Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti
press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti
penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).
Menurut catatan sejarah, akarkehidupan pers di Indonesia sudah ada pada abad ke-17,
ketika itu sudah terbit beberapa surat kabar. Pada waktu itu, fungsi pers adalah sebagai
pencatat peristiwa yang terjadi. Kemudian, akhir abad ke-19, pers di Indonesia hanya
berjalan sekadarnya atau tidak ada perkembangan yang signifikan.
Memasuki abad ke-20, geliat pers di Indonesia mulai ada perkembangan. Saat
itu, pers mulai mengangkat isu-isu tentang berjalannya pemerintahan dan tanggapan
masyarakat terhadap kinerja pemerintah sehingga pers mulai menghangat. Kritik-kritik
terhadap pemerintah, terutama yang dijalankan oleh Hindia Belanda, semakin marak.
Medan Prijaji
Setelah terbit surat kabar pertama yang dikelola orang pribumi, yaituMedan Prijaji, pada
1903. Dunia pers Indonesia semakin berkembang. Sejak saat itu, muncul kesadaran
bahwa keberadaan pers sangat penting untuk mengutarakan aspirasi masyarakat.
Masyarakat pun menjadi lebih berani untuk melakukan perlawanan melalui media koran
sehingga geliat pers semakin memanas.
Masa Kemerdekaan
Lalu, sampailah pada masa kemerdekaan. Saat itu, pers memang berperan besar
dalam menyebarkan berita kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah itu, semakin
bermunculan surat kabar yang didirikan secara independen, kemudian berkembang
pesat dan menasional. Pilihan media pada masa Orde Lama mulai beragam dan
bersaing secara sehat.
Setelah euforia itu, ruang gerak pers agak dibatasi. Pemerintah mulai melakukan
pengaturan terhadap pers. Kebebasan pers mulai diusik oleh
kepentingan pemerintah Orde Lama. Ruang gerak pers memang tidak terlalu dibatasi.
Akan tetapi, tercatat ada beberapa buku yang dilarang terbit ketika itu. Hal ini
menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat mulai dibatasi.
Orde Baru
Puncaknya, terjadi ketika era Orde Baru. Pemerintah Orde Baru cenderung diktator dan
sangat membatasi kebebasan berpendapat. Orang-orang yang berani melakukan kritik
terhadap pemerintah akan ditindak tegas. Pembredelan pers adalah barang yang lazim
terjadi, penculikan wartawan kerapkali terjadi.
Setelah masa Orde Baru, pers di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat
signifikan. Pers mulai menemukan fungsi dan peran utamanya. Kebebasan pers tidak
dibatasi lagi. Saat ini, semakin banyak pilihan media untuk kita konsumsi, baik media
cetak maupun elektronik. Hal ini menjadi bukti bahwa pers Indonesia berkembang
sangat pesat.
Pembentukan Dewan Pers adalah bagian dari upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan
meningkatkan kehidupan pers nasional (Ayat 1). Dengan demikian, Dewan Pers mengemban amanat atas
dipatuhinya kode etik pers dan penggunaan standar jurnalistik profesional.