Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN PERS

Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti
press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti
penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam


pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas,
pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan
film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan,
pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.
Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers.
Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan
yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah
mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai
media cetak.

PERKEMBANGAN PERS INDONESIA

Sejarah Perkembangan Pers

Menurut catatan sejarah, akarkehidupan pers di Indonesia sudah ada pada abad ke-17,
ketika itu sudah terbit beberapa surat kabar. Pada waktu itu, fungsi pers adalah sebagai
pencatat peristiwa yang terjadi. Kemudian, akhir abad ke-19, pers di Indonesia hanya
berjalan sekadarnya atau tidak ada perkembangan yang signifikan.

Memasuki abad ke-20, geliat pers di Indonesia mulai ada perkembangan. Saat
itu, pers mulai mengangkat isu-isu tentang berjalannya pemerintahan dan tanggapan
masyarakat terhadap kinerja pemerintah sehingga pers mulai menghangat. Kritik-kritik
terhadap pemerintah, terutama yang dijalankan oleh Hindia Belanda, semakin marak.

Medan Prijaji

Setelah terbit surat kabar pertama yang dikelola orang pribumi, yaituMedan Prijaji, pada
1903. Dunia pers Indonesia semakin berkembang. Sejak saat itu, muncul kesadaran
bahwa keberadaan pers sangat penting untuk mengutarakan aspirasi masyarakat.
Masyarakat pun menjadi lebih berani untuk melakukan perlawanan melalui media koran
sehingga geliat pers semakin memanas.
Masa Kemerdekaan

Lalu, sampailah pada masa kemerdekaan. Saat itu, pers memang berperan besar
dalam menyebarkan berita kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah itu, semakin
bermunculan surat kabar yang didirikan secara independen, kemudian berkembang
pesat dan menasional. Pilihan media pada masa Orde Lama mulai beragam dan
bersaing secara sehat.

Setelah euforia itu, ruang gerak pers agak dibatasi. Pemerintah mulai melakukan
pengaturan terhadap pers. Kebebasan pers mulai diusik oleh
kepentingan pemerintah Orde Lama. Ruang gerak pers memang tidak terlalu dibatasi.
Akan tetapi, tercatat ada beberapa buku yang dilarang terbit ketika itu. Hal ini
menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat mulai dibatasi.

Orde Baru

Puncaknya, terjadi ketika era Orde Baru. Pemerintah Orde Baru cenderung diktator dan
sangat membatasi kebebasan berpendapat. Orang-orang yang berani melakukan kritik
terhadap pemerintah akan ditindak tegas. Pembredelan pers adalah barang yang lazim
terjadi, penculikan wartawan kerapkali terjadi.

Bahkan, pers bukan lagi berperan sebagai media yang bebas menyampaikan berita,


melainkan sudah diambil alih untuk mempromosikan program pemerintah dan sebagai
media promosi. Pers benar-benar tidak bisa berbuat banyak pada masa Orde Baru.

Setelah masa Orde Baru, pers di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat
signifikan. Pers mulai menemukan fungsi dan peran utamanya. Kebebasan pers tidak
dibatasi lagi. Saat ini, semakin banyak pilihan media untuk kita konsumsi, baik media
cetak maupun elektronik. Hal ini menjadi bukti bahwa pers Indonesia berkembang
sangat pesat.

Fungsi dan peranan pers Indonesia

1. Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun


1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan
dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers
nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat
untuk mengetahuimenegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati
kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang
tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan
keadilan dan kebenaran Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian,
lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate)
setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik
yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan
secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah.
Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar
pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman
peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap
kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn
yang sangat membatasi kebebasan pers . hl ini terlihat, dengan keluarnya
Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izn Usaha
penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata
ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan. Albert Camus,
novelis terkenal dari Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik
dan dapat buruk , namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka. Oleh karena
salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik
dan koreksi terhadap segal sesuatu yang menrutnya tidak beres dalam segala
persoalan. Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hah-
hal yang slah daripada yang benar. Pandangan seperti itu sesungguhnya melihat
peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif, melainkan parsial dan
ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga memberitakan
keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang meraih
kesuksesan serta perjuangan mereka untuk tetap hidup di tengah berbagai
kesulitan.

Pembentukan Dewan Pers adalah bagian dari upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan
meningkatkan kehidupan pers nasional (Ayat 1). Dengan demikian, Dewan Pers mengemban amanat atas
dipatuhinya kode etik pers dan penggunaan standar jurnalistik profesional.

Fungsi-fungsi Dewan Pers (Ayat 2) adalah:

o Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;

o Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;

o Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;

o Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-


kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; (penjelasan: Pertimbangan yang dikeluarkan
Dewan Pers berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi dan dugaan pelanggaran terhadap Kode
Etik Jurnalistik: penjelasan).

o Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;

o Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan


meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

o Mendata perusahaan pers.

Anda mungkin juga menyukai