Anda di halaman 1dari 41

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR … TAHUN …
TENTANG
BADAN HUKUM PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

52697960.doc 1
Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, diperlukan otonomi dalam pengelolaan
pendidikan formal dengan menerapkan manajemen
berbasis sekolah/madrasah pada pendidikan anak
usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan
menengah, serta otonomi perguruan tinggi pada
pendidikan tinggi;

b. bahwa otonomi dalam pengelolaan pendidikan


formal dapat diwujudkan, jika penyelenggara
dan/atau satuan pendidikan formal berbentuk badan
hukum pendidikan, yang berfungsi memberikan
pelayanan yang adil dan bermutu kepada peserta
didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana
secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan;

c. bahwa agar badan hukum pendidikan sebagaimana


dimaksud pada huruf b, menjadi landasan hukum
bagi penyelenggara dan/atau satuan pendidikan
dalam mengelola pendidikan formal, maka badan
hukum pendidikan tersebut perlu diatur dengan
undang-undang;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a,


huruf b, dan huruf c, serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu
membentuk Undang-Undang tentang badan hukum
pendidikan.

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

52697960.doc 2
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN HUKUM


PENDIDIKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1 Badan hukum pendidikan adalah badan hukum yang menyeleng-
garakan pendidikan formal.
2 Badan Hukum Pendidikan Pemerintah yang selanjutnya disebut
BHPP adalah badan hukum pendidikan yang didirikan oleh
Pemerintah.
3 Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disebut BHPPD adalah badan hukum pendidikan yang didirikan
oleh pemerintah daerah.
4 Badan Hukum Pendidikan Masyarakat yang selanjutnya disebut
BHPM adalah badan hukum pendidikan yang didirikan oleh
masyarakat.
5 Pendiri adalah Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat
yang mendirikan badan hukum pendidikan.
6 Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non-
pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam
bidang pendidikan.
7 Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan formal.
8 Pendidikan formal adalah jalur pendidikan terstruktur dan
berjenjang yang meliputi pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
9 Organ badan hukum pendidikan adalah unit-unit yang secara
bersama-sama membentuk badan hukum pendidikan, yang
terdiri atas organ yang menjalankan fungsi rapat representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan, organ yang
menjalankan fungsi pengelolaan pendidikan, organ yang
menjalankan fungsi audit non-akademik, dan organ lain yang
dibentuk sesuai anggaran dasar badan hukum pendidikan.

52697960.doc 3
10 Organ yang menjalankan fungsi pengelolaan pendidikan adalah
pimpinan pengelola pendidikan bersama-sama majelis
representasi pemangku kepentingan para pendidik.
11 Majelis Wali Amanat yang selanjutnya disebut MWA adalah organ
representasi pemangku kepentingan BHPP atau BHPM yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi.
12 Dewan Audit yang selanjutnya disebut DA adalah organ badan
hukum pendidikan yang menjalankan fungsi audit non-akademik
pada BHPP atau BHPM yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi.
13 Senat Akademik yang selanjutnya disebut SA adalah majelis
representasi pemangku kepentingan para pendidik pada BHPP
atau BHPM yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
14 Pemimpin pengelola pendidikan adalah pejabat yang memimpin
pengelolaan pendidikan dengan sebutan kepala
sekolah/madrasah atau sebutan lain pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, atau rektor untuk universitas/institut,
ketua untuk sekolah tinggi, atau direktur untuk
politeknik/akademi pada pendidikan tinggi.
15 Pimpinan pengelola pendidikan adalah pemimpin pengelola
pendidikan dan semua pejabat di bawahnya yang diangkat
dan/atau ditetapkan oleh pemimpin pengelola pendidikan atau
yang ditetapkan lain sesuai anggaran dasar dan/atau anggaran
rumah tangga badan hukum pendidikan.
16 Pendanaan pendidikan yang selanjutnya disebut pendanaan
adalah penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan pendidikan formal.
17 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
18 Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten, atau pemerintah kota.
19 Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pendidikan nasional.

Pasal 2
Badan hukum pendidikan berfungsi memberikan pelayanan
pendidikan formal kepada peserta didik.

Pasal 3
Badan hukum pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional
dengan menerapkan otonomi satuan pendidikan, yang pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah disebut manajemen berbasis

52697960.doc 4
sekolah/madrasah dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut
otonomi perguruan tinggi.

Pasal 4
(1) Dalam pengelolaan dana secara mandiri, badan hukum
pendidikan didasarkan pada prinsip nirlaba, yaitu prinsip kegiatan
yang tujuan utamanya tidak mencari laba, sehingga seluruh sisa
hasil usaha dari kegiatan badan hukum pendidikan, harus
ditanamkan kembali ke dalam badan hukum pendidikan untuk
meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan pendidikan.
(2) Pengelolaan pendidikan formal secara keseluruhan oleh badan
hukum pendidikan didasarkan pada prinsip:
a. Otonomi, yaitu kewenangan dan kemampuan untuk
menjalankan kegiatan secara mandiri baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik;
b. Akuntabilitas, yaitu kemampuan dan komitmen badan
hukum pendidikan untuk mempertanggungjawabkan semua
kegiatannya kepada semua pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan;
c. Transparansi, yaitu keterbukaan dan kemampuan
menyajikan informasi yang relevan secara tepat waktu
kepada semua pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan dan
standar pelaporan yang berlaku;
d. Penjaminan mutu, yaitu kemampuan dan komitmen
untuk secara sistemik memberikan layanan pendidikan formal
bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan serta meningkatkannya secara berkelanjutan;
e. Layanan prima, yaitu orientasi dan komitmen untuk
memberikan layanan pendidikan formal yang terbaik demi
kepuasan pemangku kepentingan, terutama peserta didik;
f. Akses yang berkeadilan, yaitu komitmen untuk
memberikan layanan pendidikan formal kepada calon peserta
didik dan peserta didik, tanpa memandang latar belakang
agama, ras, etnis, gender, status sosial, dan kemampuan
ekonominya;
g. Keberagaman, yaitu kepekaan dan sikap akomodatif
terhadap berbagai perbedaan pemangku kepentingan
badan hukum pendidikan yang bersumber dari kekhasan
agama, ras, etnis, dan budaya masing-masing;
h. Keberlanjutan, yaitu kemampuan dan komitmen untuk
memberikan layanan pendidikan formal bermutu kepada
peserta didik secara berkelanjutan;
i. Partisipasi atas tanggung jawab negara, yaitu komitmen
semua pemangku kepentingan badan hukum pendidikan
untuk menyelenggarakan pendidikan formal bermutu dalam

52697960.doc 5
rangka mendukung tugas negara mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Pasal 5
Satuan pendidikan yang didirikan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah diatur sebagai berikut:
a. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang didirikan oleh Pemerintah, sebelum
atau setelah undang-undang ini berlaku, berbentuk BHPP setelah
memenuhi persyaratan khusus yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
b. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang didirikan oleh pemerintah daerah,
sebelum atau setelah undang-undang ini berlaku, berbentuk
BHPPD setelah memenuhi persyaratan khusus yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
c. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi yang
didirikan oleh Pemerintah sebelum atau setelah undang-undang
ini berlaku, berbentuk BHPP dengan memenuhi semua
persyaratan yang diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 6
Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan oleh
masyarakat diatur sebagai berikut:
a. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah yang didirikan oleh masyarakat
setelah undang-undang ini berlaku, berbentuk BHPM sesuai
persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
b. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi
yang didirikan oleh masyarakat setelah undang-undang ini
berlaku, berbentuk BHPM sesuai persyaratan yang diatur dalam
undang-undang ini.
c. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah yang didirikan oleh yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan
sebelum undang-undang ini berlaku, berbentuk BHPM sesuai
persyaratan sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, apabila dikehendaki oleh
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain yang
bersangkutan.
d. Satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi
yang didirikan oleh yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
di bidang pendidikan sebelum undang-undang ini berlaku,

52697960.doc 6
berbentuk BHPM sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam undang-undang ini, apabila dikehendaki oleh yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain yang bersangkutan.
e. Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan, yang telah menyelenggarakan satuan pendidikan
formal pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan/atau pendidikan tinggi sebelum undang-undang ini berlaku,
diakui sebagai badan hukum pendidikan tanpa mengubah
bentuknya untuk jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam
akta pendirian yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
tersebut, sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 7
(1) BHPP, BHPPD, atau BHPM dapat memiliki satu atau lebih organ
pengelola pendidikan.
(2) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf c dapat menyelenggarakan satu atau lebih
satuan pendidikan.
(3) BHPP, BHPPD, atau BHPM dapat menyelenggarakan satu atau
lebih jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
(4) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf c dapat menyelenggarakan satu atau lebih
jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
(5) BHPP, BHPPD, atau BHPM dapat menyelenggarakan satu atau
lebih jenis pendidikan, yaitu pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
(6) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf e dapat menyelenggarakan satu atau lebih
jenis pendidikan, yaitu pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

BAB II
BADAN HUKUM PENDIDIKAN DASAR DAN/ATAU MENENGAH

Pasal 8
(1) Pendirian BHPP yang menyelenggarakan pendidikan dasar
dan/atau menengah dilakukan oleh Menteri atau menteri yang

52697960.doc 7
menangani urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan
Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Pendirian BHPPD yang menyelenggarakan pendidikan dasar
dan/atau menengah dilakukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
sesuai dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5.
(3) Pendirian BHPM untuk satuan pendidikan dasar dan/atau
menengah yang telah diselenggarakan sebelum berlakunya
undang-undang ini oleh yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang diakui oleh undang-undang
ini sebagai badan hukum pendidikan, dilakukan oleh
penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan, dengan
akta notaris yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(4) Pendirian BHPM yang menyelenggarakan pendidikan dasar
dan/atau menengah setelah berlakunya undang-undang ini
dilakukan oleh orang perseorangan atau masyarakat dengan akta
notaris yang diatur dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.
(5) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang telah menyelenggarakan pendidikan dasar
dan/atau menengah sebelum berlakunya undang-undang ini
diakui sebagai badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf e, dengan memenuhi ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5.
Pasal 9
(1) Pendirian BHPP, BHPPD, atau BHPM yang menyelenggarakan
pendidikan dasar dan/atau menengah harus memenuhi
persyaratan umum, sebagai berikut:
a. hanya bergerak di bidang pendidikan formal;
b. mempunyai struktur organisasi;
c. mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari
kekayaan pendiri; dan
d. mempunyai organ representasi pemangku kepentingan,
organ pengelola pendidikan, dan organ yang menjalankan
fungsi audit non-akademik.
(2) Fungsi organ yang menjalankan audit non-akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat
dilaksanakan oleh organ representasi pemangku kepentingan.
(3) Pendirian BHPP dan BHPPD yang menyelenggarakan pendidikan
dasar dan menengah harus memenuhi persyaratan khusus yang

52697960.doc 8
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.

Pasal 10
(1) Pengakuan yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan sebagai badan hukum pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan dasar dan/atau menengah harus
memenuhi persyaratan umum, sebagai berikut:
a. hanya bergerak di bidang pendidikan;
b. mempunyai struktur organisasi;
c. mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari
kekayaan pendiri; dan
d. mempunyai organ representasi pemangku kepentingan,
organ pengelola pendidikan, dan organ yang menjalankan
fungsi audit non-akademik.
(2) Fungsi organ yang menjalankan audit non-akademik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat
dilaksanakan oleh organ representasi pemangku kepentingan.

Pasal 11
(1) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
memuat sekurang-kurangnya ketentuan pokok anggaran dasar,
kewenangan pokok organ-organ, kekayaan, pendanaan,
ketenagaan, persyaratan pendirian, dan prosedur pendirian
BHPP, BHPPD, dan BHPM yang menyelenggarakan pendidikan
dasar dan/atau menengah.
(2) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (5) memuat sekurang-kurangnya ketentuan pokok anggaran
dasar, kewenangan pokok organ-organ, kekayaan, pendanaan,
ketenagaan, dan prosedur pengakuan yayasan, perkumpulan,
atau badan hukum lain di bidang pendidikan sebagai badan
hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dasar
dan/atau menengah.

BAB III
BADAN HUKUM PENDIDIKAN TINGGI
Bagian Kesatu
Pendirian Dan Pengesahan

Pasal 12
(1) Pendirian BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
dilakukan oleh Menteri dengan Peraturan Pemerintah.

52697960.doc 9
(2) Pendirian BHPM yang berasal dari satuan pendidikan tinggi
yang telah didirikan sebelum berlakunya undang-undang ini
dilakukan oleh penyelenggara satuan pendidikan tersebut, yaitu
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan dengan akta notaris yang disahkan oleh Menteri.
(3) Pendirian BHPM yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
setelah berlakunya undang-undang ini dilakukan oleh orang
perseorangan atau masyarakat dengan akta notaris yang
disahkan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya pembuatan akta notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13
(1) Pendirian BHPP dan BHPM yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi harus memenuhi persyaratan umum:
a. hanya bergerak di bidang pendidikan formal;
b. mempunyai struktur organisasi;
c. mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari
kekayaan pendiri; dan
d. mempunyai MWA.
(2) Jumlah kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri sebagai
kekayaan BHPP dan BHPM yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus
mencukupi biaya investasi dan biaya operasional tahunan BHPP
dan BHPM tersebut dan ditetapkan dalam anggaran dasar BHPP
dan BHPM yang bersangkutan.
(3) Dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun setelah peraturan
pemerintah tentang pendirian BHPP ditetapkan, atau akta notaris
tentang pendirian BHPM disahkan oleh Menteri, MWA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, harus membentuk
dewan audit dan pimpinan pengelola pendidikan.
(4) Dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun setelah peraturan
pemerintah tentang pendirian BHPP ditetapkan, atau akta notaris
tentang pendirian BHPM disahkan oleh Menteri, MWA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, harus membentuk
SA sesuai ketentuan dalam undang-undang ini.

Pasal 14
(1) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) memuat anggaran dasar BHPP yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi dan keterangan lain yang dianggap perlu.

52697960.doc 10
(2) Akta notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
dan ayat (3) memuat anggaran dasar BHPM yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dan keterangan lain yang
dianggap perlu.
(3) Penyusunan anggaran dasar BHPP dan BHPM yang
menyelenggara-kan pendidikan tinggi, untuk pertama kali
dilakukan oleh pendiri BHPP dan BHPM.
(4) Anggaran dasar BHPP atau BHPM yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan tempat kedudukan BHPP atau BHPM;
b. tujuan BHPP atau BHPM;
c. ciri khas dan ruang lingkup kegiatan BHPP atau BHPM;
d. jangka waktu pendirian BHPP atau BHPM;
e. struktur organisasi, fungsi, dan kewenangan setiap organ
BHPP atau BHPM;
f. susunan, tatacara pembentukan, kriteria dan persyaratan,
pengangkatan serta pemberhentian anggota, serta
pembatasan masa keanggotaan MWA, DA, dan SA;
g. tatacara pengangkatan dan pemberhentian pimpinan serta
masa jabatan pimpinan MWA, DA, dan SA;
h. susunan, tatacara pembentukan, kriteria dan persyaratan,
pengangkatan serta pemberhentian, serta pembatasan masa
jabatan pimpinan pengelola pendidikan;
i. jumlah kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri sebagai
kekayaan BHPP atau BHPM;
j. sumber sumberdaya BHPP atau BHPM;
k. tata cara penggabungan atau pembubaran BHPP atau BHPM;
l. perlindungan terhadap tenaga BHPP atau BHPM dan peserta
didik di lingkungan BHPP atau BHPM;
m. ketentuan untuk mencegah terjadinya kepailitan BHPP atau
BHPM;
n. tata cara perubahan anggaran dasar BHPP atau BHPM; dan
o. tata cara penyusunan dan perubahan anggaran rumah tangga
BHPP atau BHPM.
(5) Perubahan anggaran dasar BHPP disahkan oleh Menteri.
(6) Perubahan anggaran dasar BHPM yang menyangkut ayat (4)
huruf a, huruf b, huruf c, huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan
huruf m disahkan Menteri.

52697960.doc 11
(7) Perubahan anggaran dasar BHPM yang tidak menyangkut hal-
hal sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diberitahukan kepada
Menteri.

Pasal 15
(1) Status sebagai BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
berlaku mulai tanggal Peraturan Pemerintah tentang pendirian
BHPP ditetapkan oleh Presiden.
(2) Status sebagai BHPM yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi berlaku mulai tanggal akta notaris tentang pendirian BHPM
disahkan oleh Menteri.

Bagian Kedua
Tata Kelola

Paragraf 1
Organ Badan Hukum Pendidikan

Pasal 16
(1) BHPP atau BHPM memiliki paling sedikit 3 (tiga) organ, yaitu:
a. MWA;
b. DA;
c. pengelola pendidikan.
(2) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi memiliki paling sedikit 3
(tiga) organ yang berfungsi sebagai:
a. representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan;
b. audit bidang non-akademik;
c. pengelola pendidikan.
(3) Anggaran dasar BHPP, BHPM, yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan
hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
dapat menambahkan organ lain selain organ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Nama organ yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam

52697960.doc 12
anggaran dasar yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
tersebut.

Pasal 17
(1) Penyelenggaraan pendidikan tinggi pada lebih
satu lokasi dan/atau wilayah hanya dapat diselenggarakan oleh
badan hukum pendidikan yang meyelenggarakan pendidikan
tinggi dengan sistem multikampus.
(2) Sistem multikampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sistem pengelolaan perguruan tinggi yang
menerapkan 1 (satu) sistem pendidikan tinggi secara utuh, yang
pelaksanaannya diselenggarakan di kampus induk dan kampus
lain.
(3) Standar fasilitas dan pelayanan di kampus lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan
kampus induk.
(4) Kampus induk dan kampus lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terhubung dengan sistem informasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
(5) Sistem multikampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) memiliki satu organ pengelola
pendidikan.
(6) Sistem multikampus untuk pelaksanaan pendidikan guru dalam
jabatan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur secara khusus
oleh Pemerintah.

Paragraf 2
Organ Representasi Pemangku Kepentingan
Badan Hukum Pendidikan

Pasal 18
(1)Anggota MWA pada BHPP atau BHPM yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi paling sedikit terdiri atas:
a. pendiri atau wakil dari pendiri,
b. wakil dari SA,
c. wakil dari dosen yang tidak menjadi anggota SA dan
tidak menjabat sebagai pimpinan pengelola pendidikan,
d. wakil dari tenaga kependidikan yang tidak menjabat
sebagai pimpinan pengelola pendidikan; dan
e. wakil dari masyarakat.

52697960.doc 13
(2)Anggota organ representasi pemangku kepentingan yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, paling sedikit terdiri atas:
a. pendiri atau wakil dari pendiri;
b. wakil dari organ pengelola pendidikan yang berfungsi
sebagai representasi dosen;
c. wakil dari tenaga kependidikan yang tidak menjabat
sebagai pimpinan pengelola pendidikan; dan
d. wakil dari masyarakat.

(3)Anggaran dasar BHPP atau BHPM yang menyelenggarakan


pendidikan tinggi dapat menetapkan wakil dari unsur lain sebagai
anggota MWA selain anggota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
(4)Anggaran dasar yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dapat menetapkan
wakil dari unsur lain sebagai anggota organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan selain anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Jumlah anggota MWA pada BHPP atau BHPM yang berasal dari
pendiri atau wakil dari pendiri dapat lebih dari 1 (satu) orang.
(6) Jumlah anggota organ representasi pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan
hukum pendidikan yang berasal dari pendiri atau wakil dari
pendiri dapat lebih dari 1 (satu) orang.

Pasal 19
(1) Anggota MWA pada BHPP atau BHPM yang mewakili SA, dosen
yang tidak menjadi anggota SA dan tidak menjabat sebagai
pimpinan pengelola pendidikan, dan tenaga kependidikan yang
tidak menjabat sebagai pimpinan pengelola pendidikan pada
BHPP atau BHPM berjumlah paling sedikit 1/3 (sepertiga) dan
paling banyak 1/2 (setengah) dari jumlah anggota MWA.
(2) Jumlah anggota MWA wakil dari masyarakat pada BHPP atau
BHPM ditetapkan dalam anggaran dasar BHPP atau BHPM.
(3) Anggota organ representasi pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan

52697960.doc 14
hukum lain sejenis yang diakui sebagai badan hukum pendidikan
yang mewakili:
a. organ pengelola pendidikan yang merepresentasikan
dosen sekurang-kurangnya 2 (dua) orang;
b. tenaga kependidikan yang tidak menjabat sebagai
pimpinan pengelola pendidikan sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang; dan
c. masyarakat sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

Pasal 20
(1) MWA pada BHPP atau BHPM dipimpin oleh seorang ketua dan
seorang sekretaris yang dipilih dari dan oleh para anggota MWA.
(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai koordinator rapat MWA dan juru bicara MWA.
(3) Organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris
yang dipilih dari dan oleh para anggota organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan tersebut.
(4) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berfungsi sebagai koordinator rapat organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan dan juru bicara
organ tersebut.
(5) Anggota MWA pada BHPP atau BHPM yang berasal dari SA,
wakil dari dosen yang tidak menjadi anggota SA, dan wakil
tenaga kependidikan yang tidak menjabat sebagai pimpinan
pengelola pendidikan, tidak dapat dipilih sebagai ketua MWA.
(6) Anggota organ representasi pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan
hukum pendidikan yang berasal dari organ pengelola pendidikan
yang berfungsi sebagai representasi dosen, dosen yang tidak
menjadi anggota organ pengelola pendidikan yang berfungsi
sebagai representasi dosen, dan tenaga kependidikan yang tidak
menjabat sebagai pimpinan pengelola pendidikan, tidak dapat
dipilih sebagai ketua organ representasi pemangku kepentingan
badan hukum pendidikan.
(7) Ketua dan sekretaris MWA pada BHPP atau BHPM harus
berkewarganegaraan Indonesia.
(8) Ketua dan sekretaris organ representasi pemangku
kepentingan badan hukum pendidikan pada yayasan,

52697960.doc 15
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan harus
berkewarganegaraan Indonesia.
(9) Masa jabatan ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) dan ayat (8) adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 21
(1) Pada BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, Menteri
atau yang mewakilinya berkedudukan sebagai wakil Pemerintah
di dalam organ representasi pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan.
(2) Pada BHPM yang menyelenggarakan pendidikan tinggi,
kedudukan dan kewenangan yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang mendirikannya di dalam
organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan, ditetapkan dalam anggaran dasar BHPM tersebut.
(3) Pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, kedudukan dan
kewenangan pendiri atau wakil dari pendiri yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis tersebut di dalam
organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan, ditetapkan dalam anggaran dasar yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis tersebut.

Pasal 22

Tugas dan wewenang rapat MWA pada BHPP dan BHPM, serta rapat
organ representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan
pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi:

a. menetapkan kebijakan umum badan hukum


pendidikan;
b. mengusulkan perubahan anggaran dasar kepada
Menteri;
c. mengesyahkan anggaran rumah tangga badan
hukum pendidikan, rencana jangka panjang pengembangan
perguruan tinggi, rencana strategis perguruan tinggi, rencana
kerja tahunan perguruan tinggi, dan anggaran tahunan
perguruan tinggi yang diusulkan pemimpin organ pengelola
pendidikan;

52697960.doc 16
d. mengangkat dan memberhentikan pemimpin organ
pengelola pendidikan;
e. mengawasi pengelolaan BHP dan organ-organnya;
f. mengevaluasi laporan pertanggungjawaban
pemimpin organ-organ badan hukum pendidikan di luar MWA
atau nama lain dari organ pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan;
g. memutuskan penyelesaian masalah di dalam BHP
yang tidak bisa diselesaikan organ lain di dalam BHP sesuai
kewenangan masing-masing; dan/atau
h. melaksanakan fungsi lain yang secara spesifik
diatur dalam anggaran dasar.

Pasal 23
Tugas dan wewenang lain di luar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 merupakan kewenangan pendiri badan hukum pendidikan.

Pasal 24
(1) Pengambilan keputusan dalam MWA pada BHPP dan BHPM,
serta organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dilakukan
secara musyawarah untuk mufakat, kecuali ditetapkan lain dalam
undang-undang ini.
(2) Pengambilan keputusan dalam MWA pada BHPP dan BHPM,
serta organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk
melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 huruf d dan pelaksanaan kewenangan lain yang secara
spesifik diatur dalam anggaran dasar, dilakukan melalui
pemungutan suara.
(3) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf d, anggota atau anggota-anggota yang
secara kolektif mewakili pendiri memiliki hak suara sekurang-
kurangnya 35 (tiga puluh lima) persen dan sebanyak-banyaknya
49 (empat puluh sembilan) persen.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak suara dan tata cara
pengambilan keputusan melalui pemungutan suara dalam MWA
pada BHPP dan BHPM, serta organ representasi pemangku
kepentingan badan hukum pendidikan pada yayasan,

52697960.doc 17
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, ditetapkan dalam anggaran
dasar BHPP, BHPM, dan yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain yang bersangkutan.

Paragraf 3
Organ yang Menjalankan Fungsi Audit Non-akademik

Pasal 25
(1) Tugas dan wewenang organ audit bidang non-akademik pada
badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi:
a. menetapkan kebijakan audit internal dan eksternal atas
badan hukum pendidikan dalam bidang non-akademik;
b. mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas
badan hukum pendidikan;
c. mengambil kesimpulan atas hasil audit internal dan
eksternal atas badan hukum pendidikan; dan
d. atas dasar hasil audit internal dan/atau eksternal,
mengajukan saran dan/atau pertimbangan mengenai
perbaikan pengelolaan kegiatan non-akademik kepada organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan dan/atau pemimpin pengelola pendidikan.
(2) Fungsi audit non-akademik pada BHPP dan BHPM
dilaksanakan oleh DA.
(3) Audit non-akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan secara independen dan obyektif sesuai standar
audit yang berlaku dan hasilnya dilaporkan kepada MWA.
(4) Fungsi audit non-akademik pada yayasan, perkumpulan, atau
badan hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai
badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi, dijalankan oleh organ yang menjalankan fungsi audit
bidang non-akademik.
(5) Audit non-akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan secara independen dan obyektif sesuai standar
audit yang berlaku dan hasilnya dilaporkan kepada organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan.
(6) Dalam menjalankan fungsi audit non-akademik, DA atau nama
lain dari organ yang menjalankan fungsi audit bidang non-
akademik dapat menunjuk auditor publik yang independen.

52697960.doc 18
(7) Susunan, jumlah, dan kedudukan ketua dan anggota DA pada
BHPP dan BHPM serta organ audit bidang non-akademik pada
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, ditetapkan dalam anggaran
dasar badan hukum pendidikan.
(8) Masa jabatan ketua dan anggota DA pada BHPP dan BHPM
serta organ audit bidang non-akademik pada yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, 5 (lima) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(9) Ketua dan anggota organ audit bidang non-akademik pada
BHPP, BHPM, yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan,
yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, ditentukan, diangkat,
dan diberhentikan oleh organ representasi pemangku
kepentingan badan hukum pendidikan.

Paragraf 4
Organ Pengelola Pendidikan

Pasal 26
Fungsi pengelolaan pendidikan pada BHPP dan BHPM serta pada
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan
yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, dijalankan oleh organ
pengelola pendidikan.

Subparagraf 4a
Pimpinan Pengelola Pendidikan

Pasal 27
Organ pengelola pendidikan pada BHPP dan BHPM serta pada
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan
yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, dipimpin oleh pemimpin organ
pengelola pendidikan.

Pasal 28
(1) Kewenangan pemimpin organ pengelola pendidikan pada BHPP
dan BHPM serta pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum

52697960.doc 19
lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, adalah:
a. menyusun dan mengusulkan anggaran rumah tangga
atau perubahannya kepada MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan;
b. menyusun dan mengusulkan rencana pengembangan
jangka panjang dan rencana strategis perguruan tinggi
berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
kepada MWA atau nama lain dari organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan untuk
disahkan;
c. menyusun dan mengusulkan rencana kerja tahunan dan
rencana anggaran tahunan pergruan tinggi berdasarkan
rencana pengembangan jangka panjang dan rencana
strategis perguruan tinggi serta anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga kepada MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan untuk disahkan;
d. mengelola perguruan tinggi sesuai anggaran tahunan dan
rencana kerja tahunan perguruan tinggi, rencana strategis
dan rencana pengembangan jangka panjang perguruan
tinggi, serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
badan hukum pendidikan;
e. mengangkat dan/atau memberhentikan seorang atau
lebih wakil pemimpin pengelola pendidikan berdasarkan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hukum
pendidikan;
f. mengangkat dan/atau memberhentikan pimpinan
pengelola pendidikan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf c berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga badan hukum pendidikan;
g. mengangkat dan/atau memberhentikan tenaga badan
hukum pendidikan berdasarkan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga badan hukum pendidikan;
h. menjatuhkan sanksi kepada Civitas akademika perguruan
tinggi yang melakukan pelanggaran terhadap norma, etika,
dan/atau peraturan akademik perguruan tinggi atas dasar
rekomendasi dari SA atau nama lain dari majelis representasi
pemangku kepentingan para pendidik;
i. menjatuhkan sanksi kepada tenaga badan hukum
pendidikan yang melakukan pelanggaran selain sebagaimana
dimaksud pada huruf h, sesuai peraturan perundang-

52697960.doc 20
undangan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
badan hukum pendidikan;
j. bertindak ke dalam dan ke luar organ pengelola
pendidikan untuk dan atas nama organ pengelola pendidikan;
k. bertindak ke luar untuk dan atas nama badan hukum
pendidikan sesuai ketentuan dalam anggaran dasar badan
hukum pendidikan; dan
l. melaksanakan fungsi-fungsi lain yang secara spesifik
diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
(2) Dalam hal 1 (satu) BHPP, BHPM, atau yayasan, perkumpulan,
atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai
badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi, memiliki lebih dari 1 (satu) pemimpin organ pengelola
pendidikan tinggi, kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf i dapat dilaksanakan secara individual atau kolektif dan
ditetapkan dalam anggaran dasar badan hukum pendidikan.

Pasal 29
(1) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian pimpinan
pengelola pendidikan pada BHPP, BHPM, dan yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, diatur dalam anggaran
rumah tangga badan hukum pendidikan.
(2) Masa jabatan pemimpin organ pengelola pendidikan pada
BHPP, BHPM, dan yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain
di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, 5 (lima)
tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan,
dengan memperhitungkan masa jabatan yang bersangkutan
sebelum undang-undang ini berlaku.
(3) Masa jabatan pimpinan pengelola pendidikan pada BHPP,
BHPM, dan yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan,
yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, selain pemimpin
organ pengelola pendidikan, diatur dalam anggaran rumah
tangga badan hukum pendidikan.

Pasal 30
(1) Pemimpin organ pengelola pendidikan pada BHPP, BHPM,
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, tidak berwenang mewakili

52697960.doc 21
organ pengelola pendidikan atau badan hukum pendidikan
apabila:
a. terjadi perkara di depan pengadilan antara organ
pengelola pendidikan atau badan hukum pendidikan dengan
pemimpin organ pengelola pendidikan; dan
b. pemimpin organ pengelola pendidikan mempunyai
kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan organ
pengelola pendidikan atau badan hukum pendidikan.
(2) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), MWA atau nama lain dari organ representasi pemangku
kepentingan badan hukum pendidikan menunjuk seorang atau
lebih untuk mewakili kepentingan organ pengelola pendidikan
atau badan hukum pendidikan.

Pasal 31
Pimpinan pengelola pendidikan pada BHPP, BHPM, yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, dilarang merangkap:
a. jabatan lain dalam organ pengelola pendidikan di dalam
badan hukum pendidikan yang bersangkutan;
b. pimpinan pada badan hukum pendidikan lain;
c. jabatan pada pemerintah pusat atau daerah; atau
d. jabatan lain yang dapat menimbulkan pertentangan
kepentingan dengan kepentingan badan hukum pendidikan.

Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pimpinan pengelola pendidikan
pada pada BHPP, BHPM, yayasan, perkumpulan, atau badan hukum
lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum
pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, diatur dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hukum
pendidikan.

Sub-paragraf 4b
Senat Akademik atau Nama Lain dari Majelis Representasi
Pemangku Kepentingan Para Pendidik

Pasal 33

Tugas dan wewenang rapat SA pada BHPP dan BHPM serta rapat
majelis representasi kepentingan para pendidik pada yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang

52697960.doc 22
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi:
a. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan
norma dan kode etik akademik;
b. mengawasi pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu
pendidikan yang telah ditetapkan dalam rencana
pengembangan jangka panjang dan rencana strategis
perguruan tinggi serta rencana kerja tahunan dan anggaran
tahunan perguruan tinggi, sesuai anggaran rumah tangga
badan hukum pendidikan;
c. mengevaluasi kinerja Tridharma perguruan tinggi dengan
mengacu pada tolok ukur keberhasilan pencapaian target
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
yang ditetapkan dalam rencana strategis perguruan tinggi,
dan apabila dipandang perlu mengusulkan saran perbaikan
kepada pemimpin organ pengelola pendidikan;
d. mengawasi pelaksanaan kebijakan regulasi tata-tertib
akademik;
e. memberikan pertimbangan kepada pemimpin organ
pengelola pendidikan dalam pengusulan jabatan guru besar;
f. merekomendasikan sanksi terhadap pelanggaran norma,
etika, dan peraturan akademik oleh sivitas akademika
perguruan tinggi kepada pemimpin organ pengelola
pendidikan;
g. memberikan pertimbangan akademik kepada MWA atau
nama lain dari organ representasi pemangku kepentingan
badan hukum pendidikan atau pemimpin organ pengelola
pendidikan jika diminta; dan
h. melaksanakan fungsi lain yang secara spesifik diatur
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Pasal 34
(1) Anggota SA pada BHPP dan BHPM atau majelis representasi
pemangku kepentingan para pendidik pada yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, dipilih dari dan oleh para pendidik melalui
pemungutan suara di program studi yang bersangkutan, yang
diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan
hukum pendidikan.
(2) Anggota SA pada BHPP dan BHPM, serta majelis representasi
pemangku kepentingan para pendidik pada yayasan,

52697960.doc 23
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, paling sedikit terdiri atas:
a. wakil pendidik program studi berjabatan fungsional guru
besar yang tidak menjabat sebagai pimpinan pengelola
pendidikan; dan
b. wakil pendidik program studi berjabatan fungsional di
bawah guru besar yang tidak menjabat sebagai pimpinan
pengelola pendidikan.
(3) Perimbangan jumlah wakil pendidik antar program studi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) proporsional dengan jumlah
pendidik yang diwakilinya dan diatur dalam anggaran rumah
tangga.
(4) Perimbangan jumlah wakil pendidik program studi antara wakil
guru besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan
wakil bukan guru besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b diatur dalam anggaran rumah tangga.
(5) Anggaran rumah tangga BHPP, BHPM, atau yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, dapat menetapkan wakil unsur lain di dalam
organ pengelola pendidikan sebagai anggota SA atau nama lain
dari majelis representasi pemangku kepentingan para pendidik.
(6) Wakil unsur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
termasuk pimpinan pengelola pendidikan.

Pasal 35
(1) Pimpinan pengelola pendidikan pada BHPP, BHPM, dan yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, tidak dapat dipilih sebagai anggota SA atau
nama lain dari majelis representasi pemangku kepentingan para
pendidik.
(2) Ketua dan sekretaris SA pada BHPP dan BHPM atau majelis
representasi pemangku kepentingan para pendidik pada yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, dipilih dari dan oleh anggota SA atau nama lain
dari majelis representasi pemangku kepentingan para pendidik
sesuai aturan yang ditetapkan dalam anggaran rumah tangga
badan hukum pendidikan.
(3) Pimpinan dan anggota SA pada BHPP dan BHPM atau majelis
representasi pemangku kepentingan para pendidik pada yayasan,

52697960.doc 24
perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang pendidikan yang
diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi, disahkan oleh MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan.
(4) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari ketua
dan sekretaris yang berfungsi sebagai koordinator rapat SA atau
nama lain dari majelis representasi pemangku kepentingan para
pendidik dan sebagai juru bicara SA atau nama lain dari majelis
representasi pemangku kepentingan para pendidik.
(5) Masa jabatan pimpinan dan anggota SA pada BHPP atau BHPM,
dan majelis representasi pemangku kepentingan para pendidik
pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, 5 (lima) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 36
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat SA pada BHPP, BHPM, atau
rapat majelis representasi pemangku kepentingan para pendidik
pada yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi, dilakukan secara
musyawarah untuk mufakat, kecuali ditetapkan lain dalam
peraturan yang ditetapkan oleh rapat SA atau nama lain dari
majelis representasi pemangku kepentingan para pendidik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengambilan keputusan dalam
rapat SA atau nama lain dari majelis representasi pemangku
kepentingan para pendidik ditetapkan oleh rapat SA atau nama
lain dari majelis representasi pemangku kepentingan para
pendidik.

Bagian Ketiga
Kekayaan

Pasal 37
(1) Kekayaan badan hukum pendidikan berasal dari kekayaan
pendiri yang dipisahkan menjadi kekayaan badan hukum
pendidikan.
(2) Kekayaan badan hukum pendidikan dikelola secara mandiri
oleh:
a. pimpinan pengelola pendidikan pada BHPP dan BHPM, yang
diatur dalam anggaran rumah tangga badan hukum
pendidikan; atau

52697960.doc 25
b. yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan.
(3) Penerimaan pendapatan badan hukum pendidikan dikelola:
a. secara mandiri oleh pimpinan pengelola pendidikan pada
BHPP dan BHPM, yang diatur dalam anggaran rumah tangga
badan hukum pendidikan; atau
b. sesuai ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga yayasan, perkumpulan, atau badan
hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai badan
hukum pendidikan.
(4) Kekayaan dan penerimaan pendapatan badan hukum
pendidikan digunakan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk:
a. kepentingan peserta didik dalam proses pembelajaran;
b. pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi;
c. peningkatan pelayanan pendidikan; serta
d. penggunaan lain yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 38
(1) Semua bentuk penerimaan pendapatan BHPP yang diperoleh dari
penggunaan kekayaan negara yang telah dipisahkan tidak
termasuk pendapatan negara bukan pajak.
(2) Semua bentuk penerimaan pendapatan BHPP yang diperoleh dari
penggunaan tanah negara yang telah diserahkan
penggunaannya kepada BHPP yang bersangkutan tidak termasuk
pendapatan negara bukan pajak.
(3) Sisa lebih hasil kegiatan atau bentuk lain kenaikan aktiva bersih
BHPP ditanamkan kembali ke dalam badan hukum pendidikan
dan digunakan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (4) huruf c dan huruf d selambat-lambatnya dalam
waktu 4 (empat) tahun.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka sisa lebih hasil kegiatan atau bentuk lain
kenaikan aktiva bersih BHPP menjadi obyek pajak penghasilan.

Pasal 39
(1) Sisa lebih hasil kegiatan atau bentuk lain kenaikan aktiva bersih
BHPM atau yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan
ditanamkan kembali ke dalam badan hukum pendidikan dan

52697960.doc 26
digunakan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 ayat (4) huruf c dan huruf d selambat-lambatnya dalam waktu
4 (empat) tahun.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dipenuhi, maka sisa lebih hasil kegiatan atau bentuk lain
kenaikan aktiva bersih BHPM atau yayasan, perkumpulan, atau
badan hukum lain di bidang pendidikan yang diakui sebagai
badan hukum pendidikan menjadi obyek pajak penghasilan.

Pasal 40
Kekayaan berupa uang, barang, atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang milik badan hukum pendidikan, dilarang dialihkan
kepemilikannya secara langsung atau tidak langsung kepada siapa
pun, kecuali untuk memenuhi kewajiban yang timbul sebagai
konsekuensi pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (4).

Bagian Keempat
Pendanaan

Pasal 41

(1) Sumber dana untuk pendidikan formal yang diselenggarakan


badan hukum pendidikan ditetapkan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
(2) Pendanaan pendidikan formal yang diselenggarakan BHPP
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Pendanaan pendidikan formal yang diselenggarakan BHPM atau
yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara badan hukum pendidikan dan
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Pungutan oleh satuan pendidikan kepada peserta didik atau
orang tua/walinya yang terkait dengan pendanaan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
dengan menerapkan sistem subsidi silang yang meringankan
beban peserta didik yang tidak mampu membiayai
pendidikannya, yang diatur dalam peraturan pemimpin pengelola
pendidikan.
(5) Badan hukum pendidikan menyediakan anggaran untuk
membantu peserta didik warga negara Indonesia yang tidak
mampu membiayai pendidikannya, dalam bentuk:

52697960.doc 27
a. beasiswa;
b. bantuan biaya pendidikan;
c. kredit mahasiswa; atau
d. pemberian pekerjaan kepada mahasiswa.
(6) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berisi rancangan
pemberian bantuan kepada sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
persen dari jumlah peserta didik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.

Pasal 42
(1) Pemerintah memberikan bantuan sumberdaya pendidikan
kepada badan hukum pendidikan.
(2) Pemerintah daerah dan masyarakat dapat memberikan
bantuan sumberdaya pendidikan kepada badan hukum
pendidikan.
(3) Bantuan dana pendidikan dari Pemerintah atau pemerintah
daerah kepada badan hukum pendidikan diberikan dalam bentuk
hibah kepada satuan pendidikan sesuai peraturan perundang-
undangan.
(4) Pemerintah memberikan kemudahan atau insentif perpajakan
kepada masyarakat yang memberikan sumberdaya pendidikan
pada badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).

Pasal 43
(1) Badan hukum pendidikan dapat melakukan investasi dalam
bentuk portofolio.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
(4) huruf d.
(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
setiap tahunnya tidak melampaui 10 (sepuluh) persen dari
volume pendapatan dalam anggaran tahunan badan hukum
pendidikan.
(4) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
atas dasar prinsip kehati-hatian untuk membatasi resiko yang
ditanggung badan hukum pendidikan.
(5) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola dan
dibukukan secara profesional oleh pimpinan pengelola
pendidikan terpisah dari pengelolaan kekayaan dan pendapatan

52697960.doc 28
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3).
(6) Seluruh keuntungan dari investasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (4).
(7) Perusahaan yang dikuasai badan hukum pendidikan melalui
investasi portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dimanfaatkan untuk sarana pembelajaran peserta didik.

Pasal 44

(1) Badan hukum pendidikan dapat mendirikan badan hukum laba


dalam bentuk perseroan terbatas sesuai peraturan perundang-
undangan.
(2) Modal badan hukum pendidikan yang ditanamkan dalam
perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) persen dari seluruh
kekayaan neto badan hukum pendidikan.
(3) Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelola secara profesional oleh dewan komisaris, dewan direksi,
beserta seluruh jajaran karyawan perseroan terbatas yang tidak
berasal dari badan hukum pendidikan.
(4) Seluruh deviden yang diperoleh dari perseroan terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah dikurangi pajak
penghasilan yang bersangkutan digunakan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4).
(5) Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dimanfaatkan untuk sarana pembelajaran peserta didik.

Bagian Kelima
Akuntabilitas dan Pengawasan

Pasal 45
(1) Akuntabilitas badan hukum pendidikan pada masyarakat terdiri
atas akuntabilitas akademik dan akuntabilitas non-akademik.
(2) Untuk mewujudkan akuntabilitas badan hukum pendidikan,
jumlah maksimum peserta didik dalam setiap badan hukum
pendidikan harus sesuai dengan kapasitas sarana dan prasarana,
pendidik dan tenaga kependidikan, pelayanan, serta sumber
daya pendidikan lainnya.

52697960.doc 29
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah maksimum peserta didik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Pasal 46
(1) Pengawasan rutin dan sistemik badan hukum pendidikan
dilakukan melalui sistem pelaporan tahunan organ badan hukum
pendidikan.
(2) Pengawasan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Sistem pelaporan tahunan sebagimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi subsistem pelaporan bidang akademik dan subsistem
pelaporan bidang non-akademik.
(4) Subsistem pelaporan bidang non-akademik mencakup
subsistem pelaporan keuangan dan subsistem pelaporan non-
keuangan.
(5) Sistem pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) diatur dalam anggaran rumah tangga sesuai angaran
dasar dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47
(1) Pemimpin organ pengelola pendidikan menyusun dan menyam-
paikan laporan tahunan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 secara tertulis kepada MWA atau nama lain dari
organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan.
(2) Pemimpin organ pengelola pendidikan dibebaskan dari
tanggung jawab, setelah laporan tahunan pemimpin organ
pengelola pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima dan disahkan oleh MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan.
(3) Dalam hal setelah pengesahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdapat hal baru yang membuktikan sebaliknya, maka
pengesahan tersebut dapat dibatalkan oleh MWA atau nama lain
dari organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan.

Pasal 48
(1) Pemimpin DA atau nama lain dari organ yang melakukan fungsi
audit non-akademik menyusun dan menyampaikan laporan
tahunan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 secara tertulis kepada MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan.

52697960.doc 30
(2) Pemimpin DA atau nama lain dari organ yang melakukan fungsi
audit non-akademik dibebaskan dari tanggung jawab, setelah
laporan tahunan pemimpin DA atau nama lain dari organ yang
melakukan fungsi audit non-akademik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterima dan disahkan oleh MWA atau nama lain
dari organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan.
(3) Dalam hal setelah pengesahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdapat hal baru yang membuktikan sebaliknya, maka
pengesahan tersebut dapat dibatalkan oleh MWA atau nama lain
dari organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan.

Pasal 49
(1) Ketua MWA atau nama lain dari organ representasi pemangku
kepentingan badan hukum pendidikan menyusun dan
menyampaikan laporan tahunan sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 secara tertulis kepada rapat MWA atau
nama lain dari organ representasi pemangku kepentingan badan
hukum pendidikan.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengesahkan
laporan tahunan ketua MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan
apabila telah sesuai anggaran rumah tangga, anggaran dasar,
dan peraturan perundang-undangan.
(3) Laporan yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan oleh ketua MWA atau nama lain dari organ
representasi pemangku kepentingan badan hukum pendidikan
kepada pendiri badan hukum pendidikan.

Pasal 50
(1) Laporan keuangan tahunan badan hukum pendidikan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan tahunan
badan hukum pendidikan, dan disusun sesuai standar akuntansi
yang berlaku.
(2) Dalam hal badan hukum pendidikan menyelenggarakan lebih
dari 1 (satu) satuan pendidikan, atau menguasai lebih dari 50
(lima puluh) persen saham pada satu atau lebih perseroan
terbatas, laporan keuangan tahunan badan hukum pendidikan
merupakan laporan keuangan tahunan konsolidasi.
(3) Laporan keuangan tahunan badan hukum pendidikan
dipertanggungjawabkan kepada publik melalui pemuatan di
media cetak berbahasa Indonesia.

52697960.doc 31
(4) Dalam hal badan hukum pendidikan menerima dan
menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, badan
hukum pendidikan melaporkan penerimaan dan penggunaan
dana tersebut sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 51
(1) Laporan keuangan tahunan badan hukum pendidikan diaudit
oleh akuntan publik.
(2) Dalam hal badan hukum pendidikan menerima bantuan dari
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah, maka Badan Pemeriksa
Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jenderal Departemen terkait, atau Inspektorat Daerah
sesuai kewenangan masing-masing dapat melakukan
pemeriksaan terhadap badan hukum pendidikan, terbatas pada
penerimaan dan penggunaan bantuan tersebut.

Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai akuntabilitas dan pengawasan
badan hukum pendidikan ditetapkan dalam anggaran dasar badan
hukum pendidikan.
================= 17 Maret 2008, pkl
23.30====================

Bagian Keenam
Ketenagaan

Pasal 53

(1) Tenaga badan hukum pendidikan terdiri atas pendidik dan


tenaga kependidikan.
(2) Tenaga badan hukum pendidikan berstatus pegawai negeri sipil
yang dipekerjakan dan/atau pegawai non-pemerintah.
(3) Tenaga badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) membuat perjanjian kerja dengan badan hukum
pendidikan.
(4) Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memperoleh remunerasi dari:
a. Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai peraturan
perundang-undangan, dan
b. Badan hukum pendidikan sesuai ketentuan dalam
anggaran dasar badan hukum pendidikan dan anggaran
rumah tangga badan hukum pendidikan.

52697960.doc 32
(5) Pegawai negeri sipil yang bekerja pada badan hukum
pendidikan dapat menerima dan melaksanakan pekerjaan yang
didanai APBN, APBD, dana masyarakat, dan dana bantuan luar
negeri.

Catatan: usul tambahan ayat


PNS Dpk pada badan hukum pendidikan yang mendapat
pekerjaan lain yang didanai dari APBN, APBD, dana
masyarakat, dan dana bantuan luar negeri harus
mendapat ijin dari pemimpin organ pengelola pendidikan.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian jabatan serta hak dan


kewajiban tenaga badan hukum pendidikan dengan status
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam
perjanjian kerja berdasarkan anggaran dasar badan hukum
pendidikan, anggaran rumah tangga badan hukum pendidikan,
serta peraturan perundang-undangan.
(7) Pada BHPP, perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dibuat antara pemimpin organ pengelola pendidikan yang
bertindak untuk dan atas nama BHPP. organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan tertinggi
dengan setiap tenaga badan hukum pendidikan.
(8) Pada BHPM, yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di
bidang pendidikan, perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dibuat antara pemimpin organ pengelola pendidikan
yang bertindak untuk dan atas nama organ representasi
pemangku kepentingan badan hukum pendidikan tertinggi
dengan setiap tenaga badan hukum pendidikan.
(9) Penyelesaian perselisihan yang timbul antara pendidik serta
tenaga kependidikan dan badan hukum pendidikan diatur dalam
anggaran dasar badan hukum pendidikan.
(10) Jika penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) tidak berhasil, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga badan hukum
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam anggaran dasar badan hukum pendidikan dan anggaran
rumah tangga badan hukum pendidikan.

52697960.doc 33
BAB IV
PENGGABUNGAN

Pasal 54
(1) Penggabungan badan hukum pendidikan dapat dilakukan
melalui:
a. dua atau lebih badan hukum
pendidikan bergabung menjadi satu badan hukum pendidikan
baru; atau
b. satu atau lebih badan hukum pendidikan
bergabung dengan badan hukum pendidikan lain.
(2) Dengan penggabungan badan hukum
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keberadaan
badan hukum pendidikan yang bergabung berakhir karena
hukum.
(3) Aktiva dan pasiva badan hukum
pendidikan yang bergabung beralih karena hukum ke badan
hukum pendidikan baru atau badan hukum pendidikan yang
menerima penggabungan.
(4) Aktiva dan pasiva sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dibukukan dan dilaporkan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku dan harus dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penggabungan badan hukum pendidikan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

BAB V
PEMBUBARAN

Pasal 55
Badan hukum pendidikan bubar karena:
a. jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar badan
hukum pendidikan berakhir;
b. tujuan badan hukum pendidikan yang ditetapkan dalam
anggaran dasar badan hukum pendidikan tidak atau sudah
tercapai;
c. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap berdasarkan alasan:
1) badan hukum pendidikan melanggar ketertiban umum,
kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan;

52697960.doc 34
2) badan hukum pendidikan tidak mampu membayar
hutangnya setelah dinyatakan pailit; dan/atau
3) harta kekayaan badan hukum pendidikan tidak cukup
untuk melunasi hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut.

Pasal 56
(1) Dalam hal badan hukum pendidikan bubar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55, badan hukum pendidikan:
a. wajib diikuti dengan likuidasi; dan
b. tidak dapat lagi melakukan perbuatan hukum, kecuali
diperlukan untuk pemberesan semua urusan badan hukum
pendidikan dalam rangka likuidasi.
(2) Dalam hal badan hukum pendidikan bubar karena alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a dan huruf b,
organ representasi pemangku kepentingan badan hukum
pendidikan menunjuk likuidator untuk menyelesai-kan
penanganan kekayaan badan hukum pendidikan.
(3) Dalam hal badan hukum pendidikan bubar karena putusan
pengadilan, pengadilan menunjuk likuidator untuk menyelesaikan
penanganan kekayaan badan hukum pendidikan.
(4) Dalam hal badan hukum pendidikan bubar karena pailit, berlaku
peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan kekayaan
badan hukum pendidikan yang bubar atau dibubarkan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 57
(1) Dalam hal keputusan yang diambil organ badan hukum
pendidikan melanggar anggaran dasar badan hukum pendidikan,
anggaran rumah tangga badan hukum pendidikan, dan/atau
peraturan perundang-undangan, maka Menteri, menteri lain,
kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Gubernur/Bupati/
Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing dapat
membatalkan keputusan tersebut atau mencabut izin satuan
pendidikan.
(2) Pencabutan izin satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diumumkan di media cetak berbahasa Indonesia.

52697960.doc 35
BAB VII
SANKSI PIDANA

Pasal 58
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 40 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun.
(2) Selain pidana penjara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pelanggar juga dikenai pidana tambahan berupa kewajiban
mengem-balikan uang, barang, atau bentuk lain yang dialihkan.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 59
Pada saat undang-undang ini berlaku, izin satuan pendidikan formal
yang sudah dikeluarkan dinyatakan tetap berlaku sampai izin
tersebut berakhir masa berlakunya atau sampai dicabut sebelum
masa berlakunya berakhir.

Pasal 60
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah sebelum undang-
undang ini berlaku, diakui keberadaannya dan tetap dapat
menyelenggarakan pendidikannya sampai pemerintah daerah
mengubahnya menjadi BHPPD sesuai peraturan perundang-
undangan.

(2) Satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan


pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah harus
mengubah bentuk dan menyesuaikan tata kelolanya sebagai
BHPP menurut undang-undang ini, paling lambat 6 (enam) tahun
sejak undang-undang ini diundangkan.

(3) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (2) tetap


memperoleh alokasi dana pendidikan seperti yang selama ini
telah diperoleh paling lama 6 (enam) tahun terhitung sejak
undang-undang ini diundangkan, dan selanjutnya memperoleh
dana pendidikan dalam bentuk hibah sesuai peraturan
perundang-undangan.

(4) Perubahan bentuk dan penyesuaian tata kelola satuan


pendidikan sebagai BHPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.

52697960.doc 36
Pasal 61
(1) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yang telah
menyelenggarakan pendidikan formal sebelum undang-undang
ini berlaku, diakui keberadaannya sebagai badan hukum
pendidikan dan tetap dapat menyelenggarakan pendidikan
formal.
(2) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara harus mengubah
bentuk dan menyesuaikan tata kelolanya sebagai BHPP menurut
undang-undang ini, paling lambat 3 (tiga) tahun sejak undang-
undang ini diundangkan.
(3) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara sebagaimana
dimaksud ayat (1) tetap memperoleh alokasi dana pendidikan
seperti yang selama ini telah diperoleh paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak undang-undang ini diundangkan, dan selanjutnya
memperoleh alokasi dana pendidikan dalam bentuk hibah sesuai
peraturan perundang-undangan.

(4) Perubahan bentuk dan penyesuaian tatakelola sebagai BHPP


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat dalam Peraturan
Pemerintah yang menetapkan anggaran dasar BHPP.

Pasal 62
(1) Yayasan, perkumpulan dan badan hukum lain di bidang
pendidikan yang telah menyelenggarakan pendidikan formal
sebelum undang-undang ini berlaku diakui keberadaannya
sebagai badan hukum pendidikan dan tetap dapat
menyelenggarakan pendidikannya.
(2) Yayasan, perkumpulan dan badan hukum lain di bidang
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
menyesuaikan tata kelolanya menurut undang-undang ini, paling
lambat 6 (enam) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.
(3) Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain di bidang
pendidikan sebagaimana dimaksud pasal ayat (1) tetap
memperoleh bantuan dana pendidikan seperti yang selama ini
telah diperoleh paling lama 6 (enam) tahun terhitung sejak
undang-undang ini diundangkan, dan selanjutnya memperoleh
bantuan dana pendidikan sesuai dengan dalam bentuk hibah
sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Penyesuaian tata kelola sebagai badan hukum pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan akta
notaris.

52697960.doc 37
BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 63
Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk
melaksanakan undang-undang ini harus ditetapkan paling lambat 2
(dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini diundangkan.

Pasal 64
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundang-an Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta,
pada tanggal …..................
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …..................

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …... NOMOR …..

52697960.doc 38
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................3
KETENTUAN UMUM.................................................................................3
Pasal 1.................................................................................................................3
Pasal 2.................................................................................................................4
Pasal 3.................................................................................................................4
Pasal 4.................................................................................................................5
Pasal 5.................................................................................................................6
Pasal 6.................................................................................................................6
Pasal 7.................................................................................................................7
BAB II....................................................................................................7
BADAN HUKUM PENDIDIKAN DASAR DAN/ATAU MENENGAH......................7
Pasal 8.................................................................................................................7
Pasal 9.................................................................................................................8
Pasal 10...............................................................................................................9
Pasal 11...............................................................................................................9
BAB III...................................................................................................9
BADAN HUKUM PENDIDIKAN TINGGI........................................................9
Bagian Kesatu...............................................................................................................9
Pendirian Dan Pengesahan............................................................................................9
Pasal 12...............................................................................................................9
Pasal 13.............................................................................................................10
Pasal 14.............................................................................................................10
Pasal 15.............................................................................................................12
Bagian Kedua..............................................................................................................12
Tata Kelola..................................................................................................................12
Paragraf 1....................................................................................................................12
Organ Badan Hukum Pendidikan...............................................................................12
Pasal 16.............................................................................................................12
Pasal 17.............................................................................................................13
Paragraf 2....................................................................................................................13
Organ Representasi Pemangku Kepentingan .............................................................13
Badan Hukum Pendidikan..........................................................................................13
Pasal 18.............................................................................................................13
Pasal 19.............................................................................................................14
Pasal 20.............................................................................................................15
Pasal 21.............................................................................................................16
Pasal 22.............................................................................................................16
Pasal 23.............................................................................................................17
Pasal 24.............................................................................................................17
Paragraf 3....................................................................................................................18
Organ yang Menjalankan Fungsi Audit Non-akademik ............................................18
Pasal 25.............................................................................................................18
Paragraf 4....................................................................................................................19
Organ Pengelola Pendidikan ......................................................................................19
Pasal 26.............................................................................................................19
Subparagraf 4a............................................................................................................19
Pimpinan Pengelola Pendidikan.................................................................................19
Pasal 27.............................................................................................................19

52697960.doc i
Pasal 28.............................................................................................................19
Pasal 29.............................................................................................................21
Pasal 30.............................................................................................................21
Pasal 31.............................................................................................................22
Pasal 32.............................................................................................................22
Sub-paragraf 4b...........................................................................................................22
Senat Akademik atau Nama Lain dari Majelis Representasi Pemangku Kepentingan
Para Pendidik..............................................................................................................22
Pasal 33.............................................................................................................22
Pasal 34.............................................................................................................23
Pasal 35.............................................................................................................24
Pasal 36.............................................................................................................25
Bagian Ketiga..............................................................................................................25
Kekayaan.....................................................................................................................25
Pasal 37.............................................................................................................25
Pasal 38.............................................................................................................26
Pasal 39.............................................................................................................26
Pasal 40.............................................................................................................27
Bagian Keempat..........................................................................................................27
Pendanaan ..................................................................................................................27
Pasal 41.............................................................................................................27
Pasal 42.............................................................................................................28
Pasal 43.............................................................................................................28
Pasal 44.............................................................................................................29
Bagian Kelima............................................................................................................29
Akuntabilitas dan Pengawasan ..................................................................................29
Pasal 45.............................................................................................................29
Pasal 46.............................................................................................................30
Pasal 47.............................................................................................................30
Pasal 48.............................................................................................................30
Pasal 49.............................................................................................................31
Pasal 50.............................................................................................................31
Pasal 51.............................................................................................................32
Pasal 52.............................................................................................................32
Bagian Keenam...........................................................................................................32
Ketenagaan..................................................................................................................32
Pasal 53.............................................................................................................32
BAB IV.................................................................................................34
PENGGABUNGAN..................................................................................34
Pasal 54.............................................................................................................34
BAB V..................................................................................................34
PEMBUBARAN......................................................................................34
Pasal 55.............................................................................................................34
Pasal 56.............................................................................................................35
BAB VI.................................................................................................35
SANKSI ADMINISTRATIF........................................................................35
Pasal 57.............................................................................................................35
BAB VII................................................................................................36
SANKSI PIDANA....................................................................................36
Pasal 58.............................................................................................................36
BAB IX.................................................................................................36
KETENTUAN PERALIHAN........................................................................36
Pasal 59.............................................................................................................36

52697960.doc ii
Pasal 60.............................................................................................................36
Pasal 61.............................................................................................................37
Pasal 62.............................................................................................................37
BAB X..................................................................................................38
KETENTUAN PENUTUP...........................................................................38
Pasal 63.............................................................................................................38
Pasal 64.............................................................................................................38

52697960.doc iii

Anda mungkin juga menyukai