Anda di halaman 1dari 25

Institusi dan Kinerja

Pemerintahan

Kuliah 13

Team Teaching PSP


Pengantar
• Desain institusional mencakup semua pilihan nyata terhadap
seperangkat institusi (organisasi dan rezim/aturan main/norma)
yang menghubungan masyarakat dengan pemerintahnya dan
membentuk hubungan di antara berbagai lembaga pemerintahan
• Dalam pengertian ini, desain institusional mencakup baik dimensi
intrinsik (representasi, akuntabilitas, dan hak) maupun dimensi
ekstrinsik (alokasi dan distribusi sumber daya)
• Desain institusional pada dasarnya dirumuskan sebagai alat untuk
mencapai visi tertentu, dalam hal ini, visi tsb adalah visi
kesejahteraan sebagai suatu negara
• Bagaimana keterkaitan antara desain institusional dan kinerja
pemerintahan?
Posisi Negara
• Pada masa sekarang, dominasi negara telah melemah dan
mulai berkembang kecenderungan global governance yang
meminimalkan peran negara-bangsa
• Tapi, negara masih tetap berperan strategis dalam
memelihara stabilitas sistem pasar, ekonomi, dan finansial,
terutama karena kewenangannya untuk memungut pajak
dan mengelola keuangan publik
• Konteks paradoksal ini menyebabkan wacana tentang
peran negara masih tetap menarik diperdebatkan,
meskipun ada beragam perspektif teoretis dan ideologis
yang dapat digunakan
Perkembangan Peran Negara

Sumber: Dryzek dan Dunleavy, 2009


GLOBAL FACTORS AFFECTING LOCAL AND REGIONAL
ECONOMIC DEVELOPMENT

GLOBAL ECONOMIC GROWTH OF WORLD CRUCIAL ROLE OF


INTERACTION TRADE AND MARKET SIZE
INVESTMENT

REGIONALIZATION MOBILITY OF FACTORS


OF WORLD TRADE OF PRODUCTION

DRIVING FORCE OF
NATIONAL
TECHNOLOGY
ECONOMIC
NEED FOR AGILE
DEVELOPMENT
BUSINESS PRACTICES
EMERGENCE OF
GROWING KNOWLEDGE INDUSTRIES
SIMILARITIES IN
PRODUCTION
CAPABILITIES INCREASING
IMPORTANCE OF
SERVICE SECTOR
LOCAL AND
REGIONAL
DEVELOPMENT

FIRM
NEED FOR GLOBAL
COMPETITIVENESS STRATEGIC ALLIANCES

DENNIS A. RONDINELLI, UNIVERSITY OF NORTH CAROLINA AT CHAPEL HILL


Ukuran Kinerja Pemerintahan

• Kesejahteraan rakyat  Human Development


Index (HDI) atau Millenium Development Goals
(MDGs)
• Clean government  Indeks Persepsi Korupsi atau
Political and Economy Risk Consultancy (PERC)
• Kualitas pelayanan publik  Doing Business Index
• Kinerja birokrasi  Bureaucracy Performance
• Daya saing global  Global Competitiveness Index
Peringkat HDI di Negara Anggota APEC
Peringkat Korupsi (CPI)

Tahun CPI Score Peringkat Dunia

2005 2,2 137

2006 2,4 130

2007 2,3 143

2008 2,6 126

2009 2,8 111


Peringkat Korupsi (PERC)

TAHUN SKOR PERINGKAT

2005 9,10 1

2006 8,16 1

2007 8,03 2

2008 7,98 3

2009 8,32 1

2010 9,07 1
Peringkat Kinerja Birokrasi
Negara Expert Meritokrasi Akuntabilitas Transparansi Akses Rata-rata
Advice Kinerja

India 4,00 4,06 2,92 2,94 2,83 3,35

Thailand 3,59 2,98 3,07 3,10 3,20 3,19

Mongolia 3,38 2,67 2,41 2,82 2,67 2,79

Pakistan 3,85 2,94 2,48 2,39 1,94 2,72

Cina 2,58 2,73 2,39 2,09 2,45 2,45

Filipina 2,57 2,37 2,14 2,37 2,03 2,30

Indonesia 2,57 2,17 1,97 2,03 2,46 2,24

Rata-rata 3,18 2,53 2,44 2,46 2,63


Indikator

Sumber: Hyden, Court, dan Mease (2003)


Global Competitiveness Index di Negara Anggota APEC
2004 – 2010
Global Competitiveness Index (GCI)
Indonesia tahun 2009 – 2010 *)

*) Sumber: The Global Competitiveness Report 2009-2010 ,World Economic Forum


Sumber: The Global Competitiveness Report 2009-2010 ,World Economic Forum
Sumber: The Global Competitiveness Report 2009-2010 ,World Economic Forum
Indeks Suap 15 Institusi Publik *)

Rata-rata jumlah
uang/transaksi
Polisi (n=1218) 48%
Bea dan Cukai (n=423) 41%
Kantor Imigrasi (n=363) 34%
DLLAJR (n=774) 33%
Pemda kota (n=1857) 33%
Badan Pertanahan Nasional (n=518) 32%
Pelindo (n=425) 30%
Pengadilan (n=204) 30%
DepHukHam (n=431) 21%
Angkasa Pura (n=357) 21%
Pajak Daerah (n=2159) 17%
Depkes (n=598) 15%
Pajak Nasional (n=2005) 14%
BPOM (n=387) 14%
MUI (n=177) 10%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

*) Sumber: Survey Transparancy International Indonesia, 2008


Permasalahan yang Dihadapi Negara-Bangsa
dalam Konteks Global

Political Goods:
• Kemiskinan
• Pemerataan Redesain
Institusi Kapasitas
kesejahteraan Pemerintahan
• Degradasi (Public Sector
Reform) (Governability)
lingkungan
hidup
Lingkup Public Sector Reform

Sumber: World Bank, 2008


Strategi Institusional untuk Public Sector Reform

• Mensinergikan antara logika teknokrasi


(birokrasi) dengan logika demokrasi
(politisi/pejabat publik):
1.Akuntabilitas ‘intervensi’ politisi terhadap
birokrasi;
2.Rasionalisasi tuntutan representasi politik
dalam birokrasi;
3.Pengembangan kapasitas birokrat
menghadapi arena dan peran baru tsb.
Intervensi Politisi
• Demokrasi menghendaki agar politisi mampu
mengontrol birokrasi sebagai penyelenggara
urusan publik sehari-hari
• Tapi, pengawasan politik tsb harus mengacu
pada kepentingan publik dan
mempertimbangkan logika teknokrasi
• Karena itu, diperlukan kejelasan netralitas
birokrasi dan jaminan jalur akses politisi,
termasuk menyiapkan mekanisme arbitrasi jika
meritokrasi terganggu intervensi politik
Representasi Politik dalam Birokrasi

• Masyarakat masih menganggap representasi identitas


di birokrasi sebagai hal penting (misl: isu putra
daerah; isu etnis; isu gender; dll)
• Padahal, jika tuntutan tsb dipenuhi akan merusak
meritokrasi dan profesionalitas birokrasi
• Karena itu, perlu alihkan makna representasi pada
perwakilan gagasan via partisipasi (bring the public in)
• Untuk itu, institusi birokrasi harus didesain untuk
meminimalkan bias partisipasi
– (bias: elit, urban, laki2, terdidik, kaya, dll)
Kapasitas Birokrasi yang diperlukan

• Dengan peran yang lebih luas, perlu birokrat


yang juga punya kapasitas “politik” yang baik
untuk membangun legitimasi.
• Kapasitas birokrat perlu ditambahkan dengan
kapasitas dalam:
• Berjejaring (network management)
• Skill relasional (game management)
• Skill membangun struktur sinergi (regulasi, desain
kelembagaan, mempengaruhi nilai/ norma/ persepsi,
dll)
Lesson Learned
• Institusi negara masih menjadi titik pusat dalam
pengelola urusan publik, tapi perlu ada penyesuaian
agar negara mampu merespon kompleksitas isu-isu
lokal, nasional, dan global
• Redesain institusi negara terutama diperlukan untuk
melakukan fungsi redistribusi yang tidak mungkin
dilakukan pasar dan masyarakat, sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat berkorelasi positif
dengan pengentasan kemiskinan dan peningkatan
taraf hidup masyarakat
Referensi
• Amenta, Edwin. (tanpa tahun). State-Centered and
Political Institutional Theory: Retrospect and Prospect.
• Ayres, Ian dan John Braithwaite. 1992. Responsive
Regulation: Transcending the Deregulation Debate. NY:
Oxford University Press.
• Beeson, Mark. 1998. “Indonesia, The East Asia Crisis
and the Commodification of the Nation-Satate”. Article
in New Political Economy, Vol. 3, No. 3, hal. 357-374.
• Dryzek, John S. dan Patrick Dunleavy. 2009. Theories of
the Democratic State. Basingstoke: Palgrave MacMillan.
• Leftwich, Adrian. 2008. “Developmental States, Effective States, and Poverty
Reduction: The Primacy of Politics”. Paper for United Nations Research
Institute for Social Development (UNRISD) Poverty Reduction and Policy
Regimes
• Ostrom, Elinor. 1990. Governing the Commons: The Evolution of Institutions
for Collective Action. UK: Cambridge University Press.
• _____. 1994. “Neither Market nor State: Governance of Common-Pool
Resources in the Twenty-first Century”. Lecture Paper, presented in
International Food Policy Research Institute, Washington DC.
• Peters, Guy B. 2000. “Institutional Theory: Problems and Prospects”. Paper
for Institute for Advanced Studies, Vienna
• Robinson, Mark dan Gordon White (eds). 1998. The Democratic
Developmental State: Politics and Institutional Design. New York: Oxford
University Press.

Anda mungkin juga menyukai