Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan global untuk minyak kelapa sawit melonjak sehingga dengan cepat minyak
sawit sangat berkembang pesat menjadi pilihan minyak nabati untuk digunakan dalam
pembuatan makanan, kosmetik dan bahan bakar nabati (biofuel). Pada perkembangannya saat
ini, permintaan minyak sawit diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada 2030 dan tiga
kali lipat pada tahun 2050.1 Seiring dengan peningkaan permintaan akan Minyak Sawit,
dalam laporan UNEP tahun 2007 ditemukan fakta bahwa perkebunan kelapa sawit adalah
faktor utama dari perusakan hutan tropis di Malaysia dan Indonesia.2 Perusahaan-perusahaan
minyak sawit tengah melakukan pembukaan hutan besar-besaran di kawasan paling timur
Papua yang tidak tersentuh dalam rangka membuat perkebunan kelapa sawit.

PT Sinar Mas adalah produsen terbesar minyak sawit 3, pulp dan kertas di Indonesia. Di
sektor kelapa sawit, kekuasaan grup usaha ini telah mencapai 406.000 hektar lahan
perkebunan kelapa sawit dan mengklaim diri sebagai perusahaan minyak sawit dengan lahan
simpanan yang paling luas di dunia, yang dimana salah satu lokasi lahan simpanan ini berada
di Papua. PT Sinar Mas terlibat dalam “program penanaman baru yang paling agresif” di
antara perusahaan perkebunan lainnya.4 Dilihat dari cara-cara yang sudah dilakukan dan
lokasi lahan simpanan yang berada di areal hutan tropis, sebagian besar 'ekspansi' lahan ini
1
diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada
Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : FAO. 2006. World agriculture: Towards 2030/2050. Interim
Report, Rome (ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0607e/a0607e00.pdf)
2
diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Nellemann C, Miles L, Kaltenborn BP, Virtue M, and
Ahlenius H [Eds] (2007), The last stand of the Orangutan – State of emergency: Illegal Logging, Fire and Palm
Oil in Indonesia’s National Parks, United Nations Environmental Programme
(www.unep.org/grasp/docs/2007jan-laststand-of-orangutan-report.pdf)
3
diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Golden Agri Resources. 2008. Golden Era for Golden Agri:
Financial Results Presentation for year ended 31 December 2007, 25 February 2008
(www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden
%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY
%202007.pdf)
4
diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Greenall, M. 2007. Golden Agri-Resources. BNP Paribas
Corporate & Investment Banking, hal. 8.
1
akan menyebabkan deforestasi serta kandungan karbon yang semakin besar pada sejumlah
lahan gambut.

Komoditi kelapa sawit yang belakangan ini telah menjadi salah satu komoditi utama
Indonesia kemudian dipilih sebagai salah satu komoditi yang dapat dikembangkan sebagai
penyokong pembangunan ekonomi nasional. Dalam rangka itulah, berbagai perusahaan
nasional yang bergerak di bidang agro bisnis mulai melihat peluang besar atas usaha kelapa
sawit. PT Sinar Mas sebagai produsen minyak sawit terbesar di Indonesia 5 adalah anggota
Konferensi untuk Kelapa Sawit Berkelanjutan atau Round Table on Sustainable Palm Oil
(RSPO), sebuah prakarsa kalangan industri yang bersifat sukarela, yang bertujuan untuk
mengembangkan sistem sertifikasi untuk produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan
berdasarkan sejumlah prinsip dan kriteria.6 Keikutsertaan dalam RSPO ini secara tidak
langsung menjadi pendorong bagi PT Sinar Mas untuk terus memperluas produksi sawit.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh grup usaha ini dalam industri pulp dan kertas
terbukti telah menimbulkan beberapa kerusakan lingkungan. Perusakan hutan tropis untuk
industri kelapa sawit, pulp dan kertas merupakan bencana ekologis dan menjadi kontributor
utama emisi gas rumah kaca dengan menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga yang
memberikan kontribusi akan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, setelah China dan USA.
Selama setengah abad, telah lebih dari 74 juta hektar hutan Indonesia, seluas lebih dari dua
kali ukuran negara Jerman, telah ditebang, dibakar atau rusak.

Kegiatan penebangan dan pembakaran hutan serta ekspansi perkebunan minyak kelapa
sawit PT Sinar Mas juga menjadi ancaman serius bagi hutan dan masyarakat adat di Kawasan
Lereh, Papua. PT Sinar Mas telah menyatakan akan melakukan ekspansi hingga 1,3 juta
hektar di Papua dan Kalimantan untuk perkebunan minyak kelapa sawit baru. Tetapi, pada
kenyataannya, publik tidak mengetahui bahwa PT Sinar Mas telah berencana membangun 2,8

5
Golden Agri Resources (2008) Golden Era for Golden Agri: Financial Results Presentation for year
ended 31 December 2007, 25 February 2008, Slide www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory
%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation
%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf December 2007, 25 Pebuari 2008, Slide
4. Diperoleh dari www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for
%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December
%202007%20FY%202007.pdf ; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 20.14 WIB.
6
“Orangutan Survival and the Shopping Trolley” diperoleh dari
http://news.bbc.co.uk/panorama/hi/front_page/newsid_8523000/8523999.stm; internet; diakses pada
tanggal 16 April 2010 pukul 22.10 WIB.
2
miliar hektar perkebunan sawit di Papua, yang menurut temuan Greenpeace lebih dari dua
kali lipat kepemilikan tanah PT Sinar Mas saat ini.7

Tindak tanduk pembukaan hutan demi pelaksanaan perkebunan kelapa sawit di Lereh,
Jayapura oleh PT Sinar Mas disambut baik oleh Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu,
SH, yang memiliki rencana untuk mendatangkan investasi ke Papua. Rencana pembukaan
kebun kelapa sawit oleh PT Sinar Mas direncanakan akan direalisasikan di 5 Kabupaten
Papua, yakni Kabupaten Boven Digoel, Mappi, Merauke, Sarmi dan Kabupaten Jayapura. 8
Dikatakan bahwa dari pembukaan lahan kelapa sawit di areal seluas 1 juta hektar ini,
diharapkan akan menghasilkan produksi sedikitnya 130 ribu barel per hari.

Apabila perkebunan kelapa sawit oleh PT Sinar Mas telah mulai berjalan, ditargetkan
dalam jangka waktu 6 tahun mendatang, wilayah yang ditargetkan akan menjadi daerah
swasembada dan di tahun ketujuh akan melakukan ekspor. Pda tahun 2007, Gubernur
Provinsi Papua mencanangkan, baik kepada para pengusaha dan Pemerintah Daerah, terlebih
dahulu melakukan persiapan menjelang realisasi yang kemudian akan dilakukan pada tahun
2008.9 Dengan kata lain, dapat dilihat bahwa peluang atau kesempatan dalam dunia investasi,
khususnya pada subsektor perkebunan, terbuka lebar bagi para investor yang ingin turut andil
dalam percepatan pembangunan ekonomi ditanah Papua.

Secara teoritis, dengan adanya perkembangan pembangunan ekonomi dan multiplier


effect, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat sehingga menguntungkan bagi
Pemerintah Daerah serta masyarakat. Wacana ini disambut baik oleh pemerintah daerah
Papua, sehingga mereka menyambut baik investor yang hendak membangun kebun kelapa
sawit di Papua. Tetapi, satu hal paling krusial yang tidak diindahkan oleh Pemerintah Daerah
Papua ialah di hutan di daerah Lereh yang dijadikan salah satu lahan yang dibuka untuk
perkebunan kelapa sawit, juga tumbuh tanaman sagu dan nipah, yang dimana kedua
tumbuhan tersebut merupakan kebutuhan utama masyarakat Papua. Sagu adalah makanan
pokok masyarakat Papua dan nipah digunakan untuk bahan pembuat rumah mereka.

7
Sinar Mas Berhutang Perubahan Iklim Rp 48,5 triliun per tahun Akibat Pembabatan Hutan di Sumatra
yang diunduh dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/SM_hutangperubahaniklim
pada hari Senin, 19 April 2010 pukul 22.30.
8
Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha yang diunduh dari http://papua-
investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.
9
Investor Bidik Kebun Kelapa Sawit Dan Sagu Papua yang diunduh dari http://papua-
investment.com/berita.php?ids=43&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.
3
Pengrusakan hutan ini akan berdampak buruk pada masyarakat yang menggantungkan
hidupnya kepada hutan-hutan ini.

1.2 Rumusan Pertanyaan

Bagaimana relasi antara PT Sinar Mas dengan Pemerintah Daerah Papua dalam
proses pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di Lereh, Jayapura?

1.3 Landasan Teori

Teori Bisnis Sebagai Modal10

Teori ini mengatakan bahwa salah satu model bisnis yang terbentuk dalam suatu
negara bisa terjadi karena adanya tuntutan untuk menciptakan modal bagi pengembangan
wilayah negara tersebut. Modal ini, tidak semata-mata muncul karena adanya inisiatif
pemerintah untuk mengundang investasi masuk ke dalam wilayahnya, tapi juga muncul dari
tuntutan trend global liberalisme dan kapital internasional.

Trend global ini secara tidak langsung ‘memaksa’ pemerintah regional untuk lebih
terbuka pada investasi. Hal ini sering dilakukan oleh negara-negara maju kepada negara-
negara berkembang dengan dalih bahwa investasi tersebut akan membantu wilayah negara itu
untuk dapat ikut bermain dalam trend global. Dalam situasi terdesak, seringkali pemerintah
regional mengabaikan atau tidak sanggup menentukan sistem perlindungan bagi wilayahnya
sendiri. Kelalaian pemerintahan ini akan berlanjut pada kelonggaran prosedur penerimaan
investor dan pembuatan kebijakan yang fleksibel. Di satu sisi, situasi ini menguntungkan para
investor yang akan menanamkan sahamnya di suatu negara. Pasalnya, investor diuntungkan
dengan regulasi yang mudah, pajak yang rendah, dan keleluasaan untuk melakukan aktivitas
produksi tanpa aturan-aturan yang merepotkan. Pada perjalannya, biasanya situasi ini
diperkuat dengan negosiasi pengusaha dengan pemerintah setempat. Haggard
menggambarkannya dengan ‘the institutional structure of business-government relation also
plays a role.’

10
Stephen Haggard, et.al., “Theories of Business-State Relations” dalam Bussines and The State in
Developing Countries, (Corneel University, 1997), hlm. 45.
4
Di lain sisi, pemerintah juga mendapat keuntungan dengan ditanamkannya investasi
di negaranya. Dengan adanya dana yang disuntikkan oleh investor, maka pemerintah dapat
mengembangkan wilayahnya dan menerima berbagai keuntungan di semua bidang. Terlebih,
bila suatu negara mempunyai potensi alam yang dapat dimanfaatkan, maka negara tersebut
dapat mempunyai posisi tawar yang baik sehingga nantinya dapat mengambil lebih banyak
lagi keuntungan dari hasil negosiasi relasi bisnis pengusaha dan pemerintah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Kronologi Peristiwa

Di tahun 200711, PT Sinar Mas ingin melakukan pembukaan lahan perkebunan kelapa
sawit di kabupaten Jayapura, lebih tepatnya di daerah Lereh. PT Sinar Mas melakukan
pembukaan hutan besar-besaran khususnya di wilayah Papua bagian timur. 12 Hal ini
dimungkinkan karena banyaknya perusahaan-perusahaan sejenis PT Sinar Mas yang telah
memperoleh izin mengkonversi lahan seluas puluhan ribu hektar. Pernyataan tersebut
diungkapkan oleh Bustar Maitar yang merupakan aktivis Greenpeace yang menaruh perhatian
besar terhadap pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Greenpeace sendiri adalah
sebuah wadah atau LSM independen yang memberi perhatian dan melakukan berbagai riset
di bidang lingkungan hidup.

Di tahun berikutnya, PT Sinar Mas pun mulai membuka lahan di Lereh, Papua.
Mereka membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan merusak hutan sagu. Seperti
yang kita ketahui bahwa sagu merupakan makanan pokok orang Papua. Dengan melakukan
perusakan terhadap hutan sagu ini tentu akan menggangu persediaan kebutuhan pokok
penduduk sekitar lahan yang hendak dijadikan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, untuk
membuka lahan mereka harus melakukan pembakaran hutan puluhan ribu hektar yang
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup di sekitarnya. Adanya kepulan asap
yang mengandung zat-zat berbahaya ke atmosfer yang menjadi ancaman bagi kesehatan
warga sekitar dan menggangu ekosistem atau bahkan memusnahkan berbagai habitat.

Lebih jelasnya, PT Sinar Mas tidak mungkin dapat melakukan pembukaan lahan
kelapa sawit jika tidak didukung oleh “bantuan” pemerintah daerah setempat. Bantuan yang
dimaksud beringinan dengan salah satu tujuan dari Gubernur Papua Barnabas Suebu yang
memang di masa kepemimpinannya menitikberatkan pada perburuan investor. 13 Dengan
demikian, di bawah kepemimpinannya, ia sangat membuka peluang bagi para investor baik
11
“Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha” diperoleh dari http://papua-
investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.45 WIB.
12
“Perusahaan Minyak Sawit Rusak Hutan Papua” diperoleh dari http://www.kilasberita.com/kb-
news/kilas-indonesia/7831-perusahaan-minyak-sawit-rusak-hutan-papua; internet; diakses pada tanggal 15
April 2010 pukul 19.21 WIB.
13
Aryo Wisanggeni Genthong dalam Fandri Yuniarti (Ed.), Ekspedisi Tanah Papua: Laporan Jurnalistik Kompas Terasing di Pulau
Sendiri, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 128.
6
itu dari dalam maupun luar negeri untuk masuk ke Papua. Tujuan utamanya untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga mampu memberdayakan
perekonomian rakyat serta meningkatkan aksesibilitas daerah. Dengan diberikannya
keleluasaan pada daerah untuk menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya alam
(SDA) di daerahnya, beberapa daerah masih menggunakan paradigma bahwa PAD adalah
faktor utama yang menentukan dalam pelaksanaan otonomi daerah. 14 Hal tersebut telah
mendorong daerah untuk melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap SDA daerahnya.
Keterlibatan pemerintah disini dapat dilihat, yaitu Gubernur selaku pemberi izin dan
penetapan lahan untuk dijadikan kebun sawit. Selain itu, tentunya memerlukan persetujuan
dari bupati setempat yakni Kabupaten Jayapura. Pemberian izin menjadi lebih mudah karena
adanya keinginan untuk meningkatkan perekonomian melalui peningkatan PAD Papua.

Perlu diketahui bahwa hasil dari kelapa sawit ini dapat diolah menjadi minyak sawit
yang berdaya guna tinggi. Salah satunya sebagai bahan dasar makanan seperti cokelat,
biskuit, margarin, roti dan keripik. PT Sinar Mas yang merupakan produsen minyak sawit ini
melakukan pengeksporan ke berbagai perusahaan multinasional seperti PT Nestle. PT Nestle
merupakan perusahaan makanan dan minuman yang menjual produk-produknya ke berbagai
negara.15 Beberapa contoh produk yang dihasilkan misalnya KitKat, yang merupakan biskuit
coklat yang banyak digemari banyak orang termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, tuntutan
akan kebutuhan minyak sawit sebagai bahan baku oleh PT Nestle kian meningkat. Hal ini
jelas meningkatkan minat perusahaan-perusahaan penghasil minyak sawit untuk terus
memperluas perkebunan kelapa sawitnya. Perluasan perkebunan sawit inilah yang menjadi
alasan utama PT Sinar Mas membuka lahan di wilayah Papua setelah sebelumnya di Riau dan
Kalimantan Barat.

Di awal tahun 2009, Greenpeace yang melakukan penelitian mengenai aktivitas-


aktivitas perusakan dan penyalahgunaan fungsi hutan dan lingkungan hidup. Eksistensi
Greenpeace pun dapat ditemui di Indonesia, mengingat negara kita yang memiliki hutan yang
begitu luas dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Menurut sejumlah fakta yang
ditemukan Greenpeace, PT Sinar Mas ini diduga melakukan perusakan hutan dan lingkungan
hidup sebagai dampak dari pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Greenpeace

14
J.E. Hosio, Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-Esai dari Sorong, (Yogyakarta: Laksbang Yogyakarta, 2007), hlm. 87.
15
“Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak
Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet; diakses
pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB, hlm. 5.
7
mengklaim telah menemukan sejumlah titik pembakaran di areal perkebunan Sinar Mas pada
tahun 2006-2007 itu benar.16 Sinar Mas tidak memenuhi persyaratan kebijakan dan
mekanisme pencegahan kebakaran yang resmi secara hukum. 17 Atas dasar temuan tersebut,
Greenpeace melakukan serangkaian aksi protes, tidak hanya di level nasional (Indonesia) saja
melainkan juga di level internasional seperti di berbagai negara di Eropa. Gencarnya aksi
protes yang dilayangkan kepada PT Sinar Mas ini telah berdampak pada kegiatan
kerjasamanya dengan PT Nestle dan perusahaan multinasional lainnya. Mereka menuntut
agar PT Nestle tidak lagi menggunakan minyak sawit yang diproduksi oleh PT Sinar Mas dan
rantai distribusinya.18 Alasan mereka tak lain karena PT Sinar Mas telah menyebabkan
kerusakan hutan yang memiliki dampak lanjutan seperti perubahan iklim, gangguan
ekosistem dan menimbulkan konflik sosial di sekitar wilayah yang dijadikan perkebunan
sawit. Kabar terakhir, di bulan Maret 2010 ini, hasil temuan Greenpeace di lapangan atas aksi
perusakan hutan yang dilakukan PT Sinar Mas ini ialah PT Nestle hendak memutuskan
kerjasama pembelian langsung dengan Sinar Mas.19

2.2 Analisis Peristiwa

Pertumbuhan permintaan kelapa sawit di dunia memang sangat potensial dan sangat
menggiurkan terutama bagi pertumbuhan ekonomi indonesia. penanaman kelapa sawit yang
meningkat tersebut, membuat perusahaan sekaligus pemerintah harus memperhatikan
beberapa aspek pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan demi menjaga ekosistem dan
keberlangsungan kehidupan suatu masyarakat. Terdapat empat unsur yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan20, diantaranya;

a. Keutuhan dan Kelanjutan Ekologi. Pengelolaan hutan harus memperhatikan aspek


perlindungan terhadap sampel habitat kehidupan hutan yang sangat penting dan sangat
berpengaruh terhadap berbagai fungsi lingkungan seperti keanekaragaman hayati, aliran

16
Ibid., hlm. 10.
17
Ibid., hlm. 10.
18
Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari
http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-
12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet; diakses
pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.
19
Leo Sunu, “Kantor Nestle Didemo "Orangutan"” diperoleh dari
http://sains.kompas.com/read/2010/03/24/12165888/Kantor.Nestle.Didemo.Orangutan; internet; diakses
pada tanggal 14 April 2010 pukul 21.38 WIB.
20
Charles Victor Barber, dkk., Menyelamatkan Sisas Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 5-7.
8
sungai dan sistem hidrologis, pemeliharaan fungsi daur ulang zat hara, perlindungan iklim
dan pemisahan serta penimbunan karbon di atmosfer. Dilihat dari kebijakan yang
dilakukan oleh Gubernur Provinsi Papua yang menyebabkan rusaknya hutan sagu di
wilayah Papua, pemberian izin pembukaan lahan yang diberikan kepada PT Sinar Mas,
jelas tidak memenuhi unsur pertama dari pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan
karena telah menyebabkan keutuhan dan kelanjutan ekologi diwilayah tersebut terganggu
bahkan rusak.

b. Penggunaan Produk dan Jasa Hutan oleh Manusia Secara Berkelanjutan dan Adil.
Artinya, pemerintah harus memberikan pembagian yang jelas terhadap fungsi hutan.
Seperti hutan yang hanya difungsikan untuk keperluan Ilmuah, pengambilan flora dan
fauna tradisional secara terbatas saja; hutan lain hanya difungsikan untuk wisata alam
yang tidak merusak; dan wilayah hutan lainnya diguarkan menjadi tudung hutan dengan
tetap menghasilkan macam-macam barang dan jasa ekonomi tanpa merugukan jasa
ekologi dan sebagainya. Pembagian fungsi hutan tersebut dilakukan dengan terlebih
dahulu menginventarisasi ciri ekologi, faktor sosial dan faktor demografi tanpa
mengganggu potensi ekonomi. Biaya perlindungan dan produksi hutan sama-sama dipikul
oleh masyarakat setempat, sektor suasta dan pemerintah. Program Gubernur Papua dalam
hal penitik beratan pada pengundangan Investor untuk masuk ke Papua memang
merupakan langkah yang mulia demi memajukan perekonomian dan kehidupan Orang
Papua. Permasalahannya adalah, ketika sebuah perusahaan terbesar di Indonesia berhasil
membuka lahan untuk perkebunan dengan mengganggu fungsi hutan lindung dan fungsi
ekosistem lain di kawasan tersebut, kebijakan yang diambil oleh Gubernur jelas sudah
melanggar unsur penggunaan produk dan jasa hutan oleh manusia secara berkelanjutan
dan adil.

c. Pengelolaan Terpadu pada Skala yang Tepat. Pengelolaan hutan harus dilakukan secara
proporsional dengan menyusun kerangka kerja yang mempertimbangkan keadaan
kehidupan sosial disekitar kawasan hutan tersebut. Dari unsur tersebut, sangat jelas
bahwa pemerintah Papua tidak memperhatikan unsur pengelolaan terpadu dalam hal
pemberian izin pembukaan lahan untuk PT Sinar Mas. Data Greenpeace yang
menunjukkan tentang kerugian ekosistem karena pembakaran hutan yang dilakukan oleh
PT Sinar Mas, menunjukkan betapa pemerintah Papua tidak memiliki pertimbangan yang

9
matang dan proporsional dalam menyusun kerangka kerja bagi kelangsungan kehidupan
disekitar wilayah perkebunan tersebut.

d. Unsur yang terakhir adalah Keikutsertaan yang Adil dan Bijaksana oleh Semua Pihak
yang Berkepentingan. Dalam keputusan mengenai pengelolaan dan kebijaksanaan tentang
hutan, semua pihak yang berkepentingan memiliki kewenangan dan hak atas informasi
dan partisipasi. Segala informasi yang menyangkut keadaan hutan tersebut juga harus
dimiliki dengan komposisi akses yang sama oleh semua pihak. Dalam proses pemberian
izin pembukaan lahan, langkah apa saja yang akan dilakukan terhadap lahan tersebut,
sampai eksekusi dilakukan oleh PT Sinar Mas dalam bentuk pengerusakan tanaman sagu
serta pembakaran lahan hutan lindung di daerah Papua, sangat jelas terlihat bahwa dalam
hal ini, semua pihak yang berkepentingan terhadap hutan tersebut tidak memiliki akses
informasi yang sama terhadap apa yang akan dilakukan terhadap lahan yang telah dibeli
oleh PT Sinar Mas.

Aksi ‘mulus’ yang dilakukan oleh baik PT Sinar Mas sebagai pihak yang
berkepentingan terhadap pembukaan lahan di Papua ataupun Pemerintah Provinsi Papua,
dalam hal pemberian izin pembukaan dan pembangunan perkebunan di daerah Papua
menimbulkan pertanyaan besar. Menurut Barber, terdapat setidaknya tiga kelompok penting
yang mempunyai kepentingan terutama dalam pengambilan kebijakan kehutanan. 21 Pertama
adalah perusahaan dagang yang menguasai produksi kayu. Dalam hal ini, PT Sinar Mas
adalah perusahaan yang sangat berkepentingan sekaligus diuntungkan terhadap ‘mulus’nya
proses pembukaan lahan di Papua. Kedua adalah kapitalis birokratis dalam pemerintahan
yang membentuk hubungan bisnis yang saling menguntungkan dengan perusahaan suasta di
sektor kehutanan. Dalam hal ini, kami menilai Gubernur Papua merupakan Kapitalis
Birokratis tersebut. Dengan dalih peningkatan ekonomi dan kehidupan rakyat Papua, Pak Bas
(panggilan akrab beliau) mengundang sebanyak-banyaknya infestor masuk ke Papua.
Selanjutnya beliau ‘menjual’ tanah papua tanpa memperhatikan unsur pengelolaan kawasan
hutan yang berkelanjutan. Tindakan tersebut sungguh mencerminkan sikap opportunis
seorang birokrat.

Ketiga adalah anggota birokratis kehutanan itu sendiri yang mempunai wewenang
atas seluruh areal hutan tersebut. Jika membahas tentang wewenang atas seluruh areal hutan,
pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dibukanya lahan hutan bagi tanaman sawit

21
Ibid., hlm. 148
10
tersebut adalah departemen kehutanan dibawah kuasa langsung dari menteri kehutanan RI.
Kenapa Departemen Kehutanan dan Pemerintah Pusat harus bertanggung jawab? Karena izin
pembebasan lahan tersebut dikeluarkan oleh badan itu dan ketika terjadi kesalahan prosedur
dan dampak yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat, pihak pemerintah seakan tutup
mata terhadap kejadian tersebut.

11
BAB III

KESIMPULAN

Setelah melihat pemaparan mengenai pembukaan lahan kelapa sawit oleh PT Sinar
Mas, kita dapat melihat bahwa kasus ini tidaklah lepas dari relasi pemerintah dan pengusaha.
Terkait dengan Teori Bisnis Sebagai Modal, tampak bahwa perkebunan kelapa sawit adalah
salah satu kebutuhan dasar bagi banyak produk konsumsi massal di dunia, termasuk
perusahaan transnasional yang telah disebutkan di atas, Nestle. Permintaan akan ketersediaan
minyak kelapa sawit membuat PT Sinar Mas ingin meluaskan usaha perkebunan kelapa sawit
di Papua. Maksud PT Sinar Mas ini disambut baik oleh Gubernur Papua, Barnabas Suebu
yang tengah memiliki visi untuk mengadakan pengembangan wilayah Papua melalui dana
investor. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan ini akhirnya membuka
diskusi yang berujung pada dibukanya lahan hutan sagu untuk ditanami tanaman kelapa
sawit. Dengan demikian, kasus ini selaras dengan gagasan Teori Bisnis sebagai Modal
Haggard, dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Terdapat tekanan trend global / kapitalis transnasional.

Hal ini terbukti dengan visi Barnabas Suebu yang ingin memajukan Provinsi Papua melalui
suntikan dana investor. Keinginan itu digunakan oleh PT Sinar Mas untuk menawarkan
proyek berupa pembukaan lahan sagu untuk ditanami kelapa sawit yang kini tengah
mengalami peningkatan permintaan sebagai bahan baku utama produk massal. Pasarnya
bukan hanya dari perusaahaan dalam negeri, tapi juga Nestle, Cargill, dan lain sebagainya.

b. Adanya pemaksaan tuntutan akan kemajuan yang berasal dari dana investor,
sehingga pemerintah luput akan tugasnya untuk melakukan regulasi yang ketat.

Hal ini terbukti dari minimnya perhatian PT Sinar Mas dalam prosedur pembebasan lahan
dan pemusnahan tanaman sagu yang merusak lingkungan sekitarnya. Pembebasan ini juga
merebut tanah ulayat pada tahun 1991. Penduduk semula dijanjikan akan diberi truk dan uang
sebesar Rp 11.000.000 setiap marga sebagai pengganti tanah ulayat. Selain itu, penduduk
juga akan menerima dana kompensasi sebesar 0,5 % dari nilai minyak kelapa sawit dari
perkebunan setelah mulai berproduksi. Namun, karena perjanjian tersebut hanya dilakukan

12
secara lisan, maka PT Sinar Mas pada akhirnya tidak memenuhi janjinya dan hanya
memberikan dana pengganti tanah ulayat sebesar Rp 500.000 per marga pada tahun 2001.22
Perlindungan seminim ini merupakan bukti bahwa proyek pembukaan lahan kelapa sawit ini
tidak memperhatikan prosedur dasar perusaahan dan tidak melindungi hak-hak rakyat.
Pelanggaran-pelanggaran semacam ini terjadi karena regulasi yang longgar.

Dengan demikian, tampak bahwa pembukaan lahan oleh PT Sinar Mas merupakan
peluang bagi pemerintah Papua dalam menerapkan Teori Bisnis Sebagai Modal. Seharusnya,
peluang kedatangan investor dapat disikapi lebih bijak oleh pemerintah Papua. Papua,
sebagai salah satu wilayah yang kuat dalam potensi sumber daya alam sesungguhnya
memiliki daya tawar yang kuat untuk memperoleh keuntungan lebih dari para investor. Maka
seharusnya Pemerintah Papua dapat mengajukan persyaratan-persyaratan yang minimal dapat
melindungi hak-hak penduduk setempat dan kelestarian hayati di lokasi tersebut.

22
____, diperoleh dari http://gardapapua.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=36:investasi-di-papua-mengancam-kesejahteraan-masyarakat-lokal;
internet; diakses pada tanggal 19 April 2010, pukul 21.00 WIB.
13
Daftar Pustaka

Buku

Barber, Charles Victor dkk., Menyelamatkan Sisas Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1999).

Genthong, Aryo Wisanggeni dalam Fandri Yuniarti (Ed.), Ekspedisi Tanah Papua: Laporan
Jurnalistik Kompas Terasing di Pulau Sendiri, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008).

Haggard, Stephen et.al., “Theories of Business-State Relations” dalam Bussines and The State in
Developing Countries, (Corneel University, 1997).

Hosio, J.E., Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-Esai dari Sorong, (Yogyakarta: Laksbang
Yogyakarta, 2007).

Internet

____, diperoleh dari http://gardapapua.org/index.php?


option=com_content&view=article&id=36:investasi-di-papua-mengancam-kesejahteraan-masyarakat-
lokal; internet; diakses pada tanggal 19 April 2010, pukul 21.00 WIB.

Leo Sunu, “Kantor Nestle Didemo "Orangutan"” diperoleh dari


http://sains.kompas.com/read/2010/03/24/12165888/Kantor.Nestle.Didemo.Orangutan; internet;
diakses pada tanggal 14 April 2010 pukul 21.38 WIB.

“Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak
Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet;
diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari
http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-
12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet;
diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : FAO. 2006. World agriculture: Towards
2030/2050. Interim Report, Rome (ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0607e/a0607e00.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Nellemann C, Miles L, Kaltenborn BP, Virtue
M, and Ahlenius H [Eds] (2007), The last stand of the Orangutan – State of emergency: Illegal

14
Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia’s National Parks, United Nations Environmental Programme
(www.unep.org/grasp/docs/2007jan-laststand-of-orangutan-report.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Golden Agri Resources. 2008. Golden Era for
Golden Agri: Financial Results Presentation for year ended 31 December 2007, 25 February 2008
(www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for
%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended
%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh
pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Greenall, M. 2007. Golden Agri-Resources.
BNP Paribas Corporate & Investment Banking.

Sinar Mas Berhutang Perubahan Iklim Rp 48,5 triliun per tahun Akibat Pembabatan Hutan di
Sumatra yang diunduh dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-
releases/SM_hutangperubahaniklim pada hari Senin, 19 April 2010 pukul 22.30.

Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha yang diunduh dari http://papua-
investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.

Investor Bidik Kebun Kelapa Sawit Dan Sagu Papua yang diunduh dari http://papua-
investment.com/berita.php?ids=43&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.

“Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak
Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet;
diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari
http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-
12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet;
diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai