pelumas dapat berfungsi untuk mencegah hal ini.

I-8 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

e. Sebagai seal
Minyak pelumas juga harus menjadi seal antara piston dengan
silinder yang dapat mengurangi gesekan, mengurangi panas, dan
membuat alat bekerja optimal.
(Anton L. Wartawan, 1983)

1.4. Sifat Fisika dan Kimia


1.4.1. Bahan Baku Utama
Ditetapkan bahan baku CPO yang dihasilkan dari kelapa
sawit. Kelapa sawit mempunyai beberapa tipe berdasarkan
tebalnya tempurung. Tempurung yang tebal sekali (5 mm) disebut
tipe macrocarya. Tempurung yang memilki tebal 3 – 5 mm
disebut tipe dura. Tipe tenera mempunyai tempurung dengan tebal
2 – 3 mm. Sedangkan tempurung kelapa sawit yang paling tipis
disebut pisifera. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat
tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 22-32 oC. Saat ini 5,5 juta Ha lahan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memproduksi minyak
sawit mentah (CPO) dengan kapasitas minimal 16 juta ton per
tahun hingga tahun 2009 ini mencapai 17,71 juta ton. Selain itu
Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di
dunia setelah Malaysia.
(Arghaine,”Minyak Sawit artikel”,e-book,2008.)

Beberapa kelebihan yang dimilki CPO antara lain :


• Banyak tersedia di alam dan dapat diperbarui dengan
melakukan penanaman kembali.
• Tidak beracun
• Harga relatif murah
• Ramah lingkungan, mudah terurai oleh tanah.
(Kompas, “pelumas sawit”, 2001)
Minyak sawit terdiri dari trigliserida campuran yang
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua
jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-9


Bab I Pendahuluan

asam palmitat, dan asam oleat. Komposisi asam lemak minyak


sawit dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit
Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak Komposisi
Myristat C13H27COOH 1,1 %
Palmitat C15H31COOH 44,0 %
Stearat C17H35COOH 4,5 %
Oleat C17H33COOH 39,2 %
Linoleat C17H31COOH 10,1 %
(Sumber: Iyung Pahan.2008)

Sifat fisika dari CPO antara lain :


∼ Warna : Merah jingga
∼ Bentuk : Cair

Sifat kimia dari CPO antara lain :


∼ Densitas g/ml 50oC : 0.8896 - 0.8910
∼ Angka Iodin(Wijs) : 50.1 - 54.9
∼ Titik leleh, oC : 33.0 - 39.0
∼ Karotenoid total ( βcarotene), mg/kg : 500 - 1000

Asam lemak ditemukan dalam bentuk ikatan asam lemak


dengan molekul lainnya seperti trigliserida atau phospolipids.
Asam lemak yang tidak terikat dengan molekul lainnya dikenal
dengan asam lemak bebas atau Free Fatty Acid. Asam lemak
bebas terbentuk karena putusnya ikatan pada trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol.

1.4.2. Bahan Baku Pendukung


I.4.2.1 Asam Phosphat (H3PO4)
Asam Phosphat (H3PO4) ditambahkan dalam tangki
degumming I yang bertujuan untuk menggumpalkan dan
mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin

I-10 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

yang terdapat dalam minyak kelapa sawit. Gum yang dimaksud


adalah posphatid yang tidak terlarut dalam air, sehingga
digumpalkan dengan penambahan asam.
Tabel 1.4. 2.1. Sifat Fisik dan Kimia H3PO4
Sifat Fisika
Bentuk Cair
Warna Tidak berwarna
Sifat Kimia
Berat molekul 98.00
Specific gravity 1,834
Titik didih, ºC 213
Titik leleh, ºC 42,35
( Perry, ed.7)

1.4.2.2. Zinc Chloride (ZnCl2)


Dalam proses esterifikasi, ditambahkan Zinc Chloride
( ZnCl2 ) digunakan sebagai katalis yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi pada reaksi esterifikasi. Berikut adalah tabel
sifat fisik dan kimia dari ZnCl2.

Tabel 1.4.2.2. Sifat Fisik dan Kimia ZnCl2


Sifat Fisika
Bentuk Padat, sebuk
Warna Tidak berwarna
Sifat Kimia
Berat molekul 136.29
specific gravity 2.91
Titik didih, ºC 732
Titik leleh, ºC 283
( Perry, ed.7)

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-11


Bab I Pendahuluan

1.4.2.3 Trimethylolpropane (TMP)


Trimetyolpropane adalah senyawa alkohol yang
direaksikan dengan asam lemak dengan penambahan katalis
dalam proses esterifikasi adalah (TMP).

Tabel 1. 4.2.3. Sifat Fisik dan Kimia Trimethylolpropane


Sifat Fisika
Bentuk Cair, pekat
Warna Tidak berwarna
Sifat Kimia
Berat molekul 134.20
Densitas uap relatif 1.176
Flash point, ºC 172 (liquid)
Titik didih, ºC 285
Titik leleh, ºC 58
( Perry, ed.7)

I.4.3 Produk
I.4.3.1. Produk Utama
Produk utama berupa base oil berasal dari golongan ester.
Yang selanjutnya dipasarkan ke perusahaan atau industri skala
besar untuk diolah lagi menjadi pelumas. Base Oil yang
digunakan adalah senyawa polyol ester (Trimethyolpropane ester)
yang merupakan hasil reaksi antara Trimethyolpropane (TMP)
dan asam lemak (fatty acid). Pemilihan ester sebagai base oil
didasarkan pada keunggulan dibandingkan mineral lainnya, antara
lain :
1. Mempunyai sifat viskositas yang relatif konstan terhadap
suhu.
2. Memiliki volatilitas yang rendah.
3. Mempunyai stabilitas terhadap lingkungan suhu yang tinggi.
4. Tidak korosif terhadap logam
5. Stabil terhadap terjadinya hidrolisa dan relatif tidak beracun
( Anton L. Wartawan, 1983 )

I-12 Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi


Bab I Pendahuluan

Produk TMP ester ini merupakan base oil atau bahan


dasar dari pembuatan minyak pelumas. Produk yang dihasilkan
diperuntukkan bukan untuk pasar umum. Pasar dari produk base
oil ini adalah perusahaan berskala besar, terutama transportasi.
Umumnya para pemilik perusahaan besar tidak membeli minyak
pelumas yang ada di pasaran dengan pertimbangan ekonomi.
Membeli base oil dan menambah aditif sesuai kebutuhan serta
meracik pelumas sendiri, tentu akan menghemat biaya dan
meningkatkan performa sesuai dengan pelumas yang diinginkan.

I.4.3.2 Produk Samping


Produk samping dari pabrik base oil adalah gliserol yang
dihasilkan dari proses hidrolisa. Gliserol yang dihasilkan
ditampung pada suatu tangki dengan tujuan dapat dimanfaatkan.
Gliserol mempunyai nilai jual yang tinggi pula dikarenakan
gliserol dapat dimanfaatkan untuk bahan produksi lain. Gliserol
merupakan bahan dasar untuk industri kosmetik, metanol,plastik,
obat – obatan dan lainnya. Sehingga gliserol sebagai produk
samping ini dapat dipandang bukan sebagai limbah yang
membahayakan lingkungan.

Pabrik Base Oil dari CPO dengan Proses Esterifikasi I-13

Anda mungkin juga menyukai